Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 10, Nomor 2, Desember 2016 ISSN 1410-234X
Analisis Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur Dengan Perilaku
Screening Ca Cerviks di Puskesmas Campurejo Kota Kediri
Imelda Ussubun1 & Sandu Siyoto1
1
STIKes Surya Mitra Husada Kediri Email : siyotos@yahoo.com
Abstrak
Screening Ca Cerviks Sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya Ca Cerviks pada wanita usia subur. Hal ini seharusnya
diketahui dan disikapi secara positif. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengetahuan dan sikap wanita usia subur dengan perilaku screening ca cerviks di Puskesmas Campurejo Kota Kediri. Desain penelitian survai analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh wanita usia subur di Puskesmas Campurejo Kota Kediri dengan sampel 20 responden diambil dengan teknik porposive sampling. Variabel bebas pengetahuan, sikap Wanita Usia Subur tentang
screening Ca Cerviks dan terikatnya perilaku screening Ca cerviks dikumpulkan dengan kusioner. Data dianalisis dengan
uji chi square. Dari hasil penelitian diketahui sebagian besar responden memiliki pengetahuan tentang screening ca cerviks dengan kategori cukup yaitu 12 responden (60%), sebagian besar responden memiliki sikap positif tentang screening ca
cerviks yaitu 11 responden (55%), sebagian besar responden melakukan screening ca cerviks yaitu 12 responden (60%) dan
ada hubungan pengetahuan wanita usia subur dengan perilaku screening ca cerviks di Puskesmas Campurejo Kota Kediri (koefisien kongtingensi dengan dengan p = 0,005 < 0,05 maka Ho ditolak) serta ada hubungan sikap wanita usia subur dengan perilaku screening ca cerviks di Puskesmas Campurejo Kota Kediri (koefisien kongtingensi dengan p = 0,020 < 0,05 maka Ho ditolak). Pengetahuan dan sikap menjadi faktor pendahulu terhadap perilaku screening ca cerviks. Dengan memiliki pengetahuan screening ca cerviks, maka wanita usia subur merasa perlu untuk melakukan screening ca cerviks dan dengan sikapnya yang setuju atau sangat setuju maka seseorang akan terdorong untuk melakukan screening ca cerviks.
Kata kunci: pengetahuan, sikap, screening ca cerviks
Abstract
Screening Ca Cerviks very useful to prevent Ca Cerviks on fertile age woman. It should be known and attitude positively. This research purposed to analysis the knowledge and fertile age woman attitude behaviorally screening ca cerviks public health center Campurejo Kediri. Desain Research using analytical survey with cross sectional. Approach Population all fertile age woman Public Health Center Campurejo Kediri by sampel 20 respondents taken with porposive sampling technique. Dependent variable were knowledge, Fertile Age Woman attitude with Screening Ca Cerviks and Independent variable was behavior of screening Ca cerviks collected by questionare. Data analyzed with st of chi square test. From research result known most respondent have the knowledge about screening ca cerviks with the category enough that are 12 respondent ( 60%), mostly respondent have the positive attitude about screening ca cerviks that are 11 respondent ( 55%), mostly respondent do screening ca cerviks that is 12 respondent ( 60%) and there is correlation between knowledge of fertile age woman attitude screening ca cerviks public health center Campurejo Kediri ( coefficient kongtingensi with p = 0,005 < 0,05 hence Ho refused) and also there is correlation between fertile age woman attitude of screening ca cerviks public health center Campurejo Kediri ( coefficient kongtingensi by p = 0,020 < 0,05 hence Ho refused). Knowledge and attitude become the factor to attitude of screening ca cerviks. By having screening ca cerviks knowledge, hence fertile age woman feel important to do screening ca cerviks and with their attitude which agree or very agree, hence somebody will be motivate to the screening ca cerviks.
Pendahuluan
Kanker serviks menjadi
penyakit yang paling ditakuti oleh
wanita di Indonesia, karena
merupakan penyebab kematian
tertinggi di antara semua jenis
kanker. Biasanya kanker ini
menyerang wanita berusia 35-55 tahun. Sesuai dengan namanya, kanker cerviks adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Istilah "kanker" sendiri
sudah memberi kesan
menakutkan.Oleh karena itu
diharapkan incidence rate kanker ini dapat ditekan serendah mungkin (Anurogo, 2009).
Pada kenyataanya angka
kejadian kanker cerviks masih sangat tinggi. Bukti statistik menunjukan bahwa kanker cerviks dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun dibanding
penemuan sebelumnya yang
menyatakan bahwa kanker ini
menyerang wanita berusia 35-55 tahun (Riono, 2009). Kanker ini merupakan jenis kanker kedua paling umum pada perempuan dan dialami lebih dari 1,4 juta perempuan di seluruh dunia (Ferlay et al. 2001) dalam Depkes RI (2013). Setiap tahun lebih dari 460.000 kasus terjadi
dan sekitar 231.000 perempuan
meninggal karena penyakit tersebut (Parkin 2000) dalam Depkes RI (2013).
Berdasarkan studi
pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 26-28 Mei 2015 di puskesmas campurejo kota kediri sebanyak 9.797 orang wanita usia subur, yang mengalami ca cerviks sebanyak 115 orang wanita usia
subur. Berdasarkan wawancara
dengan 10 orang wanita usia subur dengan kasus ca cerviks sebanyak 2 (20%) wanita usia subur tidak mengerti tentang pengertian ca
cerviks, dan 6 (60%) wanita usia
subur tidak tahu tentang tanda bahaya ca cerviks, sedangkan 2 (20%) wanita usia subur tahu tanda bahaya ca cerviks sehingga mereka sering melakukan screening ca
cerviks.
Tingginya incidence rate
kanker cerviks tersebut dapat
disebabkan oleh berbagai faktor. Penyebab kanker ini adalah Human
papilloma virus (HPV), yaitu sejenis
virus yang menyerang manusia (Kompas, 2008). Menurut National
Institute of Environmental Health Science di Research Triangle Park,
North Carolina, senyawa Bisphenol A yaitu sejenis zat kimia untuk membuat wadah plastik keras, seperti kendi air dan untuk melapisi kaleng sup) dapat menyebabkan kanker
payudara, kanker indung telur,
kanker rahim, endometriosis, dan masalah fertilitas. Pada ibu hamil zat kimia ini bisa diteruskan ke janinnya (Romawi, 2013).
Kanker cerviks terjadi karena adanya pertumbuhan sel pada cerviks yang tidak lazim (abnormal). Tetapi sebelum sel tersebut menjadi sel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 10, Nomor 2, Desember 2016 ISSN 1410-234X
kanker, terjadi beberapa perubahan yang dialami oleh sel tersebut. Perubahan sel tersebut biasanya memakan waktu sampai bertahun-tahun sebelum sel tadi berubah menjadi sel kanker.
Adapun faktor resiko kanker cerviks antara lain setiap wanita yang pernah melakukan hubungan seksual mempunyai resiko terhadap kanker cerviks. Demikian juga bagi perokok kemungkinan untuk mendapatkan kanker cerviks sangat besar. Data statistik melaporkan bahwa resiko
terserang kanker cerviks akan
menjadi lebih tinggi jika wanita merokok. Memiliki pasangan seksual yang berganti atau memulai aktifitas seksual pada usia yang sangat muda
juga memperbesar resiko
kemungkinan mendapat kanker
cerviks (Riono, 2009).
Kanker ini juga dipicu oleh seringnya mencuci vagina dengan antiseptik yang tidak dianjurkan oleh dokter, seringnya menaburi vagina
dengan bedak sehingga
menimbulkan iritasi, penggunaan hormon estrogen bagi wanita yang telah menopause tidak sesuai aturan, kebiasan makanan yang banyak mengandung lemak, penggunaan pil KB yang terlalu lama dan gangguan sistem kekebalan tubuh. Dampak yang timbul pada tahap awal adalah timbulnya keputihan yang berbau
busuk, berwarna pink, atau
kecoklatan, bisa juga disertai
perdarahan, menstruasi abnormal dan nyeri saat berhubungan seksual (Anurogo, 2009).
Berdasarkan uraian di atas
peneliti bermaksud melakukan
penelitian dengan merumuskan
dalam judul : “Hubungan
Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur dengan Perilaku Screening Ca Cerviks di Puskesmas Campurejo Kota Kediri”.
Pengetahuan (knowledge)
merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek
tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (overt behavior)
(Notoatmodjo, 2010). Faktor yang
mempengaruhi pengetahuan
seseorang antara lain pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan dan informasi (Mubarak, dkk, 2007).
Sikap seseorang terhadap
suatu obyek adalah perasaan
mendukung atau memihak
(favorable) ataupun perasaan tidak mendukung (unfavorable) terhadap objek tersebut. Formulasi menurut Thrustone mengatakan bahwa sikap adalah derajad afek positif atau afek negatif yang dikaitkan dengan suatu objek psikologis (Azwar, 2008).
Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
adalah pengalaman pribadi,
yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosi dalam diri individu (Azwar, 2008).
Dari segi biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2003). Perilaku menurut Skinner (1938) yang dikutip (Suliha, dkk, 2002)
adalah hasil hubungan antara
rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respons).
Faktor yang mempengaruhi perilaku menurut Lawrence Green
meliputi faktor predisposisi
(predisposing factors), faktor
pemungkin (enabling factors), dan
faktor pendorong (reinforcing
factors).
Kanker serviks (cervical
cancer) atau kanker cerviks adalah
kanker yang terjadi pada serviks
uterus, suatu daerah pada organ
reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim dengan liang senggama (vagina) (Riono, 2009).
Gejala awal penyakit ini dimulai dengan keputihan yang
berbau busuk, berwarna pink, atau
kecoklatan, bisa juga disertai
perdarahan, menstruasi abnormal dan
nyeri saat hubungan seksual
(Anurogo, 2009).
Metode Penelitian
Desain penelitian yang
digunakan adalah survai analitik dengan pendekatan cross sectional.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur di Puskesmas Campurejo Kota Kediri dengan sampel sebagian semua pasien wanita usia subur yang ada di klinik KB Puskesmas Campurejo
Kota Kediri. Tehnik sampling
dengan teknik porposive sampling.
Variabel bebas adalah
pengetahuan, sikap Wanita Usia Subur tentang Screening Ca Cerviks.
Variabel terikatnya perilaku
screening Ca cerviks.
Data dikumpulkan dengan kuesioner pengetahuan, kuesioner sikap dan lembar observasi untuk
melihat perilaku screening Ca
cerviks.
Data dianalisis menggunakan uji chi square.
Hasil Penelitian
Karakteristik Responden
Gambar 1
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di Puskesmas Campurejo Kota Kediri Tahun 2015 19; 95% 0; 0% 1; 5% <20 tahun 20-35 tahun >35 tahun
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 10, Nomor 2, Desember 2016 ISSN 1410-234X
Gambar 2
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di Puskesmas Campurejo Kota Kediri Tahun 2015
Gambar 3
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di Puskesmas Campurejo Kota Kediri Tahun 2015
Karakteristik Variabel Tabel 1
Pengetahuan Wanita Usia Subur tentang Screening Ca Cerviks di Puskesmas Campurejo Kota Kediri
No. Pengetahuan Frekuensi %
1 Kurang 5 25
2 Cukup 12 60
3 Baik 3 15
Total 20 100
Tabel 2
Sikap Wanita Usia Subur Tentang Screening Ca Cerviks di Puskesmas Campurejo Kota Kediri
No. Sikap Frekuensi %
1 Negatif 9 45
2 Positif 11 55
Total 20 100
Tabel 3
Perilaku Screening Ca Cerviks pada Wanita Usia Subur di Puskesmas Campurejo Kota Kediri Tahun 2015
No. Perilaku Frekuensi %
1 Tidak 8 40 2 Ya 12 60 Total 20 100 4; 20% 9; 45% 7; 35% 0; 0% SD SMP SMA PT 0; 0% 6; 30% 0; 0% 14; 70% Wiraswasta Swasta PNS Tidak Bekerja
Tabel 4
Hasil Uji Chi Square Hubungan Pengetahuan Wanita Usia Subur dengan Perilaku Screening Ca Cerviks di Puskesmas Campurejo Kota Kediri Tahun 2015
No Variabel Chi koefisien kontingensi p
1 2 3 Pengetahuan-perilaku n= 20 α= 0,05 0,589 0,005 Tabel 5
Hasil Uji Chi Square Hubungan Sikap Wanita Usia Subur dengan Perilaku Screening Ca Cerviks di Puskesmas Campurejo Kota Kediri Tahun 2015
No Variabel Chi koefisien kontingensi p
1 2 3 Pengetahuan-Perilaku n = 20 α = 0,05 0,572 0,020 Pembahasan
Jika sebagian besar
responden memiliki pengetahuan tentang screening ca cerviks dengan kategori cukup, hal ini disebabkan disamping ada jawaban yang benar tetapi juga masih banyak soal tentang screening ca cerviks yang dijawab salah. Kondisi ini terkait dengan responden dimana jika dilihat dari faktor usia, pengalaman, pendidikan maupun berbagai hal lain memang blum mendukung untuk terciptanya pemahaman secara maksimal tentang screening ca cervik.
Didapatkannya sebagian
besar responden memiliki sikap positif tentang screening ca cerviks juga dapat disebabkan oleh berbagai faktor di atas. Salah satu yang dapat
diuraikan disini adalah terkait
dengan faktor usia responden.
Berdasarkan hasil analisis diketahui setengah responden berusia 20-35 tahun dengan sikap tentang screening ca cerviks termasuk kategori positif yaitu 10 responden (50%). Hal ini
memberikan gambaran bahwa
dengan jenjang usia seperti ini maka responden sedikit banyak sudah cukup memiliki pengalaman dalam pemeriksaan kesehatan reproduksi termasuk masalah screening ca cerviks. Oleh karenanya sikapnya terhadap screening ca cerviks sudah positif.
Jika sebagian besar
responden melakukan screening ca cerviks, maka hal ini disebabkan pada saat ini mmang ada program screening ca cerviks yang sedang
dilaksanakan oleh Puskesmas
Campurejo Kota Kediri. Melalui program ini maka petugas kesehatan berusaha mempromosikan kegiatan ini kepada wanita usia subur yang ada di wilayah kerjanya. Secara aplikasi dilakskanakan dengan bekerjasama dengan tokoh masyarakat, perangkat kelurahan maupun dengan bidan dan
kader kesehatan. Gencarnya
pelaksanaan program ini
menyebabkan wanita usia subur yang sebelumnya tidak ada miat pada
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 10, Nomor 2, Desember 2016 ISSN 1410-234X
melaksanakan screening ca cerviks. Apalagi di dukung dengan adanya BPJS kesehatan, sehingga dapat melaksanakan screening ca cerviks tanpa di pngut biaya lagi.
Jika ada hubungan
pengetahuan wanita usia subur
dengan perilaku screening ca cerviks, maka hal ini disebabkan dengan mengetahui tujuan dan manfaat dari screening ca cerviks, maka WUS yang sebelumnya tidak tahu akan berubah pemikirannya untuk segera melaksanakan screening ca cerviks. Jadi dalam hal ini peran pengetahuan adalah menjadi faktor pendahulu
(predisposing factors) bagi
terbentuknya perilaku screening ca cerviks. Tanpa pengetahuan yang baik atau minimal cukup maka mustahil timbul keinginan untuk melaksanakan screening ca cerviks.
Jika ada hubungan sikap wanita usia subur dengan perilaku screening ca cerviks, maka hal ini disebabkan tanpa di dahului oleh sikapnya yang setuju atau sangat setuju terhadap kegiatan screening ca cerviks maka mustahil seseorang melaksanakan screening ca cerviks. Jadi dapat dikatakan bahwa sikap ini menjadi faktor penentu terbentunya perilaku screening ca cerviks. Hal ini sealan dengan konsep yang telah dikemukakan para ahli perilaku sebelumnya yang menjelaskan bahwa perilaku terbentk dengan didahului oleh faktor sikap. Sikap inilah yang menjadi faktor penentu terbentknya
perilaku screening ca cerviks.
Demikian juga menurut Green yang
menjelaskan bahwa perilaku
terbentuk dengan didahului oleh faktor sikap tentang obyek yang akan dilakukannya.
Simpulan
1. Sebagian besar responden
memiliki pengetahuan
tentang screening ca cerviks dengan kategori cukup yaitu 12 responden (60%).
2. Sebagian besar responden memiliki sikap positif tentang screening ca cerviks yaitu 11 responden (55%).
3. Sebagian besar responden
melakukan csreening ca
cerviks yaitu 12 responden (60%).
4. Ada hubungan pengetahuan wanita usia subur dengan perilaku screening ca cerviks
di Puskesmas Campurejo
Kota Kediri (Wilcoxon
dengan p = 0,005 < 0,05 maka Ho ditolak).
5. Ada hubungan sikap wanita usia subur dengan perilaku
screening ca cerviks di
Puskesmas Campurejo Kota Kediri (Wilcoxon dengan p = 0,020 < 0,05 maka Ho ditolak).
Saran
Diharapkan agar responden pada saat ada program screening ca cerviks di Puskesmas segera kut kegiatan ini. Bagi yang ada kendala dengan biaya maka disarankan untk ikut program BPJS kesehatan.
Diharapkan agar tenaga
medis (bidan) selalu
mensosialisasikan kegiatan screening ca cerviks di desa atau tempat lain amereka pedukli dengan screening ca
cerviks dan segera berminat
melaksanakan.
Diharapkan agar institusi
pendidikan menambah literatur atau
pustaka mengenai screening ca
cerviks.
Diharapkan agar masyarakat ikut memberikan dukungan positif
kepada WUS agar mau
melaksanakan screening ca cerviks.
Diharapkan agar peneliti
selanjutnya mengadakan penelitian yang sama dengan memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi pelaksanaan screening ca cerviks.
Faktor dimaksud bisa berupa
persepsi, motivasi, dukungan sosial terhadap pelaksanaan screening ca cerviks.
DAFTAR PUSTAKA
Anurogo. 2009. Apa Beda Kanker
Leher Rahim dan Kanker Rahim?
http://netsains.com/2009/10/ap a-beda-kanker-leher-rahim-dan-kanker-rahim/.
Depkes RI. 2007. Buku Acuan
Pencegahan Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara.
Jakarta : Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Direktorat Jenderal PP&PL Departemen Kesehatan RI
Kompas. 2008. Saatnya Mencegah
Kanker Serviks. http://id.shvoong.com /medicine-and-health/1768033- saatnya-mencegah-kanker-serviks/ Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan Ed Revisi. Jakarta : Rineka Cipta.
Ocviyanti. 2010. Berbagai Teknik Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Payudara. Jakarta :
Departemen Obstetri dan
Ginekologi FKUI
Riono. 2009. Kanker Leher Rahim. http://dokter.indo.net.id/serviks .html