• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH EFEKTIFITAS PELATIHAN DAN KINERJA FASILITATOR TERHADAP KEPUASAN GURU SMP PESERTA DIKLAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH EFEKTIFITAS PELATIHAN DAN KINERJA FASILITATOR TERHADAP KEPUASAN GURU SMP PESERTA DIKLAT."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN……… i

MOTTO……….. ii

LEMBAR PERNYATAAN………. iii

ABSTRAK……….. iv

KATA PENGANTAR………. v

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH………... viii

DAFTAR ISI……… xii

DAFTAR TABEL……… xv

DAFTAR GAMBAR……… xvi

DAFTAR GRAFIK………... xvii

DAFTAR LAMPIRAN……… xviii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Identifikasi Maslah……… 10

C. Pembatasan Masalah………. 11

D. Rumusan Masalah………. 11

E. Tujuan Penelitian……….. 12

F. Manfaat Penelitian……… 12

G. Asumsi………..……… 13

H. Hipotesis Penelitian……….. 14

I. Defenisi Operasional……… 14

(2)

2. Konsep Efektifitas………. 19

3. Konsep Efisiensi……… 21

4. Konsep Pelayanan………. 21

5. Konsep Pendidikan dan Pelatihan (diklat) …... 31

6. Konsep Kinerja Fasilitator……… 36

7. Konsep Kepuasan Peserta Diklat……….. 40

B. Kerangka Berfikir…..….………... 46

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan……..……….. 48

B. Rancangan Penelitian……… 48

C. Variabel Penelitian……… 48

D. Populasi………. 50

E. Sampel……… 50

F. Lokasi Penelitian……… 52

G. Sumber Data……… 52

H. Instrumen Penelitian……….. 52

I. Tehnik Pengumpulan Data……… 59

J. Tehnik Analisa Data………. 59

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Penelitian………..……….. 67

B. Pembahasan…..……… 93

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan……… 97

B. Implikasi……… 99

C. Rekomendasi……… 100

(3)
(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penjaminan mutu atau quality assurance merupakan istilah yang seringkali

didengar dalam dunia industri, karena berhubungan dengan produsen, produk/jasa, dan konsumen sebagai pelanggan. Konsep mutu ini menggambarkan baik buruknya suatu produk/jasa yang dihasilkan yang akan mencerminkan tingginya harga dari produk tersebut, dan tinggi dari produsen yang memasok barang tersebut. Akan tetapi kini mutu produk/jasa dinilai berdasarkan kepada kepuasaan pelanggan yang

menggunakan produk/jasa tersebut. Untuk menggambarkan mutu suatu produk/jasa maka diperlukan suatu standar atau criteria yang ditetapkan oleh produsen. Standar ini dibuat berdasarkan hasil penelitian terhadap kebutuhan pelanggan, Mutu suatu produk bukan semata-mata ditentukan oleh produsen melainkan juga ditentukan oleh pelanggan. Keterlibatan pelanggan dalam menentukan mutu suatu produk, baik

barang maupun jasa adalah dengan cara produsen mempertimbangkan harapan dan kebutuhan pelanggan terhadap produk-produk yang dihasilkan, apakah memuaskan atau memenuhi kebutuhan mereka.

Secara umum yang dimaksud dengan penjaminan mutu adalah proses

penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga konsumen, produsen, dan pihak lain yang berkepentingan memperoleh kepuasaan. Deming, W.E. (1986:507) memberikan defenisi penjaminan kualitas sebagai berikut:

(5)

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 63 tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan bahwa:

Penjaminan Mutu Pendidikan adalah kegiatan sistematik yang dilakukan secara terpadu oleh satuan pendidikan, penyelenggara pendidikan, pemerintah daerah dan pemerintah dalam pemetaan, supervisi, dan peningkatan mutu pendidikan berdasarkan standar nasional pendidikan.

Quality Assurance (penjaminan mutu) terdiri dari 4 (empat) komponen standar yaitu

1. Penetapan Standar,

2. Pemenuhan Standar, 3. Pengukuran Standar, 4. Pengembangan Standar.

Quality Assurance (penjaminan mutu) juga memiliki 3 (tiga) Hirarchi Standar yaitu:

1. Standar Pelayanan Minimal (SPM), 2. Standar Nasional Pendidikan (SPN),

3. Standar Nasional Pendidikan Plus (SPN Plus) yang berbasis Internasional dan berbasis keunggulan daerah.

Selain dari itu, tujuan dari diadakannya penjaminan mutu (quality assurance) adalah agar dapat memuaskan berbagai pihak yang terkait di dalamnya, sehingga dapat berhasil mencapai sasaran masing-masing. Penjaminan mutu merupakan bagian yang menyatu dalam membentuk kualitas produk dan jasa suatu organisasi. Penjaminan mutu berkaitan erat dengan Implementasi Total Quality Management

(TQM). Crumrine (1991:340) mengemukakan bahwa Total Quality Management is a method by which management and employees can become involved in the continuous

improvement of the production of goods and services.

Berkaitan dengan penjaminan mutu/kualitas, proses pelayanan dalam kediklatan untuk mendapatkan kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh berbagai faktor

(6)

kesejahteraan, motivasi, dan kepemimpinan. Faktor-faktor tersebut erat kaitannya dengan peranan unsur-unsur yang terlibat dalam penyelenggaraan diklat, seperti

fasilitator, panitia penyelenggara, bahkan semua stakeholder institusi (LPMP) itu sendiri. Semua unsur (stakeholder institusi) itu harus dapat memberi sumbangan yang besar terhadap efektifitas proses terlaksananya diklat. Motivasi pelanggan yang tinggi untuk mengikuti diklat karena materi sesuai kebutuhan, kompetensi fasilitator dalam

bidang yang diajarkan dan cara penyampaiannya dan penyelenggara yang professional adalah hal-hal penentu keberhasilan penyelenggaraan diklat. Tetapi dengan kenyataan pelanggan sering tidak merasa puas karena pelayanan dari penyelenggara diklat tersebut kurang berkesan terhadap pelanggan, sehingga mutu kediklatan tersebut tidak mencapai target sesuai dengan yang diharapkan. Interaksi

semua unsur juga mempengaruhi, misalnya bagaimana hubungan penyelenggara dengan peserta diklat dan fasilitator, serta bagaimana hubungan fasilitator dengan pelanggan. Dalam situasi sekarang ini, urgensi pelayanan semakin meningkat. Masyarakat telah mengalami peningkatan dalam berbagai aspek kehidupannya, terlebih lagi dengan perkembangan teknologi dan informasi yang demikian pesat

telah membuka akses informasi terhadap segenap lapisan masyarakat (information society), dimana rakyat telah dapat membandingkan pelayanan prima antar berbagai

Negara dan sebagai konsekuensinya tuntutan kualitas pelayanan prima tidak dapat dihindari lagi. Hal ini harus direspon dengan peningkatan pelayanan prima, karena

bukan tidak mungkin pada masa yang akan datang masyarakat akan terintegrasi menjadi masyarakat global (global society). Dalam konteks ini dapat dipahami bahwa dalam pelayanan prima akan mengalami tuntutan yang semakin meningkat dari masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan kualitas pelayanan yang diberikan oleh

(7)

Pelayanan publik sebagai bagian dari administrasi publik mengalami pergeseran pendekatan yang menyangkut sistem dan kualitas, yakni dari sistem

manajemen konvensional kearah sistem modern. Dalam konsep manajemen modern, kepuasan konsumen sebagai pelanggan merupakan ukuran kualitas pelayanan. Sedarmayanti (1999:205-206) mengemukakan empat ciri sistem sebagai sistem kualitas modern, yaitu:

1. Berorientasi pada pelanggan,

2. Adanya partisipasi aktif yang dipimpin oleh manajemen puncak dalam proses peningkatan kualitas secara terus menerus,

3. Adanya pemahaman dari setiap orang terhadap tanggung jawab spesifik untuk kualitas,

4. Aktifitas yang berorientasi pada tindakan pencegahan kerusakan, bukan berfokus untuk mendeteksi kerusakan saja.

Berbagai program yang berorientasi pada pelayanan masyarakat telah dirintis oleh beberapa Negara. Di Malaysia hampir semua instansi pemerintah telah memiliki standar pelayanan prima. Amerika Serikat dengan program Reinventing Government menempatkan peningkatan pelayanan masyarakat (improving custumer service)

sebagai salah satu agendanya. Demikian juga halnya Canada yang telah mengagendakan pelayanan prima dalam pemerintahannya melalui penerapan konsep reinventing government dan bahkan pemerintah Jepang telah berorientasi pada sektor

publik yang memuaskan masyarakat dengan pedoman pelayanan Sawayaka Gyosei yang artinya birokrasi yang lembut.

Indonesia sendiri telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan pelayanan publik melalui berbagai kebijakan seperti dikeluarkannya Keppres No. 81 Tahun 1993 tentang Pedoman Penganugrahan Piala Abdisatyabakti bagi unit kerja/kantor pelayanan percontohan serta Inpres No. 1 Tahun 1995 tentang Perbaikan

(8)

Pelayanan masyarakat yang prima akan menimbulkan kepuasan masyarakat terhadap pemerintahan yang dijalankan dan bahkan akan memberi legitimasi bagi

berlangsungnya suatu pemerintahan. Jika dalam industri jasa dikenal istilah kepuasan pelanggan merupakan faktor penentu hidup matinya suatu perusahaan, juga dikenal istilah kepuasan masyarakat merupakan faktor yang menentukan tinggi rendahnya legitimasi pemerintah.

Dalam persaingan bisnis menjadi sangat tajam, baik pasar nasional (domestic) maupun pasar internasional (global). Untuk memenangkan persaingan perusahaan harus mampu memberikan kepuasan kepada pelanggannya, misalnya dengan memberikan produk yang mutunya lebih baik, harganya lebih murah, penyerahan produk yang lebih cepat dan pelayanan yang lebih baik. Suatu organisasi/lembaga

yang selalu berkaitan dengan pihak-pihak lain harus selalu berupaya untuk meningkatkan mutu/kualitas produk atau jasa layanan terhadap pihak-pihak yang memerlukan jasa/layanan, sehingga organisasi itu dapat dipercaya dan mempunyai kredibilitas yang tinggi dalam bidang garapannya. Hal ini tidak bisa dipungkiri dalam era globalisasi dengan perubahan yang sangat cepat. Suatu organisasi/lembaga harus

selalu siap untuk berkompetisi dengan organisasi lainnya agar tetap tegar dan eksis menjalankan kegiatan organisasinya. Dalam kondisi sekarang ini, tema sentral dalam organisasi Privat maupun Publik adalah adanya prinsip Customer is King. Pelanggan harus ditempatkan dalam kedudukan yang strategis seperti halnya dengan ungkapan

“pembeli adalah raja”. Pelayanan terbaik kepada pelanggan dianggap cukup relevan dengan pengembangan daya saing organisasi, karena disamping kita mengenal model daya saing yang bertumpu pada sumber daya atau resource based competitiveness, terdapat pula model daya saing yang bertumpu pada nilai tertinggi dimata pelanggan

atau market based competitiveness. Oleh karena itu menejemen sektor publik telah menempatkan pelayanan prima kepada masyarakat menjadi bagian penting dari accountability management. Situasi ini tidak hanya terjadi pada sektor swasta, tapi

(9)

suatu organisasi dalam berbisnis dan memenangkan persaingan. Setiap usaha baik usaha produk barang maupun jasa, termasuk jasa pendidikan pada dasarnya

dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen atau pelanggan.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 mengamanatkan bahwa:

Pencapaian visi dan misi pendidikan nasional pada tahun 2005 melalui pengembangan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Pada tahun 2005, sistem pendidikan nasional berhasrat menghasilkan “Insan

Indonesia Cerdas dan Kompetitif”. Untuk mewujudkan visi tersebut, berdasarkan Kepmenpan Nomor B/243/M.Pan/I/2007, tanggal 31 Januari 2007 tentang revitalisasi PPPG menjadi PPPPTK, dan BPG menjadi LPMP dan berdasarkan Kepmen 7/0/2007 dan Kepmen 044/0/2004 dimana LPMP merupakan Lembaga Pusat yang berada di

daerah yaitu provinsi yang berfungsi sebagai unit pelaksana teknis pusat di daerah serta berdasarkan Peraturan Mendiknas No. 8 Tahun 2007 disebutkan tugas pokok dari LPMP adalah melaksanakan penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah di provinsi berdasarkan standar nasional pendidikan, melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan. Berdasarkan Peraturan

Mendiknas No. 31 Tahun 2005 tentang Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Pusat Pengembangan Penataran Guru, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan, dan Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda, dalam Pasal 1 disebutkan bahwa Pembinaan unit pelaksana teknis dilingkungan Departemen Pendidikan

(10)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang berisikan 8 (delapan) standar yaitu:

1. Standar Isi, 2. Standar Proses, 3. Standar Kelulusan,

4. Standar Tenaga Kependidikan, 5. Standar Sarana dan Prasarana, 6. Standar Pengelolaan,

7. Standar Pembiayaan,

8. Standar Penilaian Pendidikan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 63 tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Pasal 12 ayat 8 bahwa:

lembaga penjaminan mutu pendidikan memberikan fasilitasi pencapaian standar pelayanan minimal sampai dengan mencapai dan atau melampaui standar nasional pendidikan kepada satuan pendidikan berkoordinasi dengan dinas pendidikan provinsi/kabupaten Departemen Agama dan penyelenggara pendidikan.

Tugas pokok Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) yaitu

melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan menyelenggarakan fungsi:

1. Melakukan pemetaan dan pengkajian mutu pendidikan di daerah; 2. Mengembangkan dan mengelola system informasi mutu pendidikan;

3. Melakukan supervisi terhadap satuan pendidikan dalam pencapaian standar mutu

pendidikan;

4. Memfasilitasi satuan pendidikan dalam penjaminan mutu pendidikan. Jadi posisi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) sangat strategis dalam mempengaruhi mutu pendidikan.

(11)

mempunyai Visi yaitu “Menjadi lembaga penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah di Provinsi yang berstandar nasional dan berwawasan global”. Untuk

menjembatani dan mencapai visi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Papua tersebut maka diperlukan perumusan misi yang menggambarkan hal yang dapat dilaksanakan sehingga visi dapat diwujudkan lebih nyata, maka misi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Papua adalah sebagai

berikut:

1. Meningkatkan kualitas perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi diklat guru dan tenaga kependidikan lainnya sesuai dengan Standar Kompetensi Guru (SKG). 2. Fasilitasi diklat dalam upaya peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan

dasar dan menengah.

3. Pemberdayaan sumber-sumber daya yang tersedia di lingkungan Pendidikan Dasar dan Menengah secara efektif dan efisien.

4. Menjalin kemitraan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah.

5. Memfasilitasi informasi yang akurat terhadap guru.

Penyusunan visi dan misi adalah dalam rangka kebutuhan dan tuntutan pemenuhan kebutuhan tugas dan fungsi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Papua sebagai pelayanan masyarakat dan sebagai lembaga yang melaksanakan pemetaan mutu pendidikan dasar dan menengah termasuk TK atau

bentuk lain yang sederajat. Pengembangan dan pengelolaan system informasi mutu pendidikan dasar dan menengah termasuk TK atau bentuk lain yang sederajat. Supervisi satuan pendidikan dasar dan menengah termasuk TK atau bentuk lain yang sederajat dalam pencapaian standar mutu pendidikan nasional. Fasilitasi sumber daya

pendidikan terhadap satuan pendidikan dasar dan menengah termasuk TK atau bentuk lain yang sederajat dalam penjaminan mutu pendidikan dan pelaksanaan urusan administrasi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP).

(12)

bersifat industrialisasi. Artinya harus selalu mengerti terhadap apa yang dibutuhkan oleh pelanggan (customers), yaitu menciptakan model pembelajaran yang berorientasi

terhadap kebutuhan dan kepuasan pelanggan saat ini dan yang akan datang dengan mutu/kualitas layanan prima yang lebih baik.

Masalah kepuasan pelanggan peserta diklat/pemakai jasa adalah perbandingan antara harapan yang diinginkan para peserta diklat pada saat mereka mengikuti

kegiatan diklat dalam beberapa waktu tertentu, dengan apa yang mereka rasakan setelah mengikuti diklat dan situasi yang mereka hadapi setelah mengikuti atau menyelesaikan suatu tahapan diklat sehingga mereka benar-benar memahami apa yang dihadapinya.

Gejala-gejala empiris yang langsung berpengaruh dengan kepuasan peserta

pelatihan antara lain:

1. Keandalan (reliability) yaitu kurangnya kemampuan penatar dan staff

memberikan jasa, yang akurat dan konsisten sesuai dengan yang dijanjikan. 2. Daya tanggap (responsiveness) yaitu kurangnya kemauan dari karyawan/staf

pengajar untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat dan

bermakna serta kesediaan mendengar dan mengatasi keluhan yang diajukan konsumen, misalnya penyediaan sarana yang sesuai untuk menjamin terjadinya proses yang tepat.

3. Kepastian (assurance) yaitu kurangnya kemampuan karyawan untuk

menimbulkan keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang telah dikemukakan kepada konsumen, misalnya janji dan promosi.

4. Empati (emphaty), yaitu kurangnya kesediaan penatar dan pengelola untuk

lebih peduli memberikan perhatian secara pribadi kepada pelanggan, misalnya

(13)

5. Berwujud (tangible) yaitu kurangnya penampilan fasilitas fisik, peralatan dan berbagai materi komunikasi, misalnya gedung dan kebersihan yang baik serta

penataan ruangan atau kelas yang rapi.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka permasalahan yang akan diteliti berkaitan dengan komponen standar Quality Assurance (penjaminan mutu) butir 2

(dua) yaitu Pemenuhan Standar dan Hirarchi Standar Quality Assurance (penjaminan mutu) butir 1 (satu) yaitu Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang berhubungan dengan pengaruh efektifitas pelatihan dan kinerja fasilitator terhadap kepuasan guru SMP peserta diklat di Provinsi Papua yang akan membawa dampak pengaruh terhadap produk/jasa layanan yang diberikan.

B. Identifikasi Masalah.

Dari uraian latar belakang penelitian di atas, jelaslah bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan peserta diklat antara lain:

1. Pelatihan yang terdiri dari layanan dan kesesuaian materri 2. Motivasi

3. Kinerja fasilitator

4. Kesejahteraan 5. Kepemimpinan 6. Penghargaan 7. Progran belajar 8. Lingkungan diklat

9. Transportasi

(14)

Dari identifikasi masalah tersebut untuk mendapatkan kepuasan, maka penulis memfokuskan meneliti tentang pengaruh efektifitas pelatihan yang terdiri dari

layanan dan kesesuaian materi dan kinerja fasilitator.

C. Pembatasan Masalah.

Untuk mengetahui Pengaruh Efektifitas Pelatihan dan Kinerja Fasilitator

terhadap Kepuasan Guru SMP Peserta Diklat di LPMP Provinsi Papua, diperlukan indikator-indikator yang jelas. Dalam penelitian ini masalah akan dibatasi mengenai pengaruh efektifitas pelatihan dan kinerja fasilitator terhadap kepuasan guru SMP Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura peserta diklat di LPMP Provinsi Papua.

D. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka rumusan masalah merupakan pemfokusan terhadap kajian-kajian penelitian dalam bentuk pertanyaan penelitian untuk kemudian dilakukan penelitian dan pembahasannya. Pentingnya rumusan masalah adalah untuk membatasi dan memperjelas masalah yang akan

diteliti. Adapun rumusan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana Pengaruh Efektifitas Pelatihan dan Kinerja Fasilitator terhadap Kepuasan Guru SMP Peserta Diklat di LPMP Provinsi Papua.

Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, dapat dirinci kedalam pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Bagimana efektifitas pelatihan guru SMP peserta diklat di LPMP Provinsi

Papua?

2. Bagaimana kinerja fasilitator pada diklat guru SMP di LPMP Provinsi Papua? 3. Bagaimana kepuasan guru SMP peserta diklat di LPMP Provinsi Papua?

4. Bagaimana pengaruh efektifitas pelatihan terhadap kepuasan guru SMP peserta

diklat di LPMP Provinsi Papua?

5. Bagaimana pengaruh kinerja fasilitator terhadap kepuasan guru SMP peserta

(15)

6. Bagaimana pengaruh efektifitas pelatihan dan kinerja fasilitator terhadap kepuasan guru SMP peserta diklat di LPMP Provinsi Papua?

E. Tujuan Penelitian.

Tujuan Umum.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai pengaruh efektifitas pelatihan dan kinerja fasilitator terhadap kepuasan guru SMP peserta diklat di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Papua.

Tujuan Khusus.

Secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui efektifitas pelatihan guru SMP peserta diklat di LPMP

Provinsi Papua?

2. Untuk mengetahui kinerja fasilitator pada diklat guru SMP di LPMP Provinsi

Papua?

3. Untuk mengetahui kepuasan guru SMP peserta diklat di LPMP Provinsi Papua?

4. Untuk mengetahui pengaruh efektifitas pelatihan terhadap kepuasan guru SMP peserta diklat di LPMP Provinsi Papua?

5. Untuk mengetahui pengaruh kinerja fasilitator terhadap kepuasan guru SMP

peserta diklat di LPMP Provinsi Papua?

6. Untuk mengetahui pengaruh efektifitas pelatihan dan kinerja fasilitator terhadap

kepuasan guru SMP peserta diklat di LPMP Provinsi Papua?

F. Manfaat Penelitian.

(16)

Sebagai bahan masukan untuk diketahui tingkat kualitas dan efektifitas pelatihan

2. Panitia Penyelenggara

Sebagai bahan masukan untuk diketahui tingkat pelayanan mereka terhadap peserta diklat sehingga dapat lebih ditingkatkan pada diklat berikutnya

3. Fasilitator

Sebagai bahan masukan untuk diketahui tingkat kesiapan dan kemampuan dirinya dalam mempersiapkan dan menyajikan materi diklat

4. Peserta Diklat Guru SMP.

Sebagai bahan evaluasi dan koreksi bagi dirinya untuk lebih mempersiapkan

diri dalam mengikuti pelatihan dihari yang akan datang.

5. Peneliti.

Sebagai salah satu syarat penyelesaian studi untuk mendapatkan gelar magister.

G. Anggapan Dasar

Banyak faktor yang menentukan kepuasan peserta diklat dalam suatu proses kediklatan. Dari proses kediklatan tersebut, peran panitia penyelenggara dan fasilitatorlah sebagai salah satu penentu kepuasan dalam kediklatan. Proses efektifitas

kediklatan yang dilakukan panitia penyelenggara dan fasilitator sangat menentukan outcome dan achievement peserta diklat.

Berdasarkan pada pemikiran di atas, maka yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Efektifitas pelatihan guru SMP peserta diklat di LPMP Provinsi Papua

memberikan dampak positif yang efektif dan efisien terhadap kepuasan peserta

(17)

2. Kinerja fasilitator pada diklat guru SMP di LPMP Provinsi Papua memenuhi kebutuhan pelanggan dengan baik

3. Kepuasan guru SMP peserta diklat di LPMP Provinsi Papua memberikan

dampak positif terhadap kenyamanan, ketertiban dan efisiensi segala sumber daya yang diperlukan pada pelaksanaan diklat.

4. Pengaruh efektifitas pelatihan terhadap kepuasan guru SMP peserta diklat di

LPMP Provinsi Papua merupakan suatu upaya pengelolaan yang dilakukan dalam rangka menciptakan kepuasan terhadap peserta dan memberikan dampak positif terhadap kenyamanan, ketertiban dan efisiensi segala sumber daya yang diperlukan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat).

5. Pengaruh kinerja fasilitator terhadap kepuasan guru SMP peserta diklat di

LPMP Provinsi Papua memberikan dampak positif yang efektif dan efisien. 6. Pengaruh efektifitas pelatihan dan kinerja fasilitator terhadap kepuasan guru

SMP peserta diklat di LPMP Provinsi Papua meningkatkan mutu/kualitas management pelayanan pelatihan dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada.

H. Hipotesis Penelitian.

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang perlu diuji kebenarannya melalui penelitian ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (1999:39) bahwa

”hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian”. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini untuk rumusan masalah yang pertama: H0 : terdapat pengaruh efektifitas pelatihan terhadap kepuasan guru SMP peserta

diklat.

Sedangkan hipotesis yang diajukan untuk rumusan masalah yang kedua adalah: H0 : terdapat pengaruh kinerja fasilitator terhadap kepuasan guru SMP peserta diklat. I. Defenisi Operasional.

(18)

sehingga terdapat kesamaan landasan berfikir antara peneliti dan pembaca yang berkaitan dengan judul penelitian, yaitu Pengaruh Efektifitas Pelatihan dan Kinerja

Fasilitator terhadap Kepuasan Guru SMP Peserta Diklat di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Papua.

1. Efektifitas Pelatihan. a. Efektivitas

Efektifitas dalam penelitian ini adalah kegiatan-kegiatan pelatihan yang memperimbangkan pada penekanan: cara, sikap, layanan, dan sopan santun serta fasilitas, namun berupaya mencapai target secara optimal.

b. Pelatihan

Pelatihan merupakan bagian dari pendidikan. Umumnya pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan kerja dalam waktu yang relatif singkat. Suatu pelatihan berupaya menyiapkan para karyawan untuk melakukan pekerjaan yang dihadapi. Pendidikan lebih bersifat filosofis dan

teoritis. Pendidikan dan pelatihan mempunyai tujuan yang sama yaitu pembelajaran. Dalam pembelajaran terdapat pemahaman secara implisit. Melalui pemahaman, karyawan dimungkinkan untuk menjadi seorang inovator, pengambil inisiatif, pemecah masalah yang kreatif, menjadi karyawan yang efektif dan efisien dalam

melakukan pekerjaan.

2. Kinerja Fasilitator. a. Kinerja

(19)

Menurut pendapat LAN,1997 (dalam Mulyasa, 2004:136) menyatakan ” kinerja atau performansi dapat diartikan sebagai prestasi kerja,pelaksanaan kerja,

pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja”.

Menilik ke dua kutipan di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa kinerja adalah unjuk kerja atau perilaku kerja yang ditampilkan oleh seseorang dalam pelaksanaan pekerjaannya dibanding dengan standar tertentu yang berlaku dalam

rangka usaha pencapaian tujuan organisasi.

b. Fasilitator

Pengertian fasilitator dalam penelitian ini adalah fasilitator yang benar-benar menduduki jabatan fungsional artinya para pejabat struktural/ dosen/widyaiswara yang diberi tugas untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam suatu pelatihan atau diklat. Para fasilitator yang dilibatkan dalam penyelenggaraan suatu diklat

mempunyai andil yang sangat besar dalam mensukseskan pencapaian tujuan diklat bersangkutan.

3. Kepuasan guru SMP peserata diklat.

Dalam Tjipto Fandy dan Gregorius Chandra (2005:195) kata kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa latin, ”statis” artinya cukup baik, memadai dan ”facio” artinya melakukan atau membuat. Jadi kepuasan bisa diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai.

(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan.

Pada bagian ini dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan pelaksanaan

penelitian antara lain: rancangan penelitian, populasi, sample, lokasi penelitian, sumber data, alat pengumpul data, prosedur pengumpulan data, dan analisis data.

B. Rancangan penelitian.

Dalam penelitian ini digunakan rancangan penelitian deskriptif kuantitative

karena peneliti ingin mendiskripsikan secara obyektif melalui beberapa variabel yang berhubungan dengan pengaruh efektifitas pelatihan dan kinerja fasilitator terhadap kepuasan guru SMP pesrta diklat kurikulum di LPMP Provinsi Papua sebagai berikut:

Gambar 3.1. Rancangan penelitian

C. Variabel Penelitian.

Variabel yang diteliti dalam studi ini terdiri dari tiga variabel yaitu variabel bebas ( dan , joint effect variabel ) dan variabel terikat (Y). Untuk

kebutuhan dalam penelitian ini faktor-faktor yang disajikan variabel penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Efektifitas pelatihan guru SMP peserta diklat di LPMP Provinsi Papua. 2. Kinerja fasilitator pada diklat guru SMP di LPMP Provinsi Papua. 3. Kepuasan guru SMP peserta diklat di LPMP Provinsi Papua.

(21)

4. Pengaruh efektifitas pelatihan terhadap kepuasan guru SMP peserta diklat di

LPMP Provinsi Papua.

5. Pengaruh kinerja fasilitator terhadap kepuasan guru SMP peserta diklat di

LPMP Provinsi Papua.

6. Pengaruh efektifitas pelatihan dan kinerja fasilitator terhadap kepuasan guru SMP peserta diklat di LPMP Provinsi Papua

Kemudian untuk memetakan lebih lanjut hasil penelitian agar komunikatif, maka variabel-variabel penelitian digambarkan dalam desain penelitian sebagai berikut:

X r Y

r Y

r Y

Gambar 3.2. Desain penelitian

Keterangan:

:variabel efektivitas pelatihan dalam diklat di LPMP

Provinsi Papua

: variabel kinerja fasilitator dalam diklat di LPMP Provinsi

Papua

: kombinasi (joint effect) variabel dan

Y : variabel kepuasan guru SMP peserta diklat r Y : korelasi dengan Y

r Y : korelasi dengan Y

(22)

D. Populasi.

Populasi merupakan objek yang akan diteliti dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2001:57) populasi merupakan ”wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Sedangkan

Riduwan (2002:3) mengatakan bahwa ”Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penilaian.”

Berdasarkan hal tersebut, objek dalam penelitian ini adalah Diklat Guru SMP, fasilitator/widyaiswara dan panitia penyelenggara diklat di LPMP Provinsi Papua, sedangkan subjek penelitian (responden) dalam penelitian ini adalah peserta diklat

guru SMP, fasilitator/widyaiswara dan panitia penyelenggara diklat LPMP Papua.

Adapun jumlah subjek/populasi penelitian ini tertera dalam tabel berikut:

Tabel. 3.1

Populasi peserta diklat guru SMP dan panitia penyelenggara di LPMP Papua.

No Jenis Diklat Jumlah Peserta

1 Diklat kurikulum guru SMP Jumlah Peserta (orang)

- Dari Kota Jayapura 60

- Dari Kabupaten Jayapura 50

- Panitia Penyelenggara 12

-Widyaiswara/fasilitator 12

Jumlah 134

Sumber : Renstra LPMP Papua 2009

E. Sampel

(23)

ini sesuai dengan pertimbangan yang dikemukakan Sugiyono (2001:58) bahwa bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada

populasi, misalnya keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka penelitian dapat menggunakan sampel dari populasi yang ada.

Berdasarkan pertimbangan pokok permasalahan, tujuan, dan metode penelitian, maka dalam menarik sampel dari populasi supaya diperoleh sampel yang

representatif harus diupayakan agar setiap subjek dalam populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi unsur sampel.

Teknik pengambilan sampel sejalan dengan permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah pengaruh efektifitas pelatihan dan kinerja fasilitator terhadap kepuasan guru SMP peserta diklat di LPMP Provinsi Papua. Karena populasi yang

diambil bersifat homogen tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi itu, maka teknik pengambilan sampel akan dikerjakan dengan menggunakan Random Sampling. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono (2000:59) yang mengemukakan bahwa ”Simple Random Sampling dikatakan simpel (sederhana) karena cara pengambilan sampel dari semua populasi dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi.”

Suharsimin Arikunto (1996:107) mengemukakan bahwa ”apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar, dapat diambil antara 10% - 15

% atau 20% - 25% atau lebih”.

Dalam penelitian ini jumlah anggota populasi sebanyak 134 orang peserta diklat dan panitia penyelenggara.

Merujuk pada pendapat di atas, maka penentu jumlah sampel dapat dirumuskan

sebagai berikut:

S = 15% +

100 1000

1000

− −n

. (50% - 15%)

(24)

S = 15% +

100 1000

134 1000

− −

. (50% - 15%)

= 15% +

900 866

. (35%)

= 15% + 0,962.(35%)

= 15% + 33,67%

= 48,67%

Jadi jumlah sampel sebesar 134 x 48,67% = 65,217 = 65 responden

F. Lokasi Penelitian.

Lokasi penelitian adalah Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Papua yang berada di Jalan Guru Kotaraja Jayapura.

G. Sumber Data.

Sumber data penelitian adalah guru SMP Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura peserta diklat, fasilitator/widyaiswara dan panitia penyelenggara dari Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Papua.

H. Alat Pengumpul Data (Instrumen Penelitian).

Instrumen (alat ukur) adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, agar kegiatan tersebut menjadi sistematis.

Dalam suatu penelitian memerlukan data yang valid (menggambarkan apa yang sebenarnya), reliable (data itu dapat dipercaya kebenarannya), dan objektif (sesuai dengan kenyataan). Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang akan diteliti. Angket (questionnaire) adalah daftar pertanyaan atau

(25)

Tujuan dari penyebaran angket ialah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dan responden tidak merasa khawatir bila memberi jawaban

yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan. Suryabrata Sumadi (2004:200) berpendapat bahwa:

Angket (questionnaire) adalah suatu penyelidikan mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak) dilakukan dengan jalan menyederhanakan formulis-formulis secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapat jawaban atau tanggapan (responden) tertulis seperlunya.

Sedangkan Suharsimi Arikunto (1998:140) menyatakan bahwa: ”Angket atau questionnaire yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden guna mendapatkan laporan tentang pribadinya atau hal-hal

yang diketahui”.

Pada penelitian ini quesioner tertutup (kuantitatif) disusun berdasarkan atau dengan menggunakan pengukuran dan Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian

atau gejala sosial. Dengan menggunakan Skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi Aspek, Aspek dijabarkan menjadi sub aspek, sub aspek dijabarkan menjadi indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap

jawaban pada angket dihubungkan dalam penelitian ini dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap. Pada variabel dan , setiap jawaban dihubungkan dengan

(26)

Tabel 3.2

Kriteria Penskoran Alternatif jawaban Variabel dan berdasarkan Skala Likert.

Alternatif jawaban Bobot

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Netral 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

Untuk variabel Y, setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut.

Tabel 3.3

Kriteria Penskoran Alternatif jawaban Variabel Y berdasarkan Skala Likert.

Alternatif jawaban Bobot

Sangat Puas 5

Puas 4

Netral 3

Tidak Puas 2

(27)

Tabel. 3.4

Variabel . Efektifitas Pelatihan

No Aspek Sub Aspek Indikator

Responde n

Pst Pnt

1 Layanan: a.Persiapan /perencana an -Edaran pelaksanaan diklat. -Buku pedoman pelaksanaan diklat -Materi diklat -Jadwal

-Fasilitas diklat, alat dan media -Ruang kelas -Asrama/wisma -Konsumsi -Anggaran -Kepanitiaan

-Panggilan peserta tepat pada waktunya/tidak terlambat

-Kesiapan buku pedoman

-Kesiapan materi

-Kesiapan jadwal

-Kelengkapan alat/media pembelajaran

-Kesiapan ruang kelas

-Kelayakan asrama/wisma -Kesiapan konsumsi -Kesiapan anggaran diklat -Terbentuknya panitia diklat

v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v b.Pelaksana an/Implem entasi -Buku pedoman -Tersedianya materi/modul

-Terbaginya buku pedoman sebelum PBM

-Terbaginya materi sebelum PBM -Ketepatan sasaran materi

(28)

-Kegunaan alat/media -Kenyamanan ruang kelas -Kenyamanan asrama -Konsumsi -Kesiapan panitia -Upacara pembukaan -Upacara penutupan

-Alat/ media memenuhi kebutuhan -Ruang kelas nyaman digunakan -Asrama nyaman digunakan

-Kelayakan konsumsi -Perhatian panitia -Terlaksananya upacara

pembukaan

-Terlaksananya upacara penutupan v v v v v v v v v v v v v v v v c.Pengenda lian dan evaluasi -Pemantauan pelaksanaan diklat -Penilaian pelaksanaan diklat -Pelaporan -Pengembalian

-Terpantaunya pelaksanaan diklat

(29)

Tabel 3.5

Variabel . Kinerja Fasilitator.

No Aspek Sub Aspek Indikator

Responden

Pst Pnt

1 2 Kemampuan Penampilan Penyajian materi Sikap -Mempersiapkan persiapan -Penguasaan matei -Menyajikan materi -Pemilihan materi -Penggunaan metode -Penggunaan alat bantu -Pencapaian tujuan

-Sistematika penyajian -Skap dan periaku -Hadir tepat waktu

(30)
[image:30.595.107.539.173.653.2]

Tabel 3.6

Variabel Y. Kepuasan guru SMP Peserta Diklat

No Aspek/

Sub Aspek

Indikator Responde

n

Ps Pnt 1 Berwujud -Kelengkapan fasilitas

-Kebersihan dan penampilan panitia/petugas

v

v v

v

2 Kehandalan -Ketepatan waktu

-Pelayanan panitia terhadap peserta -Pelayanan fasilitator terhadap peserta

v v v v v v

3 Responsif -Tanggapan terhadap keluhan peserta

-Tindakan yang cepat terhadap peserta yang membutuhkan

-Pemberian informasi yang jelas terhadap peserta -Penyelesaian administrasi secara tepat

v v v v v v v v

4 Keyakinan -Pelayanan yang sopan dan ramah

-Pemahaman fasilitator dan panitia terhadap

permasalahan

-Ketrampilan fasilitator dan panitia dalam bekerja v v v v v v

5 Empati -Perhatian secara khusus kepada peserta -Kebebasan menyampaikan pendapat

(31)

I. Teknik Pengumpulan data.

Pengumpulan data ini dilakukan dalam rangka untuk memperoleh berbagai

informasi mengenai keadaan lapangan dan menyampaikan maksud kepada pihak lapangan untuk melakukan penelitian. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuessioner atau pertanyaan tertutup.Kuessioner pertanyaan tertutup diberikan/dikirim langsung kepada responden, setelah diisi secara lengkap angket tersebut

dikirim/diambil kembali oleh peneliti untuk diberi skor dan diolah menjadi data penelitian.

J. Teknik Analisa Data.

Data yang terkumpul tidak akan memberikan arti jika data tersebut disajikan

dalam bentuk data mentah, tidak diolah dan dianalisis. Oleh karena itu pengolahan dan analisis data merupakan kegiatan yang sangat penting dalam penelitian untuk memperoleh kesimpulan atas generalisasi tentang masalah yang diteliti, sebagaimana dikemukakan oleh Arikunto, S. (1998:151) bahwa:

Pengolahan dan analisis data merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam kegiatan penelitian, terutama bila diinginkan generalisasi, pengujian hipotesis atau kesimpulan tentang berbagai masalah yang diteliti.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisa/pengolahan data ini sebagai berikut:

1. Seleksi angket.

Data yang diperoleh diperiksa dan diyakinkan bahwa data tersebut layak untuk diolah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Dalam hal ini peneliti memeriksa dan melakukan seleksi terhadap seluruh data yang terkumpul dari responden.

2. Pembobotan Nilai.

(32)

3. Menghitung skor rata-rata setiap variabel.

Perhitungan skor rata-rata ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan

umum jawaban responden terhadap variabel penelitian, dengan menggunakan rumus:

X =

n

Χ

Keterangan :

X = Nilai rata-rata yang dicari

X = Jumlah skor gabungan (frekuensi jawaban kali bobot untuk setiap alterrnatif)

n = Jumlah responden

4. Mengubah skor mentah menjadi skor baku

Untuk mengubah skor mentah menjadi skor baku dengan menggunakan rumus:

Ti = 50 + 10

(

)

SD

X

− Χ1

Keterangan:

Ti = Skor baku

Xi = Data skor dari masing-masing responden X = Rata-rata

SD = Simpangan baku (Standar Deviasi)

Untuk mengubah skor mentah menjadi skor baku, terlebih dahulu perlu diketahui hal-hal sebagai berikut:

Rentang (R), yakni skor tertinggi dikurangi dengan skor terendah Banyaknya kelas interval (BK), dengan rumus:

BK = 1 + 3,3 log n

(33)

Ki = bk

R

Rata-rata ( X ) dengan menggunakan rumus:

X =

fi fiXi

Keterangan:

X = Rata-rata yang dicari

fiXi = Jumlah frekuensi

fi = Frekuensi

Simpangan baku (S) atau Standar Deviasi (SD) dengan rumus:

S = n

X

2

1

Keterangan:

S = Simpangan baku yang dicari

Xi = Simpangan atau selisih individual antara data yang ke i

dengan rata-rata hitung n = Banyaknya data

5. Uji Normalitas Distribusi Data

(34)

Ti = 50-10

(

)

S

X

− Χ1

Keterangan:

Ti = Skor baku yang dicari

Xi = Data skor dari masing-masing responden

S = Simpangan Baku

Prosedur/langkah yang ditempuh untuk mengenai rumus di atas yaitu:

a. Menentukan rentang (R) yaitu skor tertinggi dikurangi skor terendah, rumus menurut Sudjana (2002:91)

R = (STT – STR)

b. Menentukan banyaknya data kelas (bk) interval dengan menggunakan rumus menurut Sudjana (2002:47).

Bk = 1 + 3,3 Log n

c. Menentukan panjang kelas interval yaitu rentang dibagi banyak kelas, rumus menurut Sudjana (2002:47)

P = Bk

R

d. Mencari rata-rata (X) dengan rumus menurut Sudjana (2006:67)

X =

fi fiXi

e. Mencari simpangan baku dengan rumus menurut Sudjana (2002:95)

S =

(

)

(

)

(

1

)

2 1 1 2

1 1

− Χ −

Χ

n n

f f

(35)

Setelah itu maka selanjutnya menghitung uji normalitas distribusi untuk mengetahui dan menentukan apakah pengolahan data menggunakan analisis parametrik atau non

parametrik, dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat (X2 ). Rumus tersebut menurut Sudjana (2002:237) sebagai berikut:

X2 =

(

)

Ei

Ei

Oi− 2

Keterangan:

X2 = Chi Kuadrat yang dicari

Oi = Frekuensi hasil penelitian Ei = Frekuensi yang diharapkan

Prosedur yang ditempuh selanjutnya dalam uji normalitas distribusi data yaitu:

a. Membuat distribusi frekuensi

b. Mencari batas bawah skor kiri interval dan batas atas skor kanan interval yaitu

dengan rumus:

Z = S

X

− Χ1

Keterangan:

X = Rata-rata distribusi X = Batas kelas distribusi S = Simpangan baku

c. Mencari luas O – Z dari daftar f

d. Mencari luas tiap interval dengan cara mencari selisih luas O – Z kelas interval yang berdekatan untuk tanda Z yang sejenis dan menjumlahkan luas O – Z yang berlawanan.

(36)

f. Mencari Oi (frkuensi hasil penelitian) diperoleh dengan cara melihat jumlah tiap kelas interval (Fi) pada tabel distribusi frekuensi.

g. Mencari Chi Kuadrat dengan cara menjumlahkan hasil perhitungan

h. Membandingkan X2hitung dengan X2tabel yang terdapat dalam tabel dengan dk = k-3

6. Menguji Hipotesis Penelitian.

Koefisien Korelasi.

Untuk mencari derajat hubungan antara variabel X dengan variabel Y, digunakan analisis korelasi dengan rumus-rumus sebagai berikut:

a. Mencari koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y dengan

menggunakan koefisien Korelasi Product Moment sebagai berikut:

r =

( )( )

( )

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

− Χ

− Χ

− Χ

Y Y

n n

Y X Y

n

[image:36.595.109.518.243.716.2]

b. Menafsirkan koefisien korelasi berdasarkan kriteria seperti dikemukakan oleh Sugiyono (2004:214) sebagai berikut:

Tabel 3.7

Tolok Ukur Koefisien Korelasi Product Moment

Nilai Koefisien Kriteria

0,00 – 0,19 Sangat Rendah

0,20 – 0,39 Rendah

0,40 – 0,59 Sedang

0,60 – 0,79 Kuat

(37)

c. Uji Signifikansi

Uji signifikan dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan yang ditemukan

tersebut berlaku untuk seluruh populasi. Rumus uji signifikan tersebut sebagai berikut:

t = 22

r i

n r

− −

Harga thitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga ttabel, dengan dk = n-2

dan pada tingkat signifikansi tertentu. Jika thitung > dari ttabel maka terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y, dan sebaliknya.

7. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi digunakan dengan maksud untuk mengetahui besarnya

kontribusi variabel X terhadap variabel Y. Untuk mengujinya menggunakan rumus yang dikemukakan Sugiyono (1982:81) sebagai berikut:

KD = r2 x100%

8. Analisis Koefisien Regresi

Analisis regresi dilakukan untuk memprediksi seberapa jauh nilai variabel dependen/variabel X bila nilai variabel independen/variabel Y diubah.

Rumus yang digunakan adalah: Y = a + bX

Keterangan:

Y = Harga variabel Y yang diramalkan a = Harga garis regresi, yaitu apabila X=0

b = Koefisien regresi, yaitu besarnya perubahan yang terjadi pada Y, jika satu unit berubah pada X

(38)

Untuk mencari harga a dan b menggunakan rumus:

∑ ∑ ∑

x, y, xy,

x2,

y2,

n

a = Y –b X atau a =

( )

(

( )

)

( )

( )

( )

2 2

2

− −

x x

n

xy x x

y

b = r Sx Sy

atau b =

(

) ( )( )

( )

2

( )

2

− −

x x

n

y x xy

n

Jadi harga b merupakan fungsi dari koefisien korelasi. Apabila angka koefisien

(39)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Untuk variabel efektifitas pelatihan ( ) yang terdiri dari tiga sub variabel yaitu

persiapan yang memiliki skor rata-rata sebesar 3,89 berkategori baik, pelaksanaan memiliki skor rata-rata sebesar 3,70 berkategori baik, dan pengendalian dan evaluasi memiliki skor rata-rata sebesar 3,68 berkategori baik. Variabel efektifitas pelatihan

memiliki skor terendah sebesar 2,80, skor tertinggi sebesar 4,32, skor rata-rata sebesar 3,68 dan standar deviasi sebesar 5,59.

Hasil perhitungan persentasi variabel penelitian, untuk variabel efektifitas pelatihan ( ) yang memilih sangat setuju sebesar 21,39%, memilih setuju sebesar

43,17%, memilih netral atau sedang sebesar 22,90%, yang memilih tidak setuju sebesar 10,10%, dan yang memilih sangat tidak setuju sebesar 2,31%.

Dari hasil uji normalitas distribusi data efektifitas pelatihan memperoleh

< yaitu 193,3492 < 252,20, dengan demikian variabel efektifitas

pelatihan menunjukkan berdistribusi normal.

Dari analisis regresi bahwa hasil perhitungan regresi Y atas yang ditaksir

oleh persamaan Y = 34,28 + 0,65 diperoleh bahwa koefisien arah variabel Y atas

adalah signifikan pada tingkat kepercayan 95% karena = 18,54 >

0,95% (1:60) = 3,96. Begitu juga diketahui bentuk hubungan antara Y dengan

adalah linier, karena = 0,14 < 0,99 (16:26) = 0,81. Hasil

perhitungan analisis korelasi diperoleh koefisien korelasi antara Efektifitas Pelatihan ( ) dengan Kepuasan guru SMP peserta diklat (Y) sebesar 0,682 (Koefisien Korelasi

(40)

2. Untuk variabel kinerja fasilitator ( yang terdiri dari dua sub variabel yaitu

kemampuan memiliki skor rata-rata sebesar 3,85 berkategori baik, dan komponen penampilan memiliki skor rata-rata sebesar 4,09 berkategori sangat baik. Variabel

kinerja fasilitator memiliki skor terendah sebesar 3,61, skor tertinggi sebesar 4,27, skor rata-rata sebesar 3,97 dan standar deviasi sebesar 8,20.

Hasil perhitungan persentasi variabel kinerja fasilitator ( ) yang memilih sangat setuju sebesar 25,80%, memilih setuju sebesar 45,80%, memilih netral atau sedang sebesar 23,97%, yang memilih tidak setuju sebesar 4,40%, dan yang memilih

sangat tidak setuju sebesar 0,10%.

Hasil uji normalitas data kinerja fasilitator memperoleh < yaitu

107,0201 < 252,20, dengan demikian variabel kinerja vasilitator menunjukkan

berdistribusi normal.

Dari analisis regresi bahwa hasil perhitungan Y atas yang ditaksir oleh

persamaan Y = 54,91 + 0,88 diperoleh bahwa koefisien arah variabel Y atas

adalah signifikan pada tingkat kepercayaan 95% karena = 15,11 >

0,95 (1:60) = 3,96. Begitu juga diketahui bentuk hubungan antara Y dengan

adalah linier, karena = 1,08 < 0,99 (47:15) = 2,35. Hasil analisis

korelasi variabel kinerja fasilitator ( ) dengan variabel kepuasan guru SMP peserta diklat (Y) diperoleh sebesar 0,264 (koefisien korelasinya rendah).

Hasil analisis korelasi variabel efektifitas pelatihan ( ) dengan variabel

kinerja fasilitator ( ) diperoleh sebesar 0,320 (koefisien korelasi rendah).

3. Untuk variabel kepuasan guru SMP peserta diklat (Y) yang terdiri dari lima sub

variabel yaitu berwujud memiliki skor rata-rata sebesar 3,99 berkategori baik, sub variabel kehandalan memiliki skor rata-rata sebesar 3,41 berkategori baik, sub variabel responsif memiliki skor rata-rata sebesar 3,66 berkategori baik, sub variabel keyakinan memiliki skor rata-rata 3,67 berkategori baik, dan sub variabel empati

(41)

peserta diklat memiliki skor terendah sebesar 2,64, skor tertinggi sebesar 4,16, skor rata-rata sebesar 3,72 dan standar deviasi sebesar 5,37.

Hasil perhitungan persentasi variabel kepuasan guru SMP peserta diklat (Y) yang memilih sangat puas sebesar 20,07%, memilih puas sebesar 40,32%, memilih netral atau sedang sebesar 27,08%, yang memilih tidak puas sebesar 10,28%, dan yang memilih sangat tidak setuju sebesar 2,22%.

Untuk hasil uji normalitas data kepuasan guru SMP peserta diklat memperoleh

< yaitu 95,0601 < 252,20, dengan demikian variabel kepuasan guru

SMP peserta diklat menunjukkan berdistribusi normal.

4. Dari analisis regresi bahwa hasil perhitungan regresi Y atas dan yang

diatksir oleh persamaan Y = 60,62 + 0,96 + 1,04 diperoleh bahwa koefisien arah

variabel Y atas dan adalah signifikan pada tingkat kepercayan 95%, karena

= 85,56 > 0,95 (2:60) = 2,05. Hasil analisis korelasi ganda antara

variabel bebas dan dengan variabel terikat diperoleh sebesar 0,683 (koefisien korelasinya tinggi).

B. Implikasi

Melalui penelitian ini diperoleh temuan bahwa efektifitas pelatihan dan kinerja fasilitator terhadap kepuasan guru SMP peserta diklat dapat ditingkatkan melalui kerja sama semua stakeholders institusi. Atas dasar temuan tersebut dapat

dikemukakan sejumlah implikasi terkait dengan upaya peningkatan kinerja dan kerja sama pegawai LPMP Papua antara lain:

1. Perhatian dan dukungan yang diberikan oleh kepala-kepala seksi dan kepala LPMP telah mereka ketahui tingkat kualitas dan efektifitas pelatihan.

2. Seluruh pegawai LPMP secara khusus anggota panitia pelatihan telah mendapat

(42)

3. Kelompok fungsional/widyaiswara dapat lebih introspeksi diri mengenai kemampuan, persiapan, penampilan, kedisiplinan pada kegiatan pelayanan yang

telah diberikan dan dapat ditingkatkan pada kegiatan berikutnya.

4. Masyarakat (guru) yang telah pernah mengikuti kegiatan pelatihan dapat

meningkatkan kualitas dirinya sendiri sekalipun ada yang merasa puas atau tidak puas karena rasa kepuasan seseorang adalah relatif.

5. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi atau acuan dalam melaksanakan

kegiatan pelatihan di masa yang akan datang.

C. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi tersebut, maka dapat

direkomendasikan sebagai berikut:

1. Dalam rangka meningkatkan kinerja pegawai dan fungsional widyaiswara

diharapkan kepala-kepala seksi dan kepala LPMP dapat memimpin, mengelola aktifitas institusi lebih transparan dan selalu memantau proses pelaksanaan kediklatan secara logitudenal dengan lebih baik karena terlihat dari beberapa

indikator yang masih dalam kategori sedang seperti: kesiapan surat pengembalian peserta setelah diklat (indikator nomor 30); ketersediaan materi/modul kurang menunjang, lengkap, memadai untuk mendukung pembelajaran (indikator nomor 50); dan petugas asrama kurang perhatian terhadap pelayann kebersihan,

kerapihan sarana bagi kenyamanan peserta.

2. Perlunya anggota panitia pelatihan lebih mempersiapkan diri, membuat job

deskripsi kepanitiaan, bekerja sama antara sesama anggota panitia, widyaiswara, dan pegawai lainnya meskipun tidak terlibat dalam kepanitiaan untuk

(43)

3. Perlunya kelompok fungsional/widyaiswara lebih mempersiapkan diri dalam hal kemampuan, persiapan, penampilan, kedisiplinan dan kerja sama antara sesama

widyaiswara, panitia, peserta pelatihan demi tercapainya kualitas pelayanan dan target yang diharapkan, terlihat dari materi/modul diklat yang disediakan kurang menunjang, lengkap, memadai, untuk mendukung pembelajara.

4. Perlunya peserta pelatihan mengikuti kegiatan dengan baik sesuai dengan tata

tertib yang dibuat oleh institusi dan dapat bekerja sama antara sesama peserta, panitia, widyaiswara dan pegawai LPMP yang lain sekalipun mereka tidak terlibat dalam kepanitiaan, terlihat dari indikator nomor 1 (satu) bahwa belum semua peserta datang tepat waktu.

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Akdon & Hadi S. 2005. Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian Untuk Administrasi dan Manajemen. Dewa Ruchi; Bandung.

Anonim, 2000. Perilaku Pelayanan Prima. Lembaga Administrasi Negara R.I, Jakarta.

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Beauchamp, G.A. (1975). Curriculum Theory. Illinois : The KAGG Press.

Crumrine, B. 1991. Total Quality Management in Vocational Technical Education. Norman, OK: Moero-Norman Vo-Tech Center.

Deming, W.E. 1986. Out of the Crisis. Cambridge,MA: Massachusetts Institute of Technology, Center for Advanced Enginering Study.

Depdikbud, 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta; Balai Pustaka.

Depdiknas. 2006. Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: PB. PGRI

Dirjen Dikdasmen. 2003. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan. Jakarta: Dit Ten Dik.

Fattah, N. 2004. Landasan Manajemen Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya; Bandung.

Furqon, 2008. Statistika Terapan untuk Penelitian. Cetakan keenam. CV. Alfabeta Bandung.

Gene V. Glass dan Kenneth D. Hopkins, 1984. Statistical Methods in Education and Psychology. Second Edition. Prentice-Hall, INC, Englewood Cliffs, New Jersey 07632.

Gibson, Ivancevich, Donnelly. 1997. Organisasi. Jakarta; Bianapura Aksara.

Ibrahim R, dan Syaodih, S.N. 2002. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Iqbal Hasan. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Cetakan Pertama. PT. Bumi Aksara, Jl. Sawo Raya N0 18. Jakarta 13220.

James H. McMillan. 2001. Research in Education. A Conceptual Introduction. Fifth Edition, Longman, Virginia Commonwealth University.

John W. Creswell. 2008. Educational Research. Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Third Edition, Pearson Merrill Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey Columbus, Ohio. Juran, Josep. 1990. Policies and Objectives. Quality Planning and Analysis. New

York, MCGrow-Hill.

LAN, 2003. Administrasi Penyelenggaraan Diklat. Diklat Jarak Jauh bagi Penyelenggara Diklat. LAN, RI. Jakarta.

(45)

LAN, 2003. Pendekatan Andragogi. Diklat Jarak Jauh bagi Penyelenggara Diklat. LAN, RI. Jakarta.

LAN, 2003. Komunikasi Efektif dalam Penyelenggaraan Diklat. Diklat Jarak Jauh bagi Penyelenggara Diklat. LAN, RI. Jakarta.

LAN, 2003. Laporan Pelaksanaan Diklat. Diklat Jarak Jauh bagi Penyelenggara Diklat. LAN, RI. Jakarta.

LAN, 2003. Perencanaan Pelaksanaan Diklat. Diklat Jarak Jauh bagi Penyelenggara Diklat. LAN, RI. Jakarta.

LAN, 2003. Pelayanan Prima dalam Pelaksanaan Diklat. Diklat Jarak Jauh bagi Penyelenggara Diklat. LAN, RI. Jakarta.

LAN, 2003. Pengendalian Pelaksanaan Diklat. Diklat Jarak Jauh bagi Penyelenggara Diklat. LAN, RI. Jakarta.

Linda Crocker, James Algina. 1986. Introduction to Classical and Modern Test Theory. University of Florida.

Linda Darling-Hammond, John Bransfrd, 2005. Preparing Teachers for a Changing World. Jossey-Bass, A Wiley Imprint, United States of America. Linda Darling-Hammond, Gary Sykes, 1999. Teaching as the Learning Profession.

Handbook of Policy and Practice. . Jossey-Bass, A Wiley Imprint, United States of America.

Lukman Sampara dan Sugiyanto, 2001. Pengembangan Pelaksanaan Pelayanan Prima. Bahan Ajar Diklatpim Tingkat III, Lembaga Administrasi Negara RI, Jakarta.

Makmun, A.S. 2004. Kebutuhan Penelitian di Bidang Ilmu Pendidikan. Makalah Seminar PPD HEDS Dirjen Dikti Depdiknas. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Mulyasa, E. (2004). Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005, tentang Standar

Nasional Pendidikan, Dikdasmen, Diknas, Jakarta.

Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1979 dan Surat Edaran No. 02/SE/80 tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil,

Permendiknas No. 22/2006, tentang Standar Isi, Dikdasmen, Diknas, Jakarta.

Permendiknas Nomor 63/2009. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Dikdasmen, Diknas, Jakarta.

Poerwadarminto, 1992. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Perpustakan Nasional, Jakarta.

Riduwan, 2003. Skala Pengukuran Variabel – variabel Penelitian. Cetakan kedua, Alfabeta, Bandung.

Riduwan, 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung, Alfabeta.

(46)

Ruki, A.S. 2003. Sumber Daya Manusia Berkualitas Mengubah Visi Menjadi Realitas. Jakarta: IKAPI.

Sadili Samsudin, 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: CV Pustaka Setia.

Sedarmayanti, 2001. Sumberdaya manusia dan produktivitas kerja. Bandung: Mandar Maju.

Steers, Richard. M. 1990. Efektivitas Organisasi. Jakarta. Erlangga. Sudjana, 1996. Metoda Statistika.Bandung; Tarsito.

Sugiyono, 2008. Statistika untuk Penelitian. Cetakan ketigabelas. CV. Alfabeta, Bandung.

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung, Alfabeta.

Suharsini Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Rineha Cipta Jakarta.

Suryabrata, Sumadi. 2004. Metodologi Penelitian. Cetakan keenambelas. PT RajaGrafindo Persada, Kelapa Gading Permai, Jakarta 14240.

Sutrisno Hadi. 200. Statistik. Cetakan ketujuhbelas. Penerbit Andi Yogjakarta, 55281.

Tjiptono Fandy dan Candra Gregorius, 2005. Service, Quality & Satisfaction. Yogyakarta: Andi.

Tjiptono F. 1997. Total Quality Service. Andi, Yogyakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta.

Undang-undang Republik Indonesia nomor 43 tahun 1999, tentang Kedudukan dan peran pegawai negeri sipil, Jakarta

UPI, 2008. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Depdiknas: UPI Bandung.

Wahyudi dan Akdon, 2005. Manajemen Konflik dalam organisasi; Pedoman Praktis bagi pemimpin efektif. Bandung: Alfabeta.

Gambar

Gambar 3.1. Rancangan penelitian
Gambar 3.2. Desain penelitian
Tabel. 3.1
Tabel 3.3 Kriteria Penskoran Alternatif jawaban Variabel Y  berdasarkan Skala Likert.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menerapkan semua aturan manajemen jaringan komputer yang terdapat pada protokol SNMP, banyak pihak yang mencoba untuk membuat kerangka-kerja (framework) SNMP

Kemudian akan dilakukan pembangunan gardu induk baru jika gardu induk yang lama sudah tidak mampu lagi untuk memenuhi kebutuhan beban, selanjutnya untuk penambahan

Dari hasil analisa perhitungan susut non-teknik ini didapatkan nilai susut non tenik total di PT PLN (Persero) UPJ Kendal pada range 3,29 % s/d 3,58 % dengan nilai susut

4.2.4 Transformasi Citra Tepi dari Koordinat Kartesian ke dalam Koordinat Polar Pentransformasian citra tepi dari koordinat Kartesian ke dalam koordinat polar dilakukan dengan

tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak. terpisahkan dari Peraturan

Berdasarkan analisis data dalam film Rudy Habibie ditemukan 137 bentuk- bentuk tindak tutur ilokusi yang terdiri dari 71 bentuk tindak tutur ilokusi asertif, 44

Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) .... Koneksi Matematis

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP