• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Pasien Fraktur Memilih Pengobatan Tradisional Didukun Patah Suliah Kelurahan Titipapan Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Pasien Fraktur Memilih Pengobatan Tradisional Didukun Patah Suliah Kelurahan Titipapan Chapter III VI"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Penelitian

Tahap yang penting dalam satu penelitian adalah menyusun kerangka

konsep. Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan

dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variable (baik

variable yang diteliti maupun yang tidak diteliti) (Nursalam, 2008). Kerangka

konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin

diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan

(Notoadmodjo, 2012).

Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengggambarkan karakteristik

pasien fraktur memilih pengobatan tradisional di dukun patah SuliahKelurahan

Titipapan.

Berdasarkan kajian teoritik yang ada, maka kerangka konsep penelitian ini adalah:

Karakteristik pasien fraktur memilih pengobatan tradisional

− Usia Pasien

− Jenis kelamin Pasien − Suku Pasien

−Agama Pasien − Pendidikan Pasien − PekerjaanPasien

−Penghasilan Keluarga per bulan

−Jenis Fraktur/patah tulang yang dialami −Sumber informasi didapat dari

(2)

3.2. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Alat ukur Hasil ukur Skala ukur Karakteristik Pasien adalah sifat khas yang dimiliki suatu pasien yang Jenis kelamin adalah pembagian jenis

-Kelaminlaki-laki dan Kelamin perempuan.

Suku

golongan sosial yang dibedakan dari golongan-golongan

sosial lainnya, karena mempunyai ciri-ciri

yang paling mendasar dan umum

(3)

-Batak Toba dianut pasien yang dikategorikan atas: suatu kegiatan atau

(4)

aktivitas responden Keluarga per bulan

Jenis Fraktur/patah tulang yang dialami

(5)
(6)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1Desain Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif.

Notoatmodjo (2012) memaparkan bahwa penelitian deskriptif merupakan suatu

metode penelitian yang mendeskripsikan atau menggambarkan suatu keadaan

yang terjadi di dalam masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan

Karakteristik Pasien Fraktur Memilih Pengobatan Tradisional Didukun Patah

Suliah Kelurahan Titipapan.

4.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek dengan

karakteristik tertentu yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi pada

penelitian ini adalah Seluruh Pasien yang berobat ke pengobatan tradisional

didukun patah suliah kelurahan Titipapan, Penentuan populasi diambil

berdasarkan data yang diperoleh dari Pemilik pengobatan tradisional didukun

patah Suliah sejumlah 360 pada tahun 2015-2016.

4.2.2 Sampel dan Teknik Sampling

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Pengambilan

sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik Accidental Sampling.

Pengambilan sampel secara accidental ini dilakukan dengan mengambil kasus

atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai konteks

(7)

sampel haruslah sebesar-besarnya. Pendapat Gay dan Diehl (1992) ini

mengasumsikan bahwa semakin banyak sampel yang diambil maka akan semakin

representatif dan hasilnya dapat digenelisir. Namun ukuran sampel yang diterima

akan sangat bergantung pada jenis penelitiannya.

4.3Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian inidilaksanakan didukun Patah Suliah bertempat di daerah

Kelurahan Titipapan, Kota Medan merupakan suatu praktek pelayanan

pengobatan tradisional yang cukup di minati oleh masyarakat khususnya di

kelurahan Titipapan, hal ini dapat di lihat dari jumlah kunjungan pasien setiap

bulannya sekitar 30 orang pasien. Penelitian ini akan dilaksanakan selama

sepuluh bulan yaitu dimulai dari bulan Oktober tahun 2016 sampai dengan bulan

Juni tahun 2017. Pengumpulan data akan dilakukan pada bulan April sampai

bulan Juni 2017.

4.4Pertimbangan Etik

Pertimbangan etik dimulai dari proses administrasi penelitian yaitu setelah

mendapat persetujuan dari institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU) dan

izin dari Dinas Kesehatan Kota Medan dan Pemilik pengobatan tradisional

didukun Patah Suliah, selanjutnya peneliti melakukan beberapa langkah-langkah

penelitian mulai dari pertimbangan etik penelitian yang meliputi: persetujuan dari

responden penelitian (Informed Consent), lembar persetujuan ini diberikan kepada

responden yang akan diteliti yang sesuai dengan Pernyataan Tentang Karakteristik

Pasien Fraktur Memilih Pengobatan Tradisional, bila responden tidak bersedia

(8)

responden. Penelitian dilakukan dengan rahasia (Anomity), dan untuk menjaga

kerahasiaan identitas responden, maka waktu penelitian ini peneliti tidak

mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode penelitian

(Confidentiality), kerahasian informasi responden dijamin oleh peneliti sebagai

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. Penelitian

ini tidak menyakiti aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual dari responden.

4.5Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang oleh di

adopsi dari Ritonga (2012), berdasarkan tinjauan pustaka yang berisikan

pernyataan yang harus dijawab responden. Instrumen ini terdiri dari satu bagian

yaitu instrumen tentang pernyataan karakteristik pasien fraktur memilih

pengobatan tradisional didukun Patah Suliah kelurahan Titipapan. Instrumen data

demografi berisi pertanyaan meliputi usia, jenis kelamin, suku, agama,

pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga perbulan, jenis fraktur/patah tulang

yang dialami, sumber informasi, lokasi terjadinya fraktur, alasan memilih

pengobatan tradisional patah tulang didukun Patah Suliah Kelurahan Titipapan.

4.6Validitas dan Reliabilitas Instrumen

4.6.1 Validitas

Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat ukur atau

instrumen itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2012). Uji

validitas yang digunakan pada pengujian ini adalah validitas isi, yaitu sejauh mana

instrumen penelitian memuat rumusan-rumusan sesuai dengan isi yang

(9)

mengoreksi instrumen penelitian oleh orang yang berkompeten. Uji validitas

dilakukan oleh dosen yang ahli dalam bidang keperawatan Komunitas di Fakultas

Keperawatan USU yaitu SitiZaharaNasution, S.Kp, MNS, Berdasarkan uji

validitas tersebut, kuesioner disusun kembali dengan bahasa yang lebih efektif

untuk mempermudah responden memahami kalimat dalam instrumen tersebut.

4.6.2 Reliabilitas

Reliabilitas sebagai pemeriksaan pendahuluan sebelum melakukan

penelitian, menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila

dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan

menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2012). Uji reliabilitas

instrumen bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat alat ukur dapat

mengukur secara konsisten objek yang akan diukur. Alat ukur yang baik adalah

alat ukur yang memberikan hasil yang relatif sama bila digunakan beberapa kali

pada kelompok sampel yang sama.

Uji realibilitas ini dilakukan pada 10 responden yang akan dilakukan di

pengobatan tradisional Malumta kelurahan Karang berombak . Untuk mengetahui

kepercayaan (reliabilitas) instrumen dilakukan uji reliabilitas instrumen sehingga

dapat digunakan untuk penelitian berikutnya dalam ruang lingkup yang sama.

Hasil uji reliabilitas kuesioner untuk mengetahui gambaran karakteristik keluarga

pasien fraktur yang memilih pengobatan tradisional Didukun patah Suliah

menggunakan uji Cronbach alpha. Pada penelitian ini diperoleh hasil uji

(10)

seluruh instrumen atau pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini reliabel.

kuesioner dikatakan reliabel jika hasil uji reliabilitasnya >0,7 (Arikunto,2005).

4.7Pengumpulan data

Prosedur yangdilakukan dalam pengumpulan data yaitu pada tahap awal

peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi

pendidikan (Fakultas Keperawatan USU) kemudian Peneliti meminta izin kepada

pemilik pengobatan tradisional patah tulang didukun patah Suliah Kelurahan

Titipapan. Setelah mendapatkan calon responden, selanjutnya peneliti

menjelaskan kepada responden tersebut tentang tujuan, manfaat dan cara

pengisian kuesioner. Kemudian bagi calon responden yang bersedia, diminta

untuk menandatangani informed consent. Pengisian kuesioner dilakukan dengan

cara peneliti membacakan isi kuesioner kepada responden dan responden

menjawab pernytaan. Jawaban yang diberikan oleh responden juga disesuaikan

peneliti dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti saat pengisian

kuesioner berlangsung dan selanjutnya peneliti menandai jawaban yang diberikan

responden di lembar kuesioner. Selesai pengisian, peneliti memeriksa

kelengkapan data. Jika data yang kurang lengkap, data dapat langsung dilengkapi

selanjutnya data yang terkumpul dianalisa.

4.8Analisa data

Analisa datadilakukan setelah semua data dalam kuesioner dikumpulkan

melalui beberapa tahap dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan

data, kemudian data yang sesuai diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti

(11)

ke dalam komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan

komputerisasi. Dilakukan dengan pengolahan data dengan menggunakan program

komputerisasi. Pengolahan data dilakukan dengan cara univariat, dimana data

univariat untuk menampilkan data krakteristik pasien fraktur memilih pengobatan

tradisional didukun patah suliah kelurahan titipapan yang terdiri dari usia pasien,

suku pasien, agama pasien, pendidikan pasien, pekerjaan pasien, jenis kelamin

(12)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil dan Pembahasan

Pada bab ini menguraikan tentang hasil penelitian mengenai gambaran

karakteristik pasien fraktur yang memilih pengobatan tradisional didukun patah

Suliah kelurahan Titipapan. penelitian ini dilakukan selama 1 bulan mulai dari 11

April sampai 12 Juni 2017 dengan jumlah responden sebanyak 30 orang yang

merupakan pasien yang berobat ke pengobatan tradisional didukun patah Suliah.

Baik pasien baru, pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan.

5.1.1 karakteristik respoden

Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden yang dipaparkan

mencakup usia, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan,

penghasilan kepala keluarga perbulan, Sumber informasi yang di dapat, lokasi

yang terjadinya fraktur, jenis fraktur yang dialami, alasan memilih pengobatan

suliah. Dari 30 responden didapatkan hasil yaitu : bahwa usia terbanyak berada

pada usia 20 – 39 tahun yaitu sebanyak 18 responden (60,0%). Jenis kelamin

responden terbanyak laki – laki sebanyak 24 responden (80.0%). Suku terbanyak

terdapat pada suku jawa sebanyak 20 responden (66,7%). Agama terbanyak

terdapat pada Agama Islam sebanyak 23 responden (76.7%). Pendidikan terakhir

terdapat pada SMA/SMK/MAN sebanyak 18 responden (60,0%).Perkerjaan

pasien didapat terbanyak sebagai Wiraswasta sebanyak 24 responden (80.0%).

(13)

(80,0%). Jenis fraktur yang dialami terbanyak fraktur tertutup sebanyak 23

responden (76.7%). Sumber informasi didapat dari keluarga sebanyak 21

responden (70.0). lokasi fraktur banyak terjadi di bagian betis sebanyak 10

responden (33,3%). Alasan masyarakat memilih pengobatan tradisional

dikarenakan adanya pengalaman dari keluarga tentang manfaat pengobatan

tradisional sebanyak 11 responden (36,7%).

Tabel 5.1

Tabel Distribusi Karakteristik Pasien Fraktur Memilih Pengobatan Tradisional Dukun Patah Suliah di Kelurahan Titipapan

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Usia Kristen khatolik Pendidikan terakhir Tidak sekolah

SD/SR SMP/MTS

(14)

Penghasilan keluarga

Sumber Informasi dari Keluarga

Teman Tetangga

Lokasi terjadinya Fraktur Leher

Pundak/bahu Punggung Pinggang Panggul

Pergelangan tangan Paha

Lutut Betis

Telapak kaki

Alasan memilih pengobatan tradisional

Pernah berobat kerumah sakit namun tidak kunjung sembuh.

Adanya trauma dari pasien atau kerabat ketika berobat keumah sakit. Pasien mengalami kecemasan ketika di bawa kerumah sakit karena takut terjadinya infeksi.

Takut di operasi apabila dibawa kerumah sakit.

Ada pihak lain yang menyarankan untuk berobat ke pengobatan tradisional.

(15)

5.2 Pembahasan

Dalam pembahasan ini peneliti mencoba menjawab pertanyaan penelitian

yaitu bagaimana gambaran karakteristik pasien fraktur yang memilih pengobatan

tradisional didukun patah Suliah kelurahan titipapan.

5.2.1 Karakteristik responden

5.2.1.1.Usia

Hasil penelitian tentang gambaran karakteristik pasien fraktur yang memilih

pengobatan tradisional didukun patah Suliah kelurahan titipapan menunjukkan

bahwa dari 30 responden sebagian besar usia pasien pada kelompok umur 20-39

tahun yaitu sebanyak 18 responden (60,0%). 40-59 tahun yaitu 7 responden

(23,3%). > 60 tahun yaitu 5 responden (16,7%). Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian Purba (2011). Didapatkan hasil yaitu, usia pasien yang memilih

pengobatan tradisional bahwa sebagian besar responden berusia 21-30 tahun.

Berdasarkan data dari direktorat lalu lintas, Polda Sumut 2010 usia yang terlibat

kecelakaan lalu lintas di Sumut terbanyak pada rentang usia 21-30 tahun. Hal ini

disebabkan karena kesibukan atau tingkat mobilitas golongan usia tersebut di atas

tinggi, jumlah pengendara sepeda motor yang mengalami kecelakaan lalu lintas

terus meningkat. Menurut Ramadani (2010)Pada kelompok umur muda lebih

banyak melakukan aktivitas yang berat dari pada kelompok umur yang lebih tua.

Aktivitas yang banyak akan cenderung mengalami kelelahan tulang dan jika ada

trauma benturan atau kekerasan tulang bisa saja patah. Aktivitas masyarakat umur

(16)

fraktur Insidens kecelakaan yang menyebabkan fraktur lebih banyak pada

kelompok umur muda pada waktu berolahraga, kecelakaan lalu lintas, atau jatuh

dari ketinggian. Sesuai dengan klasifikasi WHO depkes 2016 rentang usia 20-39

dewasa awal, 40-59 masa lansia awal, > 60 lansia akhir. Usia pasien yang datang

kepengobatan tradisional suliah berada pada rentang usia dewasa awal. Adapun

ciri dari dewasa awal adalah adanya aktifitas sosial yang tinggi. Aktivitas sosial

yang tinggi akan memudahkan pasien untuk mendapatkan informasi yang penting

mengenai pemilihan pengobatan yang tepat melalui informasi pengalaman dari

teman, keluarga ataupun orang lain yang pernah merasakan efektivitas pengobatan

tersebut. Informasi tersebut akan menjadi pertimbangan pasien dalam memilih

pengobatan tradisional. Menurut lukman (2011) menyatakan usia yang semakin

tinggi dapat menimbulkan kemampuan seseorang mengambil keputusan semakin

bijaksana. Dalam hal ini rentang usia dewasa awal dianggap usia yang paling baik

dalam mengambil keputusan yang bijaksana. Termasuk dalam keputusan terhadap

pemilihan pengobatan tradisional.

5.1.1.2 Jenis Kelamin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien fraktur yang

datang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 24 responden (80,0%).

Perempuan sebanyak 6 responden (20,0%). Sesuai dengan penelitian Ritonga

(2012). Didapatkan hasil yaitu pasien fraktur didominasi oleh laki-laki (71.4%).

Dan sesuai dengan hasil penelitian Purba (2011). Didapatkan hasil yaitu Pasien

Fraktur didominasi oleh laki-laki (63,3%). Menurut Ramadani (2010)Laki – laki

(17)

yakni 3 kali lebih besar dari pada perempuan. Pada umumnya Laki – laki lebih

aktif dan lebih banyak melakukan aktivitas dari pada perempuan. Misalnya

aktivitas di luar rumah untuk bekerja sehingga mempunyai risiko lebih tinggi

mengalami cedera. Cedera patah tulang umumnya lebih banyak terjadi karena

kecelakaan lalu lintas. Tingginya kasus patah tulang akibat kecelakaan lalulintas

pada laki – laki dikarenakan laki – laki mempunyai perilaku mengemudi dengan

kecepatan yang tinggi sehingga menyebabkan kecelakaan yang lebih fatal

dibandingkan perempuan. Hal ini sesuai dengan teori pada buku Brunner

&Suddart (2002) yang menyatakan fraktur terjadi lebih sering pada laki-laki

dibandingkan dengan perempuan. Hal ini berhubungan dengan olah raga,

pekerjaan atau kecelakaan. Adapun olahraga yang dapat menyebabkan fraktur

adalah sepak bola, ski, senam, voly, basket dan berdansa diatas lantai yang licin.

Sedangkan pekerjaan yang beresiko mengalami fraktur yaitu tukang besi, supir,

bangunan, pembalap mobil, orang dengan penyakit degeneratif dan neoplasma.

Dan kecelakaan yang paling sering menjadi penyebab fraktur adalah kecelakaan

sepeda motor. Menurut moesbar (2007) menyatakan bahwa pengendara dan

penumpang sepeda motoralah terbanyak mengalami patah tulang yang disebabkan

oleh kecelakaan lalu lintas. Sedangkan pada perempuan lebih sering terjadi pada

usia lanjut berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan

perubahan hormon.

5.2.1.3 Suku

Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa suku pasien yang memilih

(18)

dan sebagian besar adalah suku Jawa yaitu sebanyak 20 responden (66,7%). Suku

melayu yaitu 1 responden (3,3%). Suku batak toba yaitu 8 responden (26,7%).

Suku mandailing yaitu 1 responden (3,3%). Hal ini didukung karena masyoritas

masyarakat sekitar daerah pengobatan Suliah kebanyakan suku jawa, Hal ini

menunjukkan bahwa budaya-budaya luhur masih tetap terpelihara dalam diri

masyarakat (Turana, 2003). Suku merupakan bagian integral dari budaya di

provinsi sumatera utara ini hampir seluruh masyarakat didominasi oleh suku

batak. sebagai bagian integral dari budaya, suku dapat mempengaruhi pandangan

masyarakat tentang penyebab penyakit persepsi keparahannya, dan dalam

menentukan pemilihan pengobatan. Maramis (2006) menyatakan budaya

dipengaruhi oleh suku bangsa yang dianut pasien, jika aspek suku bangsa sangat

mendominasi. Maka pertimbangan untuk menerima atau menolak pengobatan

didasari pada kecocokan suku bangsa yang dianut oleh pengobatan tradisional.

Berbeda dengan hasil penelitian Ritonga (2012) Pakpahan (2011) dan hasil

penelitian Purba (2006) Didapatkan hasil yaitu suku masyarakat yang memilih

pengobatan tradisional itu beraneka ragam dan sebagian besar adalah suku batak

Toba. Berdasarkan penelitian Dermawan (2013) mayoritas suku dayak memilih

pengobatan tradisional karena masyarakat lebih dekat dengan battra (dukun

patah), masyarakat merasa pengobatan yang dilakukan oleh dukun patah sudah

sesuai keinginan mereka dari padaa mereka harus berobat kerumah sakit. Oleh

karena itu disimpulkan bahwa kesamaan latar belakang budaya dengan dukun

(19)

Hal ini dikarenakan adanya faktor luar yang mempengaruhi masyarakat dalam

pemilihan pengobatan tradisional diantara nya faktor lingkungan sekitar.

5.2.1.4 Agama

Hasil penelitian menunjukkan agama yang dianut responden mayoritas

adalah Islam yaitu sebanyak 23 responden (76,7%). Sedangkan Agama Kristen

Protestan sebanyak 6 responden (20,0). Dan agama Kristen Khatolik sebanyak 1

responden (3,3%). Menurut Mubarak, (2009).Agama berperan penting dalam

membentuk persepsi klien tentang sehat sakit, agama dapat mempengaruhi

penjelasan klien tentang penyebab penyakit, persepsi keparahannya, dalam

menetukan pemilihan pengobatan. Hasil penelitian ini didukung dengan peneltian

sebelumnya oleh Ritonga (2012). Didapatkan hasil bahwa agama yang dianut

responden mayoritas adalah Kristen Protestan, yaitu sebanyak 21 responden

(50%), Dalam penelitian ini agama islam yang menjadi perioritas masyarakat

dalam memilih pengobatan tradisional pengobatan tradisional didukun patah

Suliah kelurahan Titipapan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa agama

apapun yang dianut masyarakat tidak mempengaruhi pasien dalam pemilihan

pengobatan tradisional.

5.2.1.5 Pendidikan Terakhir

Gambaran umum pendidikan responden berdasarkan tingkat pendidikan

formal adalah mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan tinggi yaitu

perguruan tinggi sebanyak 6 responden (20,0%). SMA/SMK/MAN sebanyak 18

(20)

Herry A (1996) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan

mudah tidaknya seseorang menyerap atau memahami pengetahuan yang mereka

peroleh. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik

pula pengetahuannya. Dan tingkat pendidikan yang berbeda mempunyai

kecenderungan yang tidak sama dalam mengerti dan bereaksi terhadap kesehatan

mereka, hal ini yang juga dapat mempengaruhi dalam hal pemilihan terhadap

pengobatan (Notoatmodjo, 2003).Foster & Anderson (1986) menyatakan bahwa

pemilihan pengobatan tradisional biasanya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan

masyarakat yang masih rendah serta kurangnya informasi tentang kesehatan yang

diterima. Menurut Bunner &Suddart (2002) menyatakan bahwa nilai-nilai

tradisional saat ini tidak hanya melanda masyarakat pedesaan saja namun

masyarakat perkotaan juga. Tidak hanya pada masyarakat pendidikan rendah saja

tetapi masyarakat pendidikan atas bahkan sarjana yang memiliki tingkat rasional

yang cukup tinggi mengambil jalan pintas ke arah pengobatan tradisional. Hal ini

diperkuat dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Ritonga (2012), Pakpahan

(2011) dan Purba (2006) yaitu ternyata pendidikan masyarakat yang memilih

pengobatan tradisional patah tulang mayoritas adalah SMA dan Perguruan tinggi.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat yang

memilih pengobatan tradisional adalah baik.

5.2.1.6 Pekerjaan

Pekerjaan responden mayotitas wiraswasta sebanyak 24 reponden (80,0%)

dan mayoritas penghasilan keluarga perbulan < Rp2.528.815 sebanyak 24

(21)

dengan upah minimun provinsi (UMP) SUMUT tahun 2017 yaitu sebesar Rp <

2.528.815. Ini menunjukkan tingkat kesajahtraan responden masih belum baik.

Menurut Pakpahan (2011), menyatakan bahwa pengobatan alternatif dipilih

karena alasan murah. Mahalnya obat-obatan modern dan tingginya biaya fasilitas

kedokteran canggih menjadi alasan masyarakat mencari jenis pengobatan

alternatif, pengobatan modern mengisyaratkan adanya kemampuan ekonomi yang

memadai. Namun dalam surat kabarAnalisa (2013) menyatakan bahwa maraknya

masyarakat berobat ke pengobatan alternatif tidak selamanya karena biaya yang

tinggi berobat ke dokter. Sekarang ini pemerintah telah memberikan jaminan

kesehatan kepada masyarakat berupa, BPJS, jamkesmas, jamkesda dan lain

sebagainya. Program kesehatan masyarakat yang diberikan pemerintah dapat

dimanfaatkan masyarakat untuk berobat ke rumah sakit. Jadi, tidak ada alasan lagi

karena persoalan biaya.

5.2.1.7 Jenis Fraktur

Jenis Fraktur yang dialami responden Fraktur tertutup sebanyak 23 responden

(76,7%). Fraktur terbuka 7 sebanyak responden (23,3%) Menurut direktorat polda

sumut 2010 disebabkan oleh kecelakaan lalulintas setiap tahun meningkat, akibat

bertambahnya jumlah kendaraan yang berada di jalan raya, kendaraan yang

terlibat kecelakaan lalulintas pada rangking pertama adalah sepeda motor lalu

yang kedua mobil penumpang, apabila terjadi kecelakaan lalulintas masyarakat

langsung mencari pertolongan pertama ke pengobatan tradisional apabila korban

mengalami fraktur tertutup namun ada juga masyarakat dengan fraktur terbuka

(22)

gawat darurat yang harus ditangani secepatnya di meja operasi karena adanya

Resiko infeksi terjadi jika tidak ditangani secara benar oleh tim medis. Dan resiko

infeksi ini terjadi lebih sering pada fraktur terbuka. Karena pada fraktur terbuka,

akan terlihat luka terbuka dan tonjolan tulang keluar. Hal ini akan meningkatkan

resiko infeksi jika tidak ditagani secara benar. Menurut penelitian Purba (2006)

yang menyatakan bahwa fraktur dengan luka terbuka sebaiknya tidak dibawa ke

praktek dukun patah melainkan harus ke pengobatan medis. Hal ini karena pasien

fraktur terbuka harus segera diberi antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi.

Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan bahwa sebaiknya fraktur tertutuplah yang

boleh ditangani oleh pengobatan tradisional dan hal ini sudah sesuai dengan hasil

penelitian bahwa mayoritas pasien pengobatan tradisional patah tulang didukun

patah Suliah adalah fraktur tertutup.

5.2.1.7 Sumber Informasi

Hasil penelitian bahwa sumber informasi yang didapat responden berasal

dari teman sebanyak 3 responden (10,0%), dan informasi dari tetangga sebanyak 6

responden (20,0%). keluarga (Family) sebanyak 21 responden (70,0%). Hal ini

disebabkan karena adanya pengalaman dari keluarga tantang manfaat dan

efektifitas terkait pengobatan tradisional. Pengambilan keputusan terletak pada

perumusan berbagai alternatif yang tepat setelah suatu evaluasi (penilaian)

mengenai efektifitasnya mencapai tujuan yang dikhendaki oleh pengambil

keputusan (Sunarto, 2000). Dalam hal ini pasien yang berobat ke pengobatan

tradisional yang berperan dalam memnetukan pemilihan pengobatan tradisional,

(23)

Informasi tersebut dapat diperoleh dari keluarga, teman, tetangga, orang lain

maupun dari media masa. Untuk itu, dari aktivitas tersebut akan memudahkan

pasien mendapatkan informasi tentang pengobatan yang efektif, Oleh karena itu,

dari hasil penelitian ini informasi dari sanak keluarga menjadi sumber informasi

yang penting dalam pengambilan keputusan terhadap pemilihan pengobatan.

5.1.2.8 Lokasi Terjadinya fraktur

Lokasi fraktur yang terjadi pada bagian leher sebanyak 1 responden

(3,3%). Pundak/bahu sebanyak 2 responden (6,7%). Punggung sebanyak 1

responden (3,3%). Pinggang sebanyak 1 responden (3,3%). Panggul sebanyak 3

responden (10,0%). Pergelangan tangan sebanyak 3 responden (10,0%). Paha

sebanyak 7 responden (23,3%). Lutut sebanyak 1 responden (3,3%). Dan yang

paling sering terjadi di bagian betis sebanyak 10 responden (33,3%). Hal ini

sejalan dengan hasil penelitan bahwa fraktur yang banyak dialami yaitu fraktur

tertutup sebanyak 23 responden (76,7%). Adapun prinsip yang digunakan pada

pengobatan tradisional patah tulang suliah 1). Prinsip penarikan pada bagian

tulang seperti semula, 2). Permberian bidai sebegai fiksasi tulang yang patah

setelah dikembalikan pada posisi semula, 3). Pemijatan/urut dengan menggunakan

minyak yang bertujuan menghangatkan tubuh yang patah sehingga memperlancar

aliran peredaran darah.

5.1.2.9 Alasan Memilih Pengobatan Tradisional

Berdasarkan uraian responden terhadap alasan memilih pengobatan

(24)

1. Pernah berobat kerumah sakit namun tidak kunjung sembuh

2. Adanya trauma dari pasien atau kerabat ketika berobat keumah sakit

3. Pasien mengalami kecemasan ketika di bawa kerumah sakit karena takut

terjadinya infeksi

4. Takut di operasi apabila dibawa kerumah sakit

5. Ada pihak lain yang menyarankan untuk berobat ke pengobatan tradisional

6. Ada nya pengalaman dari keluarga tentang manfaat pengobatan tradisional

Ogunlusi et al. (2008) dalam penelitiannya menemukan bahwa pasien

fraktur yang berobat ke pengobatan tradisional di barat-daya negeria mengalami

komplikasi dengan terjadinya gangrene yang dihasilkan dari pengobatan

tradisional patah tulang dimana hal ini menjadi indikasi yang paling umum untuk

amputasi di kalangan anak-anak. Omololu et al. (2008) juga menemukan hal yang

sama dalam penelitiannya yaitu terjadinya gangrene sebagai satu dari banyak

komplikasi pengobatan tradisional lainnya. Dalam penelitiannya juga dikatakan

bahwa 85% pasien fraktur femur memilih untuk pertama datang ke pengobatan

tradisional. Alasan mereka lebih memilih untuk pertama sekali mendatangi

pengobatan tradisional yaitu kebudayaan dan keyakinan, nasehat pihak ketiga

(orang lain) serta penolakan akibat keyakinan bahwa berobat kerumah sakit akan

membawa kepada kematian. Maka dari itu, masyarakat perlu diedukasi mengenai

batasan-batasan dalam pemilihan pengobatan tradisional sehingga tidak terjadi

(25)

Bab 6

Kesimpulan dan Saran

6.1. Kesimpulan

Penelitian dilakukan selama 1 bulan yaitu selama bulan mei 2017. Dari

30 responden didapatkan hasil yaitu kelompok umur 20-39 sebanyak (60,0%).

pasien fraktur yang datang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 24 responden

(80,0%). sebagian besar suku yang datang berobat adalah suku Jawa yaitu

sebanyak 20 responden (66,7%). Agama yang dianut responden mayoritas pasien

yang berobat ke pengobatan tradisional Suliah adalah Islam yaitu sebanyak 23

responden (76,7%). Tingkat pendidikan SMA/SMK/MAN sebanyak 18 responden

(60,0%). Pekerjaan responden mayoritas wiraswasta sebanyak 24 reponden

(80,0%) dan mayoritas penghasilan keluarga perbulan < Rp 2.528.815 sebanyak

24 responden (80,0%). Jenis fraktur yang dialami responden fraktur tertutup

sebanyak 23 responden (76,7%). bahwa sumber informasi yang didapat responden

berasal dari keluarga (Family) sebanyak 21 responden (70,0%). Lokasi fraktur

yang sering terjadi pada bagian betis sebanyak 10 responden (33,3%). dan

kebanyakan pasien memilih pengobatan tradisional karena adanya pengalaman

dari keluarga tentang manfaat pengobatan tradisional sebanyak 11 responden

(26)

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka penting diberikan rekomendasi kepada

beberapa pihak yaitu:

6.2.1 Bagi Pengobatan Tradisional Dukun Patah Suliah

Adapun yang menjadi saran peneliti bagi pengobatan tradisional dukun

patah Suliah agar pengobatan tradisional suliah dapat berkerja sama atau

berkolaborasi dengan tim kesehatan yang berkopentensi dibidangnya mengenai

masalah yang terkait dengan fraktur.

6.2.2 Bagi Pelayanan Keperawatan

Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat komunitas agar bekerja sama

denganDirektorat bina pelayanan kesehatan tradisional, alternatif dan

komplementer pengembangan integrasi pelayanan kesehatan tradisional ke dalam

fasilitas pelayanan kesehatan, melalui peningkatan kemampuan tenaga kesehatan,

dan pemberdayaan masyarakat melalui asuhan mandiri di bidang kesehatan

tradisional. kesehatan komprehensif adalah pelayanan kesehatan tradisional agar

masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan tradisional yang dapat

dipertanggungjawabkan, aman dan bermanfaat. bahwa pelayanan kesehatan

tradisional mempunyai potensi yang cukup besar dan perlu mendapat perhatian

yang serius sebagai bagian dari pembangunan kesehatan nasional.

6.2.2 Bagi Penelti Selanjutnya

Peneliti menyarankan bagi penelitian selanjutnya agar meneliti tentang

(27)

pengobatan tradisional sebagai pilihan yang tepat bagi pasien dengan

Gambar

Tabel Distribusi Karakteristik Pasien Fraktur Memilih Pengobatan

Referensi

Dokumen terkait

Kebebasan berkontrak tidak lagi sesuai dijadikan doktrin landasan pembentukan undang-undang berkaitan jualan barang pengguna, sementara doktrin priviti kontrak pula telah

The errors they made are syntactical errors, addition of grammatical element, misformation of grammatical element, misordering of grammatical element, developmental error,

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan, pemakaian material pasir tufa dan abu sekam kopi sebagai bahan substitusi pada pembuatan paving block, berpengaruh terhadap kuat

Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan atau menyerahkan harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka

Hasil penelitian ini yaitu (1) Faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan peruntukan tanah wakaf di Desa Sengonbugel Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara tanah

Bayu Ilham Saputro, L100080183, Unsur Kekerasan Dalam Tayangan Komedi Opera Van Java (Studi Analisis Isi Tayangan Komedi Opera Van Java di Trans7 Periode Bulan

Disebut human (manusia) karena virus ini hanya dapat menginfeksi manusia, immuno-deficiency karena efek virus ini adalah melemahkan kemampuan sistem kekebalan tubuh untuk

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1) Perilaku perempuan tani jika ditinjau dari pengetahuan, sikap dan keterampilan masih memiliki kategori yang rendah karena