• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INDISIPLINER SISWA DAN UPAYA MENGATASINYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INDISIPLINER SISWA DAN UPAYA MENGATASINYA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INDISIPLINER SISWA DAN UPAYA MENGATASINYA

FACTORS CAUSING INDISCIPLINEAMONG STUDENTS AND EFFORTS TO OVERCOME IT

Oleh:

Nurhayati1), Hamdiansah2)

1)2)Universitas Halu Oleo Email: nurhayatinuti016@gmail.com Kata Kunci:

Indisipliner Siswa

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab indisipliner siswa SMP Negeri 1 Kabawo dan upaya mengatasinya. Informan penelitian ini berjumlah 4 orang yaitu 1 orang guru BK, 1 orang guru mata pelajaran dan 2 orang siswa. Data dikumpulkan dengan metode wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa faktor-faktor penyebab indisipliner adalah (1) faktor internal yaitu rasa malas yang timbul dari dalam diri siswa (2) Faktor eksternal yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

Sedangkan upaya untuk mengatasi indisipliner siswa tersebut adalah dengan upaya pencegahan, yaitu dengan memberikan informasi kepada siswa mengenai tata tertib yang telah ditetapkan oleh sekolah dan upaya yang bersifat pengentasan, yaitu siswa indisipliner diberi nasehat dan jika masih melakukan pelanggaran tersebut maka siswa akan diberikan hukuman yang bertujuan untuk memberikan efek jera.

Keywords:

Students’

Indiscipline

ABSTRACT

This study aims to determine the factors that cause students' indiscipline at SMP Negeri 1 Kabawo and to identify efforts to overcome it. This study's informants were four people, consisting of 1 counseling teacher, one subject teacher, and two students. Data were collected through interview and documentation methods. This study indicates that the students' indiscipline factors are (1) internal factors, namely laziness arising from within the students (2) external factors, namely family, school, and society.

Furthermore, the efforts to overcome the students' indiscipline include preventive and alleviating efforts. The preventive efforts can be made by providing students information about the school's rules, while the alleviating efforts, by advising students not to commit indiscipline. If they still commit such violations, students will be given penalties to provide a deterrent effect.

(2)

Pendahuluan

Di setiap lembaga pendidikan, khususnya lembaga pendidikan formal tuntutan penegakan disiplin di kalangan siswa sangatlah penting. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan pendidikan di sekolah tersebut berjalan dengan baik dan teratur, hal ini juga sejalan dengan pendapat Rachman (Tu’u, 2008: 35) yang menyatakan bahwa pentingnya disiplin bagi para siswa adalah pertama memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, kedua membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan, ketiga cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukkan siswa terhadap lingkungannya, keempat untuk mengatur keseimbangan keinginan siswa satu dengan siswa yang lain, kelima menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah, keenam mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar, ketujuh siswa hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, positif dan bermanfaat baginya dan lingkungannya, dan yang kedelapan adalah kebiasaan baik itu menyebabkan ketenangan jiwa dan lingkungannya.

Siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan. Setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku disiplin sesuai dengan aturan dan tata tertib yang ada. Disiplin menjadi salah satu persyaratan bagi pembentukan sikap, perilaku, dan tata tertib kehidupan berdisiplin yang akan mengantar seorang siswa menjadi lebih sukses dalam belajar. Siswa sebagai generasi penerus bangsa, sejak dini harus diperkenalkan dengan nilai-nilai yang mengatur kehidupan manusia yang berguna bagi dirinya masing-masing, agar berlangsung secara tertib, efektif dan efisien. Norma-norma itu sebagai ketentuan tata tertib hidup harus dipatuhi atau ditaatinya. Siswa yang melanggar tata tertib dan peraturan disebut siswa tidak disiplin (indisipliner). Indisipliner merupakan kebalikan dari disiplin yang berarti ketidakpatuhan ataupun ketidaktaatan pada peraturan.

Indisipliner siswa tersebut dapat dilihat dari sikap dan perilakunya, di mana siswa yang bersangkutan tidak memberi respon yang baik dalam menanggapi peraturan dan tata tertib yang dibuat oleh sekolah seperti tidak menggunakan seragam lengkap sesuai aturan sekolah, tidak tepat waktu ke sekolah, tidak mengikuti proses pembelajaran di kelas, berperilaku tidak sopan, tidak memakai atribut sekolah, serta makan dan minum pada saat jam pelajaran berlangsung, hal ini senada dengan pendapat Sujatmiko (Amaliny, 2018: 3) yang menyatakan bahwa perilaku indisipliner termaksud dalam perilaku menyimpang yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku atau perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling (BK) di SMP Negeri 1 Kabawo pada saat melakukan pra penelitian, peneliti memperoleh informasi bahwa terdapat indisipliner siswa, yaitu terlambat mengikuti apel pagi. Hal ini sesuai dengan pendapat Wasak, Manggoa dan Blegur (2016) yang menyatakan bahwa indisipliner siswa seperti terlambat masuk kelas, membuat keributan atau kegaduhan selama proses belajar mengajar, tidak mengikuti instruksi, melanggar aturan atau kesepakatan yang dibuat oleh pihak sekolah, dan bolos dalam proses belajar mengajar.

Indisipliner siswa ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Prayitno dan Amti (Nuragusta, 2010: 10) menyatakan bahwa faktor penyebab indisipliner siswa yaitu: 1) siswa tidak begitu memahami kegunaan masing-masing aturan atau tata tertib yang berlaku di sekolah, aturan tersebut tidak didiskusikan dengan siswa sehingga siswa hanya terpakasa mengikutinya, 2) siswa yang bersangkutan terbiasa hidup terlalu bebas, baik di rumah maupun di masyarakat, 3) tidakan yang dilakukan terhadap indisipliner terlalu keras sehingga siswa mereaksi secara tidak wajar (negatif), 3) ciri khas perkembangan siswa yang agak “sukar diatur” tetapi “belum dapat mengatur diri sendiri”, 4) ketidaksukaan terhadap mata pelajaran tertentu sehingga dilampiaskan dengan menjadi siswa yang tergolong dalam indisipiner.

Walgito (Nuragusta, 2010: 11) juga menyatakan bahwa faktor penyebab indisipliner siswa, yaitu faktor internal yang meliputi rasa malas yang timbul dari dalam diri siswa, tidak bertanggung jawab terhadap tugas, ingin mencari perhatiaan dan kurang religius dan faktor eksternal yang meliputi lingkungan keluarga atau orangtua yang kurang memerhatikan anak, orangtua bercerai, tinggal terpisah dengan orangtua, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat yang kurang baik juga

(3)

Tu`u (2008: 37) menyatakan bahwa indisipliner siswa atau siswa tanpa disiplin akan berdampak negatif suasana sekolah juga kelas menjadi kurang kondusif bagi kegiatan pembelajaran.

Indisipliner siswa juga akan berdampak bagi siswa itu sendiri, seperti kualitas belajar rendah, segala kegiatan yang dilakukan tidak teratur maupun terarah, sehingga apa yang diharapkan dari proses belajarnya tidak akan tercapai. Hal ini menegaskan bahwa setiap siswa harus menegakkan disiplin agar apa yang menjadi tujuan dari pendidikannya dapat tercapai, dan untuk mengatasi masalah indisipliner siswa ini, harus diketahui faktor-faktor penyebabnya agar setelah diketahui faktor penyebabnya, indisipliner siswa ini dapat diselesaikan dari akar permasalahannya.

Pengertian Indisipliner

Indisipliner termasuk dalam perilaku menyimpang. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Sujatmiko (Amaliny, 2018: 3) bahwa indisipliner adalah perilaku yang tidak sesuai dengan aturan/ norma yang berlaku atau perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi. Indisipliner adalah sekumpulan perilaku yang melanggar atau tidak patuh pada aturan- aturan yang berlaku, bentuk perilaku indisipliner adalah perbuatan yang menunjukkan ketidaktaatan pada regulasi, tidak disiplin, serta melanggar tata tertib yang telah disepakati bersama (Ariesandi dalam Hamidah, 2008: 32).

Imron (Suhendri, 2018) menyatakan bahwa indisipliner merupakan suatu ketidakpatuhan terhadap pengaturan atau tunduk kepada pengawasan atau pengendalian terhadap suatu aturan yang telah ditetapkan. Indisipliner adalah hukuman atau koreksi terhadap seseorang yang melanggar peraturan yang dilakukan melalui latihan atau dengan jalan mendera. Dari beberapa pendapat para ahli tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa indisipliner adalah suatu perbuatan yang menyimpang yaitu dengan melanggar segala aturan atau ketentuan yang telah dibuat guna untuk mencapai ketertiban di suatu tempat.

Jenis Indisipliner

Rachman (Tu`u: 2008: 53) menyatakan bahwa macam-macam indisipliner adalah sebagai berikut:

1. Indisipliner yang ditimbulkan oleh guru, antara lain:

a. Aktivitas yang kurang tepat

b. Kata-kata guru yang menyindir dan menyakitkan c. Kata-kata guru yang tidak sesuai dengan perbuatannya.

d. Rasa ingin ditakuti dan disegani e. Kurang dapat mengendalikan diri f. Suka memperguncingkan siswanya

g. Dalam pembelajaran memakai metode yang tidak variatif sehinggakelas Membosankan h. Gagal menjelaskan pelajaran dengan menarik perhatian

i. Memberi tugas terlalu banyak dan berat

j. Kurang tegas dan kurang beribawa sehingga kelas ribut dan tidak mampu menguasai 2. Indisipliner yang ditimbulkan oleh siswa, antara lain:

a. Siswa yang suka berbuat aneh untuk menarik perhatian b. Siswa yang berasal dari kelurga disharmonis

c. Siswa yang kurang istirahat di rumah sehingga mengantuk di sekolah

d. Siswa yang kurang membaca dan belajar serta tidak mengerjakan tugas-tugas dari guru e. Siswa yang pasif, potensi rendah lalu datang ke sekolah tanpa persiapan diri

f. Siswa yang suka melanggar tata tertib sekolah

g. Siswa yang pesimis atau putus asa terhadap keadaan lingkungan dan prestasinya h. Siswa yang datang ke sekolah dengan terpaksa

i. Hubungan antara siswa yang kurang harmonis, adanya klik antara kelompok j. Adanya kelompok-kelompok ekslusif di sekolah.

3. Indisipliner yang ditimbulkan oleh lingkungan, antara lain:

a. Kelas yang membosankan

b. Perasaan kecewa karena sekolah bertindak kurang adil dalam penerapan disiplin dan hukuman

(4)

c. Perencanaan dan implementasi disiplin yang kurang baik

d. Keluarga yang sibuk dan kurang memerhatikan anak-anaknya serta banyak problem e. Keluarga yang kurang mendukung penerapan disiplin sekolah

f. Lingkungan sekolah dengan pusat keramainan kota, pasar, pertokohan, pabrik, bengkel dan rumah sakit

g. Manajemen sekolah yang kurang baik h. Lingkungan bergaul siswa yang kurang baik

Faktor yang Memengaruhi Indispliner

Indisipliner merupakan suatu hal yang menghambat tujuan yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan pendidikan. Perilaku tersebut dapat terjadi karena adanya sesuatu hal yang memengaruhi (penyebab).

Prayitno dan Amti (Nuragusta, 2010: 10) menyatakan bahwa faktor penyebab indisipliner pada siswa terhadap tata tertib, yaitu:

1. Tidak begitu memahami kegunaan masing-masing aturan atau tata tertib yang berlaku di sekolah, aturan tersebut tidak didiskusikan dengan siswa sehingga hanya terpakasa mengikutinya.

2. Siswa yang bersangkutan terbiasa hidup terlalu bebas, baik di rumah maupun di masyarakat 3. Tidakan yang dilakukan terhadap indisipliner terlalu keras sehingga siswa mereaksi secara tidak

wajar (negatif)

4. Ciri khas perkembangan siswa yang agak “sukar diatur” tetapi “belum dapat mengatur diri sendiri”.

5. Ketidaksukaan terhadap mata pelajaran tertentu dilampiaskan pada dengan berperilaku indisipliner terhadap tata tertib sekolah.

Walgito (Nuragusta, 2010: 11) menyatakan faktor penyebab indisipliner siswa terhadap tata tertib, yaitu:

1. Faktor Internal yang meliputi:

a. Rasa malas yang timbul dari dalam diri siswa

Tidak semua siswa di sekolah belajar dengan rajin, ada siswa yang dalam kesehariannya bermalas-malasan masuk atau hadir ke sekolah, banyak faktor yang memengaruhi siswa tersebut malas, diantaranya: 1) ada pelajaran yang mereka tidak sukai misalnya Matematika, Bahasa Inggris dan Kimia 2) ada guru yang mereka tidak senang seperti penyampaian materi, metode mengajarnya kurang menyenangkan, cara bicara guru yang suka menyinggung perasaan siswanya dan lain-lain.

b. Tidak bertanggung jawab terhadap tugas

Tanggung jawab mungkin bisa diartikan sebagai konsekuensi yang harus diterima atau dijalankan terhadap apa yang sudah dilakukan atau dijalankan. Setiap siswa harus menanamkan rasa tanggung jawab terhadap dirinya masing-masing. Tanggung jawab siswa terhadap seorang pelajar adalah belajar dengan baik, mengerjakan tugas sekolah yang sudah diberikan kepadanya dan menaati tata tertib sekolah. Artinya, setiap siswa wajib dan mutlak menjalankan tanggung jawab tersebut tanpa terkecuali. Akan tetapi banyak siswa yang terbebani dengan kewajiban mereka sebagai seorang siswa. Siswa berangkat ke sekolah bukan bertujuan untuk belajar dengan baik, akan tetapi dijadikan ajang untuk bertemu, kumpul dengan teman-teman, mengobrol dan lain sebagainya.

c. Ingin mencari perhatian

Salah satu alasan siswa indisipliner adalah dikarenakan mencari perhatian. Mereka berasal dari keluarga yang terlalu sibuk, sehingga memberikan perhatian terhadap anak-anaknya.

Kebutuhan anak-anak anak-anak dicukupi seperti pakaian, makanan, uang sekolah, uang les dan lain sebagaianya tetapi tidak memerhatikan keinginan anaknya seperti ingin diperhatikan.

Kalau perhatian ini tidak diperolehnya maka siswa menjadi kurang seimbang. Siswa yang akan mencari keseimbangannya di luar rumah (sekolah) baik secara posititf maupun negatif. Selain itu, siswa-siswa dari keluarga yang tidak berbahagia (broken home) yang keduanya

(5)

orangtuanya bercerai atau hidup serumah tetapi tidak menyuarakan pendapat yang harmonis juga mengalami konflik batin yang menyebabkan hilangnya keseimbangan.

2. Faktor eksternal yang meliputi:

a. Lingkungan keluarga

Perasaan kewajiban dan tanggung jawab yang ada pada orangtua untuk mendidik anak-anaknya timbul dengan sendirinya, secara alami, tidak karena dipaksa atau disuruh oleh orang lain.

Demikian pula perasan kasih sayang orangtua terhadap anak-anaknya adalah kasih sayang sejati, yang timbul dengan spontan, tidak dibuat-buat. Di rumah anak menerima kasih sayang yang besar dari orangtuanya, tempat ia mencurahkan isi hatinya. Anak merasa satu dengan anggota-anggota dari keluarganya, tidak merasa asing seperti dengan anggota-anggota dari keluarga lain.

Faktor keluarga dapat mendorong siswa dalam berperilaku negatif khususnya seperti membolos, berkelahi dan melanggar aturan. Fungsi keluarga lebih banyak pada sisi kurangnya perhatian, pengabaian, dan persoalan penerapan kontrol (pola asuh) misalnya aturan yang diterapkan di rumah tidak berjalan efektif atau sebaliknya. Keadaan tidak teratur karena tidak ada aturan atau terdapat atauran tetapi lemah. Berbagai kondisi sturktural keluarga, tidak idealnya sistem kontrol yang diberikan keluarga, dan minimnya kedekatan siswa dengan orangtua baik secara emosi maupun secara fisik menjadi penyebab anak mencari keluarga baru yang bisa membetikannya kebebasan dan merasa dihargai secara individu.

b. Lingkungan Sekolah

Sekolah didirikan oleh masyarakat atau negara untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga yang sudah tidak mampu lagi memberi bekal persiapan hidup bagi anak-anaknya. Untuk mempersiapkan anak agar hidup dengan cukup bekal kepandaian dan kecakapan dalam masyarakat yang modern, yang telah tinggi kebudayaannya seperti sekarang ini, anak-anak tidak cukup hanya menerima pendidikan dan pengajaran dari keluarganya saja. Maka dari itulah, masyarakat atau negara mendidikan sekolah-sekolah. Di sekolah seorang anak harus belajar untuk mandiri. Kalau di rumah seorang anak dapat mengharapkan bantuan orangtuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, maka di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab. Ketergantungan pada orangtua yang dijumpai di rumah tidak terdapat di sekolah, guru menuntut kemandirian dan tanggung jawab pribadi bagi tugas-tugas sekolah

Guru sebagai pendidik adalah lain dari orangtua. Orangtua menerima tugasnya sebagai pendidik dari Tuhan atau karena kodratnya. Guru menerima tugas dan kekuasaan sebagai pendidik dari pemerintah atau negara. Ia diangkat dan ditunjuk serta ditetapkan oleh pemerintah. Guru adalah pendidik karena jabatannya. Maka dari itu sudah sewajarnya pula bahwa kasih sayang orangtua terhadap anak-anaknya. Tambah pula, hubungan guru dengan anak-anak didiknya bersifat sementara, tidak tetap. Guru sering berganti-ganti dan berpindah- pindah, demikian pula murid-muridnya. Selain setiap tahun berganti, juga jumlahnya sangat banyak.

Penyebab siswa indisipliner adalah pengajaran guru. Peran seorang guru dalam mengambil keputusan untuk memilih sistem pembelajaran dalam lingkungan sekolah sangatlah penting. Hal ini akan berpengaruh pada cepat atau lambatnya para siswa dalam menangkap pelajaran dan untuk membentuk pribadi yang baik dalam diri siswa. Kesalahan seorang gurupun dalam proses pembelajaran berpengaruh besar pada perkembangan para siswa seperti ketidakmampuan guru dalam menguasai kelas dan metode pembelajaran yang membosankan.

Hal tersebutlah yang dapat menjadi pemicu timbulnya sikap atau perbuatan yang kurang terpuji dari para siswa saat berada di lingkungan sekolah.

Indisipliner terjadi dikarenakan sikap dan perbuatan guru kurang bijak dan kurang baik dalam persiapan mengajar. Selain itu, kepemimpinan kepala sekolahpun berpengaruh terhadap indisipliner siswa. Salah satu cara mengukur kemampuan kepala sekolah adalah mendisiplinkan

(6)

siswa. Selain itu, administrasi sekolah juga berpengaruh terhadap indisipliner siswa yakni dengan mengatur surat izin dan keluar masuk bagi siswa pada di sekolah.

c. Lingkungan Masyarakat

Pergaulan di lingkungan sekitar juga sangat berpengaruh terhadap siswa seperti lingkungan masyarakat yang kacau dan tidak harmonis, teman bermain yang memiliki kenakalan yang tinggi sehingga membuat mereka mudah terpengaruh. Ekosiswoyo dan Rachman (Adiningtiyas, 2017: 6) menyatakan faktor penyebab indisipliner siswa, yaitu:

1) Tipe kepemimpinan guru atau sekolah yang otoriter yang senantiasa mendiktekan kehendaknya tanpa memerhatikan kedaulatan siswa. Perbuatan seperti itu mengakibatkan siswa menjadi berpura-pura patuh, apatis atau sebaliknya. Hal itu akan menjadikan siswa agresif, yaitu ingin berontak terhadap kekangan dan perlakuan yang tidak manusiawi yang mereka terima.

2) Guru yang membiarkan siswa berbuat salah, lebih mementingkan mata pelajaran daripada siswanya.

3) Lingkungan sekolah seperti: hari-hari pertama dan hari-hari akhir sekolah (akan libur atau sesudah libur), pergantian pelajaran, pergantian guru, jadwal yang kaku atau jadwal aktivitas sekolah yang kurang cermat, suasana yang gaduh, dll.

4) Dari keluarga, contohnya: lingkungan rumah atau keluarga, seperti kurang perhatian, ketidak teraturan, pertengkaran, masa bodoh, tekanan, dan sibuk urusannya masing-masing.

5) Lingkungan atau situasi tempat tinggal, seperti lingkungan kriminal, lingkungan bising, dan lingkungan minuman keras.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab indisipliner, yaitu faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri siswa) dan faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri siswa)

Dampak Indisipliner

Indisipliner siswa akan berdampak bagi siswa itu sendiri, berupa kualitas belajar rendah, suasana sekolah juga kelas menjadi kurang baik bagi kegiatan pembelajaran dan tidak memiliki jalan untuk sukses dalam belajar kelak ketika bekerja. Hal ini merujuk pada pentingnya disiplin yang dijelaskan oleh Tu`u (2008: 37) yaitu:

1. Dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri, siswa berhasil dalam belajarnya.

2. Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah juga kelas menjadi kurang baik bagi kegiatan pembelajaran.

3. Disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja.

Upaya Penanggukangan Indisipliner

Prihatin (2011: 3) menyatakan bahwa penanggulangan indisipliner siswa dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut: 1) pengenalan siswa, 2) tindakan korektif yang meliputi tindakan dan bukan ceramah, don’t bargain, gunakan kontrol kerja, dan menyatakan peraturan dan konsekuensinya dengan jelas dan 3) tindakan penyembuhan. Selanjutnya, Gunarsa (Tu`u, 2008: 57) menyatakan bahwa upaya penanggulangan indisipliner siswa, yaitu:

1. Preventif

Langkah preventif merupakan langkah-langkah yang diambil untuk mencegah siswa berbuat hal- hal yang dikategorikan indisipliner terhadap tata tertib sekolah. Secara positif, langkah ini untuk mendorong siswa mengembangkan ketaatan dan kepatuhan terhadap tata tertib sekolah. Langkah preventif ini dapat berupa:

a. Menjelaskan kepada orangtua dan siswa mengenai tata tertib sekolah berupa tuntutan dan sanksi.

b. Meminta dukungan guru, orangtua dan siswa untuk berkomitmen mematuhi dan menaati tata tertib sekolah.

(7)

c. Memanfaatkan kesempatan upacara bendera untuk memberi pengarahan berkenaan dengan pengembangan pemantapan K5 (keamanan, ketertiban, kebersihan, keindahan, kekeluargaan).

d. Meyakinkan siswa bahwa disiplin individu sangat penting bagi keberhasilan sekolah dan pengembangan kepribadian yang baik.

e. Membentuk kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler agar banyak waktu siswa dimanfaatkan untuk kegiatan yang positif.

f. Secara berkala mengadakan razia terhadap barang yang dipakai dan dibawa siswa ke sekolah.

g. Mengadakan pendekatan personal terhadap siswa-siswa yang diamati berpotensi bermasalah dalam disiplin

h. Kepala sekolah dan guru-guru memberi teladan yang baik tentang perilaku disiplin dalam ketaatan dan kepatuhan

i. Menerapkan disiplin sekolah secara konsisten dan konsekuen

j. Memberi penghargaan kepada siswa yang berprestasi di sekolah dan di luar sekolah.

k. Meminta siswa menjaga nama baik sekolah terutama di dalam dan di luar sekolah.

2. Represif

Langkah represif merupakan langkah yang diambil untuk menahan perilaku indisipliner seringan mungkin, atau untuk menghalangi indisipliner yang lebih berat lagi. Atau langkah menindak dan menghukum siswa yang berperilaku indisipliner terhadap tata tertib sekolah. Langkah represif ini diberikan untuk siswa yang yang mengalami perilku indisipliner terhadap tata tertib di sekolah.

Tindakan yang diberikan dapat berupa:

a. Nasihat dan teguran lisan b. Teguran tertulis

c. Hukuman disiplin ringan, sedang atau berat.

Lebih lanjut, Prijodarminto (Tu`u, 2008: 59) menyatakan bahwa pendisiplinan manusiawi adalah sebagai berikut:

a. Dilakukan secara objektif, mempertimbangkan motivasi indisipliner yang dilakukan b. Harus dapat menunjukkan kesalahan, kekeliruan atau kekhilafan yang telah diperbuat c. Harus dapat menunjukkan ketentuan yang berlaku yang telah dilanggar

d. Hukuman yang dikenakan harus setimpal dengan kesalahan yang diperbuat sehingga dirasakan adil

e. Teknik pendisiplinan tidak merendahkan martabat siswa di mata orang lain f. Tindakan pendisiplinan harus besifat mendidik atau memperbaiki

g. Tindakan disiplin yang dilakukan dalam suasana yang tidak emosional

Saat guru atau orangtua berhadapan dengan siswa atau anak yang melakukan perilaku indisipliner dan diketahui kerapkali terbawa dalam sikap yang sangat emosional. Apabila lagi indisipliner itu terjadi berulang-ulang oleh siswa yang sama. Kadang-kadang muncul kata-kata yang kurang baik dan bijak. Bahkan kadang muncul perbuatan dan tindakan yang kurang terpuji.

Hukuman yang diberikan menjadi lebih logis, terbawa oleh emosi. Sebab itu, bila ada yang siswa yang berperilaku indisipliner, sebaiknya dihadapi dengan hati dan kepala yang dingin, tidak panas.

Lalu juga memperlihatkan prinsip-prinsip pemberian hukuman yang sesuai dengan kaidah-kaidah pendidikan. Agar hukuman itu lebih memberi dampak positif. Berhubungan dengan hukuman tersebut di atas, kita perlu memerhatikan prinsip-prinsip dalam pemberian hukuman. Rachman (Tu`u, 2008: 60) menyatakan bahwa prinsip-prinsip dalam pemberian hukuman adalah sebagai berikut:

a. Berikan alasan dan penjelasan mengapa hukuman diberikan b. Hindari penghukuman pada saat marah atau emosional c. Hindari hukuman yang bersifat badaniah

d. Jangan menghukum kelompok kelas apabila kesalahan dilakukan oleh satu orang e. Jangan memberi tugas tambahan sebagai hukuman

(8)

f. Yakinilah bahwa hukuman sesuai dengan kesalahan g. Jangan menggunakan standar hukuman ganda h. Jangan benci dan dendam

i. Konsisten dan konsekuen dengan hukuman j. Jangan mengancam sesuatu yang mustahil k. Jangan menghukum sesuai selera.

3. Kuratif

Langkah ini merupakan upaya memulihkan, memperbaiki, meluruskan atau menyembuhkan kesalahan-kesalahan dan perilaku-perilku salah yang bertentangan dengan disiplin sekolah. Siswa yang berperilaku indisipliner terhadap ketentuan sekolah dan telah diberi sanksi perlu dibina dan dibimbing oleh guru-guru. Kesalahan tidak hanya dijawab dengan hukuman, tetapi dilanjutkan dengan pembinaan dan pendampingan. Siswa ditolong memperbaiki diri, mengubah tingkah lakunya yang salah atau ada di antara mereka yang terluka batin karena masalah indisipler tersebut.

Atau siswa yang bereperilaku indisipliner disebabkan oleh problem internal yang ada dalam dirinya. Siswa-siswa ini perlu secara khusus dibina dan dibimbing agar mengalami pemulihan dan penyembuhan luka-luka batin tersebut.

Jadi, dalam penanggulangan indisipliner ini diperlukan adanya tata tertib sekolah, konsistensi dalam menerapkan disiplin sekolah dan kemitraan dengan orangtua. Tindakan penanggulangan dapat dilkukan melalui langkah preventif, represif dan kuratif. Sanksi yang diberikan tidak boleh dilakukan secara emsional dan sesuai selera, tetapi harus mengacu pada standar dan aturan yang ada serta bertujuan mendidik. Dengan hal-hal tersebut, indsipliner yang dilkukan oleh siswa dapat diatasi.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kabawo yang beralamat di Jalan Lombu Lalo Nomor 1, Desa Lamaeo, Kecamatan Kabawo, Kabupaten Muna. Penelitian ini dilaksanakan selama 8 bulan yakni pada bulan April sampai November 2020. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif.

Informan dalam penelitian ini berjumlah 4 orang yaitu 1 orang guru BK, 1 orang guru mata pelajaran dan dua orang siswa indisipliner. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan studi dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif model Miles dan Huberman (Sugiyono, 2018: 133) yang terdiri dari beberapa tahapan yakni:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Tujuan penelitian dapat digunakan oleh peneliti sebagai acuan dalam mereduksi data sehingga data-data yang tidak sesuai dengan tujuan dapat direduksi. Dalam reduksi data merangkum pokok-pokok data yang diperoleh dari wawancara, observasi dan dokumentasi sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas tentang faktor-faktor penyebab indisipliner siswa SMP Negeri 1 Kabawo dan upaya mengatasinya.

2. Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Melalui penyajian data, data terorganisasi, tersusun dalam pola hubungan sehingga dapat semakin mudah dipahami. Penyajian data ditampilkan dengan sekelompok informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan yang mengarah pada sebuah tujuan penelitian.

3. Conclusion Drawing/ Verification (Penarikan Kesimpulan)

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif diharapkan merupakan temuan baru di mana dapat memberikan deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang

(9)

teori. Kesimpulan yang dihasilkan dalam penelitian ini diarahkan untuk menjawab seluruh permasalahan penelitian dan memberikan gambaran tentang faktor-faktor penyebab indisipliner siswa SMP Negeri 1 Kabawo dan upaya mengatasinya.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian

Faktor-Faktor Penyebab Indisipliner siswa

Berdasarkan hasil wawancara dengan 1 orang guru BK, 1 wali kelas dan 2 orang siswa dapat dijelaskan beberapa faktor penyebab indisipliner siswa SMP Negeri 1 Kabawo yaitu:

1. Faktor Internal, yakni rasa malas yang timbul dari dalam diri siswa

Faktor penyebab siswa indisipliner disebabkan oleh adanya adanya rasa malas siswa itu sendiri, di mana siswa sengaja terlambat mengikuti apel pagi karena tidak suka mengikuti apel pagi. Selain itu, siswa juga terlambat karena ada mata pelajaran yang tidak disukai yang kebetulan dijadwalkan di awal waktu belajar. Siswa merasa jika terlambat maka ia tidak akan mengikuti mata pelajaran tersebut dengan sepenuhnya karena sebagian waktu untuk mengikuti mata pelajaran tersebut dihabiskan untuk menjalankan hukuman dari guru karena terlambat.

2. Faktor Eksternal

a. Keterlibatan siswa dalam memenuhi kebutuhan keluarga

Faktor keluarga juga berpengaruh terhadap indisipliner siswa, di mana siswa dalam keluarga juga berperan dalam membantu orangtua menyelesaikan suatu pekerjaan yang bisa siswa selesaikan. Namun dalam membantu orangtua, siswa mengesampingkan tanggung jawabnya sebagai siswa sehingga menimbulkan siswa yang bersangkutan terlambat atau melanggar aturan sekolah. Siswa terkadang mengantar orangtua ke pasar terlebih dahulu baru kemudian ke sekolah. Selain itu ada juga orangtua siswa yang tidak pintar mengendarai motor, sehingga jika berpergian dtempat yang sulit dijangkau dengan berjalan kaki, maka orangtua siswa memerintahkan anaknya untuk mengantarnya terlebih dahulu sebelum ke sekolah. hal inilah yang membuat siswa terlambat ke sekolah.

b. Ringannya sanksi yang diberikan kepada siswa

Lingkungan sekolah juga berpengaruh terhadap indisipliner siswa. Sanksi yang diberikan oleh sekolah dianggap biasa saja sehingga siswa tidak merasa takut jika terlambat mengikuti apel pagi. Siswa merasa hukuman yang diterima ketika terlambat tidak membebani dirinya, dan dengan ringannya hukuman yang diterimanya siswa merasa biasa-biasa saja jika terlambat.

Dengan ringannya hukuman ini siswa merasa tidak ancaman jika terlambat ke sekolah.

c. Pengaruh teman sepergaulan

Teman sepergaulan juga berpengaruh terhadap indisipliner siswa. Siswa yang patuh terhadap tata tertib sekalipun sekalipun jika selalu berinteraksi dengan orang yang tidak sekolah lama- kelamaan akan terpengaruh. Siswa secara perlahan akan mengikuti kebiasaan teman-temannya di mana siswa yang bergaul dengan teman yang tidak sekolah lama-kelamaan siswa tersebut akan terpengaruh. Siswa yang berteman dengan orang yang suka main game maka ia juga ikut main game. Siswa main game bersama teman-temannya sering lupa waktu. Siswa main game samapai larut malam, dan hal inilah yang membuat siswa terlambat ke sekolah.

Upaya Mengatasi Indisipliner

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa upaya penanggulangan perilaku indisipliner di kalangan siswa SMP Negeri 1 Kabawo yaitu:

1. Upaya Pencegahan (Preventif)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, maka diperoleh informasi mengenai cara mengatasi indisipliner siswa yaitu dengan cara pencegahan yang bertujuan untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya hal yang tidak diinginkan. Guru Bimbingan dan Konseling SMP Negeri 1 Kabawo belum memiliki jam khusus untuk memberikan layanan kepada siswa. Jadi guru Bimbingan dan Konseling dalam memberikan informasi kepada siswa harus menyesuaikan

(10)

diri dengan situasi yang ada. Adapun layanan yang diberikan oleh guru Bimbingan dan Konseling berupa tindakan pencegahan yaitu memberikan informasi mengenai tata tertib yang sudah ditetapkan dan konsekuensi-konsekuensi yang akan diterima jika tata tertib tersebut dilanggar.

Selain guru Bimbingan dan Konseling, guru yang bertugas menyampaikan arahan pada saat apel pagi juga menyampaikan kepada siswa mengenai tata tertib yang berlaku dan di dalam sebelum mulai mengajar guru biasanya memberikan motivasi kepada siswa agar belajar dengan baik serta manaati tata tertib yang berlaku.

2. Upaya Pengentasan (Represif)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti diperoleh informasi bahwa upaya pengentasan yang dilakukan oleh pihak sekolah terdapat dua cara, yaitu nasehat dan hukuman

Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan faktor-faktor penyebab indisipliner siswa SMP Negeri 1 Kabawo dan upaya mengatasinya. Indisipliner merupakan suatu perbuatan yang menyimpang yaitu dengan melanggar segala aturan atau ketentuan yang telah dibuat guna oleh sekolah. Berdasarkan data yang diperoleh melalui hasil wawancara penelitian diperoleh hasil bahwa faktor-faktor yang memengaruhi indisipliner siswa SMP Negeri 1 Kabawo adalah sebagai berikut:

1. Faktor internal yang berupa rasa malas yang muncul dalam diri siswa. Faktor penyebab siswa indisipliner disebabkan oleh adanya adanya rasa malas siswa itu sendiri, di mana siswa sengaja terlambat mengikuti apel pagi karena tidak suka mengikuti apel pagi. Selain itu, siswa juga terlambat karena ada mata pelajaran yang tidak disukai yang kebetulan dijadwalkan di awal waktu belajar. Siswa merasa jika terlambat maka ia tidak akan mengikuti mata pelajaran tersebut dengan sepenuhnya karena sebagian waktu untuk mengikuti mata pelajaran tersebut dihabiskan untuk menjalankan hukuman dari guru karena terlambat.

2. Faktor eksternal yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

a. Faktor lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga berpengaruh terhadap indisipliner siswa, di mana siswa dalam keluarga juga berperan dalam membatu orangtua menyelesaikan suatu pekerjaan yang bisa siswa selesaikan. Namun dalam membantu orangtua, siswa mengesampingkan tanggung jawabnya sebagai siswa sehingga menimbulkan siswa yang bersangkutan terlambat atau melanggar aturan sekolah.

b. Lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah berpengaruh terhadap indisipliner siswa. Sanksi yang diberikan oleh sekolah dianggap biasa saja sehingga siswa tidak merasa takut jika terlambat mengikuti apel pagi.

3. Lingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat berpengaruh terhadap indisipliner siswa. Siswa yang bergaul dengan teman yang tidak sekolah lama-kelamaan siswa tersebut akan terpengaruh.

Terkadang pada malam hari siswa hanya bermain game bersama teman-temannya sampai larut malam, sehingga siswa terlambat bangun dan pada akhirnya juga terlambat mengikuti apel pagi.

Hasil penelitian menemukan bahwa faktor terbesar yang memengaruhi indisipliner siswa adalah karena adanya rasa malas yang timbul pada diri siswa, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat informan LR, WR, Guru Mapel, dan Guru Bimbingan dan Konseling (BK). Hal ini sejalan dengan temuan Hermatasiyah (Putri, 2018: 126) yang mengatakan bahwa faktor atau penyebab pelanggaran indisipliner adalah faktor internal dan faktor eksternal misalkan lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Seluruh fakor penyebab tindakan indisipliner tersebut dapat memengaruhi siswa sehingga terlambat ke sekolah. Hasil dalam penelitian ini juga mendeskripsikan faktor penyebab tindakan indisipliner siswa adalah pertama faktor internal, yaitu adanya rasa malas yang dimiliki siswa. Kedua, faktor eksternal yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

Maslow (Gunawan, 2019: 296-298) mengatakan bahwa kebutuhan dasar manusia itu terbentang

(11)

fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Secara berurutan individu menghendaki terpenuhinya semua kebutuhan tersebut yang diperoleh dengan cara yang wajar, umumnya sesuai dengan tata aturan yang berlaku. Bila kebutuhan ini tidak lagi dapat dipenuhi melalui cara-cara yang sudah biasa di dalam masyarakat, maka akan terjadi ketidakseimbangan pada diri siswa, dan yang bersangkutan akan berusaha mencapai dengan cara-cara lain yang sering kurang diterima masyarakat. Mengambil logika seperti itu, indisipliner siswa di sekolah bersumber pada lingkungan sekolah yang tidak memberi pemenuhan terhadap semua kebutuhan siswa khususnya, misalnya: sekolah atau guru tidak memerhatikan kelompok minoritas siswa di kelas, guru atau sekolah yang ototriter yang tidak memerhatikan kedaulatan siswa dan guru atau sekolah kurang memerhatikan latar belakang kehidupan siswa dalam keluarga ke dalam subsistem kehidupan sekolah. Hal ini sejalan pula dengan pendapat Hollingsworth dan Hoover (Gunawan, 2019: 298) menyatakan faktor-faktor penyebab indisipliner diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu faktor yang disebabkan oleh guru, siwa, dan lingkungan. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Anzalena (2012) yang menunjukkan bahwa faktor keluarga atau orangtua, rasa malas dan ikut-ikutan dengan teman-teman yang lain. Selanjutnya, upaya mengatasi indisipliner siswa SMP Negeri 1 Kabawo adalah sebagai berikut:

1. Upaya pencegahan (preventif).

Upaya pencegahan yang dilakukan oleh guru BK dan juga guru mata pelajaran dalam mengatasi masalah terlambat siswa sangat membantu siswa dalam meningkatkan dan mengembangkan dirinya. Hal ini sesuai dengan penggarisan ABKIN (2013:18) bahwa fungsi penecegahan yaitu fungsi layanan Bimbingan dan Konseling untuk membantu siswa mampu mencegah atau menghindarkan diri dari berbagai bentuk permasalahan yang dapat menghambat perkembangan diri dan kehidupan efektif sehari-hari yang dapat terganggu pada umumnya dan kesuksesan studi serta peminatan pada khususnya. Hal serupa dikemukakan oleh Suherman (Kamaluddin, 2011: 2) fungsi preventif yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya. Melalui fungsi ini guru Bimbingan dan Konseling memberikan bimbingan kepada siswa mengenai cara agar terhindar dari indispliner

Tindakan pencegahan yang dilakukan guru Bimbingan dan Konseling yaitu dengan memberikan informasi mengenai akibat yang ditimbulkan jika siswa terlambat. Tindakan yang dilakukan dengan cara pemberian informasi melalui himbauan yang dilakukan guru Bimbingan dan Konseling SMP Negeri 1 Kabawo bertujuan agar:

a. Siswa yang memperoleh informasi, memahami, dan menguasai informasi yang diberikan sehingga siswa dapat mencegah timbulnya masalah, untuk pengembangan dan memelihara potensi yang ada dan untuk memungkinkan siswa yang bersangkutan membuka diri dan mengaktualisasikan hak-haknya.

b. Siswa memperoleh informasi dalam menghadapi masalah dapat berpikir lebih rasional dalam melakukan tindakan dan mengambil keputusan.

c. Siswa yang memperoleh informasi mampu untuk mengikuti tata tertib yang telah ada

Upaya guru Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi indisipliner siswa SMP Negeri 1 Kabawo melalui pemberian tindakan preventif adalah memberikan yang informasi tentang himbauan kepada siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Sukardi dan Sumiati (Faisal, 2018:68) yang mengatakan bahwa salah satu upaya guru Bimbingan dan Konseling di sekolah adalah berupaya menjadi informan yaitu penolong siswa melalui pemberian informasi tentang himbauan kepada siswa.

2. Upaya Represif (Pengentasan).

Hukuman adalah pemberian kelakuan karena seseorang melanggar atau melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku dan aturan yang telah disepakati. Hukuman dibuat dengan tujuan untuk meberikan efek jera bagi siswa sehingga tidak mengulangi hal yang sama lagi. Di SMP Negeri 1 Kabawo, guru Bimbingan dan Konseling dan guru mata pelajaran memberikan hukuman bagi siswa yang terlambat sesuai denga sanksi yang tela ditetapkan dengan tujuan untuk

(12)

terbentuknya perubahan bagi siswa. Tindakan represif (pemberian hukuman) bagi siswa juga bertujuan agar:

a. Agar menimbulkan efek jera bagi siswa yang terlambat

b. Menjadikan siswa bertanggung jawab terhadap tugasnya dalam halam mematuhi tata tertib sekolah.

Upaya penyembuhan (kuratif). upaya penyembuhan yang dilakukan oleh pihak sekolah terhadap siswa indisipliner yaitu melakukan kerja sama dengan orangtua siswa dengan tujuan untuk mengontrol siswa agar menaati tata tertib yang ada. Upaya guru Bimbingan dan Konseling dalam menagatasi indisipliner siswa SMP Negeri 1 Kabawo melalui pemberian tindakan preventif adalah memberikan yang informasi tentang himbauan kepada siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Sukardi dan Sumiati (Faisal, 2018: 68) yang mengatakan bahwa salah satu upaya guru Bimbingan dan Konseling di sekolah adalah berupaya menjadi informan yaitu penolong siswa melalui pemberian informasi tentang himbauan kepada siswa.

3. Upaya Represif (Pengentasan).

Hukuman adalah pemberian kelakuan karean seseorang melanggar atau melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku dan aturan yang telah disepakati. Hukuman dibuat dengan tujuan untuk meberikan efek jera bagi siswa sehingga tidak mengulangi hal yang sama lagi. Di SMP Negeri 1 Kabawo guru Bimbingan dan Konseling dan guru mata pelajaran memberikan hukuman bagi siswa yang terlambat sesuai denga sanksi yang tela ditetapkan dengan tujuan untuk terbentuknya perubahan bagi siswa. Tindakan represif (pemberian hukuman) bagi siswa juga bertujuan agar:

a. Agar menimbulkan efek jera bagi siswa yang terlambat

b. Menjadikan siswa bertanggung jawab terhadap tugasnya dalam halam mematuhi tata tertib sekolah.

4. Upaya penyembuhan (kuratif).

Upaya penyembuhan yang dilakukan oleh pihak sekolah terhadap siswa indisipliner yaitu melakukan kerja sama dengan orangtua siswa dengan tujuan untuk mengontrol siswa agar menaati tata tertib yang ada.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab indisipliner dan SMP Negeri 1 Kabawo terdiri dari: faktor internal yang meliputi rasa malas dari dalam diri siswa dan faktor eksternal yang meliputi keterlibatan siswa dalam memenuhi kebutuhan keluarga, ringannya sanksi yang diberikan kepada siswa dan pengaruh teman sepergaulan. Upaya mengatasinya yaitu melalui upaya yang bersifat pencegahan yaitu dengan memberikan informasi kepada siswa mengenai tata tertib yang telah ditetapkan oleh sekolah, upaya yang bersifat pengentasan di mana siswa indisipliner diberi nasehat dan jika siswa masih melakukan pelanggaran tersebut maka siswa akan diberikan hukuman yang bertujuan untuk memberikan efek jera.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan di atas, maka saran yang dapat peneliti kemukakan sehubungan dengan hasil penelitian ini antara lain:

1. Bagi kepala sekolah agar kiranya berupaya untuk mewujudkan lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan kondusif serta mampu bekerja sama dengan seluruh personil sekolah.

2. Bagi guru BK kiranya bisa berkoordinasi dengan guru wali kelas, kepala sekolah dan orangtua siswa dalam membimbing dan mengarahkan siswa agar menjadi siswa yang patuh terhadap tata tertib yang telah ditetapakan oleh sekolah

(13)

3. Bagi orangtua siswa. Karena salah satu faktor penyebab indisipliner siswa karena siswa kurang diperhatikan ataupun kurang diawasi oleh orangtuanya, maka diharapkan memerhatikan keseharian anak agar dapat menjadi anak yang patuh terhadap tata tertib sekolah

4. Kepada siswa, agar kiranya menyadari bahwa tujuan utama ke sekolah adalah untuk menuntut ilmu. Oleh karena itu hendaknya setiap siswa menjaga perilakunya baik dalam lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah demi kebaikan dirinya dan keluarganya serta nama baik sekolah.

Daftar Pustaka

Adiningtiyas, S.,W. (2017). Program Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Perilaku Disiplin Siswa. Jurnal Kopasta. Vol. 2. No. 2.

Amaliny. S. R. (2018). Peran Guru Dalam Mengatasi Perilaku Indisipliner Siswa di Kelas VIII A SMP Kemala Bhayangkara. Jurnal Pendidikan Sosiologi dan Humaniara. Vol. 2. No. 2

Faisal. (2018). Peranan Guru Bimbingan dan Konseling dalam Dalam Mencegah Pernikahan Dini Di SMK Negeri 3 Kendari. Skripsi. Universitas Halu Oleo

Kamaluddin. (2011). Bimbingan Konseling Sekolah. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Vol. 17, No.

4.

Nuragusta, N E. (2010). Studi Kasus Tentang Anak Yang Sering Melanggar Tata Tertib Sekolah Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Karanganom Kalimantan Tengah. Skripsi. Universitas Sebelas Maret.

Putri, R.N. (2018). Analisis Tindak Indisipliner Siswa SMP Negeri. Jurnal Manajemen dan Supervisi Pendidikan. Vol. 2. No. 2.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kualitatuf. Alfabeta: Bandung.

Suhendri. (2016). Faktor-Faktor Penyebab Ketidakdisiplinan Belajar Siswa di Sekolah dan Upaya Pencegahannya. Jurnal Penelitian Universitas PGRI Semarang. Vol. 3. No. 2.

Tu`u, Tulus. (2008). Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: PT Grasindo.

Wasak, M.R.P, Manggoa, M.A. Blegur, Jusuf. (2016). Perilaku Indisipliner Peserta Didik dan Implikasinya dalam Proses Belajar-Mengajar. Prosiding Seminas Nasional Psikologi Indigenous Indonesia.

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Dari perhitungan statistik Chi-square didapatkan nilai p value sebesar 0,46 sehingga nilai p ini lebih kecil dari nilai alpa (α = 0,05) artinya ada terdapat

– Pencapaian tujuan dengan menggunakan input yang sama untuk menghasilkan output yang lebih besar. – Usaha meminimalisir pemborosan sumber daya dalam

Pemakaian kadar ijuk yang tinggi tidak baik karena ijuk dapat menyerap aspal lebih banyak, menyebabkan tebal film aspal menjadi berkurang sehingga ikatan antar

Selanjutnya data-data tersebut diproses menggunakan metode algoritma prim yang telah dimodifikasi untuk mendapatkan hasil berupa pohon rentang minimum suatu jaringan

Berdasarkan pada uraian latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Ekuitas Merek dan Kualitas Layanan terhadap Minat

Peranan Kompensasi sebagai Variabel Moderasi dalam Pengaruh Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja dan Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai.. (Studi Pada Dinas Kesehatan

Kepada pihak rumah sakit agar memperbaiki manajemen sanitasi khususnya di instalasi gizi, untuk air bersih yang digunakan dalam proses pencucian peralatan makan,

Penyebab tingginya insiden Demam Berdarah Dengue di Kota Jakarta Pusat tahun 2013 disebabkan karena adanya perubahan iklim yang tidak bisa diprediksi sehingga menyebabkan