• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Beberapa Jenis dan Populasi Cacing Tanah sebagai Vektor Aspergillus niger ke Potongan Batang Kelapa Sawit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Beberapa Jenis dan Populasi Cacing Tanah sebagai Vektor Aspergillus niger ke Potongan Batang Kelapa Sawit"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSATAKA

Cacing Tanah

Cacing tanah adalah organisme eukaryot dan multiselular, berbentuk silindris yang tubuhnya terdiri dari deretan segmen-segmen yang serupa dan berbentuk cincin-cincin kecil. Tubuh mereka dilapisi oleh lendir yang lembab yang berfungsi untuk respirasi. Kepala cacing tanah kurang berkembang dibandingkan dengan spesies annelida lainnya. Cacing tanah mempunyai bulu di tubuhnya yang menolong mereka untuk memantelkan dirinya pada permukaan selama pergerakannya. Mereka mempunyai kemampuan untuk bergerak dan tergantung dari bahan tanaman yang mati dan mikrobia untuk makanannya (Hanafiah et al. 2009).

Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah yang tidak memiliki tulang belakang (invertebrata) dan digolongkan ke dalam ordo Oligochaeta, kelas Chaetopoda, dan filum Annelida. Penggolongan ini didasarkan pada bentuk morfologi, karena tubuhnya tersusun atas segmen-segmen yang berbentuk cincin (annulus), setiap segmen memiliki beberapa pasang setae, yaitu struktur berbentuk rambut yang berguna untuk memegang substrat dan bergerak, tubuh dibedakan atas bagian anterior dan posterior, pada bagian anteriornya terdapat mulut, prostomium dan beberapa segmen yang agak menebal membentuk klitelium (Edward and Lofty, 1997).

(2)

organik. Cacing tipe epigeik berperan dalam penghancuran serasah dan transformasi bahan organik tetapi tidak aktif dalam penyebaran serasah. Ciri lain dari jenis ini adalah cacing tanah tidak membuat lubang di dalam tanah dan meninggalkan casting (Handayanto dan Hairiah, 2009).

Cacing tanah anesik yaitu cacing tanah pemakan serasah yang diperolehnya di permukaan tanah dan dibawa masuk ke segala lapisan dalam profil tanah, melalui aktivitas ini akan membentuk liang atau celah yang memungkinkan sejumlah tanah lapisan dan bahan organik masuk dan tersebar ke lapisan bawah. Cacing tipe ini akan mempengaruhi sifat fisik tanah antara lain struktur dan konduktivitas hidrolik (Spurgeon et al. 2013).

Cacing tanah endogeik hidup dan makan di dalam tanah, makanannya yaitu bahan organik termasuk akar-akar yang telah mati di dalam tanah, dan sering pula mencernakan sejumlah besar mineral tanah. Kelompok cacing ini berperan penting dalam mencampur serasah yang ada di atas tanah dengan tanah lapisan bawah, dan meninggalkan liang dalam tanah. Kelompok cacing ini membuang kotorannya di alam tanah. Kotoran cacing ini lebih kaya akan karbon dan hara lainnya daripada tanah di sekitarnya (Handayanto dan hairiah, 2009).

Ekologi Cacing Tanah

(3)

hidup walaupun kehilangan 70% dari air tubuhnya. Kekeringan yang lama dan berkelanjutan dapat menurunkan jumlah cacing tanah. Cacing tanah menyukai kelembaban sekitar 12.5-17.2%(Agustini, 2006).

Perbedaan faktor fisik kimia pada lahan pertanian organik dan anorganik merupakan faktor yang mempengaruhi kehadiran cacing tanah. Faktor yang sangat besar mempengaruhi kehadiran cacing tanah adalah kelembapan tanah. Kelembapan tanah pada pertanian organik sebesar 62,7% sedangkan pada pertanian anorganik sebesar 53,7% (Jayanthi et al. 2014).

Suhu tanah pada umumnya dapat mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi dan metabolisme. Tiap spesies cacing tanah meiliki kisaran suhu optimum tertentu, contohnya L. rubellus kisaran suhu optimumnya 15-180 C, L. terrestris ± 100 C, sedangkan kondisi yang sesuai untuk aktivitas cacing tanah di permukaan tanah pada waktu malam hari ketika suhu tidak melebihi 10.50 C (Wallwork, 1970).

Cacing tanah sangat sensitif terhadap keasaman tanah, karena itu pH merupakan faktor pembatas dalam menentukan jumlah spesies yang dapat hidup pada tanah tertentu. Dari penelitian yang telah dilakukan secara umum didapatkan cacing tanah menyukai pH tanah sekitar 5.8-7.2 karena dengan kondisi ini bakteridalam tubuh cacing tanah dapat bekerja optimal untuk mengadakan pembusukan. Penyebaran vertikal maupun horizontal cacing tanah sangat dipengaruhi oleh pH tanah (Edward dan Lofty, 1977).

(4)

sifat fisik-kimia tanah dan bahan organik itu merupakan sumber pakan untuk menghasilkan energi dan senyawa pembentukan tubuh cacing tanah (Anwar, 2009).

Faktor makanan baik jenis maupun kuantitas vegetasi yang tersedia di suatu habitat sangat menentukan keanekaragaman spesies dan kerapatan populasi cacing tanah di habitat tersebut. Pada umumnya cacing tanah lebih menyenangi serasah herba dan kurang menyukai serasah pohin gugur dan daun yang berbentuk jarum. Selanjutnya dijelaskan bahwa cacing tanah lebih menyenangi daun yang tidak mengangdung tannin (Edwards dan Lofty, 1977).

A. niger

Pemberian mikroorganisme selulolitik telah mampu memberikan nutrisi yang seimbang bagi kebutuhkan tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Pelapukan bahan organik menghasilkan asam-asam organik seperti gugus asam humat dan asam fulfat yang memegang peranan penting dalam pengikatan unsur hara sehingga tersedia bagi tanaman. Asam humat dan asam fulfat merupakan senyawa kompleks yang berperan penting dalam reaksi-reaksi kimia dan biokimia di dalam tanah seperti Kejenuhan Basa (KB) dan Kapasitas Tukar Kation (KTK) (Gusmawati, et al. 2013).

(5)

dan Murugamal, 2011).

Ciri-ciri umum dari A. niger antara lain:

a. Warna konidia hitam kelam atau hitam kecoklatan dan berbentuk bulat. b. Bersifat termofilik, tidak terganggu pertumbuhannya karena adanya

peningkatan suhu.

c. Dapat hidup dalam kelembaban nisbi 80.

d. Dapat menguraikan benzoat dengan hidroksilasi menggunakan enzim benzoat-4 hidroksilase menjadi 4-hidroksibenzoat.

e. Memiliki enzim 4-hidroksibenzoat hidroksilase yang dapat menghidrolisa 4-hidroksibenzoat menjadi 3,4-dihudroksi benzoat.

f. Natrium & formalin dapat menghambat pertumbuhan Aspergilus niger. g. Dapat hidup dalam spons.

h. Dapat merusak bahan pangan yang dikeringkan atau bahan makanan yang memiliki kadar garam tinggi.

i. Dapat mengakumulasi asam sitrat (Gandjar, 2006).

Cacing Tanah dan A. niger

(6)

tanah berperan aktif dalam mendegradasi selulosa. Selulosa ini sulit didegrasai oleh mikroorganisme lain. Sehingga oleh mikroba selulolitik bahan makanan tersebut dapat denga mudah didegradasi . Pada akhirnya zat zat makanan akan diserap oleh pembuluh darah dan sisa zat makanan akan dibuang melalui anus dikenal sebagai kascing yang merupakan hasil vermikasi (Suhartanti et.al. 2014).

Hasil penelitian Dewi (2002) menyebutkan ada asosiasi mutualisme antara cacing tanah dan mikroba selulotik. Cacing tanah terlebih dahulu mencabik-cabik bahan organic tersebut, sehingga meningkatkan area permukaan untuk kolonisasi bakteri. Bahan organik yang sudah didekomposisi oleh mikroba tersebut dimanfaatkan kembali oleh cacing tanah.

Gambar 1. Saluran Pencernaan Cacing Tanah

Penelitian Vijayakumar et al. (2009) menyatakan bahwa isolasi mikroba yang dilakukan dari saluran pencernaan cacing tanah Peryonix excavates didapati bahwa Bacillus sp, Pseudomonas sp, Cellulomonas sp dan A. niger mendegradasi selulosa lebih cepat dibandingkan isolat yang lain.

(7)

berbentuk butiran); A. fumigatus, F. oxysporium, P. oxilicum diisolasi dari turret cast (kotoran cacing tanah berbentuk menara) sedangkan A. niger, A. terreus and F. compacticum diperoleh dari mass cast (kotoran cacing tanah berbentuk gerombol)

Cacing tanah dalam melakukan dekomposisi limbah organik sangat tergantung dari aktivitas mikroba, terutama mikroflora. Di dalam saluran pencernaan cacing tanah, terkandung berbagai enzim seperti selulase, kitinase, lipase dan protease (Yuliprianto, 1996). Hal itu disebabkan karena di dalam saluran pencernaan cacing tanah mengandung berbagai konsorsium mikroba sinergis seperti protozoa, bakteri dan mikro fungi yang mampu mendegradasi senyawa selulosa, antinutrisi dan mengandung berbagai enzim seperti lipase, protease, urease, selulase, amilase, dan chitinase Patma dan Saktivhel (2012) dalam Antari et al. (2016).

Kotoran cacing tanah mengandung bakteri, aktinomisetes dan fungi di samping zat pengatur tumbuh yang berupa giberelin, sitokinin dan auksin. Karena proses dekomposisi merupakan proses enzimatik, maka ada dugaan bahwa mikroba-mikroba tersebut berperan dalam menghasilkan enzim-enzim tertentu untuk merombak bahan-bahan organik (Yuliprianto, 1996).

(8)

Gambar

Gambar 1. Saluran Pencernaan Cacing Tanah

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini penulis memutuskan untuk meneliti bagaimana Sistem Akuntansi pemberian kredit yang ada di PT Bank Tabungan Negara (Persero)

For antioxidant activity, ability of scavenging free radical and chelating Fe ion were shown by peptide and casein of goat hydrolyzed milk using combination of neutral protease

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh service excellence training bagi staf administrasi Bagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK) Politeknik

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konflik kerja dan stres kerja terhadap kepuasan kerja pegawai pada Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Hal ini dimaksudkan agar evaluasi dari Program Kerja yang akan dilakukan setiap tahun sesuai dengan isu strategis yang telah dikembangkan dalam rangka mencapai tujuan

Patuh dan taat pada kode etik sekolah sebagai mana tertera dan dapat menjaga kerahasiaan sekolah serta nama baik sekolah dilingkungan sekolah maupun

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai konsep penerapan EAFM bagi perikanan malalugis di perairan Laut Sulawesi dengan menetapkan isu utama, tujuan operasional, langkah

The results of this study indicate that: (1) Student learning achievement of productive student training in the good category, this can be proved by 98,80% of students