• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

F. Jenis Pantai

Wilayah pantai, seperti juga wilayah-wilayah lain di bumi, terbentuk oleh berbagai proses geologi yaitu proses endogen yang diprakarsai oleh proses yang terjadi dari dalam bumi, dan proses exogen yang dimotori oleh kegiatan dari luar bumi.

Proses endogen bermula dari gerak-gerak dari dalam bumi seperti gempa bumi, letusan gunung api; proses tersebut membentuk benua, lautan, deretan pegunungan, dan sebagainya.

Proses exogen diprakarsai oleh pancaran sinar matahari, kegiatan atmosfir tanah, erosi oleh air/angin/es, transport sediment, dan sedimentasi diberbagai tempat.

Wilayah pantai merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan lautan. Perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akibat proses endogen dan exogen akan dapat terlihat pada wilayah tersebut, baik perubahan dari geomorfologi, proses-proses erosi dan sedimentasi, jenis tanah dan batuan sedimen yang terbentuk, kondisi

26 hidrogeologi, berbagai proses bencana alam, dan perubahan ekosistem maupun lingkungan manusia.

Wilayah pantai yang umumnya datar, berbatasan dengan laut, banyak sungai, air tanah yang relatif dangkal, serta terkadang mengandung mineral ekonomis, pemandangan indah dan mempunyai terumbu karang tentu sangat menarik dan dapat mendukung berbagai pembangunan. Kota-kota, pelabuhan, pertanian dan perikanan, wisata bahari, kawasan industri, bahkan kadang-kadang penambangan mineral dan bahan bangunan dapat berkembang di wilayah pantai. Banyak kota besar, kota pelabuhan, kota perdagangan, dan ibu kota negara atau ibu kota daerah berada disana. Pemanasan global yang berakibat naiknya muka laut dengan demikian akan dapat menimbulkan dampak yang serius bagi wilayah pantai tersebut.

Pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah. Daerah daratan ialah daerah yang terletak di atas dan di bawah permukaan daratan dimulai dari batas garis pasang tertinggi. Daerah lautan adalah daerah yang terletak di atas dan di bawah permukaan laut dimulai dari sisi laut pada garis surut terendah, termasuk dasar laut dan bagian bumi di bawahnya. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana posisinya tidak tetap dan dapat berpindah sesuai dengan pasang surut air laut dan erosi pantai yang

27 terjadi. Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Kriteria sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya sesuai dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 m titik pasang tertinggi ke arah daratan.

(Triatmodjo 1999).

Wilayah pantai merupakan daerah yang sangat intensif dimanfaatkan untuk kegiatan manusia, seperti sebagai kawasan pusat pemerintahan, pemukiman, industri, pelabuhan, pertambakan, pertanian/perikanan, pariwisata dan sebagainya. Adanya berbagai kegiatan tersebut dapat menimbulkan peningkatan kebutuhan akan lahan, prasarana dan sebagainya, yang selanjutnya akan mengakibatkan timbulnya masalah-masalah baru seperti beberapa hal berikut ini (Triatmodjo 1999) :

1. Erosi pantai

2. Tanah timbul sebagai akibat endapan pantai dan menyebabkan majunya garis pantai.

3. Pembelokan dan pendangkalan muara sungai yang dapat menyebabkan tersumbatnya aliran sungai sehingga mengakibatkan banjir di daerah hulu.

4. Pencemaran lingkungan akibat limbah dari kawasan industri atau pemukiman/perkotaan yang dapat merusak ekologi.

28 5. Penurunan tanah dan intrusi air asin pada akuifer akibat

pemompaan air tanah yang berlebihan.

Bentuk profil pantai sangat dipengaruhi oleh serangan gelombang, sifat-sifat sedimen seperti rapat massa dan tahanan terhadap erosi, ukuran dan bentuk partikel, kondisi gelombang dan arus, serta bathimetri pantai.

Pantai bisa terbentuk dari material dasar yang berupa lumpur, pasir atau kerikil (gravel). Pantai berlumpur banyak dijumpai di daerah pantai dimana banyak sungai yang mengangkut sedimen suspensi bermuara di daerah tersebut dan gelombang relatif kecil.

Sedimen suspensi dapat menyebar pada suatu daerah perairan luas sehingga membentuk pantai yang luas, datar, dan dangkal.

kemiringan dasar laut/pantai sangat kecil. Biasanya pantai berlumpur sangat rendah dan merupakan daerah rawa yang terendam air pada saat muka air tinggi (pasang). Daerah ini sangat subur bagi tumbuhan pantai seperti pohon bakau (mangrove). Mangrove dengan akar tunjang dan akar pernapasan dapat menangkap lumpur pantai sehingga terjadi sedimentasi. Guguran daun dan ranting menjadi serasah organik sehingga mempersubur perairan pantai, sehingga banyak mengundang satwa, antara lain beberapa jenis ikan dan udang. Hutan bakau ini dapat berfungsi sebagai peredam energi gelombang, sehingga pantai dapat terlindung dari bahaya erosi (Triatmodjo 1999).

29 Pantai berpasir dibagi dalam dua zona, yaitu backshore dan foreshore. Batas antara kedua zona adalah puncak berm, yaitu titik dari runup maksimum pada kondisi gelombang normal (biasa).

Runup adalah naiknya gelombang pada permukaan miring. Runup gelombang mencapai batas antara pesisir dan pantai hanya selama terjadi gelombang badai. Surf zone terbentang dari titik dimana gelombang pertama kali pecah sampai titik runup disekitar lokasi gelombang pecah. Di lokasi gelombang pecah terdapat longshore bar, yaitu gundukan pasir di dasar yang memanjang sepanjang pantai. (Triatmodjo 1999).

Semakin maraknya pembangunan di tepian air merupakan perjalanan sejarah yang panjang, yang menyebabkan pantai merupakan salah satu obyek wisata utama baik skala internasional maupun nasional, yang merupakan salah satu penyebab sehingga wisatawan cenderung ke pantai yang indah yang ada di negara maju maupun sedang berkembang. Semakin berkembangnya kawasan pesisir pantai di Indonesia, maka di kepulauan Indonesia terdapat tiga jenis pantai, (PSDL – LP Unhas-30) yaitu :

1. Pantai Paparan

Pantai paparan adalah pantai yang didasari dengan pengendapannya lebih dominan (pantai netral) cirinya adalah : a. Muara sungai mempunyai delta, artinya keruh mengandung

lumpur dan terjadi sedimentasi.

30 b. Pantai mempunyai kedalaman yang teratur (pantai) dan

perubahan ke dalamannya juga teratur.

c. Dataran pantainya sangat lebar dan dapat pula lebih dari 20 Km.

Di Indonesia jenis pantai paparan dapat dijumpai di daerah pantai timur Sumatera, pantai Utara Jawa, pantai Barat, pantai Selatan dan pantai timur Kalimantan serta pantai Selatan Irian Jaya.

2. Pantai Samudra

Pantai yang berhadapan langsung dengan samudera/laut dalam dimana proses erosinya lebih dominan (sumbergense) dicirikan sebagai berikut:

a. Muara sungai berada dalam teluk, delta tidak berkembang baik dan air jernih

b. Dataran pantainya berbatasan, sempit dengan garis pantai yang umumnya lurus

c. Kadalaman pantai kearah laut secara tiba-tiba.

3. Pantai Pulau

Pantai pulau adalah yang mempunyai bentuk melingkar pulau tersebut dan dapat dibentuk oleh endapan sungai, batu gamping, endapan gunung api, atau batuan lainnya.

31 G. Konsep Zonasi Perencanaan Kawasaan Pariwisata

1. Tripartite Conceps

a. Core Zone main zone merupakan zona inti antraksi sebuah kawasan pariwisata yang harus tetap di terjaga dan memberikan khas atau tema kawasaan pariwisata tersebut.

Building Rationya 10%-20 % dari luas keselurahan.

b. Buffer Zone, Merupakan zona pelayanan yang biasanya digunakan untuk mengembangkan fasilitas pelayanan untuk komersilkan Bulding Rationya 20% dari luas keselurahan.

c. Service Zona atau Public Zone merupakan zona pelayanan yang biasanya di gunakan untuk mengembangkan fasilitas dan pelayanan untuk di komersilkan Bulding Rationya 20%

dari luas kesulruhan 2. Conceps Of Honey Pot

Konsep Ini merupakan salah satu aplikiasi dari Clustering Conceps mengkonsentrasikan fasilitas, prasarana dan aktifitas penunjang pada suatu area. Konsep ini di terakan pada suatu daerah yang memiliki tingkat kepdatan yang tinggi baik penduduk, aktivitas, maupun bangunan lokasinya berdekatan dengan pusat aksesibilitas

32 3. Peletakan Zonasi

a. Zona Inti

Lokasi Antraksi atau daya tarik utama wisata berbeda.

Aktivitas utama berwisata di daerah ini harus di lengkapi dengan fasiltas utama

b. Zona Penyangga (buffer Zone)

Merupakan daerah antara atau bufer antara dua kegiatan yang berbedah yaitu aktivitas utama dan fasilitas pendukung.

Fungsi utama daerah ini adalah menjaga citra ODTW dan kenyamanan pengunjung

c. Zona Pelayanaan

Suatu area di mana seluruh aktivitas dan fasilitas pendukung di tempat

4. Zona kawasan wisata.

Penentuan Zonasi kawasan wisata ekologi sangat penting.

Hal tersebut dapat mempengarui kualitas kawasan wisata dan membantu dalam proses perancangan Zonasi perlu di perhatikan dengan baik, menurut Drun,dkk (2006) tahap-tahap yang perlu diperhatikan dalam merencanakan zonasi kawasan adalah sebagai berikut :

a. Merujuk pada rencana awal dalam pembutan kawasan wisata ekologi, Rencana pengembangan ke tahap selanjutnya

33 b. Mencari dan mendapatkan peta dasar kawasan yang

dilidunginya

c. Peta dasar dapat menjadi acuan dalam perancangan zonasi, semakin detail peta dasar tersebut, maka akan semakin mempermudah dalam perancangan

d. Menepatkan dan memetakan tempat-tempat yang sangat mudah rusak apabila ada kegiatan wisata. Dalam peta dasar kawasan terdapat infromasi daerah-daerah mana haus diwaspadai daerah-daerah tersebut menjadi daerah yang lebih dahulu dipikirkan dalam rancangan.

e. Memikirkan apa yang harus disugukan dalam kawasan wisata tersebut untuk dapat memenuhui kebutuhan yang perlukan oleh para wisatawan.

f. Pembuatan zonasi perlu dipikirkan hingga antraksi apa saja yang sesuai berada di dalam zonasi tersebut

g. Membandingkan tujuan dari pembagunan daerah tujuan wisata dengan infrastruktur yang ada setiap lokasi.

Termasuk lokasi yang masuk ke dalam zona tertentu yang sangat di jaga keaslihanya. Perbandingan yang dilakukan merupakan cara untuk mengevaluasi zonasi yang telah dibuat

h. Setelah mengevaluasi hubungan antara apa yang menjadi daya Tarik wisatawan untuk datang dengan situasi yang ada.

34 i. Zonasi yang telah ada harus benar-benar dipersiapan

j. Bandingkan kembali tujuan dari zonasi yang telah rancangkan dengan tujuan dari pembuatan zonasi di kawasan wisata tersbut

k. Mengembangkan zonasi yang telah fixed direncanakan Tahap-tahap diatas diharapkan dapat mempermudah proses perancangan zonasi di suatu kawasan dan dapat meminimalsir kesalahan dalam penentuan prioritas utama wilayah yang harus dilindungi.

Pendapatan lain yang dikemukan oleh fennel (1999) pembagian zonasi merupakan salah satu kunci dalam perencanaan dan pengelolahan suatu kawasan fennel membagi zonasi tersebut menjadi lima bagian yaitu : Memberikan peraturan dan kebijikan pada zona tertentu

a. Zona Special Preservation.

Zona yang paling di jaga keasian lingkungkan alamnya. Zona ini menjadi zona yang special dikerenakan zona tersebut menyimpan adanya keunikan atau hal yang jarang ditemui keberadaanya di tempat lainya. Maka dari itu, pembangunan akses ataupun fasiltas sangat tidak diperolekan dilakukan di zona ini.

35 b. Zona wilderness.

Zona wilderness adalah zona yang di pertahankan keaslian lingkungan alamnya. Hanya kegiatan-kegiatan tertentu yang diperbolekan dilakukan di zona ini. Akses apapun tidak diperbolekan masuk ke dalam zona ini.

c. Zona Natural Environment

Dalam zona Natural Environment akses boleh masuk ke dalam zona ini meskipun bukan dalam jumlah yang banyak.

Namun seluruh kegiatan yang ada di dalam zona ini masih dipantau.

d. Zona Otdoor Recreation

Zona sedikit lebih bebas di bandingkan zona natural Environment di mana kegiatan rekreasi untuk menikmati pemandangan alam boleh di lakukan. Namun untuk fasiltas seperti akomondasi masih sangat dibatasi di zona ini.

e. Zona park services.

Zona park services.merupakan zona yang paling luar dari seluruh zona di atas. Di zona ini seluruh kegiatan, fasilitas, maupun pelayanan apapun diperbolehkan dilakukan di dalam zona park services.

tu zona seperti zona-zona di atas merupakan cara terbaik untuk tetap menjaga keasliahan suatu kawasan dari dampak buruk yang mungkin terjadi akibat kunjungan dari wisata

36 5. Satuan Ruang Zona Destinasi.

a. Dalam konteks Nasional, Satuan wilayah membagi wilayah kepariwataan Nasional dalam beberapa satuan ruang yang terdiri dari satu atau lebih wilayah Provinsi atau dalam kebijakan pengembangan pariwisata Nasional revelen dangan DPN sebagaimana di maksudkan oleh perwilayahan pariwisata. Dalam kebijakan nasional tersebut persyaratan pembentukan DPN adalah adanya daya tarik wisata bersifat unggula, gerbang internasional sebagai akses primer, kota-kota gerbang sukunder, akses antara gerbang primer dan sukunder, serta adanya lingkungan fisik, sosial dan ekonomi yang mendukung kegiatan pariwisata.

b. Satuan Destinasi pariwisata di maksudkan sewbagai bagian dari suatu satuan wilayah pariwisata yang mencangkup satu atau lebih obyek dan antraksi wisata, di lengakapi prasarana dan sarana penunjang, kelompok masyarakat, dan lingkungan pendukung pariwisata seperti pengembangan, perencanaan , pelaku usaha wisata dan pemerintahan dalam perencanaan dan pengelolahan pariwisata.

c. Satuan ruang destinasi pariwisata yang di persentasikan oleh keberadaan obyek dan atraksi wisata dalam suatu Cluster atau lebih, akses atau koridor sirkulasi utama yang diwakli oleh prasarana transportasi, komunitas yang

37 menyelengarakan jasa, pelayanan, Sarana dan antraksi wisata serta adanya linkages yang menghubungkan seluruh fungsi yang ada.

6. Konfigurasi Fungsional Zona Destinasi

Gunn et al (2002) menjesakan lebih lanjut bahwasanya satuan destinasi pariwisata sebagai satuan geografis merupakan konfigurasi dari

1. Nucleus yang mengakomondasikan seluru fitur antraksi wiasta alam dan binaan utama menjadi tujuan dan kepentingan wisatawan.

2. Inviolata Belt yang merupakan suatu area atau kawasan yang berfungsi sebagai penyangga bagi nucleus agar daya tarik estetikanya tidak menurun oleh visal pembangunan non-pariwisata serta berfungsi menghadirkan pengenalan obyek wisata secara lebih tempat melalui pengunanaan lahan dan estetikanya : serta Zona of closure yang merupakan kawasan terluar dimana terdapat prasarana akses dan komunitas yang menyelengarakan fungsi pelayanan dan jasa wisata

H. Tipologi Pantai Dengan Pemanfaatannya

Tipologi pantai merupakan model analisis dalam menentukan tipe/bagian pantai terhadap bagian pantai yang akan dimanfaatkan sesuai dengan potensi yang ada pada kawasan pantai, terhadap

38 keterkaitannya dengan peruntukan yang lainnya, (PSDL- Unhas;1997-53). Peruntukan pada kawasan pantai dapat dilihat dari keterkaitan tipologi pantai dengan pemanfaatannya yaitu:

1. Pantai dengan Tipe-A

Pantai dengan tipe –A pada umumnya dimanfaatkan untuk pembangunan pelabuhan dengan tambahan fasilitas-fasilitas pelayanan jasa dan perdagangan, pengembangan ekoturisme, yang sesuai seperti ski air, memancing, naik perahu layar/motor, dan yang lainnya.

2. Pantai dengan Tipe-B

Pantai tipe –B pada umumnya dimanfaatkan water from City, kawasan industri, pemukiman, ekoturisme, dapat pula dimanfaatkan untuk pelabuhan, tetapi memerlukan dermaga yang panjang untuk menjangkau kedalaman laut yang cukup untuk kapal yang bertambat.

3. Pantai dengan Tipe-C

Pantai tipe- C pada umumnya dimanfaatkan untuk konservasi hutan bakau atau pantai, pengembangan ekoturisme peningkatan penjelajahan hutan konservasi melihat flora dan fauna.

39 4. Pantai dengan Tipe-D

5. Pantai tipe –D pada umunya dimanfaatkan untuk budi daya air payau, hutan rawa pantai, pengembangan ekoturisme, peningkatan penjelajahan hutan pantai, pengembangan permukiman di belakang ekoturisme.

6. Pantai dengan Tipe-E

Pantai tipe –E pada umumnya dimanfaatkan untuk pelabuhan dengan rekayasa break water yang lebih panjang untuk membuat kolam pelabuhan yang lebih luas, pengembangan ekoturisme memancing selama, selancar angin.

Melalui pendekatan tersebut, diketahui masing-masing tipe pantai tetapi kadang fasilitas tambahan akan dibangun dalam rangka memenuhi kriteria teknis, kriteria estetis, atau kepentingan keterkaitannya dengan peruntukan yang lainnya (PDSP-LP Unhas, 1997-53) dalam buku konsep tata ruang kawasan pantai.

I. Kepariwisataan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Wilayah Indonesia bagian Timur memiliki kekayaan alam dan budaya yang tinggi dan berpotensi dikembangkan untuk wisata.

Tidak terkecuali kekayaan alam dan budaya yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Bagi wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur, pariwisata dapat berlangsung dimana-mana. Variasi alamiah dan kebudayaannya merupakan daya tarik yang berbeda satu

40 dengan yang lain. Namun demikian di tempat-tempat tertentu dijumpai daya tarik khusus, yaitu obyek-obyek yang memiliki ciri khas yang unik dan merupakan pusat daya tarik karena alasan-alasan tertentu. Pusat-pusat daya tarik ini memiliki skala yang berbeda-beda tergantung kepada tingkat keunikan dan juga jumlah serta jenis obyek obyek wisata lain yang terletak dalam jangkauan jarak yang berdekatan, sehingga saling menunjang dalam menciptakan daya tarik bersama, membentuk suatu kawasan wisata atau Satuan Pengembangan Pariwisata (SPP). Kawasan-kawasan wisata atau satuan pengembangan pariwisata tersebut memiliki ciri khasnya masing-masing, yang sesuai dengan daya tarik yang terdapat di lokasi tersebut. Sektor pariwisata di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu penghasil devisa non-migas yang potensial. Memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi salah satu tulang punggung pengembangan perekonomian wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur, karena ditunjang oleh sumber daya manusia (human resources), sumber alam (natural resources), sumber daya buatan yang beraneka ragam dan faktor keindahan lainnya. Bila sektor non migas ini berkembang dengan baik, akan merangsang dan mendorong pertumbuhan pembangunan setiap kabupaten/kota, pelestarian dan pemanfaatan potensi sumber daya alam dengan manusia dan kebudayaan serta meningkatkan devisa/pendapatan daerah. Disamping itu sektor ini

41 mampu menumbuhkan sektor-sektor lainnya, seperti industri kerajinan rakyat, perluasan kesempatan kerja, agrowisata, pelayanan jasa perhubungan, perdagangan, pengembangan budaya dan sebagainya. Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur masuk dalam Wilayah Tujuan Wisata (WTW) D, dengan keunggulan produk wisata sebagai berikut :

1. Wisata alam;

2. Wisata sejarah/budaya;

3. Wisata minat khusus dan wisata bahari.

J. Kebijakan Pariwisata Kabupaten Flores Timur

Kabupaten Flores Timur yang geomorfologisnya terdiri dari wilayah pegunungan dan dataran serta perairan pantai membentuk bentangan-bentangan alam yang indah, hamparan pantai yang luas dan berpasir hitam dan putih. Selain itu Kabupaten Flores Timur juga kaya akan peninggalan sejarah yang memungkinkan pertumbuhan dan pengembangan wilayah Kabupaten Flores Timur yang berbasis pada pariwisata dengan ditunjang oleh sumber daya alam dan bidang-bidang unggulan seperti pertanian, perternakan, perikanan, industri, pertambangan dan bidang pariwisata sendiri. Pengembangan pariwisata dapat ditempuh melalui pengadaan paket wisata, pengembangan jalur wisata, pengadaan sarana dan prasarana penunjang seperti hotel dan penginapan serta meningkatkan

42 aksesbilitas dengan meningkatkan kondisi jalan dan menyediakan sarana transportasi menuju obyek wisata.

Dalam pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Flores Timur agar pengembangannya tetap berwawasan lingkungan dan mengutamakan kelestarian, maka langkah-langkah kebijaksanaan yang harus ditempuh adalah :

1. Kegiatan pengembangan obyek pariwisata harus tidak meninggalkan keasliannya.

2. Dalam pengembangan pariwisata harus ada keterkaitan antar obyek melalui paket wisata untuk lebih menghidupkan kepariwisataan di Kabupaten Flores Timur.

3. Pelestarian wisata budaya untuk menunjang atraksi wisata.

4. Peningkatan aksesibilitas (jalan dan transportasi), sarana dan prasarana pariwisata sangat berperan penting bagi pengembangan pariwisata sehingga harus dikedepankan.

5. Kegiatan promosi melalui leaflet, kalender wisata dan pekan wisata juga penting perannya bagi pengembangan pariwisata.

Kawasan yang diperuntukan bagi pariwisata dengan kriteria kawasan yang mempunyai :

1. Masyarakat dengan kebudayaan bernilai tinggi dan diminati oleh pariwisata.

2. Bangunan peninggalan budaya dan atau mempunyai nilai sejarah yang tinggi.

43 Adapun pengembangan kawasan pariwisata :

1. Peninggalan sejarah

Kawasan wisata jenis ini pengelolaan ruangannya berupa pengaturan site dimana situs berada dan melakukan pembatasan terhadap aktifitas pembangunan lainya kecuali pada fasilitas yang benar-benar penting.

2. Taman Wisata

Seperti pengelolaan kawasan wisata sejarah, taman wisata agar tetap memberi kesan asri maka perlu dilakukan pembatasan terhadap aktifitas pembangunan dan peningkatan rutinitas perawatan.

3. Lingkungan Pantai

Untuk lingkungan pantai pengelolaan ruang akan di optimalisasikan pada pengefektifan garis sempadan pantai, pembangunan hanya diijinkan pada bangunan yang mendukung wisata pantai.

44 K. Kerangka Pikir

Rumusan masalah

1.Bagaimana potensi pengembangan kawasan obyek wisata pantai Ina Burak.

2.Bagaimana arahan pengembangan kawasan obyek wisata pantai Ina Burak.

Latar Belakang

1. Obyek wisata pantai Ina Burak memiliki keunikan dan berpotensi di Kabupaten Flores Timur sehingga perlu di kembangkan

2. Perluh peningkatan sarana dan prasarana pada obyek wisata pantai Ina Burak

3. Berpotensi untuk membantu peningkatan PAD dan ekonomi masyarakat dari atraksi yang dimilikinya.

Tinjauan Aspek Non Fisik 1. Jumlah pengunjung/penduduk 2. Aksesibilitas

3. Sarana dan prasarana Tinjauan Aspek Fisik

1. Topografi 2. Hidrologi 3. Geologi

4. Polah Penggunaan Lahan 5. Akomodasi

Alat analisis

1. Analisis diskriptif kualitatif 2. Metode pembobotan

Pengembangan Kawasan Obyek Wisata Pantai Ina Burak Kabupaten Flores Timur Tinjauan Pustaka

1. Kebijakan Pariwisata Kabupaten Flores Timur 2. Kepariwisatan Nusa

Tenggara Timur (NTT)

Dokumen terkait