• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN OBYEK WISATA PANTAI INA BURAK KABUPATEN FLORES TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGEMBANGAN OBYEK WISATA PANTAI INA BURAK KABUPATEN FLORES TIMUR"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

FRANSISKUS SABON AMA CB 4513042029

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2019

(2)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S.T)

Oleh :

FRANSISKUS SABON AMA CB 4513042029

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2019

(3)
(4)
(5)
(6)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Potensi pengembangan objek wisata Pantai Ina Burak desa Lewokeleng Kabupaten Flores Timur, sebagai kawasan objek wisata, pengembangan kawasan wisata dengan mengidentifikasi setiap potensi yang terkait pengembangan kawasan wisata serta strategi yang akan dilakukan terkait dengan pengembangan objek wisata untuk menjadikan sebagai suatu destinasi wisata pantai yang mampu menarik wisatawan. Metode yang digunakan Yaitu ; metode Deskriptif Kuantitatif dan Metode analisis pembobotan.

Untuk memberikan hasil didalam proses penelitian maka jenis data dan informasi yang digunakan meliputi jenis data primer dan data sekunder yang didapatkan langsung melalui observasi lapangan dan instansi terkait dengan penelitian.

Berdasarkan hasil analisis kawasan obyek wisata Pantai Ina Burak, maka diketahui bahwa kawasan wisata Pantai Ina memiliki potensi untuk dikembangkan, . Maka ada beberapa Arahan Pengembangan yang dapat digunakan yaitu memanfaatkan seluruh potensi alam yang indah, menawan dan sangat bervariasi,mengembangkan kawasan wisata yang berada dilingkungan yang masih alami, memanfaatkan potensi yang ada pada masyarakat sebagai salah satu bentuk dukungan dalam pengembangan kawasan wisata

Kata kunci : Pengembangan Objek Wisata Pantai

(7)

i Puji dan syukur patut dipanjatkan kepada Sang Ilahi atas berkat dan kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir dengan judul Pengembangan Obyek Wisata Pantai Ina Burak Kabupaten Flores Timur, yang diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan Strata Satu (S1) pada Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini, banyak hambatan dan rintangan yang dihadapi, namun atas bantuan dari berbagai pihak semua permasalahan itu dapat diatasi dengan baik seperti yang diharapkan.

Pada kesempatan lainpun banyak masukan dan bantuan moril yang didapatkan penulis, sehingga tak lupa ucapan terima kasih juga kepada pihak-pihak tersebut yang telah banyak membantu dalam rangka menyelesaikan skripsi ini, kepada :

1. Bapak Dr. Ridwan, ST.,MSi. selaku Dekan Fakultas Teknik, dan para Pembantu Dekan beserta seluruh staf Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

2. Kedua Orang tuaku. Bapak Nikolaus Doni Korebima dan mama tercinta Godelifa Lepang Igo yang sangat luar biasa dan sangat saya banggakan dalam membesarkan dan mendidik penulis serta kepada Adik-adikku

(8)

ii tersayang yofi Korebima Dan Rosna Korebima Serta kakak - kakakku Fat Korebima, Egid Welin dan Pauleta yang telah Menjadi penyemangat hidupku

3. Ibu Ir. Rahmawati rahman, M.Si Selaku Pembimbing I & Bapak Jufriadi, ST.M,SP selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta pengetahuannya membimbing dengan sabar kepada penulis sejak awal penulisan skripsi ini hingga selesai dan semoga slalu diberi kesehatan.

4. Bapak Bupati Flotim beserta jajarannya, Bapak Kepala BAPPEDA Kab. Flotim, Bapak Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Kab. Flotim, Bapak Kepala Dinas PU Kab. Flotim berserta stafnya, Bapak Camat Ile Boleng berserta jajarannya, Bapak Kepala Desa Lewokeleng, atas bantuannya selama penulis mengadakan penelitian di obyek wisata pantai Neren Watotena Pulau Adonara.

5. Rekan-rekan mahasiswa Perencanaan Wilayah & Kota Angkatan 2013 yang senasib dan seperjuangan (Vianey, Alun Rafil, Ebeng, Ahmat, Ajun, Thira, Ega, Akbar, Danar dan semuanya...), terima kasih atas bantuan selama kuliahq dan salam persahabatan buat sobat-sobatq .

Kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak sempat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terima kasih dan memanjatkan doa kiranya bernilai di sisi Sang Pencipta.

(9)

iii penulis, demi kesempurnaan penulisan naskah dimasa-masa yang akan datang. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi orang-orang yang membutuhkan dan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Semoga segala bantuan dan bimbingan yang diberikan kepada penulis diterima sebagai amal ibadah dan mendapat limpahan rahmat dan berkat dari Sang Ilahi.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati serta segala kekurangan, penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sesempurna seperti yang diharapkan bersama namun mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi yang memerlukannya. Terima kasih....

Salam Sejahtera...

Makassar, Maret 2019

Peneliti

(10)

iv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat ... 6

D. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

E. Sistem Matik Pembahasan... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Pengertian Pariwisata ... 10

B. Pengertian Pengembangan ... 13

C. Faktor-Faktor Mempengarui Perkembangan Pariwisata ... 16

D. Standar dan Konsep pengembangan Kepariwisataan ... 20

E. Pariwisata Pesisir ... 23

F. Jenis Pantai ... 25

G. Konsep Zonasi Perencanaan Kawasan Pariwisata ... 31

H. Tipologi Pantai dengan Pemanfaatnya ... 37

I. Kepariwisataan Nusa Tenggara Timur (NTT) ... 39

J. Kebijakan Kepariwisatan Flores Timur ... 41

K. Kerangka Pikir ... 44

(11)

v

BAB III METODE ANALISIS ... 45

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 45

B. Jenis dan Sumber Data ... 45

1. Jenis Data ... 45

2. Sumber Data ... 46

C. Motode Pengumpulan Data ... 48

1. Motode Wawancara ... 48

2. Metode Observasi ... 48

3. Populasi dan Sampel ... 49

D. Teknik Analisis Data ... 51

1. Motode Analisis Deskriptif Kualitatif ... 51

2. Metode Pembobotan ... 52

E. Definisi Operasional ... 53

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 57

A. Gambaran Umum Kabupaten Flores Timur ... 57

1. Karakteristik Fisik Wilayah ... 57

2. Kepariwisataan Flores Timur ... 62

3. Karateristik Sosial Budaya ... 64

B. Tinjauan Khusus Lokasi Studi... 64

1. Karakteristik Fisik Wilayah ... 64

2. Kependudukan... 73

3. Kepariwisatan ... 74

4. Prasarana dan sarana Pariwisata ... 79

C. Opini Masyarakat Tentang Pengembangan Objek Wisata Pantai Ina Burak... 92

D. Potensi Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Ina Burak ... 93

1. Potensi Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Ina Burak 93 E. Analisis Fisik Kawasan ... 98

1. Topografi ... 98

2. Geologi dan Jenis Tanah ... 99

(12)

vi

3. Hidrologi ... 100

4. Pengunaan Lahan ... 100

F. Analsis Potensi Kawasan Objek Wisata Pantai Ina Burak ... 101

1. Antraksi Wisata ... 101

2. Aksibilitas ... 103

3. Sarana dan Prasarana ... 105

4. Sosial Budaya Masyarakat ... 108

G. Analsis Kebijakan Pariwisata Kabupaten Flores Timur Terkait Pengembangan Kawasan Objek Wisata Ina Burak ... 112

H. Kriteria Pembagian Zoning ... 115

I. Analsis Konsep Pengembangan Zoning ... 118

1. Zona 1... 119

2. Zona II... 120

3. Zona III... 121

J. Arahan Pengembangan Kawasan Objek Wisata Pantai Ina Burak ... 124

1. Zona 1... 125

2. Zona II... 126

3. Zona III... 127

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 131

B. Saran ... 134 DAFTAR PUTAKA

LAMPIRAN

(13)

vii

Pantai Ina Burak ... 52 Tabel. 3.2 Paremeter Potensi Kawasan Objek Wisata Pantai Ina

Burak Desa Lewokeleng ... 53 Tabel. 4.1. Luas Wilayah Kecamatan Flores Timur ... 59 Tabel. 4.2. Tinggi Kemiringan Dan Ketinggian di Kabupaten

Flores Timur ... 60 Tabel. 4.3. Jenis Objek Wisata di Kabupaten Flores Timur ... 63 Tabel. 4.4. Luas Dusun di Desa Lewokeleng ... 65 Tabel. 4.5 Luas Lahan Berdasarkan Penggunaannya di Desa

Lewokeleng ... 72 Tabel. 4.6. Perkembangan jumlah penduduk Desa Lewokeleng ... 73 Tabel. 4.7 Distribusi Kepadatan Penduduk Desa Lewokeleng ... 74 Tabel. 4.8 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan

Nusatara dari Tahun 2013-2017 pada Kawasan Objek

Wisata ... 76

Tabel. 4.9. Jawaban Responden Terhadap Antraksi Wisata Pantai di Kawasan Objek Wisata Ina Burak ... 102

Tabel.4.10. Jawaban Responden Terhadap Aksibilitas Wisata

Pantai Ina Burak ... 104 Tabel.4.11. Jawaban Responden Terhadap Sarana dan Prasarana

pada Kawasan Objek Wisata Pantai Ina Burak ... 107 Tabel.4.12. Jawaban Respoden Terhadap Sosial Budaya di

Kawasan Objek Wisata Ina Burak ... 109 Tabel.4.13. Paremeter Potensi Kawasan Wisata Ina Burak ... 111

(14)

viii

(15)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar. 4.1. Peta Kabupaten Flores Timur... 58

Gambar. 4.2. Peta Desa Lewokeleng ... 66

Gambar. 4.3. Peta Penggunaan Lahan ... 68

Gambar. 4.4. Peta Topografi ... 70

Gambar. 4.5 Peta Jenis Tanah ... 71

Gambar. 4.6. Peta Atraksi Wisata ... 97

Gambar. 4.7. Peta Perzoning ... 123

Gambar. 4.8. Arahan Pengembangan ... 129

Gambar .4.9. Peta kerawanan Bencana ... 130

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pariwisata di Indonesia diperlakukan sebagai suatu industri dan diharapkan dapat berfungsi sebagai katalistator dan pembangunan (agent of development) dan dapat menunjang pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Namun dalam proses pencapaian semuanya itu, dalam perjalanannya terjadi hal-hal yang dapat menimbulkan kerugian bagi pengembangan pariwisata itu sendiri, yaitu dengan munculnya dampak negatif seperti, dampak terhadap seni dan budaya, dampak terhadap sosial, dampak terhadap perekonomian, dampak terhadap lingkungan hidup, dan terjadinya kebocoran yang dapat mengurangi perolehan devisa.

(Yoeti Oka. H.A. 2008 :1).

Pengembangan kepariwisataan pada daerah tujuan wisata selalu akan diperhitungkan dengan keuntungan dan manfaat bagi rakyat banyak. Dengan demikian dapat menjadi kawasan pariwisata karena berdasarkan kriteria pengembangan lokasi pariwisata harus mempunyai; keindahan alam dan keindahan panorama, masyarakat dengan kebudayaan bernilai tinggi dan diminati oleh wisatawan serta bangunan peninggalan budaya dan atau mempunyai nilai sejarah tinggi (Amien Mappadjantji, 1996:277).

1

(17)

2 Hingga sekarang masih banyak daerah yang memiliki potensi pariwisata yang besar, tetapi prasarana seperti airport, pelabuhan, jalan raya, jembatan, persediaan air bersih, tenaga listrik, sarana telekomunikasi masih memprihatinkan. Ini yang dikatakan pembangunan pariwisata yang tidak berimbang. Di satu pihak pertumbuhan bisnis pariwisata meningkat, tetap tidak didukung oleh penyediaan sarana dan prasarana untuk melayani wisatawan.

Kebupaten Flores Timur merupakan salah satu kabupaten kepulauan yang terdiri dari Pulau Adonara, Pulau Solor, sebagian daratan Flores dan pulau-pulau kecil lainnya. Wilayah ini berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang kaya akan Sumber Daya Alam kuhususnya bidang kepariwisataan, tetapi belum dikelolah sebaik mungkin sehingga masih tertinggal dengan daerah lain.

Untuk itu potensi yang ada perlu dimanfaatkan sebaik mungkin agar dapat membantu pendapatan bagi pemerintah terutama untuk peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Pengembangan pariwisata khususnya di Kabupaten Flores Timur telah menawarkan beberapa kegiatan pariwisata mulai dari wisata air panas, Wisata Pantai, Wisata Religi dan Wisata Budaya yang tersebar di beberapa kecamatan. Tetapi tidak semua daerah memiliki peluang yang menonjol untuk dikembangkan sebagai daerah wisata. Peluang tersebut dimungkinkan jika dilaksanakan

(18)

3 suatu perencanaan dan pengembangan yang berorientasi pada sifat yang spesifik sebagaimana karakteristik yang akan dikembangkan dengan tetap memperhatikan aspek sosial budaya dan sosial ekonomi terlebih pada aspek lingkungan.

Wisata alam sendiri terdiri dari alam fisik, fauna, dan floranya.

Meskipun sebagai atraksi wisata ketiga-tiganya selalu berperan bersama-sama, bahkan biasanya juga bersama-sama dengan modal kebudayaan dan manusia. Dengan demikian ada beberapa faktor sehingga alam menarik bagi wisatawan yaitu; model kegiatannya dilakukan pada alam terbuka, kegiatannya dapat dinikmati pada jangka pendek, di tengah alam dapat mencari ketenangan, alam juga dapat menjadi bahan studi untuk wisatawan budaya dengan jenis flora dan fauna yang langka (R.G, Soekadijo, 1997:52-53). Dengan demikian dapat menjadi kawasan pariwisata karena berdasarkan kriteria pengembangan lokasi pariwisata harus mempunyai;

Keindahan alam dan keindahan panorama, masyarakat dengan kebudayaan bernilai tinggi dan diminati oleh wisatawan serta bangunan peninggalan budaya dan atau mempunyai nilai sejarah tinggi (Mappadjantji Amien, 1996:277)

Kawasan obyek wisata Pantai Ina Burak terletak ± 40 Km dari Ibu Kota Kabupaten Flores Timur dengan luas ± 8 Ha dan panjang ± 670 meter. Obyek wisata ini sangat potensial di Kabupaten Flores

(19)

4 Timur sehingga perlu untuk dikembangkan menjadi lebih baik. Daya tarik obyek wisata ini menampilkan potensi yang spesifik dan menciptakan kawasan pantai yang harmonis dan berkualitas.

Kawasan obyek wisata Pantai Ina Burak memiliki bentang alam yang bervariasi dengan karakteristik pantainya yang alami dan khas, dimana Kondisi air lautnya berwarna jernih dan kehijauan dan ketika pada saat surut air laut ketinggian air berada sekitar ± 1 meter, sehingga terlihat dasar laut dengan terumbuh karang yang indah.

Selain itu obyek wisata Pantai Ina Burak menawarkan daya tarik lainya seperti pasir yang putih, struktur bebatuan yang unik dengan ketinggian batuan bervariasi ± 1-20 meter dan memanjang ke tenga laut ± 1-80 meter dan lebar 10 meter sehingga bisa dijadikan olaraga panjat tebing.

Ke arah laut, kawasan obyek wisata Pantai Ina Burak ini berhadapan dengan Pulau Solor dan Pulau Lembata (Kabupaten Lembata) sehingga memiliki sentuhan panorama alam perbukitan yang indah yang tebentang memanjang pada pulau-pulau tesebut.

Ketika pada pagi hari, terlihat Sun rise dari bibir pantai dengan panorama yang memukau. Selain itu ke arah darat obyek wisata Pantai Ina Burak menyimpan potensi pariwisata lain seperti wisata kuliner, wisata budaya dan wisata sejarah.

(20)

5 Pada kawasan obyek wisata ini terdapat jenis spesies flora dan fauna, dimana pada pesisir pantainnya terdapat beberapa jenis flora seperti pohon dan tanaman hias yang menghijau. Selain kawasan obyek wisata pantai Ina Burak masih terdapat jenis obyek wisata pantai lainnya yang saling berdekatan yaitu obyek wisata pantai Watotena, pantai Longot (wisata religi), dan pantai Meko. Beberapa obyek wisata ini terletak bersebelahan dengan Desa Lewokeleng sehingga memudahkan wisatawan untuk berkunjung ke obyek wisata tersebut.

Namun potensi yang ada belum sepenuhnya dikelola oleh Pemda setempat hal ini terlihat dengan masih kurangnya pengelolaan sarana dan prasarana penunjang wisata dan tidak tertampungnya wisatawan pada hari-hari libur karena areal wisata yang cenderung ke arah areal pantai serta ruang parkir yang terletak di dalam kawasan pantai sehingga pantai cenderung kotor dan atraksi lainnya tidak terawat dengan baik. Padahal jika obyek ini dikembangkan akan sangat berpotensi membantu pemasukan pemerintah terutama untuk peningkatan PAD dan masyarakat setempat karena potensi atraksi yang dimilikinya.

(21)

6 B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut di atas adapun rumusan masalah yang dapat di identifikasi yakni :

1. Apa penyebap potensi kawasan obyek wisata Pantai Ina Burak tidak dapat dikelolah dengan baik?

2. Bagaimana upaya pengembangan potensi kawasan obyek wisata Pantai Ina Burak?

C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Penelitian

a. Mengidentifikasi penyebabap potensi kawasan obyek wisata Pantai Ina Burak tidak dikelolah dengan baik.

b. Untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang dilakukan dalam mengembangkan potensi obyek wisata pantai Ina burak.

2. Manfaat Penelitian

a. Sebagai usulan kepada pemerintah Kabupaten Flores Timur dalam menetapkan arahan pengembangan kawasan obyek wisata Pantai Ina Burak sehingga dapat meningkatkan Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) Kabupaten Flores Timur.

b. Bagi masyarakat yakni dapat menambah pendapatan selain di bidang sektor perikanan, dapat membuka lapangan kerja, info

(22)

7 teknologi, dan perubahan pola berfikir serta peningkatan pendidikan

c. Sebagai referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya terutama yang berkaitan dengan pengembangan kawasan obyek wisata Pantai Ina Burak.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Lokasi penelitian berada di Kecamatan Ile Boleng Pulau Adonara Desa Lewokeleng dengan lingkup variabel yang akan diteliti yaitu potensi daya tarik kawasan obyek wisata Pantai Ina Burak, tanggapan masyarakat/pengunjung tentang keberadan obyek wisata pantai Lewokeleng, serta dukungan pelayanan dalam hal ini mengenai sarana dan prasarana. Sehingga dijadikan arahan pengembangan kawasan obyek wisata pantai ina Burak Desa Lewokeleng.

E. Sistematika Pembahasan

Sistematik penulisan di maksudkan untuk memberikan informasi atau memaparkan secara berurutan mengenai isi laporan yang dirinci tiap bab dan juga memberikan gambaran umum secara mengenai point di bahas pada tiap-tiap bab tersebut.

(23)

8 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Ruang Lingkup serta Sistematika Pembahasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini memuat tentang pengertian pariwisata dan pengembangan, daerah tujuan wisata, standar dan konsep pengembangan kepariwisataan, pariwisata pesisir, jenis pantai, tipologi pantai dan pemanfaatannya, kebijakan nasional tentang pariwisata, dan kerangka pikir.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini memuat tentang Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel, Jenis dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisa Data dan Definisi Operasional.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat gambaran Umum Kabupaten Flores Timur, Tinjauan Lokasi Studi, Potensi Obyek Wisata Pantai Ina Burak, Karakteristik Obyek Wisata Pantai Ina Burak, Prasarana dan Sarana, Opini Masyarakat tentang Pengembangan Obyek Wisata Pantai Ina Burak, Potensi Pengembangan Obyek Wisata Pantai Ina Burak. Arahan Pengembangan Kawasan Wisata, Pengembangan Kegiatan Fasilitas dan Utilitas

(24)

9 Kawasan dan kriteria pembagian zoning, analisis konsep pengembangan zoning, arahan pengembangan kawasan obyek wisata Pantai Ina Burak.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan hasil pembahasan serta saran hasil penelitian

DAFTAR PUSTAKA.

(25)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pariwisata

Kepariwisataan bukanlah sekedar untuk menyediakan dasar- dasar teori untuk perkembangan praktek dalam usaha bidang kepariwisataan sebagai satuan penting dari ilmu ekonomi dunia yang merupakan gejala ekonomi, sosiologi, dan psikologi antara satu sama lain saling berkaitan dan banyak sangkut pautnya dengan kehidupan masyarakat baik secara regional, nasional maupun internasional (Yoeti A. Oka 1982:97)

Pariwisata secara estimologi berasal dari kata yang berarti berputar dan wisata berarti perjalanan. Atas dasar tersebut maka pariwisata dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berputar-putar dari satu tempat ke tempat lain (Yoeti Oka A.

1982:103).

Sedangkan menurut Saleh Wahab bahwa Pariwisata adalah sebagai suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar dan mendapat pelayanan secara berganti diantara orang-orang di suatu negara itu sendiri (luar negeri) yang meliputi kediaman orang-orang dari daerah lain (daerah tertentu, suatu negara atu benua) untuk sementara waktu dalam mencari keputusan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya dimana ia memperoleh

10

(26)

11 pekerjaan tetap.

Wisatawan adalah semua orang yang meninggalkan rumah kediaman mereka untuk jangka waktu kurang dari satu tahun dan sementara, mereka mengeluarkan uang di tempat yang mereka kunjungi tanpa dengan maksud mancari nafkah di tempat tersebut (Pandit N.S. 1994:37).

Sesuai dengan bermacam-macamnya kegiatan manusia maka beberapa kegiatan dikembangkan menurut ciri-ciri khas sendiri.

Menurut Oka Yoeti (1983), ada beberapa jenis dan macam dari pariwisata, yaitu :

1. Berdasarkan obyek yang dikunjungi maupun maksud wisatawan mengunjungi daerah tersebut :

a. Wisata budaya berupa kekayaan budaya setempat dan merupakan obyek wisata utama.

b. Wisata alam berupa keindahan dan keunikan alam menjadi obyek wisata utama.

c. Wisata Agro berupa obyek wisata yang berkaitan dengan kegiatan pertanian.

d. Wisata Buru yaitu obyek wisata utamanya adalah hewan- hewan dalam hutan dan perburuan.

2. Berdasarkan atas maksud bepergian wisatawan, pariwisata dibedakan antara lain:

(27)

12 a. Wisata Rekreasi untuk memulihkan kemampuan fisik dan mental wisatawan, mendapatkan kesempatan untuk bersantai serta menghilangkan kebosanan dan keletihan kerja sehari- hari.

b. Wisata ilmu untuk memperkaya informasi dan pengetahuan tentang obyek wisata yang dikunjungi (sejarah., budaya, dan sebagainya).

c. Wisata medis untuk kebutuhan perawatan di daerah-daerah yang mempunyai fasilitas penyembuhan seperti sumber air panas dan sumber air belerang.

d. Wisata olahraga untuk melakukan kegiatan olahraga seperti mendaki, berburu binatang, memancing, berselancar, menyelam, dan lain-lain.

e. Wisata konvensi untuk melakukan kegiatan pertemuan- pertemuan ilmiah, politik, kongres, seminar dan lain sebagainya.

Pariwisata dapat juga dibedakan berdasarkan letak geografis seperti wisata pantai, laut, pegunungan, ataupun berdasarkan tingkat harta seperti wisata mewah, menegah dan sederhana.

Sedangkan kedatangan wisatawan dapat dalam bentuk rombongan, baik dari dalam negeri maupun wisatawan mancanegara.

(28)

13 B. Pengertian Pengembangan

Pengembangan berasal dari kata dasar kembang yang berarti menjadi bertambah sempurna. Kemudian mendapat imbuan pe- dan – an sehingga menjadi pengembangan yang artinya proses, cara atau perbuatan mengembangkan. Jadi pengembangan di sini adalah usaha sadar yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan agar lebih sempurna dari pada sebelumnya.

Proses, cara, perbuatan mengembangkan: pemerintah selalu berusaha dalam pembangunan secara bertahap dan teratur yg menjurus ke sasaran yg dikehendaki. Suatu obyek pariwisata harus memenuhi tiga kriteria agar obyek tersebut diminati pengunjung, yaitu :

1. Something to see adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisa di lihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain obyek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut.

2. Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, relax berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana.

(29)

14 3. Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada umumnya adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut, sehingga bisa dijadikan sebagai oleh-oleh.

Dalam pengembangan pariwisata perlu ditingkatkan langkah- langkah yang terarah dan terpadu terutama mengenai pendidikan tenaga-tenaga kerja dan perencanaan pengembangan fisik

Kedua hal tersebut hendaknya saling terkait sehingga pengembangan tersebut menjadi realistis dan proporsional. Agar suatu obyek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu obyek wisata yang menarik, maka faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana dan prasarana obyek wisata tersebut.Karena sarana dan prasarana juga sangat diperlukan untuk mendukung dari pengembangan obyek wisata.

Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan hidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan.

Sarana kepariwisataan tersebut adalah :

1. Perusahaan akomodasi : hotel, losmen, bungalow.

2. Perusahaan transportasi : pengangkutan udara, laut atau kereta api dan bus-bus yang melayani khusus pariwisata saja.

3. Rumah makan, restaurant, depot atau warung-warung yang berada di sekitar obyek wisata dan memang mencari mata

(30)

15 pencaharian berdasarkan pengunjung dari obyek wisata tersebut.

4. Toko-toko penjual cinderamata khas dari obyek wisata tersebut yang notabene mendapat penghasilan hanya dari penjualan barangbarang cinderamata khas obyek tersebut.

5. Dan lain-lain.

“Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam”.

Prasarana tersebut antara lain :

1. Perhubungan : jalan raya, rel kereta api, pelabuhan udara dan laut, terminal.

2. Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih.

3. Sistem telekomunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televise, kantor pos

4. Pelayanan kesehatan baik itu puskesmas maupun rumah sakit.

5. Pelayanan keamanan baik itu pos satpam penjaga obyek wisata maupun pos-pos polisi untuk menjaga keamanan di sekitar obyek wisata.

6. Pelayanan wistawan baik itu berupa pusat informasi ataupun kantor pemandu wisata.

7. Pom Bensin.

(31)

16 Dalam pengembangan sebuah obyek wisata sarana dan prasarana tersebut harus dilaksanakan sebaik mungkin karena apabila suatu obyek wisata dapat membuat wisatawan untuk berkunjung dan betah untuk melakukan wisata disana maka akan menyedot banyak pengunjung yang kelak akan berguna juga untuk peningkatan ekonomi baik untuk komunitas di sekitar obyek wisata tersebut maupun pemerintah daerah

C. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Pariwisata Perkembangan pariwisata dipengaruhi oleh dua hal utama yaitu : 1. Potensi Wisata yang ditawarkan

Obyek wisata yang ditawarkan dapat berupa obyek-obyek yang alami maupun obyek buatan manusia.

Obyek-obyek alami meliputi antara lain:

a. Iklim berupa udara yang bersih, suhu yang nyaman, sinar matahari yang cukup

b. Pemandangan alam yang meliputi panorama pegunungan yang indah, danau, sungai, pantai, bentuk-bentuk yang unik, air terjun, gunung berapi, gua dan lain sebagainya.

c. Wisata rimba berupa tumbuhan khas, hewan perburuan, kemungkinan memancing, taman suaka dan binatang buas.

d. Sumber air kesehatan misalnya sumber air mineral, sumber air panas untuk penyembuhan penyakit dan sebagainya.

(32)

17 Menurut H. Robinson (1976) dalam pengembangan pariwisata ada enam elemen utama sebagai pembentuk daya tarik wisata suatu daerah, yaitu:

a. Cuaca; merupakan satu ciri khusus pada pariwisata karena cuaca yang sejuk dan nyaman dengan iklim yang konstan menyebabkan daya tarik bagi wisatawan.

b. Pemandangan; merupakan atraksi wisata yang menyebabkan faktor daya tarik bagi para wisatawan.

c. Fasilitas; terdiri dari dua jenis yaitu :

 Alam berupa atraksi pantai, kemungkinan berenang

dilaut/danau, memancing dan pemandangan alam dan lain-lain.

 Buatan manusia yang merupakan hiburan atau

pertunjukan-pertunjukan serta fasilitas-fasilitas yang memenuhi kebutuhan khusus para wisatawan.

d. Faktor sejarah dan budaya; berupa peninggalan sejarah atau seni budaya zaman dahulu.

e. Aksesibilitas; semakin mudah suatu kawasan/lokasi wisata f. dapat dicapai, semakin tinggi pula kemungkinan untuk

dikunjungi wisatwan.

g. Akomodasi; menyangkut tempat meginap dan makan.

(33)

18 2. Besarnya Permintaan Wisata

Permintaan (demand) wisata merupakan permintaan akan jenis obyek wisata serat fasilitas-fasilitas penunjangnya yang diinginkan oleh wisatawan. Permintaan wisata sangat beragam karena setiap orang bepergian selalu didorong oleh motivasi tertentu yang berbeda-beda untuk setiap orang. Bahkan ada berbagai keinginan, kebutuhan, kesukaan dan ketidaksukaan yang kadang-kadang berbaur dan bertentangan dalam diri seseorang ataupun dalam diri antar wisatawan. Perbedaan permintaan wisata tidak selalu mengikuti perbedaan kebangsaan, tempat kediaman, jabatan, tingkat sosial dan sebagainya.

Walaupun mendapatakan gambaran secara garis besar hal-hal tersebut sering digunakan sebagai pembeda.

Permintaan wisata disamping dipengaruhi oleh motivasi- motivasi dan tujuan wisatawan juga dipengaruhi oleh hal-hal tertentu sebagi berikut (Wahab,1992):

a. Elastisitas

Menunjukan seberapa jauh tingkat elastisitas permintaan wisata terhadap perubahan perekonomian dan perubahan harga.

b. Kepekaan

Permintaan pariwisata sangat peka terhadap perubahan keadaan sosial politik dan perubahan moda perjalanan.

(34)

19 Daerah tujuan wisata yang mengalami ketidak-tenangan politik dan gejolak sosial tidak akan menarik wisatawan meskipun harga-harga fasilitas wisata sangat murah.

c. Perkembangan setempat dan perkembangan dunia.

d. Perkembangan dalam angkutan, informasi, ekonomi, bertambahnya waktu luang (libur), keadaan iklim setempat yang berbeda, pola hidup yang berubah dan sebagainya.

e. Musim wisata

Permintaan wisata berubah-ubah menurut musim wisata, ada bulan-bulan tertentu dimana permintaan wisata tinggi.

Dalam usaha pengembangan di sektor pariwisata telah dicanangkan kegiatan antara lain :

 Meningkatkan promosi sebagai daerah tujuan wisata baik dari dalam maupun dari luar negeri

 Kerjasama dengan pihak instansi terkait termasuk biro

perjalanan dalam meningkatkan pengenalan obyek-obyek wisata serta memacu arus wisatawan mancanegara.

 Melalui kerja sama pihak swasta dalam pengembangan

dan peningkatan obyek-obyek wisata yang potensial untuk dikembangkan.

 Melakukan pembinaan pada pengelolah industri wisata antara lain; wisma, rumah makanan, panggung terbuka dan lain-lain.

(35)

20

 Mengadakan berbagai lomba untuk memperkenalkan obyek wisata, baik tingkat lokal maupun tingkat nasional.

 Meningkatkan sarana dan prasarana obyek wisata yang potensial dan bekerjasama dengan pihak swasta

 Pertumbuhan ekonomi yang cukup memadai dan

bervariasi dalam kegiatan ekonomi akan meningkatkan pertumbuhan pariwisata.

 Stabilitas sosial, ekonomi, politik dan keamanan yang

mantap dan memberikan jaminan rasa aman bagi wisatawan.

D. Standar dan Konsep Pengembangan Kepariwisataan

Standar adalah persyaratan relatif yang dapat berfungsi sebagai pegangan atau kriteria dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan. Standar merupakan alat untuk membantu penilaian-penilaian pencapaian sasaran yang sudah ditentukan sebelumnya dan dapat juga dipakai untuk membandingkan efektifitas relatif jasa pelayanan rekreasi di suatu tempat perbandingan dengan tempat-tempat atau populasi lain yang serupa.

Menurut Edward Inskeep (1991), standar terutama dipakai untuk:

1. Perencanaan sistem: penyiapan suatu rencana komprehensive tempat rekreasi atau taman hiburan dan integrasi guna lahan publik dan private berskala komunitas.

(36)

21 2. Perencanaan tapak/fasilitas; penentuan jenis-jenis fasilitas apa

saja yang diinginkan untuk mungkin dibangun di suatu tapak.

3. Rasionalisasi; justifikasi atau prioritas untuk pembangunan fasilitas rekreasi yang diberikan pada unit masyarakat atau unit politis

4. Pengukuran; penggunaan indikator kualitatif atau kuantitatif untuk menganalisis kinerja atau efektifitas suatu tempat rekreasi atau sistem taman hiburan.

Standar yang dipilih dapat berbeda-beda untuk setiap tempat, karena kondisi lingkungan, masyarakat dan nilai yang berlaku di suatu tempat akan berbeda dengan di tempat lain agar dapat efektif dalam situasi apapun, standar yang dipakai harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Orientasi masyarakat: standar harus mencerminkan kebutuhan- kebutuhan masyarakat daerah.

2. Kelayakan-kelayakan harus dapat dibuat dalam periode perencanaan dan dana yang tersedia. Standar yang secara lingkungan politis dan ekonomis tidak realistis untuk suatu periode perencanaan daerah tertentu akan sulit diterapkan.

3. Kepraktisan: standar harus mudah diterapkan, direvisi atau diproyeksikan dalam suatu pengambilan keputusan perencanaan. Standar harus didasarkan pada prinsip-prinsip perencanaan yang menyeluruh dan data terbaik yang tersedia.

(37)

22 Standar yang sifatnya kondisional atau berdasarkan kira-kira tidak dapat digeneralisasikan pada unit komunitas atau unit perencanaan yang serupa.

4. Relevansi: standar harus relevan dengan masyarakat den waktu. Jika suatu standar bersifat timeless dan berlaku untuk semua tempat, maka artinya standar tersebut akan menjadi tidak peka terhadap perubahan pesat seperti gaya hidup masyarakat dan ekonomi. Standar selalu dapat direvisi bilamana perlu.

Pemakaian serangkaian standar yang mencerminkan kriteria-kriteria diatas merupakan salah satu aspek penting suatu proses perencanaan, yaitu untuk membantu menganalisa kebutuhan eksisting dan kebutuhan proyeksinya. Jika digunakan secara tepat, standar dapat dijadikan pegangan untuk memperkirakan:

1. Luas lahan dan jumlah fasilitas yang dibutuhkan untuk melayani masyarakat umum maupun suatu populasi tertentu.

2. Jumlah orang yang dapat dilayani oleh suatu tempat rekreasi atau fasilitas tertentu.

3. Kememadaian suatu tempat atau fasilitas terhadap jumlah pemakai potensial di daerah layanannya.

(38)

23 E. Pariwisata Pesisir

Dalam pengembangan pariwisata perlu ditinjau jenis-jenis pariwisata yang potensial untuk dikembangkan yang berada pada daerah tujuan wisata, karena hal ini akan sangat berpengaruh terhadap motivasi wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata pada objek wisata tersebut. Maka salah satu jenis pariwisata yang potensial untuk dikembangkan adalah pariwisata pesisir, yaitu suatu kegiatan mengunjungi daerah lain khususnya daerah sekitar pantai untuk melakukan kegiatan lain selain bekerja untuk mendapatkan kepuasan dan rekreasi.

Pengembangan pariwisata menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, mempertahankan dan meningkatakan lingkungan, serta meningkatakan pertumbuhan ekonomi wilayah.

Akan tetapi pengembangan pariwisata juga dapat menjadi hal yang sangat merugikan, terutama jika berhubungan degan penurunan nilai kelestarian lingkungan. Berikut dipaparkan dampak negatif yang dihasilkan pariwisata terhadap lingkungan fisik alami.

1. Flora dan Fauna

a. Adanya ganguan terhadap perkembangbiakan spesies tertentu yang diakibatkan oleh aktivitas dan kegiatan para wisatawan.

b. Lenyapnya populasi spesies tertentu

c. Perusakan vegetasi yang disebabkan oleh pembangunan 2. Masyarakat Setempat

(39)

24 Masyarakat lokal adalah pihak yang paling akan menerima dampak dari kegiatan wisata yang dikembangkan di daerahnya. Oleh karena itu aspirasi masyarakat sangat dibutuhkan dan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pengembangan pariwisata.

3. Polusi

a. Timbulnya polusi air karena kegiatan-kegiatan para wisatawan.

b. Polusi udara yang disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor.

c. Polusi suara yang disebabkan oleh sesaknya kegiatan manusia dan kemacetan lalu lintas serta tidak terkontrolnya kehidupan malam.

4. Erosi

a. Timbulnya land slide yang diakibatkan oleh terkontrolnya daerah terbangun dan penggundulan hutan.

b. Kerusakan tepi sungai diakibatkan oleh tak terawasinya aktivitas pelayaran sungai.

5. Sumber Daya Alam

a. Surutnya sumber daya air tanah dan penipisan tanah dikarenakan terlalu padatnya daerah terbangun dan rusaknya sumber daya mata air.

(40)

25 b. Bahaya kebakaran disebabkan oleh wisatawan yang tidak

bertanggung jawab.

6. Dampak Visual

a. Daerah terbangun yang tidak asri disebabkan oleh kurangnya perencanan dan pengawasan.

b. Pemandangan kumuh yang disebabkan oleh sampah dan kurangnya kesadaran akan kebersihan

F. Jenis Pantai

Wilayah pantai, seperti juga wilayah-wilayah lain di bumi, terbentuk oleh berbagai proses geologi yaitu proses endogen yang diprakarsai oleh proses yang terjadi dari dalam bumi, dan proses exogen yang dimotori oleh kegiatan dari luar bumi.

Proses endogen bermula dari gerak-gerak dari dalam bumi seperti gempa bumi, letusan gunung api; proses tersebut membentuk benua, lautan, deretan pegunungan, dan sebagainya.

Proses exogen diprakarsai oleh pancaran sinar matahari, kegiatan atmosfir tanah, erosi oleh air/angin/es, transport sediment, dan sedimentasi diberbagai tempat.

Wilayah pantai merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan lautan. Perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akibat proses endogen dan exogen akan dapat terlihat pada wilayah tersebut, baik perubahan dari geomorfologi, proses-proses erosi dan sedimentasi, jenis tanah dan batuan sedimen yang terbentuk, kondisi

(41)

26 hidrogeologi, berbagai proses bencana alam, dan perubahan ekosistem maupun lingkungan manusia.

Wilayah pantai yang umumnya datar, berbatasan dengan laut, banyak sungai, air tanah yang relatif dangkal, serta terkadang mengandung mineral ekonomis, pemandangan indah dan mempunyai terumbu karang tentu sangat menarik dan dapat mendukung berbagai pembangunan. Kota-kota, pelabuhan, pertanian dan perikanan, wisata bahari, kawasan industri, bahkan kadang-kadang penambangan mineral dan bahan bangunan dapat berkembang di wilayah pantai. Banyak kota besar, kota pelabuhan, kota perdagangan, dan ibu kota negara atau ibu kota daerah berada disana. Pemanasan global yang berakibat naiknya muka laut dengan demikian akan dapat menimbulkan dampak yang serius bagi wilayah pantai tersebut.

Pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah. Daerah daratan ialah daerah yang terletak di atas dan di bawah permukaan daratan dimulai dari batas garis pasang tertinggi. Daerah lautan adalah daerah yang terletak di atas dan di bawah permukaan laut dimulai dari sisi laut pada garis surut terendah, termasuk dasar laut dan bagian bumi di bawahnya. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana posisinya tidak tetap dan dapat berpindah sesuai dengan pasang surut air laut dan erosi pantai yang

(42)

27 terjadi. Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Kriteria sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya sesuai dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 m titik pasang tertinggi ke arah daratan.

(Triatmodjo 1999).

Wilayah pantai merupakan daerah yang sangat intensif dimanfaatkan untuk kegiatan manusia, seperti sebagai kawasan pusat pemerintahan, pemukiman, industri, pelabuhan, pertambakan, pertanian/perikanan, pariwisata dan sebagainya. Adanya berbagai kegiatan tersebut dapat menimbulkan peningkatan kebutuhan akan lahan, prasarana dan sebagainya, yang selanjutnya akan mengakibatkan timbulnya masalah-masalah baru seperti beberapa hal berikut ini (Triatmodjo 1999) :

1. Erosi pantai

2. Tanah timbul sebagai akibat endapan pantai dan menyebabkan majunya garis pantai.

3. Pembelokan dan pendangkalan muara sungai yang dapat menyebabkan tersumbatnya aliran sungai sehingga mengakibatkan banjir di daerah hulu.

4. Pencemaran lingkungan akibat limbah dari kawasan industri atau pemukiman/perkotaan yang dapat merusak ekologi.

(43)

28 5. Penurunan tanah dan intrusi air asin pada akuifer akibat

pemompaan air tanah yang berlebihan.

Bentuk profil pantai sangat dipengaruhi oleh serangan gelombang, sifat-sifat sedimen seperti rapat massa dan tahanan terhadap erosi, ukuran dan bentuk partikel, kondisi gelombang dan arus, serta bathimetri pantai.

Pantai bisa terbentuk dari material dasar yang berupa lumpur, pasir atau kerikil (gravel). Pantai berlumpur banyak dijumpai di daerah pantai dimana banyak sungai yang mengangkut sedimen suspensi bermuara di daerah tersebut dan gelombang relatif kecil.

Sedimen suspensi dapat menyebar pada suatu daerah perairan luas sehingga membentuk pantai yang luas, datar, dan dangkal.

kemiringan dasar laut/pantai sangat kecil. Biasanya pantai berlumpur sangat rendah dan merupakan daerah rawa yang terendam air pada saat muka air tinggi (pasang). Daerah ini sangat subur bagi tumbuhan pantai seperti pohon bakau (mangrove). Mangrove dengan akar tunjang dan akar pernapasan dapat menangkap lumpur pantai sehingga terjadi sedimentasi. Guguran daun dan ranting menjadi serasah organik sehingga mempersubur perairan pantai, sehingga banyak mengundang satwa, antara lain beberapa jenis ikan dan udang. Hutan bakau ini dapat berfungsi sebagai peredam energi gelombang, sehingga pantai dapat terlindung dari bahaya erosi (Triatmodjo 1999).

(44)

29 Pantai berpasir dibagi dalam dua zona, yaitu backshore dan foreshore. Batas antara kedua zona adalah puncak berm, yaitu titik dari runup maksimum pada kondisi gelombang normal (biasa).

Runup adalah naiknya gelombang pada permukaan miring. Runup gelombang mencapai batas antara pesisir dan pantai hanya selama terjadi gelombang badai. Surf zone terbentang dari titik dimana gelombang pertama kali pecah sampai titik runup disekitar lokasi gelombang pecah. Di lokasi gelombang pecah terdapat longshore bar, yaitu gundukan pasir di dasar yang memanjang sepanjang pantai. (Triatmodjo 1999).

Semakin maraknya pembangunan di tepian air merupakan perjalanan sejarah yang panjang, yang menyebabkan pantai merupakan salah satu obyek wisata utama baik skala internasional maupun nasional, yang merupakan salah satu penyebab sehingga wisatawan cenderung ke pantai yang indah yang ada di negara maju maupun sedang berkembang. Semakin berkembangnya kawasan pesisir pantai di Indonesia, maka di kepulauan Indonesia terdapat tiga jenis pantai, (PSDL – LP Unhas-30) yaitu :

1. Pantai Paparan

Pantai paparan adalah pantai yang didasari dengan pengendapannya lebih dominan (pantai netral) cirinya adalah : a. Muara sungai mempunyai delta, artinya keruh mengandung

lumpur dan terjadi sedimentasi.

(45)

30 b. Pantai mempunyai kedalaman yang teratur (pantai) dan

perubahan ke dalamannya juga teratur.

c. Dataran pantainya sangat lebar dan dapat pula lebih dari 20 Km.

Di Indonesia jenis pantai paparan dapat dijumpai di daerah pantai timur Sumatera, pantai Utara Jawa, pantai Barat, pantai Selatan dan pantai timur Kalimantan serta pantai Selatan Irian Jaya.

2. Pantai Samudra

Pantai yang berhadapan langsung dengan samudera/laut dalam dimana proses erosinya lebih dominan (sumbergense) dicirikan sebagai berikut:

a. Muara sungai berada dalam teluk, delta tidak berkembang baik dan air jernih

b. Dataran pantainya berbatasan, sempit dengan garis pantai yang umumnya lurus

c. Kadalaman pantai kearah laut secara tiba-tiba.

3. Pantai Pulau

Pantai pulau adalah yang mempunyai bentuk melingkar pulau tersebut dan dapat dibentuk oleh endapan sungai, batu gamping, endapan gunung api, atau batuan lainnya.

(46)

31 G. Konsep Zonasi Perencanaan Kawasaan Pariwisata

1. Tripartite Conceps

a. Core Zone main zone merupakan zona inti antraksi sebuah kawasan pariwisata yang harus tetap di terjaga dan memberikan khas atau tema kawasaan pariwisata tersebut.

Building Rationya 10%-20 % dari luas keselurahan.

b. Buffer Zone, Merupakan zona pelayanan yang biasanya digunakan untuk mengembangkan fasilitas pelayanan untuk komersilkan Bulding Rationya 20% dari luas keselurahan.

c. Service Zona atau Public Zone merupakan zona pelayanan yang biasanya di gunakan untuk mengembangkan fasilitas dan pelayanan untuk di komersilkan Bulding Rationya 20%

dari luas kesulruhan 2. Conceps Of Honey Pot

Konsep Ini merupakan salah satu aplikiasi dari Clustering Conceps mengkonsentrasikan fasilitas, prasarana dan aktifitas penunjang pada suatu area. Konsep ini di terakan pada suatu daerah yang memiliki tingkat kepdatan yang tinggi baik penduduk, aktivitas, maupun bangunan lokasinya berdekatan dengan pusat aksesibilitas

(47)

32 3. Peletakan Zonasi

a. Zona Inti

Lokasi Antraksi atau daya tarik utama wisata berbeda.

Aktivitas utama berwisata di daerah ini harus di lengkapi dengan fasiltas utama

b. Zona Penyangga (buffer Zone)

Merupakan daerah antara atau bufer antara dua kegiatan yang berbedah yaitu aktivitas utama dan fasilitas pendukung.

Fungsi utama daerah ini adalah menjaga citra ODTW dan kenyamanan pengunjung

c. Zona Pelayanaan

Suatu area di mana seluruh aktivitas dan fasilitas pendukung di tempat

4. Zona kawasan wisata.

Penentuan Zonasi kawasan wisata ekologi sangat penting.

Hal tersebut dapat mempengarui kualitas kawasan wisata dan membantu dalam proses perancangan Zonasi perlu di perhatikan dengan baik, menurut Drun,dkk (2006) tahap-tahap yang perlu diperhatikan dalam merencanakan zonasi kawasan adalah sebagai berikut :

a. Merujuk pada rencana awal dalam pembutan kawasan wisata ekologi, Rencana pengembangan ke tahap selanjutnya

(48)

33 b. Mencari dan mendapatkan peta dasar kawasan yang

dilidunginya

c. Peta dasar dapat menjadi acuan dalam perancangan zonasi, semakin detail peta dasar tersebut, maka akan semakin mempermudah dalam perancangan

d. Menepatkan dan memetakan tempat-tempat yang sangat mudah rusak apabila ada kegiatan wisata. Dalam peta dasar kawasan terdapat infromasi daerah-daerah mana haus diwaspadai daerah-daerah tersebut menjadi daerah yang lebih dahulu dipikirkan dalam rancangan.

e. Memikirkan apa yang harus disugukan dalam kawasan wisata tersebut untuk dapat memenuhui kebutuhan yang perlukan oleh para wisatawan.

f. Pembuatan zonasi perlu dipikirkan hingga antraksi apa saja yang sesuai berada di dalam zonasi tersebut

g. Membandingkan tujuan dari pembagunan daerah tujuan wisata dengan infrastruktur yang ada setiap lokasi.

Termasuk lokasi yang masuk ke dalam zona tertentu yang sangat di jaga keaslihanya. Perbandingan yang dilakukan merupakan cara untuk mengevaluasi zonasi yang telah dibuat

h. Setelah mengevaluasi hubungan antara apa yang menjadi daya Tarik wisatawan untuk datang dengan situasi yang ada.

(49)

34 i. Zonasi yang telah ada harus benar-benar dipersiapan

j. Bandingkan kembali tujuan dari zonasi yang telah rancangkan dengan tujuan dari pembuatan zonasi di kawasan wisata tersbut

k. Mengembangkan zonasi yang telah fixed direncanakan Tahap-tahap diatas diharapkan dapat mempermudah proses perancangan zonasi di suatu kawasan dan dapat meminimalsir kesalahan dalam penentuan prioritas utama wilayah yang harus dilindungi.

Pendapatan lain yang dikemukan oleh fennel (1999) pembagian zonasi merupakan salah satu kunci dalam perencanaan dan pengelolahan suatu kawasan fennel membagi zonasi tersebut menjadi lima bagian yaitu : Memberikan peraturan dan kebijikan pada zona tertentu

a. Zona Special Preservation.

Zona yang paling di jaga keasian lingkungkan alamnya. Zona ini menjadi zona yang special dikerenakan zona tersebut menyimpan adanya keunikan atau hal yang jarang ditemui keberadaanya di tempat lainya. Maka dari itu, pembangunan akses ataupun fasiltas sangat tidak diperolekan dilakukan di zona ini.

(50)

35 b. Zona wilderness.

Zona wilderness adalah zona yang di pertahankan keaslian lingkungan alamnya. Hanya kegiatan-kegiatan tertentu yang diperbolekan dilakukan di zona ini. Akses apapun tidak diperbolekan masuk ke dalam zona ini.

c. Zona Natural Environment

Dalam zona Natural Environment akses boleh masuk ke dalam zona ini meskipun bukan dalam jumlah yang banyak.

Namun seluruh kegiatan yang ada di dalam zona ini masih dipantau.

d. Zona Otdoor Recreation

Zona sedikit lebih bebas di bandingkan zona natural Environment di mana kegiatan rekreasi untuk menikmati pemandangan alam boleh di lakukan. Namun untuk fasiltas seperti akomondasi masih sangat dibatasi di zona ini.

e. Zona park services.

Zona park services.merupakan zona yang paling luar dari seluruh zona di atas. Di zona ini seluruh kegiatan, fasilitas, maupun pelayanan apapun diperbolehkan dilakukan di dalam zona park services.

tu zona seperti zona-zona di atas merupakan cara terbaik untuk tetap menjaga keasliahan suatu kawasan dari dampak buruk yang mungkin terjadi akibat kunjungan dari wisata

(51)

36 5. Satuan Ruang Zona Destinasi.

a. Dalam konteks Nasional, Satuan wilayah membagi wilayah kepariwataan Nasional dalam beberapa satuan ruang yang terdiri dari satu atau lebih wilayah Provinsi atau dalam kebijakan pengembangan pariwisata Nasional revelen dangan DPN sebagaimana di maksudkan oleh perwilayahan pariwisata. Dalam kebijakan nasional tersebut persyaratan pembentukan DPN adalah adanya daya tarik wisata bersifat unggula, gerbang internasional sebagai akses primer, kota- kota gerbang sukunder, akses antara gerbang primer dan sukunder, serta adanya lingkungan fisik, sosial dan ekonomi yang mendukung kegiatan pariwisata.

b. Satuan Destinasi pariwisata di maksudkan sewbagai bagian dari suatu satuan wilayah pariwisata yang mencangkup satu atau lebih obyek dan antraksi wisata, di lengakapi prasarana dan sarana penunjang, kelompok masyarakat, dan lingkungan pendukung pariwisata seperti pengembangan, perencanaan , pelaku usaha wisata dan pemerintahan dalam perencanaan dan pengelolahan pariwisata.

c. Satuan ruang destinasi pariwisata yang di persentasikan oleh keberadaan obyek dan atraksi wisata dalam suatu Cluster atau lebih, akses atau koridor sirkulasi utama yang diwakli oleh prasarana transportasi, komunitas yang

(52)

37 menyelengarakan jasa, pelayanan, Sarana dan antraksi wisata serta adanya linkages yang menghubungkan seluruh fungsi yang ada.

6. Konfigurasi Fungsional Zona Destinasi

Gunn et al (2002) menjesakan lebih lanjut bahwasanya satuan destinasi pariwisata sebagai satuan geografis merupakan konfigurasi dari

1. Nucleus yang mengakomondasikan seluru fitur antraksi wiasta alam dan binaan utama menjadi tujuan dan kepentingan wisatawan.

2. Inviolata Belt yang merupakan suatu area atau kawasan yang berfungsi sebagai penyangga bagi nucleus agar daya tarik estetikanya tidak menurun oleh visal pembangunan non-pariwisata serta berfungsi menghadirkan pengenalan obyek wisata secara lebih tempat melalui pengunanaan lahan dan estetikanya : serta Zona of closure yang merupakan kawasan terluar dimana terdapat prasarana akses dan komunitas yang menyelengarakan fungsi pelayanan dan jasa wisata

H. Tipologi Pantai Dengan Pemanfaatannya

Tipologi pantai merupakan model analisis dalam menentukan tipe/bagian pantai terhadap bagian pantai yang akan dimanfaatkan sesuai dengan potensi yang ada pada kawasan pantai, terhadap

(53)

38 keterkaitannya dengan peruntukan yang lainnya, (PSDL- Unhas;1997-53). Peruntukan pada kawasan pantai dapat dilihat dari keterkaitan tipologi pantai dengan pemanfaatannya yaitu:

1. Pantai dengan Tipe-A

Pantai dengan tipe –A pada umumnya dimanfaatkan untuk pembangunan pelabuhan dengan tambahan fasilitas-fasilitas pelayanan jasa dan perdagangan, pengembangan ekoturisme, yang sesuai seperti ski air, memancing, naik perahu layar/motor, dan yang lainnya.

2. Pantai dengan Tipe-B

Pantai tipe –B pada umumnya dimanfaatkan water from City, kawasan industri, pemukiman, ekoturisme, dapat pula dimanfaatkan untuk pelabuhan, tetapi memerlukan dermaga yang panjang untuk menjangkau kedalaman laut yang cukup untuk kapal yang bertambat.

3. Pantai dengan Tipe-C

Pantai tipe- C pada umumnya dimanfaatkan untuk konservasi hutan bakau atau pantai, pengembangan ekoturisme peningkatan penjelajahan hutan konservasi melihat flora dan fauna.

(54)

39 4. Pantai dengan Tipe-D

5. Pantai tipe –D pada umunya dimanfaatkan untuk budi daya air payau, hutan rawa pantai, pengembangan ekoturisme, peningkatan penjelajahan hutan pantai, pengembangan permukiman di belakang ekoturisme.

6. Pantai dengan Tipe-E

Pantai tipe –E pada umumnya dimanfaatkan untuk pelabuhan dengan rekayasa break water yang lebih panjang untuk membuat kolam pelabuhan yang lebih luas, pengembangan ekoturisme memancing selama, selancar angin.

Melalui pendekatan tersebut, diketahui masing-masing tipe pantai tetapi kadang fasilitas tambahan akan dibangun dalam rangka memenuhi kriteria teknis, kriteria estetis, atau kepentingan keterkaitannya dengan peruntukan yang lainnya (PDSP-LP Unhas, 1997-53) dalam buku konsep tata ruang kawasan pantai.

I. Kepariwisataan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Wilayah Indonesia bagian Timur memiliki kekayaan alam dan budaya yang tinggi dan berpotensi dikembangkan untuk wisata.

Tidak terkecuali kekayaan alam dan budaya yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Bagi wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur, pariwisata dapat berlangsung dimana-mana. Variasi alamiah dan kebudayaannya merupakan daya tarik yang berbeda satu

(55)

40 dengan yang lain. Namun demikian di tempat-tempat tertentu dijumpai daya tarik khusus, yaitu obyek-obyek yang memiliki ciri khas yang unik dan merupakan pusat daya tarik karena alasan-alasan tertentu. Pusat-pusat daya tarik ini memiliki skala yang berbeda-beda tergantung kepada tingkat keunikan dan juga jumlah serta jenis obyek obyek wisata lain yang terletak dalam jangkauan jarak yang berdekatan, sehingga saling menunjang dalam menciptakan daya tarik bersama, membentuk suatu kawasan wisata atau Satuan Pengembangan Pariwisata (SPP). Kawasan-kawasan wisata atau satuan pengembangan pariwisata tersebut memiliki ciri khasnya masing-masing, yang sesuai dengan daya tarik yang terdapat di lokasi tersebut. Sektor pariwisata di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu penghasil devisa non-migas yang potensial. Memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi salah satu tulang punggung pengembangan perekonomian wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur, karena ditunjang oleh sumber daya manusia (human resources), sumber alam (natural resources), sumber daya buatan yang beraneka ragam dan faktor keindahan lainnya. Bila sektor non migas ini berkembang dengan baik, akan merangsang dan mendorong pertumbuhan pembangunan setiap kabupaten/kota, pelestarian dan pemanfaatan potensi sumber daya alam dengan manusia dan kebudayaan serta meningkatkan devisa/pendapatan daerah. Disamping itu sektor ini

(56)

41 mampu menumbuhkan sektor-sektor lainnya, seperti industri kerajinan rakyat, perluasan kesempatan kerja, agrowisata, pelayanan jasa perhubungan, perdagangan, pengembangan budaya dan sebagainya. Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur masuk dalam Wilayah Tujuan Wisata (WTW) D, dengan keunggulan produk wisata sebagai berikut :

1. Wisata alam;

2. Wisata sejarah/budaya;

3. Wisata minat khusus dan wisata bahari.

J. Kebijakan Pariwisata Kabupaten Flores Timur

Kabupaten Flores Timur yang geomorfologisnya terdiri dari wilayah pegunungan dan dataran serta perairan pantai membentuk bentangan-bentangan alam yang indah, hamparan pantai yang luas dan berpasir hitam dan putih. Selain itu Kabupaten Flores Timur juga kaya akan peninggalan sejarah yang memungkinkan pertumbuhan dan pengembangan wilayah Kabupaten Flores Timur yang berbasis pada pariwisata dengan ditunjang oleh sumber daya alam dan bidang- bidang unggulan seperti pertanian, perternakan, perikanan, industri, pertambangan dan bidang pariwisata sendiri. Pengembangan pariwisata dapat ditempuh melalui pengadaan paket wisata, pengembangan jalur wisata, pengadaan sarana dan prasarana penunjang seperti hotel dan penginapan serta meningkatkan

(57)

42 aksesbilitas dengan meningkatkan kondisi jalan dan menyediakan sarana transportasi menuju obyek wisata.

Dalam pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Flores Timur agar pengembangannya tetap berwawasan lingkungan dan mengutamakan kelestarian, maka langkah-langkah kebijaksanaan yang harus ditempuh adalah :

1. Kegiatan pengembangan obyek pariwisata harus tidak meninggalkan keasliannya.

2. Dalam pengembangan pariwisata harus ada keterkaitan antar obyek melalui paket wisata untuk lebih menghidupkan kepariwisataan di Kabupaten Flores Timur.

3. Pelestarian wisata budaya untuk menunjang atraksi wisata.

4. Peningkatan aksesibilitas (jalan dan transportasi), sarana dan prasarana pariwisata sangat berperan penting bagi pengembangan pariwisata sehingga harus dikedepankan.

5. Kegiatan promosi melalui leaflet, kalender wisata dan pekan wisata juga penting perannya bagi pengembangan pariwisata.

Kawasan yang diperuntukan bagi pariwisata dengan kriteria kawasan yang mempunyai :

1. Masyarakat dengan kebudayaan bernilai tinggi dan diminati oleh pariwisata.

2. Bangunan peninggalan budaya dan atau mempunyai nilai sejarah yang tinggi.

(58)

43 Adapun pengembangan kawasan pariwisata :

1. Peninggalan sejarah

Kawasan wisata jenis ini pengelolaan ruangannya berupa pengaturan site dimana situs berada dan melakukan pembatasan terhadap aktifitas pembangunan lainya kecuali pada fasilitas yang benar-benar penting.

2. Taman Wisata

Seperti pengelolaan kawasan wisata sejarah, taman wisata agar tetap memberi kesan asri maka perlu dilakukan pembatasan terhadap aktifitas pembangunan dan peningkatan rutinitas perawatan.

3. Lingkungan Pantai

Untuk lingkungan pantai pengelolaan ruang akan di optimalisasikan pada pengefektifan garis sempadan pantai, pembangunan hanya diijinkan pada bangunan yang mendukung wisata pantai.

(59)

44 K. Kerangka Pikir

Rumusan masalah

1.Bagaimana potensi pengembangan kawasan obyek wisata pantai Ina Burak.

2.Bagaimana arahan pengembangan kawasan obyek wisata pantai Ina Burak.

Latar Belakang

1. Obyek wisata pantai Ina Burak memiliki keunikan dan berpotensi di Kabupaten Flores Timur sehingga perlu di kembangkan

2. Perluh peningkatan sarana dan prasarana pada obyek wisata pantai Ina Burak

3. Berpotensi untuk membantu peningkatan PAD dan ekonomi masyarakat dari atraksi yang dimilikinya.

Tinjauan Aspek Non Fisik 1. Jumlah pengunjung/penduduk 2. Aksesibilitas

3. Sarana dan prasarana Tinjauan Aspek Fisik

1. Topografi 2. Hidrologi 3. Geologi

4. Polah Penggunaan Lahan 5. Akomodasi

Alat analisis

1. Analisis diskriptif kualitatif 2. Metode pembobotan

Pengembangan Kawasan Obyek Wisata Pantai Ina Burak Kabupaten Flores Timur Tinjauan Pustaka

1. Kebijakan Pariwisata Kabupaten Flores Timur 2. Kepariwisatan Nusa

Tenggara Timur (NTT)

(60)

45 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Lewokeleng Kecamatan Ile Boleng Kabupaten Flores Timur dengan mengambil obyek pada salah satu obyek wisata Pantai Ina Burak sebagai obyek pengembangan wisata yang mempunyai keindahan laut dan pemandangan disekitar pesisir Ina Burak dan dilaksanakan dalam waktu ± 1 bulan.

B. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 2 ( dua ) yaitu :

a. Data kualitatif adalah data yang berbentuk bukan angka atau menjelaskan secara deskriptif tentang lokasi penelitian secara umum. Jenis data kualitatif yang dimaksud adalah sebagai berikut

b. Data Kondisi fisik kawasan, yang mencakup letak geografis, kondisi topografi,Pengunaan Lahan, geologi dan hidrologi.

c. Kondisi sosial masyarakat yang menyangkut perubahan- perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar.

d. Data kuantitatif adalah data yang menjelaskan kondisi lokasi penelitian dengan tabulasi angka yang dapat dikalkulasikan

45

(61)

46 untuk mengetahui nilai yang diinginkan. Data Kuantitatif yang dimaksud, yaitu :

1) Data demografi, seperti jumlah penduduk, jumlah penduduk menurut mata pencaharian dan jumlah pendapatan penduduk.

2) Data sebaran sarana, seperti jumlah sebaran sarana pendidikan, sarana peribadatan, sarana kesehatan dan sarana perdagangan dan jasa.

2. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan, digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu data primer dan data sekunder. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat uraian berikut ini :

a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil observasi lapangan (Etta Mamang Sangadji, 2010:171), seperti data yang diperoleh dari responden melalui koesioner dan observasi langsung di lapangan. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui kondisi kualitatif obyek studi. Jenis data yang dimaksud meliputi :

1) Kondisi sosial masyarakat yang menyangkut perubahan- perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar bersumber dari wawancara tokoh-tokoh masyarakat dan sebaran angket (koesioner).

(62)

47 2) Data sebaran sarana, seperti jumlah sebaran sarana pendidikan, sarana peribadatan, sarana kesehatan dan sarana perdagangan dan jasa bersumber dari pengamatan observasi

b. Data sekunder adalah data yang bersumber dari dinas/instansi ataupun lembaga-lembaga terkait, seperti : 1) Data demografi, seperti jumlah penduduk, jumlah

penduduk menurut mata pencaharian, jumlah pendapatan penduduk, bersumber dari Kantor Badan Pusat Statistik (BPS), kantor Kecamatan Ile Boleng, kantor Desa Lewokeleng dan Dinas Pariwisata.

2) Data sebaran sarana, seperti jumlah sebaran sarana pendidikan, sarana peribadatan, sarana kesehatan dan sarana perdagangan dan jasa bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), kantor Kecamatan Ile Boleng dan kantor Desa Lewokeleng.

3) Data Kondisi fisik kawasan, yang mencakup letak geografis, kondisi topografi, geologi dan jenis tanah bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), kantor Kecamatan Ile Boleng dan kantor Desa Lewokeleng

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait