SISTEM OTOMASI KALIBRASI RADIO FREQUENCY POWER SENSOR
The Automation System of Radio Frequency Power Sensor CalibrationWindi Kurnia Perangin-Angin
Badan Standardisasi Nasional,
Kompleks Puspiptek Setu, Tangerang Selatan, Banten
E-mail: [email protected]
Abstrak
Radio Frequency (RF) power sensor banyak digunakan dalam industri telekomunikasi, penerbangan dan militer sehingga perlu dikalibrasi untuk menentukan kualitasnya. Kalibrasi RF power sensor yang dilakukan secara manual memiliki beberapa kekurangan, antara lain adalah kesalahan operator kalibrasi dalam pengambilan data, dan dibutuhkan kehadiran operator kalibrasi untuk proses kalibrasi dalam waktu yang lama. Sistem kalibrasi RF power sensor yang akurat dapat didukung melalui otomasi pengukuran untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk membangun sistem otomasi kalibrasi RF power sensor sehingga proses kalibrasi menjadi lebih efektif dan efisien, dan menghasilkan pengukuran yang lebih akurat. Kalibrasi RF power sensor menggunakan metode direct comparison transfer dimana seluruh peralatan dikontrol oleh sebuah komputer melalui GPIB interface. Pengukuran dilakukan secara otomatis menggunakan Program Kalibrasi RF Power Sensor yang dibangun secara mandiri melalui bahasa pemrograman Visual Studio C#. Data hasil pengukuran disimpan secara otomatis dalam sebuah file pada komputer. Sistem otomasi kalibrasi telah dibangun dan diaplikasikan dalam mengkalibrasi RF power sensor. Faktor kalibrasi RF power sensor memiliki nilai dari 93% sampai dengan 99% dalam rentang frekuensi 10 MHz sampai dengan 18 GHz. Kuantitas RF power sensor yang dikalibrasi dapat ditingkatkan sebesar 50% dari proses kalibrasi secara manual. Dengan adanya sistem otomasi kalibrasi maka laboratorium kalibrasi dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kalibrasi RF power sensor kepada pelanggan.
Kata kunci: sistem otomasi kalibrasi, RF power sensor, faktor kalibrasi.
Abstract
RF power sensors are widely used in the telecommunications, aviation and military industries, so they need to be calibrated to determine the quality. Manual calibration of the RF power sensor has some drawbacks, including the error of the calibration operator in data collection, and the presence of a calibration operator is required for the calibration process for a long time. An accurate RF power sensor calibration system can be supported through measurement automation to overcome the problems. The purpose of this research is to build an automation system for RF power sensor calibration so that the calibration process becomes more effective and efficient, and results more accurate measurements. The RF power sensor calibration uses a direct comparison transfer method with all equipment is controlled by a computer through the GPIB interface. Measurements are performed automatically using the RF Power Sensor Calibration Program which is built independently through the Visual Studio C# programming language. The measurement data is automatically saved in a file on the computer. The automation system of calibration has been built and applied to calibrate the RF power sensor. The calibration factor of the RF power sensor has value from 93% to 99% in the frequency range of 10 MHz to 18 GHz. By using the calibration automation system, the calibration laboratory can improve the quality and quantity of RF power sensor calibration services to customers.
Keywords: calibration automation system, RF power sensor, calibration factor.
1. PENDAHULUAN
Radio frequency (RF) power sensor digunakan pada beberapa bidang kegiatan, seperti telekomunikasi, penerbangan, militer dan lain- lain. Salah satu aplikasi RF power sensor adalah untuk transmisi sinyal yang terintegrasi dalam infrastruktur telekomunikasi. Industri bidang
telekomunikasi dan penerbangan di Indonesia membutuhkan kalibrasi RF power sensor. Hal ini dapat dilihat dari permintaan kalibrasi RF power sensor kepada Badan Standardisasi Nasional (BSN) dari beberapa pihak terkait dalam bidang tersebut. BSN memiliki fungsi untuk membangun dan menjaga ketertelusuran standar nasional satuan ukuran di Indonesia, termasuk kalibrasi RF power sensor (BSN, 2018). Oleh karena itu,
sistem kalibrasi RF power sensor diperlukan dalam mendukung industri telekomunikasi dan penerbangan di Indonesia.
Peralatan dalam sistem telekomunikasi, termasuk RF power sensor sebaiknya dikalibrasi terlebih dahulu untuk memastikan tingkat performansi sehingga dapat digunakan sesuai dengan kemampuan seperti yang tertera pada spesifikasi alat tersebut. Kalibrasi suatu alat dilakukan secara berkelanjutan terhadap standar acuan yang memiliki ketertelusuran pengukuran ke Sistem Satuan Internasional (SI unit). RF power level yang terlalu rendah dapat mengurangi kinerja alat karena sinyal dapat diredam oleh noise, sedangkan RF power level yang sangat tinggi dapat menyebabkan distorsi bahkan dalam jangka waktu yang lama mengakibatkan kerusakan pada alat (Fantom, 1990). RF power yang berlebihan juga menyebabkan pembuangan energi sehingga menambah biaya operasional. Pemanfaatan RF power harus dipastikan sesuai dengan kebutuhan pada suatu sistem. Hal tersebut dapat diketahui melalui kalibrasi RF power sensor yang akurat.
Sistem kalibrasi RF power sensor yang akurat dapat didukung melalui otomasi pengukuran. Kalibrasi RF power sensor yang masih dilakukan secara manual memiliki beberapa kekurangan, antara lain adalah adanya kesalahan operator kalibrasi (human error) dalam pengambilan data, dan dibutuhkan kehadiran operator kalibrasi untuk proses kalibrasi dalam waktu yang relatif lama. Dengan adanya sistem otomasi maka dapat mengurangi kesalahan manusia, seperti kesalahan dalam pembacaan dan pencatatan hasil kalibrasi.
Sistem otomasi kalibrasi juga dapat mempercepat proses kalibrasi pada RF power sensor, dimana operator kalibrasi hanya berperan pada saat memulai dan mengakhiri suatu proses kalibrasi, sedangkan data hasil pengukuran diambil dan disimpan secara otomatis melalui sebuah program otomasi pengukuran. Dalam kalibrasi RF power sensor dibutuhkan banyak data dan titik ukur sehingga melalui otomasi pengukuran maka kalibrasi dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
Sistem otomasi tersebut merupakan salah satu inovasi dalam proses kalibrasi RF power sensor.
Sistem otomasi kalibrasi RF power sensor dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman Visual Studio C#. Seluruh peralatan yang digunakan dalam proses kalibrasi terkoneksi satu sama lain dan dikontrol oleh sebuah komputer. Tujuan penelitian ini adalah untuk membangun sistem otomasi kalibrasi RF power sensor sehingga proses kalibrasi menjadi lebih efektif dan efisien dan menghasilkan
pengukuran yang lebih akurat. Dengan adanya sistem kalibrasi yang optimal melalui otomasi pengukuran maka dapat meningkatkan pelayanan kalibrasi terhadap industri telekomunikasi dan penerbangan di Indonesia.
2. TINJAUAN PUSTAKA
RF power sensor adalah alat yang berfungsi untuk menyerap RF power dari sumber sinyal RF. Dalam pemakaiannya, RF power sensor dilengkapi dengan sebuah RF power meter.
Kedua alat tersebut merupakan satu kesatuan dalam pengukuran RF power. RF power meter digunakan untuk menampilkan hasil pengukuran RF power (Zhang et al., 2013), (Kang, 2018).
Faktor kalibrasi (calibration factor) merupakan besaran yang diukur dan dilaporkan dalam kalibrasi RF power sensor. Faktor kalibrasi adalah besaran yang menunjukkan tingkat keakuratan sebuah RF power sensor dalam menyerap RF power (Agilent, 2008). Pada kondisi ideal, nilai faktor kalibrasi adalah 1 atau 100 % yang berarti bahwa RF power sensor menyerap semua RF power yang dikirimkan oleh sumber sinyal (Weidman, 1996). Tetapi dalam praktiknya tidak ditemukan nilai faktor kalibrasi 1 atau 100%. Hal ini dikarenakan adanya sinyal RF yang hilang dalam proses transmisi atau sinyal RF dipantulkan kembali ke sumber sinyal.
Pemantulan sinyal tersebut disebabkan oleh adanya mismatch impedance antara sumber sinyal dengan RF power sensor. Koefisien refleksi merupakan parameter yang menunjukkan seberapa besar RF power yang dipantulkan (Agilent, 2008).
Dalam menghitung nilai faktor kalibrasi sebuah RF power sensor maka diperlukan pengukuran RF power dan koefisien refleksi. RF power merupakan ukuran energi per satuan waktu dalam rentang frekuensi radio, yaitu 3 kHz sampai dengan 300 GHz (Fantom, 1990).
Koefisien refleksi adalah perbandingan sinyal RF yang dipantulkan oleh RF power sensor dengan sinyal RF yang dikirimkan oleh sebuah sumber sinyal. Koefisien refleksi menggambarkan nilai RF power yang dipantulkan (Shan and Cui, 2012). Pengukuran koefisien refleksi dilakukan pada RF power sensor dan power splitter.
Koefisien refleksi power splitter disebut juga sebagai equivalent source mismatch power splitter. Faktor kalibrasi RF power sensor yang dikalibrasi atau device under test (DUT) RF power sensor dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.
2
1
1
−
−
=
S GE
D GE S
MS MD
D S
D
P
P P K P K
……… (1) dimana:
KD = faktor kalibrasi DUT RF power sensor, KS = faktor kalibrasi standar RF power
sensor,
PD =RF power yang diukur oleh DUT RF power meter,
PS = RF power yang diukur oleh standar RF power meter,
PMD = RF power yang diukur oleh monitoring RF power meter saat DUT RF power sensor dihubungkan ke measuring port,
PMS = RF power yang diukur oleh monitoring RF power meter saat standard RF power sensor dihubungkan ke measuring port,
ΓGE = equivalent source mismatch power splitter,
ΓS = koefisien refleksi standar RF power sensor,
ΓD = koefisien refleksi DUT RF power sensor.
3. METODE PENELITIAN
Kalibrasi RF power sensor menggunakan metode direct comparison transfer yang dilengkapi dengan otomasi sistem seperti pada Gambar 1. Metode direct comparison transfer terdiri dari peralatan sebagai berikut: signal
generator, power splitter, standar RF power sensor, standar RF power meter, monitoring RF power sensor, monitoring RF power meter, DUT RF power sensor, dan DUT RF power meter (Fantom, 1990). Pada sistem kalibrasi ini seluruh peralatan tersebut dikontrol melalui sebuah komputer melalui GPIB interface. Pengukuran dilakukan secara otomatis menggunakan Program Kalibrasi RF Power Sensor yang dibangun secara mandiri menggunakan Bahasa pemrograman Visual Studio C#. Data hasil pengukuran disimpan secara otomatis dalam sebuah file pada komputer. Otomasi pengukuran ini merupakan modifikasi dan nilai tambah dalam sistem kalibrasi RF power sensor.
Melalui Program Kalibrasi RF Power Sensor, semua peralatan yang digunakan dalam pengukuran di set terlebih dahulu sesuai dengan parameter ukur yang akan dikalibrasi. Jika terdapat kerusakan atau kesalahan pada peralatan tersebut maka terdapat notifikasi dalam tampilan layar program. Pengukuran dilakukan sesuai dengan titik ukur kalibrasi setelah proses setting selesai, Notifikasi muncul pada tampilan layar program saat pengukuran pada seluruh titik ukur selesai. Hasil pengukuran tersimpan secara otomatis dalam folder tertentu pada komputer. Dengan demikian peran operator hanya diperlukan pada saat setting awal pengukuran dan ketika seluruh proses kalibrasi selesai. Pengambilan data pada kalibrasi RF power sensor dilakukan sebanyak 10 kali pada masing-masing titik ukur.
Pengukuran pada data selanjutnya dilakukan dengan proses yang sama.
Standar RF Power Sensor Signal Generator
Power Splitter
Standar RF Power Meter
DUT RF Power Sensor
DUT RF Power Meter Monitoring
RF Power Sensor Monitoring
RF Power Meter
1
3 2
Komputer GPIB
GPIB
GPIB
Gambar 1. Pengukuran RF power
Direct comparison transfer merupakan metode yang berdasarkan pergantian koneksi antara standar RF power sensor dengan DUT RF power sensor pada salah satu port dari power splitter yang disebut sebagai measuring port (Juroshek, 1997). Dalam hal ini power splitter digunakan untuk pengukuran rasio (ratio measurement) untuk mengeliminasi jika ada perbedaan hasil pengukuran antara standar RF power sensor dan DUT RF power sensor (Zhang et al., 2014), (Perangin-Angin 2021). Pada kondisi ideal RF power yang dikirimkan oleh sumber sinyal yaitu signal generator diserap dengan jumlah yang sama oleh standar RF power sensor dan DUT RF power sensor.
Sebagai contoh jika RF power yang dikirimkan oleh signal generator adalah 1 mW maka standar RF power meter dan DUT power meter akan mengukur nilai yang sama yaitu 1 mW.
Namun, dalam kenyataannya karena sumber sinyal yang tidak sepenuhnya stabil maka menyebabkan perbedaaan nilai RF power yang diukur oleh standar RF power meter dan DUT power meter. Dengan adanya power splitter maka monitoring RF power sensor dapat dilibatkan pada sistem pengukuran RF power sehingga monitoring RF power sensor mengeliminasi perbedaan tersebut melalui nilai PMS dan PMD sesuai dengan persamaan (1).
Power splitter terdiri dari 3 port yaitu port 1, port 2, dan port 3. Pada sistem pengukuran RF power dalam studi ini port 2 dari power splitter digunakan sebagai measuring port sehingga standar RF power sensor dan DUT RF power sensor dihubungkan secara bergantian pada port tersebut. Sedangkan port 3 power splitter secara terus menerus dihubungkan ke monitoring RF power sensor. Signal generator dihubungkan ke port 1 power splitter melalui kabel koaksial yang memiliki konektor type-N.
RF power dari standar RF power sensor dan monitoring RF power sensor diukur terlebih dahulu. Selanjutnya standar RF power sensor diganti dengan DUT power sensor, dan dilakukan pengukuran RF power dari DUT power sensor dan monitoring power sensor.
Pengukuran koefisien refleksi RF power sensor dan power splitter ditunjukkan pada Gambar 2. Vector network analyzer (VNA) yang memiliki 2 port digunakan sebagai alat ukur untuk pengukuran koefisien refleksi (Bianco, 2013). Nilai koefisien refleksi RF power sensor diukur dengan hanya menggunakan satu port, sedangan untuk koefisien refleksi dari power splitter menggunakan kedua port pada VNA (Mubarak and Rietveld, 2018). Faktor kalibrasi RF power sensor ditentukan melalui perhitungan yang melibatkan nilai dari RF power dan koefisien refleksi seperti pada persamaan (1).
Port 1
Port 2
Vector Network Analyzer
Power Splitter Vector
Network Analyzer
Port 1
Port 2
Komputer RF Power Sensor Komputer
GPIB GPIB
Load 3
2 1
Gambar 2. Pengukuran koefisien refleksi
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kalibrasi RF power sensor dalam studi ini dilakukan pada titk ukur power 1 mW dan rentang frekuensi dari 10 MHz sampai dengan 18 GHz. Dalam kalibrasi RF power sensor, parameter yang dilaporkan dalam sertifkat kalibrasi adalah nilai faktor kalibrasi alat tersebut.
4.1 Program Kalibrasi RF Power Sensor Tampilan hasil dari pembuatan Program Kalibrasi RF Power Sensor dapat dilihat pada Gambar 3. Hasil penyimpanan data dari program tersebut adalah dalam format text. Program tersebut diaplikasikan untuk mengukur RF power dan koefisien refleksi secara otomatis. Nilai RF power dan koefisien refleksi digunakan untuk menentukan faktor kalibrasi RF power sensor.
Kondisi pengukuran yang sedang berlangsung dapat dilihat pada tampilan grafik sehingga jika terdapat kesalahan dalam pengukuran pada titik ukur tertentu dapat diketahui selama proses kalibrasi berjalan.
Pada pengukuran RF power, proses pengukuran diawali dengan setting titik ukur frekuensi melalui menu Frequency Setting. Nilai frekuensi diatur sesuai dengan titik ukur frekuensi yang diinginkan dan dalam hal ini diatur pada titik 10 MHz sampai dengan 18 GHz, sedangkan untuk titik ukur RF power telah diset sebesar 1 mW pada coding program.
Komunikasi antara semua peralatan diaktifkan melalui tombol SETUP STD-MON dan pengukuran RF power dari standar RF power sensor dan monitoring RF power sensor dimulai dengan menekan tombol MEASURE STD-MON.
Ketika seluruh titik ukur telah selesai maka akan muncul hasil pengukuran pada kotak Standard Power Meter dan Monitoring Power Meter. Hasil pengukuran juga ditampilkan pada grafik hasil pengukuran dan dengan menekan tombol RF Power STOP maka data pengukuran disimpan serta mengakhiri pengukuran proses
pengukuran. Kegiatan pengukuran dilakukan sebanyak 10 kali pada setiap titik ukur.
Tombol SETUP DUT-MON berfungsi untuk mengaktifkan komunikasi antara peralatan untuk pengukuran RF power dari DUT RF power sensor dan monitoring RF power. Pengukuran RF power pada kedua RF power sensor tersebut dimulai dengan menekan tombol MEASURE DUT-MON. Ketika seluruh titik ukur telah selesai maka hasil pengukuran terlihat pada kotak DUT Power Meter dan Monitoring Power Meter serta grafik hasil pengukuran. Dengan menekan tombol RF Power STOP maka data hasil pengukuran disimpan dan menyelesaikan proses pengukuran. Kegiatan pengukuran pada tahap ini juga dilakukan sebanyak 10 kali.
Tombol VNA Setup digunakan untuk mengaktifkan komunikasi antara peralatan untuk pengukuran koefisien refleksi baik pada RF power sensor maupun power splitter.
Pengukuran koefisien refleksi dimulai dengan menekan tombol Koefisien Refleksi Start dan ketika pengukuran selesai dengan indikasi terlihat pada VNA maka data hasil pengukuran disimpan dengan menekan tombol Koefisien Refleksi Stop. Hasil pengukuran RF power dan koefisien refleksi pada semua titik ukur digunakan untuk mengkalkulasi faktor kalibrasi RF power sensor dengan menggunakan persamaan (1).
Gambar 3. Tampilan Program Kalibrasi RF Power Sensor
4.2 Hasil Kalibrasi RF Power Sensor
Hasil pengukuran RF power dari RF power sensor yang dikalibrasi dapat dilihat pada Gambar 4. Data hasil pengukuran tersebut didapat dari penyimpanan secara otomatis menggunakan Program Kalibrasi RF Power Sensor. Nilai RF power semakin kecil untuk pengukuran pada frekuensi tinggi dan menunjukkan bahwa jumlah RF power yang diserap oleh RF power sensor semakin kecil saat frekuensi pengukuran semakin besar. Hal tersebut disebabkan oleh RF power yang dipantulkan semakin banyak atau RF power yang tidak diserap semakin besar. RF power sensor pada umumnya dikalibrasi pada satu titik ukur power yaitu 1 mW atau 0 dBm, sedangkan titik ukur frekuensi bervariasi sesuai dengan kebutuhan dari pengguna alat tersebut.
Pengukuran nilai RF power dilakukan hanya pada satu titik dikarenakan parameter yang dilaporkan dalam kalibrasi RF power sensor adalah faktor kalibrasi yang merupakan fungsi
dari frekuensi sehingga titik ukur kalibrasi disesuaikan dengan jumlah titik ukur frekuensi.
Tabel 1 menunjukkan hasil pengukuran koefisien refleksi dari standar RF power sensor, DUT RF power sensor dan power splitter yang diperoleh menggunakan Program Kalibrasi RF Power Sensor. Berdasarkan hasil pengukuran koefisien refleksi terlihat bahwa kenaikan pada titik ukur frekuensi sejalan dengan peningkatan koefisien refleksi. Nilai koefisen refleksi tersebut menggambarkan kuantitas RF power yang dipantulkan kembali ke sumber sinyal RF.
Semakin besar nilai koefisien refleksi maka semakin besar juga RF power yang dikembalikan ke signal generator. Pemantulan sinyal tersebut disebabkan oleh adanya mismatch impedance antara RF power sensor dengan konektor saluran transmisi dan mismatch impedance antara sumber sinyal RF dengan konektor saluran transmisi. Pada kondisi ideal, impedance bernilai sebesar 50 ohm, tetapi dalam praktiknya terdapat perbedaan impedance
antara signal generator, RF power sensor dan kabel koaksial yang digunakan sebagai saluran transmisi.
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
0.94 0.95 0.96 0.97 0.98 0.99 1.00
RF Power (mW)
Frekuensi (GHz)
Gambar 4. RF Power dari RF Power Sensor
Tabel 1. Koefisien Refleksi Frequency
(GHz) ΓS ΓD ΓGE
0,01 0,0137 0,0124 0,0119
0,03 0,0237 0,0135 0,0133
0,05 0,0214 0,0115 0,0143
0,1 0,0257 0,0215 0,0153
0,3 0,0269 0,0216 0,0163
0,5 0,0281 0,0180 0,0173
1 0,0312 0,0185 0,0183
2 0,0343 0,0198 0,0191
3 0,0395 0,0210 0,0219
4 0,0373 0,0213 0,0279
5 0,0391 0,0230 0,0283
6 0,0407 0,0235 0,0391
7 0,0418 0,0203 0,0416
8 0,0564 0,0336 0,0446
9 0,0527 0,0510 0,0476
10 0,0573 0,0454 0,0488
11 0,0674 0,0681 0,0525
12 0,0770 0,0719 0,0576
13 0,0819 0,0702 0,5868
14 0,0824 0,0724 0,0615
15 0,0832 0,0728 0,0648
16 0,0814 0,0713 0,0654
17 0,0932 0,0765 0,0672
18 0,0954 0,0891 0,0685
Gambar 5 merupakan perbandingan faktor kalibrasi RF power sensor antara kalibrasi yang dilakukan secara manual dengan secara otomatis. Nilai faktor kalibrasi bervariasi dari 0,93 sampai 0,99 atau 93% sampai 99%. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa pada frekuensi 18 GHz terdapat RF power yang tidak diserap oleh RF power sensor sebesar 0,07% dari jumlah RF power yang dikirimkan oleh signal generator.
Nilai faktor kalibrasi RF power sensor pada frekuensi tinggi lebih kecil daripada faktor kalibrasi pada frekuensi rendah.
Faktor kalibrasi RF power sensor pada sistem otomasi kalibrasi menunjukkan nilai yang sesuai dengan faktor kalibrasi yang diperoleh dari pengukuran secara manual. Dengan demikian hasil kalibrasi RF power sensor secara otomatis telah dapat dibuktikan keakuratannya melalui verifikasi tersebut. Kelebihan dari sistem otomasi kalibrasi RF power sensor antara lain adalah mencegah kesalahan dalam penulisan hasil pengukuran oleh operator, membuat kalibrasi RF power sensor lebih efisien dimana kehadiran operator hanya diperlukan pada saat memulai dan mengakhiri pengukuran sedangkan ketika proses pengukuran RF power sensor berlangsung maka operator dapat melakukan pekerjaan lain, mengoptimalkan proses pembuatan laporan kalibrasi dengan mengolah data yang telah disimpan secara otomatis pada komputer sehingga tidak diperlukan lagi penginputan data seperti pada kalibrasi secara manual. Sistem otomasi kalibrasi juga mendukung laboratorium kalibrasi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam melayani order kalibrasi RF power sensor dari pelanggan.
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
0.93 0.94 0.95 0.96 0.97 0.98 0.99 1.00
Faktor Kalibrasi
Frekuensi (GHz)
Manual Otomasi
Gambar 5. Perbandingan faktor kalibrasi RF power sensor
5. KESIMPULAN
Sistem kalibrasi RF power sensor telah dibangun dan diaplikasikan di BSN dalam melayani order kalibrasi dari pelanggan. Faktor kalibrasi RF
power sensor memiliki nilai dari 93% sampai dengan 99% dalam rentang frekuensi 10 MHz sampai dengan 18 GHz. Sistem otomasi kalibrasi RF power sensor telah dibuktikan keakuratannya sesuai dengan kalibrasi RF power sensor yang dilakukan secara manual.
Sistem otomasi kalibrasi telah memberikan keuntungan, yaitu mencegah kesalahan dalam penulisan hasil pengukuran, membuat kalibrasi lebih efisien dan mengoptimalkan proses pembuatan laporan kalibrasi. Dengan adanya sistem otomasi kalibrasi maka laboratorium kalibrasi dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kalibrasi RF power sensor kepada pelanggan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan terima kasih kepada manajemen Badan Standardisasi Nasional yang telah menyediakan sarana dan prasarana serta dukungan dana dalam membangun sistem otomasi kalibrasi RF power sensor.
DAFTAR PUSTAKA
Agilent. (2008). Fundamental of RF and Microwave Power. Application Note AN1449-1/2/3/4. California: Agilent Technologies.
Bianco, F. L. Naldini, G. Amado, J. Chiale, S and Gonzalez, F. (2013). Measurement module s parameters for vector network analyzer. IEEE Latin America Transactions, 11, 236-241.
BSN. (2018). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Badan Standardisasi Nasional.
Fantom, A. (1990). Radio Frequency &
Microwave Power Measurement.
Stevenage: Peter Peregrinus Ltd.
Juroshek, J. (1997). A direct calibration method for measuring equivalent source mismatch. Microwave Journal.
Kang, T. W. Kwon, J. Y. Park, J. Il and Kang, N.
W. (2018). RF and microwave power standards from 10 MHz to 40 GHz over decades. Journal of Electromagnetic and.
Engineering Science, 18(2), 88–93.
Mubarak, F.A. and Rietveld, G. (2018).
Uncertainty Evaluation of Calibrated Vector Network Analyzers. IEEE Transactions on Microwave Theory and Techniques, vol. 66(12), 1108 – 1120.
Perangin-Angin, W.K. (2021). Pengembangan Sistem Kalibrasi Daya untuk Alat Elektromedik pada Rentang Frekuensi Radio. Jurnal Standardisai, 23(2), 195- 202.
Shan, Y. and Cui, X. (2012). RF and Microwave Power Sensor Calibration by Direct Comparison Transfer. Modern Metrology Concern. Shanghai: InTech.
Weidman, M. P. (1996). Direct Comparison Transfer of Microwave Power Sensor Calibrations. Washington: U.S.
Government Printing Office.
Zhang, H. Cui, X, and Li, Y. (2014). Analysis of physical significance of reflection coefficient of equivalent signal source and application in power sensor calibration.
Conference on Precision Electromagnetic Measurements Digest, 164-165.
Zhang, Q. Meng, Y.S. Shan, Y and Lin, Z.
(2013). Direct comparison transfer of microwave power sensor calibration with an adaptor: Modeling and evaluation.
Progress In Electromagnetic Research Letters, 38, 25-34.