• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Terorisme

Konsep terorisme yang digunakan untuk menjelaskan penelitian ini menggunakan definisi dari James Lutz dan Brenda Lutz (2011), James Lutz dan Brenda Lutz mengatakan indikator terorisme secara umum memiliki empat indikator yakni (hal. 2-3):

1. Motif politik adalah setiap kelompok atau individu teroris memiliki tujuan yang bersifat politik. Biasanya tujuan yang dimaksudkan selalu mencakup berupa tujuan keagamaan, tujuan etnis, tujuan ideologi. Dari tujuan yang disebutkan sebelumnya, sebenarnya tujuan yang mendasar dari semua itu adalah tujuan dasar yang absolut bersifat politik seperti ingin mengubah kebijakan dari pemerintah, menggulingkan pemimpin politik yang mereka anggap tidak pantas memimpin, ingin merubah sistem politik negara, dan sampai membangun negara baru. Dengan adanya motif politik dapat membantu mengidenfifikasi teroris tersebut, seperti jika teroris sedang berjuang untuk agamanya, sudah pasti anggota teroris lainnya beragama yang sama, dan sudah dapat dilihat juga tujuan target utamanya dalam aksi teroris.

2. Kekerasan adalah indikator kedua dari terorisme. Dalam mencipatakan sebuah rasa takut kepada audiens memerlukan sebuah aksi yang dapat membuat psikologis seseorang dapat merasa terancam dengan keberadaan kelompok/individu itu. Kekerasan adalah cara di mana teroris selalu menanam ketakutan dengan cara yang tidak manusiawi dan dengan pesan yang selalu tersirat dalam setiap aksi. Dengan kekerasan pun, teroris bukan hanya dapat menciptakan rasa takut kepada masyarakat, tapi ancaman bagi pemerintah politik juga sangat nyata yang menimbulkan pilihan kepada masyarakat yakni melawan pemerintah dan mendukung tujuan teroris, atau pemerintah yang akan dipandang lemah oleh rakyatnya sendiri sehingga dapat menghilangkan rasa kepercayaan dan nasionalisme masyarakat.

(2)

7

3. Target audiens merupakan faktor yang dibutuhkan ketika kelompok teroris melakukan aksi kekerasannya. Audiens yang menyaksikan secara langsung maupun tidak langsung dapat menyebarkan rasa takut yang sama kepada orang yang tidak menyaksikannya. Target dalam aksi serangan kelompok teroris selalu bersifat publik, seperti lokasi ramai penduduk, pusat pembelanjaan, jalan raya umum, gedung perkantoran yang besar, dan fasilitas publik. Dalam setiap aksinya, dengan teknik apapun, dengan adanya korban maupun tidak, mereka tetap dapat dikatakan berhasil jika aksi mereka sudah menimbulkan sekaligus menyebarkan rasa takut.

4. Organisasi merupakan faktor yang menentukan dalam mencapai suatu tuntutan politik. Agar dapat mencapai tuntutan politik yang selalu tergolong berat, dibutuhkan satu organisasi yang terstruktur dalam menjalankan aksi yang strategis. Mereka membutuhkan pemimpin sebagai penentu kebijakan mereka dan badan-badan lainnya. Dalam menyelesaikan suatu tuntutan politik, seandainya hanya dijalankan oleh satu individu, dalam satu aksi dia telah berhasil menggunakan kekerasan dan menyebabkan ketakutan, tapi jika dia tertangkap atau meninggal, tuntutan politik yang coba dia capai tak akan berlanjut, karena ketakutan yang sudah dia ciptakan akan hilang sembari eksistensinya sudah tidak ada. Jika dilakukan secara berorganisasi, penangkapan seseorang hanyalah jeda sementera untuk menunda rasa takut, karena organisasi itu masih ada, bahkan jikapun pemimpin kelompok tersebut tertangkap atau meninggal, organisasi itu masih dapat mengisi kekosongan dengan seseorang yang memiliki ambisi kuat untuk mencapai tuntutan politik organisasinya.

2.2 Konsep Lone-Wolf Terrorism

Istilah lone-wolf dipopulerkan pada tahun 1990-an oleh seorang supremasi kulit putih Tom Metzger dan Alex Curtis sebagai tindakan untuk mendukung sesama rasis agar bertindak sendiri dalam melakukan kejahatan dengan alasan taktis (International Centre for Counter-Terrorism (ICCT), 2010, Lone Wolves:

How to Prevent This Phenomenon, hal. 2). Sebuah studi oleh ICCT memberi definisi lone-wolf adalah seseorang yang bertindak dengan kehendaknya tanpa ada

(3)

8

perintah ataupun koneksi dari suatu organisasi. Teroris lone-wolf akan bergerak atau beroperasi secara mandiri dengan sifat alamiahnya dan dapat melakukan aktivitasnya kapan pun yang dia inginkan (seperti yang dikutip oleh Burton &

Stewart, 2008). Sedangkan definisi lone-wolf terrorism menurut Ramon Spaaij (2012) “lone-wolf bisa dilihat melalui tiga indaktor utama, pertama beroperasi secara individual, kedua, tidak terikat dalam organisasi ataupun koneksi tertentu, dan terakhir memiliki modus operandi atau cara dari lone-wolf tersebut menjalankan rencana kekerasannya. Ramon Spaaij juga menekankan lone-wolf berbeda dari sleeper operative. Sleeper operative adalah orang yang menyusup ke masyarakat atau organisasi yang telah ditargetkan dan kemudian tetap tidak aktif sampai kelompok atau organisasi memerintahkan mereka untuk bertindak” (hal.

16).

2.3 Teori Kebencian (Hate) oleh Robert J. Sternberg

Penelitian ini membahas proses penargetan Serangan Anders Breivik, rincinya adalah mengapa Anders Breivik melancarkan serangannya kepada warga Norwegia dan bagaimana kebencian dapat berkembang dalam kehidupannya.

Agar dapat memahami proses penargetan Anders Breivik, penting mengetahui target analisis untuk memperoleh gambaran, penjelasan, dan perkiraan yang akurat tentang target analisis tersebut. Target analisis yang dimaksudkan adalah individu yakni Anders Breivik. Dalam penelitian ini penting untuk mengetahui hubungan sebab-akibat dalam serangan Anders Breivik. Sehingga akan menimbulkan pertanyaan-pertayaan mendasar seperti apa yang menyebabkan Anders Breivik menyerang warga Norwegia? Apa akibatnya? Hubungan sebab- akibat ini nantinya akan dibahas dalam bab pembahasan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori kebencian (hate) menurut Robert J. Sternberg. Menurut penulis, teori kebencian relevan dalam menjelaskan fenomena lone-wolf terrorism karena dapat melihat bagaimana proses kebencian (hate) terjadi dalam hidup Anders Breivik. Teori ini dibagi menjadi dua bagian, pertama, kebencian memiliki tiga komponen: negation of intimacy, passion, dan

(4)

9

commitment. Kedua, kebencian muncul dari cerita-cerita. Kemudian, keunggulan dari Teori kebencian menurut Sternberg ini dapat menjelaskan mengapa individu atau kelompok melakukan aksi teroris, pembantaian, dan bahkan genosida.

Sehingga pada akhirnya kita bisa mengetahui mengapa Anders Breivik melancarkan serangannya dan memilih targetnya sebagai objek kekerasan.

Teori ini merupakan teori dalam studi psikologi. Penulis akan menjelaskan tesis dasar dari teori ini menggunakan sudut pandang psikologi. Penulis memahami keterbatasan yang dimiliki penulis dalam memahami teori psikologi.

Namun, nantinya penulis akan menjelaskan relevansi teori dengan studi kasus menggunakan sudut pandang ilmu hubungan internasional. Meskipun penulis tidak bisang menghilangkan aspek psikologi di dalamnya. Dalam teori kebencian, Robert J. Sternberg mengatakan, untuk mendapatkan percakapan yang bermakna, kita harus memastikan percakapan tersebut berbicara tentang keadaan yang sama dan dengan demikian memiliki arti yang sama. Jika satu orang memiliki kebencian, komunikasi menjadi sangat sulit karena kedua orang tersebut membicarakan hal-hal yang berbeda (Sternberg & Sternberg, 2008, hal. 15). Tesis dasar yang akan disajikan teori ini menghasilkan lima klaim mendasar. Pertama, kebencian sangat erat kaitannya secara psikologis dengan love. Misalnya, love dapat dengan cepat berubah menjadi kebencian. Kedua, kebencian bukanlah kebalikan dari ketiadaan love. Sebaliknya, hubungan antara love dan benci itu beragam. Ketiga, love dapat dicirikan dengan struktur segitiga menggungakan ketiga komponen kebencian. Keempat, love dan kebencian keduanya berasal dari cerita-cerita yang diceritakan orang lain. Karena orang-orang memiliki cerita yang berbeda, kebencian dan love dapat berarti hal yang berbeda bagi orang yang berbeda. Seberapa besar kemungkinan kebencian untuk memanifestasikan dirinya dalam tindakan sebagian besar bergantung pada cerita tersebut. Kelima, kebencian adalah satu precursor utama, walaupun tentu saja bukan satu-satunya precursor dari fenomena teorisme, pembantaian, dan genosida. Sternberg juga mengatakan, kebencian bukanlah sesuatu yang kita miliki sejak lahir. Itu sesuatu yang kita peroleh. Kadang-kadang kita mendapatkannya sebagai hasil dari persepsi kita

(5)

10

tentang cara orang lain bertindak terhadap kita. Kadang-kadang kita mendapatkannya sebagai akibat dari manipulasi perasaan dan kognisi kita di pihak pemerintah, pemimpin agama, atau pemimpin lainnya (Sternberg & Sternberg, 2008, hal. 52).

Menurut Sternberg (2003), kebencian berpotensi terdiri dari tiga komponen: (1) negation of intimacy, (2) passion, dan (3) commitment. Negation of intimacy merupakan komponen potensial kebencian pertama yang melibatkan kedekatan emosional, seringkali karena individu yang dibenci membangkitkan rasa jijik. Penolakan dan jijik ini dapat timbul dari karakteristik atau tindakan orang tersebut atau dari propaganda yang menggambarkan beberapa karakteristik dan tindakan tertentu. Dalam kasus terakhir, seseorang mungkin akan membenci seseorang atau orang yang tidak dikenal sekalipun. Passion mengekspresikan dirinya sebagai kemarahan atau ketakutan yang intens dalam menanggapi ancaman. Kemarahan sering membuat seseorang mengarah pada target kebencian, sedangkan ketakutan membuat seseorang menghindarinya. Commitment merupakan komponen potensial kebencian ketiga yang dicirikan oleh kognisi devaluasi dan pengurangan melalui penghinaan untuk kelompok target kebencian.

Seorang pembenci cenderung merasa jijik terhadap target individu atau kelompok, melihat mereka seakan manusia biasa atau tidak manusiawi. Terkadang commitment kognitif terhadap kebencian adalah hasil dari rasa takut akan perubahan seperti mereka takut dengan pemikiran tentang perubahan sosial, khususnya, campuran ras, imigrasi, dan blurring peran gender. Ketakutan mereka terhadap perubahan sosial tampaknya mengambil perwujudan manusia ketika mereka menargetkan kelompok atau kelompok yang mereka percaya bertanggung jawab atas perubahan sosial yang mereka takuti. Mereka kemudian mencoba mengajarkan kebencian mereka kepada orang lain, baik melalui komunikasi informal atau bahkan melalui sekolah.

Relevansi teori dengan studi kasus penelitian ini adalah tiga komponen yang ditawarkan oleh Sternberg yakni negation of intimacy, passion, dan commitment akan digunakan untuk melihat kedekatan emosional antara Anders

(6)

11

Breivik dengan target kebenciannya. Dari target kebencian Breivik menghasilkan penolakan dan membangkitkan rasa jijik yang akhirnya membentuk karakteristik dan tindakan-tindakan tertentu. Kemudian kita dapat melihat dari komponen kedua yakni passion apakah Breivik mengalami kemarahan atau ketakutan kepada target kebenciannya. Commitment akan melihat apakah Breivik melihat target kebenciannya sebagai seorang manusia atau bahkan rendah dari manusia, sehingga kita dapat melihat tindakan devaluasi kognitif atau penghinaan kepada target kebenciannya. Kebencian ataupun ketakutan yang dimiliki Breivik apakah terkait dengan perubahan-perubahan sosial dan bagaimana tindakan yang dilakukan Breivik untuk mengajarkan kebencian-kebenciannya kepada orang lain.

2.4 Penelitian Terdahulu

Di bawah ini penulis memaparkan dua penelitian terdahulu yang bertujuan untuk mempermudah penulis dalam memahami gambaran fenomena melalui perspektif lain. Terdapat gambaran mengenai inti pembahasan dan perbedaan- perbedaan utamanya dengan kasus yang penulis. Lima Penelitian terdahulu diuraikan sebagai berikut:

1 Nama Penulis Lars Erik Berntzen & Sveinung Sandberg Judul Penelitian The Collective Nature of Lone Wolf Terrorism: Anders

Breivik and the Anti-Islamic Social Movement

Inti Pembahasan Jurnal ini menggunakan teori framing dari studi gerakan sosial untuk membandingkan manifesto Anders Breivik dengan retorika gerakan anti-Islam yang telah menginspirasi serangannya.

Perbedaan Berntzen & Sandberg dalam jurnalnya menekankan konteks sosial dan gerakan anti-Islam menggunakan teori framing. Perbedaan yang jelas dengan penelitian penulis adalah penulis memfokuskan pembedahan permasalahan kepada subjek penelitian yakni Anders Breivik sebagai individu. Namun, jurnal Berntzen &

Sandberg dapat membantu penulis untuk melihat

(7)

12

konteks sosial yang ada di Norwegia.

2 Nama Penulis Siri Erika Gullestad

Judul Penelitian Anders Behring Breivik, master of life and death:

Psychodynamics and political ideology in an act of terrorism

Inti Pembahasan Jurnal ini memaparkan serangan Anders Breivik di Norwegia dimotivasi oleh ideologi: Breivik melihat dirinya dibenarkan secara moral untuk menyelamatkan Eropa dari multikulturalisme dan feminisme. Pada awal jurnal ini, Erika Gullestad menjelaskan ideologi universal dari manifesto Breivik yakni nilai-nilai patriarki yang tampaknya menjadi akar terdalam dari serangannya terhadap multikulturalisme dan ketakutan terhadap Eurabia. Dalam jurnal ini, Erika menggunakan pendekatan psikoanalisis untuk melihat hubungan antara ibu-ayah-anak dalam kehidupan Breivik dan bagaimana perkembangan kepribadian Breivik.

Perbedaan Jurnal ini memfokuskan pada pendekatan psikoanalisis Anders Breivik dalam melihat manifestonya.

Meskipun memiliki kesamaan penelitian yakni subjek penelitiannya adalah Anders Breivik sebagai individu yang diteliti, namun penulis melihatnya menggunakan pendekatan kebencian (hate). Pendekatan psikoanalisis ini dapat memperkuat komponen kebencian Breivik dengan kata lain melihat bagaimana perkembangan kebencian dalam kepribadian yang dimiliki Breivik.

3 Nama Penulis Cato Hemmingby & Tore Bjørgo

(8)

13

Judul Penelitian The Dynamics of a Terrorist Targeting Process:

Anders B. Breivik and the 22 July Attacks in Norway Inti Pembahasan Dalam buku ini Cato dan Tore menjelaskan proses

penargetan Anders Breivik dalam perspektif dan pendekatan metodologi tertentu. Melihat ideologi, strategi, level taktikal, dan interaksi yang terjadi dalam kehidupan Anders Breivik. Kemudian dalam buku ini mulai menguraikan rencana penyerangan Anders Breivik dan menjelaskan konsekuensi dari serangan tersebut. Cato dan Tore juga membandingkan kasus Breivik dengan lone-wolf terrorism Eropa lainnya.

Perbedaan Dalam buku ini, Cato dan Tore menjelaskan proses penargetan tersebut berdasarkan strategi atau modus operandi yang dimiliki oleh Anders Breivik dan melihat konsekuensi dari tindakan tersebut. Penelitian penulis dalam menjelaskan proses penargetan Anders Breivik akan melibatkan perspektif psikonalisis dan melihat bagaimana kebencian dapat berkembang.

4 Nama Penulis Barry Richards

Judul Penelitian What drove Anders Breivik?

Inti Pembahasan Dalam jurnal ini Barry Richards menjelaskan bagaimana serangan Anders Breivik tersebut dapat terjadi dengan melihat Islamophobia yang berkembang di Norwegia. Kemudian Barry memberikan pertanyaan mendasar terhadap kasus Breivik, apakah Breivik seseorang yang memiliki niat jahat atau seseorang yang meluapkan kemarahannya?

Perbedaan Dalam jurnal ini, yang menjadi perbedaan adalah Barry Richards melihat serangan tersebut terjadi

(9)

14

karena Islamophobia di Norwegia dan penyakit jiwa Anders Breivik.

5 Nama Penulis Pelle Billing & Kristian Stalne

Judul Penelitian Learning From the Unfathomable: An Analysis of Anders Behring Breivik

Inti Pembahasan Dalam jurnal ini Pelle dan Kristian menjelaskan manifesto yang dimiliki oleh Anders Breivik atas serangan di Norwegia. Manifesto yang dimaksudkan adalah cultural marxism yakni gerakan yang memaksimalkan teror dan perhatian media. Kemudian Pelle dan Kristian menjelaskan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh Anders Breivik dan memperkuat analisisnya dengan teori ego development oleh Robert Kegan.

Perbedaan Dalam jurnal ini Pelle dan Kristian menjelaskan serangan tersebut berdasarkan manifesto Breivik yakni cultural Marxism dan menjelaskan kemampuan kognitif Breivik menggunakan teori ego development.

Jurnal ini memiliki kesamaan dengan penelitian penulis, namun yang membedakan dalam melihat perilaku psikologis Breivik, penulis menggunakan teori kebencian.

2.5 Kerangka Berpikir

(10)

15

Migrasinya migran Islam ke Norwegia memberikan tantangan bagi pemerintah Norwegia tentang bagaimana pemerintah dapat megintegrasikan migran Islam ke dalam masyarakat Norwegia. Secara resmi pemerintah Norwegia memberikan kebijakan yang mendukung terjadinya ‘multikulturalisme’ di Norwegia, meskipun istilah ‘multikulturalisme’ tersebut tidak ditemukan secara eksplisit. Meskipun dalam prosesnya tidak berjalan dengan baik, terdapat dinamika yang terjadi antara masyarakat Norwegia dan migran Islam. Pada akhirnya, pemerintah Norwegia khususnya Partai Buruh yang berkuasa menganggap proses multikulturalisme yang terjadi dari tahun ke tahun berjalan dengan baik. Penolakan terhadap multikulturalisme mendapatkan respon negatif yang kuat terutama dari partai politik sayap kanan. Hingga pada tanggal 22 Juli 2011 masyarakat Norwegia dikagetkan dengan adanya serangan bom di Oslo dan penembakan massal di pulau Utøya. Serangan tersebut diklaim dilakukan oleh satu individu yang bernama Anders Behring Breivik. Anders Breivik menyatakan ia menentang kebijakan pemerintah yang mendukung multikulturalisme terutama

Bagan 1 Kerangka Berpikir

(11)

16

terhadap Partai Buruh dan pihak-pihak yang pendukung. Mengapa Anders Breivik akhirnya memutuskan untuk bertindak menggunakan kekerasan sebagai penolakannya terhadap kebijakan pemerintah? Tentu penting untuk melihat siapa Anders Behring Breivik. Lebih lanjut, perlu mengidentifikasi apakah Anders Breivik dapat dikatakan sebagai teroris atau lone-wolf terrorist. Hingga yang menjadi pembahasan utama dalam penulisan ini adalah menganalisis bagaimana penargetan serangan tersebut terjadi. Teori kebencian hadir untuk mendukung analisis penargetan serangan Anders Breivik dengan melihat bagaimana kebencian dapat terjadi dan berkembang dalam kehidupan Anders Breivik.

Referensi

Dokumen terkait

Seperti yang disebutkan, close up digunakan untuk memfokuskan kamera pada wajah atau detil tertentu, maka extreme close up akan memperbesar suatu detil yang tidak mungkin kita

Biotransformasi tertentu yang terjadi dalam suatu tata lingkungan dan atau dalam tubuh organisme hidup yang telah kemasukan merkuri , yang dibabkan oleh

Voltmeter untuk mengukur tegangan antara dua titik, dalam hal ini adalah tegangan pada lampu 3, voltmeter harus dipasang secara paralel dengan beban yang hendak diukur, posisi

Pemeriksaan data dilakukan dengan cara trianggulasi data dan trianggulasi metode, dengan model evaluasi yang digunakan adalah evaluasi model Context, Input, Process, Product

Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih kurang dalam sikap terhadap penyelidikan IPA yang artinya siswa masih kurang dalam melakukan eksperimen atau percobaan

Sebagai bahasa kiasan, ironi atau sindiran adalah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam

Abdullah bin Mubarok berkata, “Sungguh mengembalikan satu dirham yang berasal dari harta yang syubhat lebih baik bagiku daripada bersedeqah dengan seratus ribu dirham”..

jauh dari keluarganya untuk membantu meringankan beban ekonomi rumah tangganya dan terpaksa harus pasrah menerima keadaan pada waktu diceraikan oleh suaminya,