PENGARUH MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA TERHADAP KINERJA PEGAWAI
DI BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH (BANDIKLATDA) PROVINSI JAWA BARAT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Administrasi Pendidikan
Oleh :
MUHAMAD CHAERUL IKHSAN 0809035
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Pengaruh Manajemen Sarana dan Prasarana
terhadap Kinerja Pegawai
di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah
(BANDIKLATDA) Provinsi Jawa Barat
Oleh
Muhamad Chaerul Ikhsan
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Muhamad Chaerul Ikhsan 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
MUHAMAD CHAERUL IKHSAN 0809035
PENGARUH MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA TERHADAP KINERJA PEGAWAI
DI BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH (BANDIKLATDA) PROVINSI JAWA BARAT
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I,
Dr. H. Endang Herawan, M.Pd NIP. 19600810 198603 1 001
Pembimbing II,
Dr. Nurdin, M.Pd NIP. 19790712 200501 1 002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Administrasi Pendidikan
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul pengaruh manajemen sarana dan prasarana terhadap kinerja pegawai di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah (BANDIKLATDA) Provinsi Jawa Barat. Latar belakang penelitian ini yaitu bahwa dalam menjalankan tujuan lembaga diperlukan manajemen sarana dan prasarana sebagai salah satu aspek penunjang dalam proses pencapaian tujuan lembaga yang tentunya dikelola untuk memfasilitasi pegawai dan berdampak pada kinerja pegawai yang optimal dan pada akhirnya berdampak pada kinerja lembaga itu sendiri. Pada dasarnya pengelolaan sarana dan prasarana di BANDIKLATDA Provinsi Jawa Barat mulai dari perencanaan sampai penghapusan diatur oleh undang-undang. Akan tetapi pada pelaksanaannya proses pengelolaan sarana dan prasarana dilembaga ini belum berjalan dengan baik karena belum dimanfaatkan secara optimal oleh pegawai. Hal ini tentu berdampak pada kinerja pegawai yang menjadi kurang optimal.
Pokok masalah penelitian ini yaitu (1) Bagaimana manajemen sarana dan prasarana di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat? (2) Bagaimana kinerja pegawai di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat? (3) Seberapa besar Pengaruh Manajemen Sarana dan Prasarana terhadap Kinerja Pegawai di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat ?
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh studi kepustakaan. Alat pengumpul data yang digunakan yaitu berupa angket yang ditujukan kepada seluruh pegawai golongan III di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat sebanyak 48 pegawai.
Berdasarkan hasil perhitungan, menunjukan bahwa hasil manajemen sarana dan prasarana sebesar 3,91 yang menunjukan bahwa variabel tersebut berada pada kategori baik. Sedangkan hasil kecenderungan variabel kinerja pegawai sebesar 4,10 yang menunjukan bahwa variabel tersebut berada pada kategori sangat baik. Analisis koefisien korelasi dengan menggunakan analisis korelasi Pearson Product Moment diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,60 termasuk dalam kategori kuat dengan regresi ̂ . Koefisien determinasi dari variabel X terhadap variabel Y diperoleh hasil sebesar 36 %, sementara sisanya sebesar 64% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini, seperti sumber daya, penghargaan, struktur, dan job design.
DAFTAR ISI
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah .………... 7
C. Tujuan Penelitian ……….……….…. 8
1. Tujuan Umum ………... 8
2. Tujuan Khusus ……….. 9
D. Metode Penelitian ..………... 9
E. Manfaat/Signifikansi Penelitian ..………..…...… 11
F. Struktur Organisasi Skripsi .………...….. 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
d. Manajemen Sarana dan Prasarana ……….…...….. 18
e. Pengelolaan Sarana dan Prasarana …………...….….….. 21
2. Konsep Kinerja Pegawai ………..………... 32
a. Pengertian Kinerja ………... 32
b. Faktor-Faktor Pencapaian Kinerja ………...……... 34
c. Aspek-Aspek Standar Kinerja ………..…….... 38
d. Unsur-Unsur Kinerja ……… 39
e. Standar Pengukuran Kinerja ………... 41
Kinerja Pegawai ………...……. 43
4. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ………... 45
B. Kerangka Pemikiran ...……….…….. 46
C. Hipotesis Penelitian ………..………... 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Populasi Dan Sampel Penelitian ………….….…….… 51
B. Desain Penelitian …...………..………... 54
C. Metode Penelitian ……….…. 56
D. Definisi Operasional ……….…. 59
E. Instrumen Penelitian ……..……….………..…. 60
F. Proses Pengembangan Instrumen ……….…. 63
G. Teknik Pengumpulan Data ………...………. 69
H. Analisis Data ………..……….……….. 71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengolahan Data ………..…………...……….……..…. 81
1. Seleksi Data ………... 81
2. Klasifikasi Data ………. 81
3. Perhitungan Weighted Means Score (WMS) ……… 82
4. Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Baku ……… 96
5. Uji Normalitas Distribusi Variabel Penelitian ……….. 98
6. Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian ……… 101
B. Pembahasan Hasil Penelitian ..……….….. 103
1. Gambaran Manajemen Sarana dan Prasarana di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat ….… 104 2. Gambaran Kinerja Pegawai di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat ………..…… 109
3. Pengaruh Manajemen Sarana dan Prasarana Terhadap Kinerja Pegawai di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat ……….……..………... 113
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……… 115
B. Saran ………... 117
DAFTAR PUSTAKA ………..……….………... 119
LAMPIRAN-LAMPIRAN ………...….. 122
DAFTAR TABEL
No Nama Tabel Halaman
3.1 Populasi Penelitian 52
3.2 Kriteria Skor Alternatif Jawaban 62
3.3 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Validitas Variabel X
(Manajemen Sarana dan Prasarana)
65
3.4 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Validitas Variabel Y
(Kinerja Pegawai)
66
3.5 Daftar Konsultasi Hasil Perhitungan WMS 72
3.6 Kriteria Harga Koefisien Korelasi 78
4.1 Rekapitulasi Jumlah Angket 81
4.2 Skor Mentah Variabel X dan Variabel Y 82
4.3 Hasil Perhitungan WMS Variabel X 83
4.4 Hasil Perhitungan WMS Variabel Y 90
4.5 Hasil Perubahan Skor Mentah Menjadi Skor Baku 96
4.6 Hasil Uji Normalitas Variabel X 99
4.7 Hasil Uji Normalitas Variabel Y 100
DAFTAR GAMBAR
No Nama Gambar Halaman
2.1 Bagan Human Performance Menurut Keith Davis 34
2.2 Kerangka Pikir Penelitian 47
2.3 Hubungan Variabel 50
4.1 Grafik Distribusi Data Variabel X 100
4.2 Grafik Distribusi Data Variabel Y 100
DAFTAR LAMPIRAN
ALAT PENGUMPULAN DATA
Kisi-Kisi Instrumen penelitian ……… 122
Angket Penelitian ………..…. 124
UJI VALIDITAS DAN UJI RELIABILITAS Data Mentah Uji Validitas Variabel X ……… 129
Data Mentah Uji Validitas Variabel Y ………... 130
Perhitungan Uji Validitas ………...………. 131
Perhitungan Uji Reliabilitas ………. 134
PERHITUNGAN DATA PENELITIAN Data Mentah Penelitian Variabel X ………..….. 138
Data Mentah Penelitian Variabel Y ………..….. 140
Pengukuran Kecendrungan Umum Skor Responden Dengan Mempergunakan Weighted Means Score (WMS) ……….. 142
Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Baku ……….. 146
Uji Normalitas ……….. 151
Pengujian Hipotesis Penelitian ...………. 161
TABEL-TABEL STATISTIK Surat Studi Pendahuluan ………..……….. 170
Surat Keputusan Pengangkatan Pembimbing Penyusun Skripsi/ Karya Ilmiah ……… 171
Surat Permohonan Izin Penelitian dari Fakultas ………..…… 172
Surat Permohonan Izin Penelitian dari UPI ……….………… 173
Surat Permohonan Izin Penelitian dari Kesatuan Bangsa ……… 174
Surat Uji Validitas ……….…….…. 175
Surat Izin Penelitian ……… 176
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam upaya pembangunan suatu organisasi yang berkesinambungan,
sumber daya manusia mempunyai peran yang sangat vital dalam proses
pencapaian tujuan. Untuk kepentingan tersebut diperlukan sumber daya manusia
(SDM) berkualitas yang memiliki kemauan dan kemampuan untuk senantiasa
meningkatkan kualitasnya secara terus menerus dan berkelanjutan (continuous
quality improvement). Rendahnya kualitas SDM merupakan masalah mendasar
yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan organisasi.
Dalam kerangka organisasi terdapat hubungan antara kinerja perorangan
(Individual Performance) dengan kinerja organisasi (Organization Performance).
Suatu lembaga pemerintah maupun swasta besar maupun kecil dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan harus melalui kegiatan-kegiatan yang digerakkan
oleh orang atau sekelompok orang yang aktif berperan sebagai pelaku, dengan
kata lain tercapainya tujuan organisasi hanya dimungkinkan karena adanya upaya
yang dilakukan oleh orang dalam organisasi tersebut.
Kinerja organisasi akan sangat ditentukan oleh unsur pegawainya karena
itu dalam mengukur kinerja suatu organisasi sebaiknya diukur dalam tampilan
kerja dari pegawainya. Anwar Prabu Mangkunegara (2005: 9) mengatakan bahwa
: “Kinerja Karyawan (Prestasi Kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.” Dalam hal ini pegawai
dituntut untuk melakukan tugas yang diberikan dapat dijalankan seoptimal
mungkin dan menghindari kesalahan sekecil apapun agar hasil yang
dikerjakannya dapat berdampak pada kinerja organisasi.
Salah satu permasalahan yang sering dihadapi adalah rendahnya kinerja
yang dimiliki pegawai. Rendahnya kinerja baik individu maupun kelompok akan
berdampak pada rendahnya kualitas kinerja organisasi dalam pencapaian tujuan.
Dalam melaksanakan pekerjaannya seorang pegawai diharapkan dapat mencapai
hasil kerja yang berkualitas dan dapat menjalankan tugas serta tanggung jawab
didalam organisasi. Karena tanpa adanya kinerja yang baik yang diberikan oleh
pegawai akan menghambat proses pengembangan organisasi dalam menciptakan
kinerja organisasi yang baik.
Agus Dharma (1991: 105) berpendapat bahwa : “Kinerja pegawai adalah
sesuatu yang dicapai oleh pegawai, prestasi kerja yang diperhatikan oleh pegawai,
kemampuan kerja berkaitan dengan penggunaan peralatan kantor.” Sejalan dengan
pengertian tersebut, penggunaan peralatan kantor yang merupakan sarana dalam
membantu pegawai agar bisa melaksanakan tugasnya dengan optimal. Oleh
karena itu diperlukan pengelolaan sarana dan prasarana yang bisa memfasilitasi
pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya. Menurut Sinungan (2003: 3) Tinggi
rendahnya kinerja para pegawai dapat dipengaruhi beberapa faktor antara lain :
Pendapat tersebut mengatakan bahwa fasilitas kerja yang merupakan
bagian sarana dan prasarana menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
peningkatan kinerja pegawai. Faktor yang diperhitungkan untuk meningkatkan
gairah kerja pegawai dimana dan instansi apapun adalah adanya fasilitas kerja
yang memadai dan dapat membantu pegawai dalam mengerjakan tugasnya. Hal
ini cukup beralasan sebab fasilitas kerja merupakan faktor yang mempengaruhi
manajemen sarana dan prasarana suatu organisasi dalam mendukung proses
berjalannya suatu organisasi.
Djoyowirono (2005: 24) menyatakan bahwa : “fasilitas/sarana adalah alat
yang diperlukan untuk menggerakkan kegiatan manajemen dalam rangka
mencapai tujuan organisasi.” Manajemen sarana dan prasarana merupakan
faktor-faktor yang tidak dapat dipisahkan dari dunia kerja dan merupakan hal yang vital
bagi pegawai untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Dengan tersedianya
manajemen sarana dan prasarana sebagai bentuk pengelolaan fasilitas sebagai
penunjang kerja yang lengkap maka pegawai akan terdorong untuk meningkatkan
kinerjanya. Dampak yang timbul dari kondisi tersebut yaitu kinerja pegawai akan
lebih optimal dan tujuan dari organisasi dapat tercapai secara efisien dan efektif.
Manajemen sarana dan prasarana merupakan salah satu aspek yang perlu
diperhatikan dalam meningkatkan kinerja pegawai yang berdampak pada kinerja
lembaga. Sistem penyelenggaraan pemerintah secara menyeluruh telah mengalami
perubahan baik di pusat maupun di daerah dengan berbasis kinerja, tingkat
capaian yang berdasarkan pada kinerja serta pelayanan yang prima, untuk
menjalankan tugas sesuai dengan tanggungjawabnya. Keberhasilan tingkat
pencapaian kinerja lembaga tidak terlepas dari dukungan ketersediaan sarana dan
prasarana yang memadai, sehingga keberadaannya menjadi penting di setiap
tingkatan kelembagaan.
Suatu lembaga dalam mewujudkan eksistensinya dalam rangka mencapai
tujuan memerlukan perencanaan sarana dan prasarana yang tepat. Seperti yang
dikemukakan oleh Riva’i (2004: 35) yang menjelaskan bahwa:
Tanpa didukung pegawai yang bekerja dengan baik dari segi kuantitatif, kualitatif, strategi dan operasionalnya,maka lembaga itu tidak akan mampu mempertahankan keberadaannya, mengembangkan dan memajukan lembaga tersebut kemasa yang akan datang.
Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu proses manajemen sarana dan
prasarana agar lebih menjamin bahwa lembaga ini sudah tersedia sarana dan
prasarana yang cukup sesuai kebutuhan untuk mendukung berbagai kegiatan,
fungsi dan tugas yang sesuai, cepat, tepat dan bermanfaat. Perencanaan sarana dan
prasarana merupakan proses manajemen dalam menentukan bagaimana
menentukan langkah-langkah penyuluhan yang diinginkan dimasa depan,
sedangkan sarana dan prasarana adalah seperangkat mesin pendorong dan
motivasiyang diperlukan untuk melakukan semua proses dalam seluruh aktivitas
lembaga. Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No 7
tahun 2006 tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja pasal 3 yang
menjelaskan tentang penataan sarana dan prasarana kerja, antara lain :
a. kelancaran proses pekerjaan
b. kelancaran hubungan kerja intern dan ekstern antar pejabat/pegawai c. memudahkan komunikasi
Dengan banyaknya kebutuhan sarana dan prasarana, maka pengelolaan
yang baik, efisien dan efektif mutlak diperlukan, mulai dari perencanaan,
pengadaan hingga penghapusan. Tujuan pengelolaan sarana dan prasarana kantor
adalah agar semua kegiatan yang berhubungan dengan perbekalan kantor baik
yang bersifat administrasi maupun teknis operasional dapat dijalankan dengan
baik dan efisien.
Manajemen sarana dan prasarana dapat mempengaruhi kinerja pegawai.
Ini disebabkan karena seorang pegawai akan mampu bekerja dengan optimal
apabila didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Adapun dalam
pelaksanaan pencapaian kinerja yang optimal, maka dibutuhkan sarana prasarana
baik yang habis pakai maupun barang inventaris kantor (perlengkapan kantor),
dengan adanya sarana prasarana yang lebih memadai dapat menunjang seluruh
aktivitas-aktivitas pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan baik secara kuantitas
maupun kualitas. Sarana prasarana yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu
tingkat capaian yang lebih baik, hingga keberhasilan kinerja seorang pegawai
dapat diukur dari kompetensi sumber daya manusia itu sendiri dalam menuangkan
hasil pemikirannya yang baik dan akan lebih berguna apabila hasil pemikiran
tersebut dituangkan dengan sebuah tulisan yang baik, hal ini akan menjadi suatu
kesempurnaan seorang pegawai dalam mengaplikasikan potensinya yang sesuai
dengan kompetensinya terhadap capaian kinerja dan dapat berguna bagi pegawai
lainnya.
Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada Badan
manajemen sarana dan prasarana dikelola oleh Subbagian Kepegawaian dan
Umum yang bertugas melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian,
kelembagaan, ketatalaksanaan, umum dan perlengkapan lembaga. Setiap fasilitas
yang menunjang kegiatan lembaga baik itu yang berkaitan dengan diklat ataupun
yang menunjang kegiatan pegawai diatur dalam subbagian ini.
Manajemen sarana dan prasarana sebagai salah satu aspek penunjang
dalam proses pencapaian tujuan lembaga tentunya dikelola untuk memfasilitasi
pegawai dan berdampak pada kinerja pegawai yang optimal dan pada akhirnya
berdampak pada kinerja lembaga itu sendiri. Pada dasarnya pengelolaan sarana
dan prasarana di BANDIKLATDA Provinsi Jawa Barat mulai dari perencanaan
sampai penghapusan diatur oleh undang-undang. Akan tetapi pada
pelaksanaannya proses pengelolaan sarana dan prasarana dilembaga ini belum
berjalan dengan baik karena belum dimanfaatkan secara optimal oleh pegawai
terutama dari segi penggunaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana yang
tersedia. Hal ini tentu berdampak pada kinerja pegawai yang menjadi kurang
optimal. Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan kepada lebih kepada
penggunaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana oleh tanpa mengabaikan
kajian fokus yang lain seperti perencanaan kebutuhan sampai penghapusan. Hal
ini dikarenakan semua aspek manajemen sarana dan prasarana tersebut menunjang
pegawai dalam peningkatan kinerjanya. Data diatas didapatkan penulis setelah
melakukan studi pendahuluan serta setelah meneliti renstra milik lembaga.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin mengetahui lebih jauh
pegawai, maka penulis akan mengkaji lebih dalam proses penelitian dengan judul
“Pengaruh Manajemen Sarana dan Prasarana Terhadap Kinerja Pegawai di Badan
Pendidikan dan Pelatihan Daerah (BANDIKLATDA) Provinsi Jawa Barat”.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat diidentifikasi
permasalahan yang berkaitan dengan kinerja pegawai di Badan Pendidikan dan
Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat. Kinerja pegawai yang dimaksud dalam
adalah kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan
tanggungjawab dan job description sebagai upaya dalam mencapai tujuan
lembaga dalam meningkatkan pelayanan yang baik. Dalam meningkatkan
kinerjanya, “Pegawai dinilai dengan memperhatikan aspek kompetensi, motivasi,
ketercapaian tujuan, dan pelaksanaan kerja” (Keith Davis dalam Mangkunegara,
2005: 13).
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai, salah satunya
adalah manajemen sarana dan prasarana. Dalam penelitian ini yang dimaksud
manajemen sarana dan prasarana adalah serangkaian kegiatan pengelolaan sarana
dan prasarana suatu organisasi yang mencakup perencanaan, pengorganisasian,
dan pengawasan terhadap kegiatan pengadaan, pencatatan, pendistribusian,
penyimpanan, pemeliharaan dan penghapusan, merupakan alat untuk mencapai
tujuan. Sejalan dengan definisi diatas jika dihubungkan dengan kinerja pegawai
pengelolaan fasilitas sebagai penunjang kerja yang lengkap maka pegawai akan
terdorong untuk meningkatkan kinerjanya.
Berdasarkan identifikasi permasalahan yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka rumusan masalah penelitian secara umum adalah:
Secara lebih rinci, permasalahan ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana Manajemen Sarana dan Prasarana di Badan Pendidikan dan
Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat ?
2. Bagaimana Kinerja Pegawai di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah
Provinsi Jawa Barat ?
3. Seberapa besar Pengaruh Manajemen Sarana dan Prasarana terhadap
Kinerja Pegawai di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa
Barat ?
C. Tujuan Penelitian
Sebuah penelitian tentunya memiliki tujuan yang ingin dicapai. Adapun
tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus. Berikut tujuan-tujuan tersebut :
1. Tujuan Umum
Untuk mengungkapkan data-data lapangan yang aktual dan
komprehenshif berkaitan dengan Pengaruh Manajemen Sarana dan Prasarana
terhadap Kinerja Pegawai di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui dan memahami Manajemen Sarana dan Prasarana di
Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat
b. Untuk mengetahui dan memahami Kinerja Pegawai di Badan
Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat
c. Untuk mengetahui dan memahami seberapa besar Pengaruh Manajemen
Sarana dan Prasarana terhadap Kinerja Pegawai di Badan Pendidikan
dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat
D. Metode Penelitian
1. Metode dan Pendekatan a. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara ataupun teknik yang
dipergunakan sebagai alat bantu untuk mengumpulkan data serta
menganalisisnya agar diperoleh suatu kesimpulan guna mencapai tujuan
penelitian. Menurut Surakhmad (1993: 31), ”Metode merupakan cara
utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk
menguji serangkaian hipotesis, dengan menggunakan teknik serta
alat-alat tertentu.” Cara utama ini dipergunakan setelah penyelidikan
memperhitungkan kewajibannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta
dari situasi penyelidikan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
digunakan untuk menggambarkan masalah yang terjadi pada masa
sekarang. Adapun tujuan dari penggunaan metode deskriptif pada
penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran secara sistematis
mengenai Pengaruh Manajemen Sarana dan Prasarana terhadap Kinerja
Pegawai di lingkungan Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi
Jawa Barat.
b. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penalitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang digunakan
oleh peneliti dengan cara mengukur indicator-indikator variable sehingga
dapat diperoleh gambaran umum dan kesimpulan masalah penelitian.
Menurut Sugiyono (2010:14) mengemukakan bahwa :
Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah diterapkan.
Berdasarkan apa yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini
maka metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif yang ditunjang oleh studi kepustakaan. Penelitian
kuantitatif dilihat dari jenis datanya adalah penelitian yang datanya
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan
manfaat bagi diri peneliti sendiri, segi teoritis, dan segi operasional. Manfaat yang
diharapkan dari penelitian adalah sebagai berikut.
1. Segi Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam
pengembangan disiplin ilmu Administrasi Pendidikan, khususnya
mengenai pengaruh manajemen sarana dan prasarana terhadap kinerja
pegawai. Dengan kata lain, adanya penelitian ini dapat memberikan
pengaruh keilmuan dalam rangka mengembangkan disiplin ilmu yang
terkait yaitu Administrasi Pendidikan.
2. Segi Praktis
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memperbaiki
keadaan dilapangan, yaitu keadaan manajemen sarana dan prasarana
terhadap kinerja pegawai sehingga mampu memberikan sumbangan yang
berarti bagi peningkatan mutu pelayanan yang diberikan.
3. Bagi Peneliti
Adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan
pengetahuan peneliti, khususnya dalam upaya memahami disiplin ilmu
Administrasi Pendidikan. Selain itu dengan adanya penelitian ini dapat
mengugah semangat untuk meneliti lebih mendalam mengenai pengaruh
F. Struktur Organisasi Skripsi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
Latar belakang penelitian ini berisi tentang alasan rasional yang membuat
peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam berdasarkan referensi dan
fakta-fakta yang ditemukan.
Identifikasi dan Rumusan Masalah
Menjelaskan analisis masalah dan batasan masalah yang diteliti kemudian
dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum dan tujuan khusus peneliti dalam melakukan penelitian
Metode Penelitian
Menjelaskan secara sederhana metode dan pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini.
Manfaat Penelitian
Membahas tentang manfaat yang diharapkan oleh peneliti terkait dengan
penelitian ini yakni manfaat secara teoritis dan praktis.
Struktur Organisasi Skripsi BAB II KAJIAN PUSTAKA
Kajian Pustaka
Kerangka Pikir Penelitian
Hipotesis Penelitian
Membahas tentang lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode
penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan
instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pemaparan dan pembahasan data.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap analisis temuan
penelitian.
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam melaksanakan suatu penelitian, salah satu upaya yang dilakukan
untuk dapat memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian adalah
diperlukannya suatu metode penelitian. Metode penelitian yang digunakan
diharapkan dapat mengumpulkan seluruh data-data yang diperlukan sampai pada
tahap akhir penelitian. Pada Bab III ini akan dipaparkan hal-hal yang berhubungan
dengan metode penelitian sehingga akan didapatkan hasil akhir dari penelitian.
Berikut ini beberapa poin yang akan diuraikan dalam metode penelitian.
A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat pelaksanaan penelitian dilakukan.
Dalam hal ini lokasi penelitian yaitu lingkungan Badan Pendidikan dan
Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat yang beralamat di Jl. Windu No.26
Bandung.
2. Populasi Penelitian
Sugiyono (2005: 57) memberikan pengertian bahwa: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Sedangkan menurut
Purwanto (2010: 24) mengemukakan bahwa: “Populasi adalah totalitas semua
kualitatif maupun kuantitatif dari karakteristik mengenai sekumpulan objek
yang lengkap dan jelas.
Dalam penelitian ini populasi yang dipilih adalah pegawai negeri sipil
golongan III berjumlah 48 orang yang ada di setiap subbagian dan subbidang
di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat. Untuk
menjelaskan lebih lanjut mengenai jumlah populasi yang akan diteliti, maka
dapat dilihat tabel berikut ini:
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
NO NAMA KOMPETENSI JUMLAH
1 Sub Bagian Kepegawaian dan Umum 14
2 Sub Bagian Keuangan 7
3 Sub Bidang Perencanaan dan Program 4
4 Sub Bidang Analisis Kebutuhan Diklat dan Bidang Pengkajian Diklat
4
5 Sub Bidang Diklat Fungsional, Diklat Kepemimpinan, Teknis Umum, Teknis Subtantif
19
JUMLAH 48
Sumber : Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat
Peneliti memilih populasi berdasarkan golongan yang ada di
lingkungan Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat.
Pegawai negeri sipil yang mempunyai golongan III yaitu rata-rata berlatar
pendidikan S1. Strata ini mempunyai karakteristik yang dimiliki oleh
Populasi tidak hanya berkaitan dengan objek yang dalam artian jumlah atau kuantitas akan tetapi populasi juga memiliki karakteristik orang yang ada dalam populasi tersebut, misalnya berkaitan dengan prosedur kerja, kepemimpinan, lulusan atau latar belakang pendidikan.
3. Sampel Penelitian
Menurut Arikunto (2006: 109) menyatakan bahwa “Sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang diteliti.” Adapun menurut Sugiyono (2012:
81) yang menyatakan bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi itu. Untuk itu sampel yang diambil dari
populasi harus betul-betul representatif.
Berdasarkan penjelasan diatas, populasi yang diambil oleh peneliti adalah
semua pegawai golongan III di lingkungan Badan Pendidikan dan Pelatihan
Daerah Provinsi Jawa Barat yang berjumlah 48 orang. Dikarenakan jumlah
populasi yang diambil kurang dari 100 maka tidak dilakukan penghitungan
sampel untuk menyusutkan populasi. Hal ini dikarenakan jumlah keseluruhan
populasi adalah 48 pegawai. Sugiyono (2005: 91) berpendapat bahwa sampel
adalah “sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Karena jumlah populasi relatif kecil maka sampel diambil dengan
sebagai sampel”. Istilah lain dari sampling jenuh adalah sensus, di mana semua
anggota populasi dijadikan sampel.
Oleh karena itu, sampel yang diambil untuk penelitian ini di
lingkungan Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat
adalah sebanyak 48 responden.
B. Desain Penelitian
Kegiatan penelitian adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan atau
memecahkan permasalahan yang dihadapi, dilakukan secara ilmiah, sistematis dan
logis, dengan menempuh langkah-langkah tertentu. Dalam penelitian di bidang
apapun pada umumnya langkah-langkah itu mempunyai kesamaan, walaupun
dalam beberapa hal sering terjadi pelaksanaanya dimodifikasi oleh peneliti yang
bersangkutan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.
Dalam implementasinya penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa tahap.
Di desain sedemikian rupa agar menjadi sebuah karya tulis yang memang
memberikan sebuah manfaat baik baik pribadi peneliti sendiri secara khusus dan
bagi civitas akademik pada umumnya. Adanya sebuah penelitian yang
dikemukakan tentu saja ada sebuah permasalahan yang diangkat dan ingin dicari
kebenarannya tentang masalah tersebut, Nasution (2009: 23) mengemukakan
bahwa: “Desain penelitian merupakan rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan
tujuan penelitian itu.” Jadi jelas memang sebuah desain penelitian diperlukan
memecahkan permasalahan yang diangkat atau diteliti. Adapun secara garis besar
tahap-tahap atau langkah-langkah penelitian dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu
tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap pelaporan.
Pada tahap perencanaan, penelitian akan diawali dengan kegiatan
merumuskan masalah secara operasional dan membuat pembatasannya yaitu
untuk menentukan ruang lingkup masalah yang diteliti. Setelah merumuskan
masalah penelitian, kegiatan selanjutnya adalah melakukan studi pendahuluan,
merumuskan hipotesis, menentukan sampel penelitian, merumuskan rancangan
penelitian, dan menentukan dan merumuskan alat penelitian atau teknik
pengumpulan data.
Tahap pelaksanaan penelitian meliputi: pengumpulan data, pengolahan dan
analalisis data. Kegiatan pengumpulan data didasarkan pada pedoman yang sudah
dipersiapkan dalam rancangan penelitian. Kegiatan ini erat kaitannya dengan
metode penelitian yang digunakan seperti metode deskriptif, eksperimental, dan
atau lainnya. Adapun pengolahan atau analisis data tergantung pada data yang
terkumpul. Jika data yang dikumpulkan bersifat kuantitatif atau berbentuk
angka-angka maka dapat digunakan analisis statistika sebelum menarik kesimpulan atau
jika berbentuk kualitatif dapat langsung dianalisis sesuai hasil temuan lapangan.
Tahap pelaporan adalah melakukan publikasi. Bentuk dan sistematika
laporan penelitian berupa artikel ilmiah, skripsi, tesis, disertasi, atau laporan pada
umumnya. Hal ini sesuai dengan tujuan dilakukannya penelitian.
Arikunto (2006: 20) membagi langkah-langkah penelitian lebih rinci lagi
1) memilih masalah 2) studi pendahuluan 3) merumuskan masalah
4) merumuskan anggapan dasar dan merumuskan hipotesis 5) memilih pendekatan
6) menentukan variabel dan sumber data 7) menentukan dan menyusun instrumen 8) mengumpulkan data
9) analisis data
10) menarik kesimpulan 11) menulis laporan
C. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara ataupun teknik yang dipergunakan
sebagai alat bantu untuk mengumpulkan data serta menganalisisnya agar
diperoleh suatu kesimpulan guna mencapai tujuan penelitian. Menurut Surakhmad
(1993: 31) menjelaskan bahwa: ”Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian
hipotesis, dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu.” Cara utama ini dipergunakan setelah penyelidikan memperhitungkan kewajibannya ditinjau dari
tujuan penyelidikan serta dari situasi penyelidikan.
Sebuah penelitian tidak akan mencapai kriteria penelitian yang
sesungguhnya apabila tidak menggunakan metode penelitian yang tepat. Dengan
metode penelitian yang tepat, diharapkan sebuah penelitian nantinya akan menjadi
penelitian yang ilmiah, logis, sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah.
Metode penelitian merupakan suatu cara ataupun teknik yang dipergunakan
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif:
1. Metode Deskriptif
Menurut Suharsimi Arikunto (2009:234) mengemukakan pengertian
penelitian deskriptif yaitu “penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala
yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian
dilakukan”. Metode deskriptif digunakan bertujuan untuk menggambarkan
sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan
mencari sebab-sebab dari suatu gejala.
Metode dekriptif dalam penelitian ini sesuai untuk digunakan karena
masalah yang diambil terpusat pada masalah aktual dan berada pada saat
penelitian dilaksanakan dengan melalui prosedur pengumpulan data,
mengklasifikasikan data, kemudian dianalisis dan ditarik kesimpulan.
2. Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang digunakan oleh
peneliti dalam penelitian dengan cara mengukur indikator-indikator variabel
sehingga dapat diperoleh gambaran umum dan kesimpulan masalah penelitian
(Arikunto, 2006: 86).
Pendekatan kuantitatif merupakan metode pemecahan masalah yang
terencana dan cermat, dengan desain yang terstrukturi ketat, pengumpulan
disimpulkan secara induktif dalam kerangka pembuktian hipotesis secara
empiris.
Menurut Sugiyono (2009: 14) metode penelitian kuantitatif adalah:
Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengukur tiap-tiap variabel
yang ada dalam penelitian sehingga diketahui tingkat keterhubungan melalui
teknik perhitungan statistik.
3. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan disebut juga biblografi. Menurut Surakhmad
Winarno (1990: 144) menyatakan bahwa:
Penyelidikan biblografis tidak dapat diabaikan, sebab disinilah penyelidik berusaha menemukan keterangan mengenai segala sesuatu yang relevan dalam masalahnya, yakni teori yang dipakai, pendapat para ahli mengenai aspek-aspek itu, penyelidikan yang sedang berjalan atau masalah-masalah yang disarankan oleh para ahli.
Melalui studi kepustakaan ini, penulis akan memperoleh tambahan
informasi dan pengetahuan dalam bentuk teori-teori yang dapat dijadikan
landasan berfikir dalam mengkaji, menganalisis dan memecahkan
permasalahan yang diteliti. Sehingga akan diperoleh suatu kesimpulan dari
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari timbulnya salah pengertian dan penafsiran dari pembaca
dikarenakan banyaknya istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini, maka
istilah tersebut perlu didefinisikan secara khusus. Definisi operasional merupakan
penjabaran dari batasan pengertian yang dibuat oleh peneliti terhadap variabel
penelitian sehingga diharapkan terdapat suatu kejelasan arahan akan pemahaman
terhadap variabel-variabel yang akan diteliti. Adapun definisi istilah yang akan
dijelaskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh
Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang/benda)
yang membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1994: 74).
Pengaruh dalam penelitian ini diartikan sebagai daya keterkaitan yang
timbul dari manajemen sarana dan prasarana terhadap kinerja pegawai di
Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa barat.
2. Manajemen Sarana dan Prasarana
Menurut Sondang P. Siagian (1992: 249) yang bertitik tolak pada
seluruh pembahasan Administrasi Logistik, menjelaskan bahwa:
Manajemen sarana dan prasarana adalah kegiatan organisasional yang terlaksana dengan lancar, efesien dan efektif dibutuhkan sarana prasarana tertentu yang harus tersedia dalam jumlah yang tepat, mutu yang dapat diandalkan jenis yang sesuai dengan kebutuhan serta tersedia pada waktu yang tepat.
Pentingnya rumusan tersebut mendapat perhatian terlihat dengan jelas
logistik yang diperlukan terbatas dihadapkan kepada kegiatan yang semakin
kompleks dalam rangka pencapaian tujuan yang sifatnya tidak terbatas.
Proses administrasi logistik terdiri dari dari enam langkah utama yaitu:
Perencanaan Kebutuhan, Pengadaan Logistik, Penyimpanan, Distribusi,
Penggunaan Dan Penghapusan.
Dalam penelitian ini, manajemen sarana dan prasarana adalah
serangkaian kegiatan pengelolaan sarana dan prasarana suatu organisasi yang
mencakup perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasanterhadap kegiatan
pengadaan, pencatatan, pendistribusian, penyimpanan, pemeliharaan
danpenghapusan, merupakan alat untuk mencapai tujuan.
3. Kinerja Pegawai
Menurut Anwar Prabu (2004: 67) “pengertian kinerja (prestasi kerja)
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitias yang dicapai oleh seorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.”
Dengan demikian, kinerja pegawai adalah penampilan kemampuan
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dimiliki oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan pekerjaannya dilingkungan kantor sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab yang diembannya.
E. Instrumen Penelitian
sosial yang diamati.” Jumlah instrumen dalam penilian ini ada dua instrumen
sesuai dengan jumlah variabel penelitian yaitu:
1. Instrumen untuk mengukur manajemen sarana dan prasarana.
2. Instrumen untuk mengukur kinerja pegawai.
Adapun cara atau langkah-langkah yang ditempuh dalam membuat
instrumen dalam penelitian ini adalah:
1. Menentukan variabel yang akan diteliti, yaitu variabel X (manajemen
sarana dan prasarana) dan variabel Y (kinerja pegawai).
2. Menentukan indikator dan sub indikator dari setiap variabel penelitian.
3. Menyusun kisi-kisi instrumen dari setiap variabel penelitian.
4. Membuat daftar pernyataan dari setiap variabel dengan disertai alternatif
jawabannya dan petunjuk cara menjawabnya untuk membantu responden
dalam menjawab pernyataan yang telah disediakan.
5. Menetapkan kriteria penskoran untuk setiap alternatif jawaban, yaitu
dengan menggunakan skala Likert.
Instrumen penelitian digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan
menghasilkan data yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala.
Seperti kita ketahui instrumen penelitian merupakan sebuah alat yang digunakan
untuk melakukan sebuah pengukuran dengan tujuan agar dapat menghasilkan data
yang akurat. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sugiyono (2009: 134) bahwa :
“Dengan skala pengukuran ini, maka variabel yang diukur dengan instrumen
tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien
Dari berbagai jenisnya, skala yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
skala Likert. Menurut Sugiyono (2009: 134) menjelaskan bahwa : “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial.” Adapun kriteria skor untuk setiap alternatif jawaban item instrumen menurut Sugiyono (2009: 135) dengan
menggunakan skala Likert yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.2
Kriteria Skor Alternatif Jawaban Alternatif Jawaban Skor
Selalu (SL) 5
Sering (SR) 4
Kadang-kadang (KD) 3
Hampir Tidak Pernah (HTP) 2
Tidak Pernah (TP) 1
Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam
bentuk checklist (√) ataupun pilihan ganda dimana responden dapat memberikan tanda checklist (√) pada alternatif jawaban yang disediakan dalam bentuk angket
penelitian. Angket penelitian itu sendiri menurut Suharsimi Arikunto (2009: 102)
yaitu: “angket merupakan daftar pernyataan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia memberikan respons
sesuai dengan permintaan pengguna”. Berdasarkan penjelasan diatas, maka
peneliti menyusun kisi-kisi instrumen yang kemudian dibuat dalam sebuah
F. Proses Pengembangan Instrumen
Dalam memperoleh hasil penelitian yang baik perlu didukung adanya proses
pengembangan data terlebih dahulu. Dalam hal ini diperlukan proses
pengembangan instrumen ang merupakan langkah-langkah dalam mengolah data
instrumen. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Validitas Instrumen
Suatu instrumen disusun untuk mengumpulkan data yang diperlukan,
sebab data merupakan alat pembuktian hipotesis. Oleh karena itu, suatu data
harus memiliki tingkat kebenaran yang tinggi sebab akan menentukan
kualitas penelitian. Uji validitas merupakan salah satu usaha penting yang
harus dilakukan peneliti guna mengukur kevalidan dari instrumen. Validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dari suatu
instrumen penelitian. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009:
173) bahwa: “instrumen yang valid berarti alat ukur yang dapat digunakan
untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.” Adapun rumus yang digunakan dalam uji validitas instrumen ini adalah
Pearson Product Moment (Akdon, 2008: 144) sebagai berikut:
Keterangan:
= koefisien korelasi
= jumlah responden
= jumlah perkalian X dan Y
= jumlah skor item
= jumlah skor total (seluruh item)
= jumlah skor-skor X yang dikuadratkan
= jumlah skor-skor Y yang dikuadratkan
Uji validitas ini dilakukan pada setiap item pernyataan. Hasil koofisien
korelasi tersebut selanjutnya diuji signifikasi koefisien korelasinya dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
t = Nilai
r = Koefisien korelasi hasil
n = Jumlah responden
Hasil dari nilai dikonsultasikan dengan Distribusi (tabel t) untuk =
0,05 dan dk = 20 – 2 = 8, dengan uji satu pihak, maka diperoleh = 1,734.
Kaidah keputusan: Jika > berarti valid dan
< berarti tidak valid
Uji coba angket dilaksanakan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Geologi yang berjumlah 15 pegawai. Adapun hasil perhitungan uji validitas
√
setiap item dari kedua variabel penelitian dengan menggunakan bantuan
Microsoft Office Excel 2007 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Validitas Variabel X (Manajemen Sarana dan Prasarana)
Setelah dilakukan uji validitas terhadap angket variabel X, dapat
mempunyai validitas tertinggi adalah item 23 dengan koefisien korelasi 0,90
dan paling rendah adalah item 13 dengan koefisien korelasi 0,48.
Tabel 3.4
Hasil Perhitungan Uji Validitas Variabel Y (Kinerja Pegawai)
Setelah dilakukan uji validitas terhadap angket variabel Y, dapat
mempunyai validitas tertinggi adalah item 12 dengan koefisien korelasi 0,88
dan paling rendah adalah item 24 dengan koefisien korelasi 0,45.
2. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa suatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2006: 178). Pada penelitian ini
pengujian uji reabilitas dilakukan dengan menggunakan metode Alpha yaitu
dengan menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran. Rumus
yang digunakan sebagaimana dikemukakan Akdon (2008: 161) sebagai
berikut:
Keterangan:
= Nilai Reliabilitas
= Jumlah varians skor tiap-tiap item
= Varians total
= Jumlah item
Dalam implementasinya penulis melakukan uji reliabilitas dengan
menggunakan bantuan Microsoft Office Excel 2007. Hasil dari nilai
reliabilitas ( ) dikonsultasikan dengan nilai tabel r product moment dengan
dk = N – 1 = 15 – 1 = 14, signifikansi 5% maka diperoleh = 0,532.
Selanjutnya untuk menentukan reliabilitas tidaknya instrumen didasarkan
pada ujicoba hipotesa dengan kriteria sebagai berikut:
1) Jika > berarti Reliabel dan
2) Jika < berarti Tidak Reliabel
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan Microsoft
Office Excel 2007 reliabilitas masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
1) Hasil uji reliabilitas variabel X (Manajemen Sarana dan Prasarana)
[ ] [ ]
[ ] [ ]
Dari hasil perhitungan reliabilitas variabel X diperoleh
= 0,987 sedangkan = 0,532. Karena > maka semua
data yang dianalisis dengan menggunakan metode Alpha adalah
Reliabel.
2) Hasil uji reliabilitas variabel Y (Kinerja Pegawai)
[ ] [ ]
[ ] [ ]
Dari hasil perhitungan reliabilitas variabel Y diperoleh
data yang dianalisis dengan menggunakan metode Alpha adalah
Reliabel.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang dilakukan oleh peneliti
dalam memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Teknik pengumpulan
data sendiri menurut Akdon (2008: 130), “Adalah teknik atau cara-cara yang
dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.” Metode (cara atau
teknik) menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda,
tetapi hanya dapat dilihatkan penggunaannya melaui : angket, wawancara,
pengamatan, ujian (tes), dokumentasi dan lainnya. Upaya untuk memperoleh data
yang sesuai dengan sifat dan jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini,
penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut.
1. Kusioner (Angket)
Menurut Sugiyono (2009: 199) “Kusioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.”
Tujuan penyebaran angket menurut Akdon (2008: 131) ialah “mencari
informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dan responden tanpa merasa
khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan
kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan.”
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala Likert untuk
Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.”
Untuk mempermudah penyusunan angket sebagai alat pengumpulan
data, maka peneliti menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
a. Variabel yang akan diukur yaitu varabel X (manajemen sarana dan
prasarana) dan Variabel Y (kinerja pegawai) dijabarkan menjadi
indikator variabel, berdasarkan teori yang telah diuraikan.
b. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau
pernyataan.
c. Membuat daftar pertanyaan atau pernyataan dari setiap variabel
dengan disertai alternatif jawabannya dan petunjuk cara menjawabnya
agar tidak terjadi kekeliruan dalam menjawab.
d. Menetapkan kriteria skor untuk setiap alternatif jawaban, yaitu
menggunakan skala Likert dengan mengunakan lima option alternatif
jawaban (tabel 3.2).
2. Dokumentasi
Studi dokumentasi dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi
yang berhubungan dengan materi penelitian. Studi dokumentasi dilakukan
dengan mempelajari buku-buku dan hasil laporan lain yang ada kaitannya
dengan penelitian. Seperti yang dikemukakan oleh Akdon (2008: 137) yang
menyatakan bahwa:
peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan penelitian.
3. Wawancara (Interview)
Wawancara (Interview) adalah suatu cara yang digunakan untuk untuk
memperoleh informasi dengan melakukan tanya jawab. Seperti yang
dikemukanan oleh Akdon (2008: 134) bahwa: “wawancara adalah suatu cara
mengumpulkan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung
dari sumbernya.”
Dalam penelitian ini peneliti mengadakan wawancara langsung dengan
pegawai di subbagian umum, kepegawaian, dan perencanaan untuk
memperoleh informasi secara langsung dari pihak yang bersangkutan dan
hasilnya digunakan untuk melengkapi pembahasan.
H. Analisis Data 1. Seleksi Data
Pada tahap ini langkah pertama yang dilakukan adalah memeriksa
dan menyeleksi data yang terkumpul dari responden. Hal ini penting
dilakukan untuk menyakinkan bahwa data-data yang telah terkumpul
memenuhi syarat untuk diolah lebih lanjut.
2. Perhitungan Kecendrungan Umum Skor Responden Berdasarkan Perhitungan Rata-Rata (Weight Means Score)
Adapun rumus dari Weight Means Score (WMS) adalah sebagai
berikut:
Keterangan:
̅ = Rata-rata skor responden
= Jumlah Skor dari jawaban responden
= Jumlah Responden
Langkah-langkah yang ditetapkan dalam pengolahan data dengan
menggunakan rumus WMS ini adalah sebagai berikut:
a. Memberi bobot nilai untuk setiap alternatif jawaban dengan
menggunkan skala Likert.
b. Menghitung frekuensi dari setiap alternatif pilihan jawaban yang
dipilih.
c. Menjumlahkan jawaban responden untuk setiap item dan langsung
dikaitkan dengan bobot alternatif jawaban itu sendiri.
d. Menghitung nilai rata-rata untuk setiap item pada masing-masing
kolom.
e. Menentukan kriteria untuk setiap item dengan menggunakan tabel
konsultasi hasil perhitungan WMS di bawah ini:
Tabel 3.5
Daftar Konsultasi Hasil Perhitungan WMS
Rentang
Nilai Kriteria
Penafsiran
Variabel X Variabel Y
3. Menghitung Skor Mentah Menjadi Skor Baku untuk Setiap Variabel
Untuk mengubah skor mentah menjadi skor baku dapat digunakan
rumus sebagai berikut:
Keterangan:
= Skor baku yang dicari
= Data skor dari masing-masing responden
̅ = Skor rata-rata
= Standar defiasi
Untuk menggunakan skor mentah menjadi skor baku, terlebih
dahulu perlu diketahui hal-hal sebagai berikut:
a. Mencari skor terbesar dan terkecil
b. Mencari rentang (R), yaitu skor tertinggi (ST) dikurangi skor terendah
(SR)
c. Mencari banyak kelas (BK), dengan menggunakan rumus Sturgess.
d. Mencari nilai panjang kelas (i), yaitu rentang (R) dibagi banyak kelas
interval (BK)
e. Membuat tabel distribusi frekuensi dengan (BK) dan (i) yang sudah
diketahui.
f. Mencari nilai rata-rata (mean) dengan rumus:
g. Mencari simpangan baku (standar defiasi) dengan rumus:
h. Mengubah skor mentah menjadi skor baku dengan rumus:
4. Uji Normalitas Distribusi Data
Uji normalitas distribusi ini digunakan untuk mengetahui dan
menentukan apakah pengolahan data menggunkan analisis data parametrik
atau non parametrik. Untuk mengetahui teknik yang akan digunakan
dalam pengolahan data, perlu dilakukan uji normalitas distribusi data yaitu
menggunakan rumus Chi Kuadrat ( ) Akdon (2008: 171) sebagai berikut:
Keterangan:
= Kuadrat Chi yang dicari
= Frekuensi hasil penelitian
̅
√
̅
∑
= Frekuensi yang diharapkan
Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:
a. Mencari skor terbesar dan terkecil
b. Mencari rentang (R), yaitu skor tertinggi (ST) dikurangi skor terendah
(SR)
c. Mencari banyak kelas (BK), dengan menggunakan rumus Sturgess.
d. Mencari nilai panjang kelas (i), yaitu rentang (R) dibagi banyak kelas
interval (BK)
e. Membuat tabel distribusi frekuensi dengan (BK) dan (i) yang sudah
diketahui.
f. Mencari nilai rata-rata (mean) dengan rumus:
g. Mencari simpangan baku (standar defiasi) dengan rumus:
̅
√
h. Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:
1) Menentukan batas kelas, yaitu angka kiri kelas interval pertama
dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor-skor kanan kelas interval
ditambah 0,5.
2) Mencari nilai Z-score untuk batas kelas interval dengan rumus:
3) Mencari luas 0 – Z dari Tabel Kurva Normal dari 0 – Z dengan menggunakan angka-angka untuk batas kelas.
4) Mencari luas tiap kelas interval dengan cara mengurangkan
angka-angka 0 – Z yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka baris kedua dikurangi batas baris ketiga dan begitu
seterusnya, kecuali untuk angka yang berada pada baris paling
tengah ditambah dengan angka pada baris berikutnya.
5) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan
luas tiap interval dengan jumlah responden (n).
i. Mencari chi kuadrat
j. Membandingkan dengan untuk α = 0,05 dan derajat
kebebasan (dk) = k – 1, dengan kriteria pengujian sebagai berikut: Jika ≥ , artinya Distribusi Data Tidak Normal
≤
̅
∑
5. Pengujian Hipotesis Penelitian
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik
korelasi pearson product moment. Adapun langkah-langkah dalam
menguji hipotesis penelitian ini dengan menggunakan analisis koefisien
korelasi, uji signifikasi, uji koefisien determinasi dan analisis regresi.
a. Analisis Koefisien Korelasi
Analisis korelasi dimaksudkan untuk mengetahui derajat
hubungan antara variabel X dan variabel Y. Ukuran yang digunakan
untuk mengetahui derajat hubungan dalam penelitian ini adalah
statistik parametrik, yaitu teknik korelasi product moment. Hal ini
didasarkan pada distribusi data kedua variabel penelitian yang normal.
Adapun untuk mencari koefisien korelasi antara variabel X dan Y
dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment (Akdon, 2008:
188) sebagai berikut:
Keterangan:
= koefisien korelasi
= jumlah responden
= jumlah perkalian X dan Y
= jumlah skor item
= jumlah skor total (seluruh item)
= jumlah skor-skor X yang dikuadratkan
= jumlah skor-skor Y yang dikuadratkan
Adapun langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai
berikut:
1) Membuat tabel penolong untuk menghitung korelasi pearson
product moment.
2) Mencari dengan cara memasukkan angka statistik dari tabel
penolong sesuai rumus.
3) Menafsirkan besarnya koefisien korelasi dengan klasifikasi yang
diperoleh dari Akdon (2008: 188)sebagai berikut:
Tabel 3.6
Kriteria Harga Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,80 – 1,000 Sangat Kuat 0,60 – 0,799 Kuat
0,40 – 0,599 Cukup Kuat 0,20 – 0,399 Rendah 0,00 – 0,199 Sangat rendah
b. Uji Signifikansi
Pengujian signifikansi koefisien korelasi dimaksudkan untuk
mengukur tingkat signifikasi keterkaitan antara variabel X dan variabel
Y. Untuk menguji signifikansi koefisien korelasi antara variabel X dan
variabel Y, maka digunakan rumus yang dikemukakan oleh Akdon
(2008: 188) berikut:
√
Keterangan :
= Nilai t
= Nilai Koefisien Korelasi
= Jumlah Sampel
Membandingkan dengan untuk α = 0,05, uji satu
pihak, dan derajat kebebasan (dk) = n – 2, dengan kaidah pengujian sebagai berikut:
Jika ≥ , maka Ho ditolak artinya signifikan, dan
Jika ≤ , maka Ho diterima artinya tidak signifikan. c. Uji Koefisien Determinasi
Derajat determinasi dipergunakan dengan maksud untuk
mengetahui besarnya kontribusi variabel X terhadap variabel Y untuk
mengujinya dipergunakan rumus yang dikemukakan oleh Akdon
(2008: 188) sebagai berikut:
Keterangan:
KP = Nilai Koefisien Diterminan
r2 =Nilai Koefisien Korelasi
d. Analisi Regresi
Analisis regresi merupakan analisis yang untuk melakukan
prediksi seberapa tinggi nilai dependen (variabel Y) jika variabel
independen (variabel X) diubah. Adapun rumus yang digunakan adalah
hubungan sebab akibat (kausal) variabel bebas (X) terhadap variabel
terikat (Y), rumus regresi sederhana menurut Akdon (2008: 197) yaitu:
Keterangan:
̂ = Subjek dalam variabel dependen yang diproyeksikan
= Variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk
diprediksikan
= Nilai konstanta harga Y jika X = 0
= Nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi) yang menunjukkan
nilai peningkatan (+) atau nilai penurunan (–) variabel Y
Dimana harga dan harus dicari terlebih dahulu dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Setelah diperoleh harga dan maka akan dihasilkan suatu
persamaan berdasarkan rumus regresi sederhana Y atas X.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bagian akhir skripsi ini, penulis akan mengemukakan beberapa
kesimpulan dan saran yang didasarkan pada temuan hasil penelitian dan uraian
pada bab-bab sebelumnya mengenai masalah yang diteliti, yaitu: Pengaruh
Manajemen Sarana dan Prasarana terhadap Kinerja Pegawai di Badan Pendidikan
dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat.
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan penelitian sebagai
berikut:
1. Manajemen sarana dan prasarana di Badan Pendidikan dan Pelatihan
Daerah (BANDIKLATDA) Provinsi Jawa Barat berdasarkan tanggapan
responden berada pada rentang tinggi, artinya sarana prasarana tersebut
sangat menunjang kinerja hingga dalam mekanisme pengelolaan sarana
prasarana diperlukan adanya perencanaan kebutuhan, pengadaan,
penyimpanan, distribusi, penggunaan dan penghapusan. Manajemen
sarana dan prasarana yang dilakukan di BANDIKLATDA Provinsi Jawa
Barat tergolong baik. Hal ini diketahui berdasarkan hasil perhitungan
Weighted Means Score, skor rata-rata yang diperoleh oleh variabel X
2. Kinerja pegawai di BANDIKLATDA Provinsi Jawa Barat tergolong
sangat baik. Hal ini diketahui berdasarkan hasil perhitungan Weighted
Means Score, skor rata-rata yang diperoleh oleh variabel Y (kinerja
pegawai) adalah sebesar 4,10. Kategori ini ditunjukan dengan fakta di
lapangan yang menunjukan keseriusan pegawai BANDIKLATDA
Provinsi Jawa Barat dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya
secara profesional dan sesuai dengan keahliannya berdasarkan kompetensi,
motivasi, ketercapaian tujuan, dan pelaksanaan kerja sehingga berdampak
pada peningkatan kinerja pegawai maupun lembaga.
3. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan antara manajemen sarana dan prasarana (variabel X) terhadap
kinerja pegawai (variabel Y) di BANDIKLATDA Provinsi Jawa Barat
tergolong kuat. Hal ini dapat digambarkan dari perolehan angka koefisien
korelasi sebesar 0,60. Manajemen sarana dan prasarana memberikan
kontribusi sebesar 36 % dalam peningkatan kinerja pegawai dan 64 %
dipengaruhi oleh faktor lain, seperti sumber daya, penghargaan, struktur,
dan job design. Dari hasil penelitian kedua variabel dan pengaruhnya
tersebut artinya pengelolaan sarana dan prasarana perlu diperhatikan dalam
menunjang pelaksanaan kegiatan yang dapat meningkatkan kinerja
pegawai. Hal ini akan berdampak baik pada pencapaian kinerja apabila
B. Saran
Pada kesempatan ini, peneliti akan mengemukakan beberapa saran
sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan. Adapun saran yang dapat
diberikan antara lain :
1. Untuk Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat
Manajemen sarana dan prasarana di lingkungan Badan Pendidikan dan
Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat sudah berjalan dengan baik. hal ini
didasarkan pada hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab
sebelumnya. Namun ada beberapa masukan yang perlu ditanggapi oleh
lembaga dalam meningkatkan pengelolaan sarana dan prasarana misalnya
dari segi pemanfaatan sarana dan prasarana dan perlu dimaksimalkan oleh
pegawai, selain itu proses distribusi dihimbau agar lebih tepat sasaran
sehingga dapat digunakan dan dikelola oleh pegawai secara maksimal. Hal
ini didasarkan pada sistem penyelenggaraan pemerintah yang secara
menyeluruh telah mengalami perubahan baik di pusat maupun di daerah
dengan berbasis kinerja. Dengan manajemen sarana dan prasarana yang baik
tentunya akan berdampak pada peningkatan kinerja pegawai yang
berdasarkan pada kinerja serta pelayanan yang prima.
2. Untuk peneliti selanjutnya
Penelitian ini membahas mengenai pengaruh manajemen sarana dan
prasarana terhadap kinerja pegawai di Badan Pendidikan dan Pelatihan
Daerah Provinsi Jawa Barat. Peneliti menyarankan kepada yang tertarik