BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang. Data dari United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) menyebutkan bahwa dari tahun ke tahun terjadi peningkatan penggunaan narkotika dan obat-obat terlarang di dunia. Data World Drug Report (2016) tahun 20012-2014 diperoleh angka pengguna narkoba di dunia mencapai 247 juta jiwa atau meningkat 5,2% dari tahun sebelumnya (Iskandar, 2015).
sebanyak 4828 orang, terjadi peningkatan pengguna narkotika sebanyak 20% setiap tahunnya (semua golongan narkotika) (Primadi, 2014).
Pada tahun 2015 BNN juga menemukan 2 jenis zat baru (new psychoactive substance) yaitu CB-13 dan 4-klorometkatinon. Sehingga total NPS yang telah ditemukan BNN hingga akhir tahun 2015 yakni sebanyak 37 jenis (Astuti, 2013).
Dampak penyalahgunaan NAPZA tidak hanya berakibat bagi penyalahgunanya yang menyebabkan gangguan fisik dan mental hingga berakibat kematian, namun juga berdampak pada tatanan sosial keluarga dan masyarakat sampai tindak kriminal. Masalah NAPZA merupakan permasalahan yang amat penting dan perlu penanganan khusus semenjak dini. Sebagai langkah awal dilakukan pencegahan sebelum seseorang terlibat penyalahgunaan NAPZA, namun apabila seseorang sudah terlibat dilakukan pencegahan sekunder (terapi pengobatan) dan pencegahan tersier (rehabilitasi). (Adnan, 2013). Rehabilitasi adalah proses pemulihan pada ketergantungan penyalahguna narkotika (pecandu) secara komprehensif meliputi aspek biopsikososial dan spiritual sehingga memerlukan waktu yang lama, kemauan keras, kesabaran, konsistensi dan pembelajaran terus menerus. Tujuan rehabilitasi ialah memulihkan kembali rasa harga diri, percaya diri, kesadaran, serta tanggung jawab terhadap masa depan diri, keluarga, maupun masyarakat atau lingkungan sosialnya. Pasien mendapatkan pelayanan rehabilitasi yaitu rehabilitasi: medis, vocational (karya), sosial, psikologis (Adnan, 2013).
pemeriksaan psikologis, dan tes darah/lab hingga memperoleh diagnosa yang tepat, pemberian pengobatan dan pencegahan, latihan penggunaan alat-alat bantu dan fungsi fisik. Rencana terapi yang diberikan berupa detoksifikasi selama 2 minggu (bila perlu). Kemudian pasien dapat memilih rehabilitasi rawat inap selama 6 bulan – 1 tahun. Program rehabilitasi yang diberikan berupa konseling individu dan kelompok, KIE dan VCT, psikoterapi, cek kesehatan rutin. Atau pasien dapat memilih rawat jalan selama 3 bulan. Program rehabilitasi yang diberikan yakni konseling individu, Komunikasi Informasi Edukasi dan Voluntar, Counseling, and Testing (VCT). Biaya yang diperlukan dalam mengikuti program rehabilitasi yakni tiga juta rupiah per orang (Waseso, 2015).
menjadi pengguna narkoba. Kambuh atau relapse akan narkoba merupakan suatu tantangan yang tak terpisahkan dari proses panjang menuju kesembuhan penuh. Kendati mantan penyalah guna sudah dapat lepas dari ketergantungan narkoba untuk jangka waktu tertentu, tetapi kecendrungan untuk menggunakan zat-zat tersebut masih akan terasa. Itu merupakan musuh dalam selimut yang jarang tampak, bahkan bisa terlupakan. Namun, sugesti tersebut bisa dipicu secara mendadak dan tak terkendalikan, bila situasi batin orang mulai kacau. Berdasarkan hal tersebut, banyak ahli berpendapat bahwa sugesti untuk kambuh adalah bagian dari penyakit ketergantungan (Astuti, 2013).
Peneliti sudah melakukan survei awal di Yayasan Kasih, Hati, dan Pikiran (Kahapi) kepada ketua pembina. Jumlah pasien napza yang sedang mengikuti program rehabilitasi yakni 60 orang. Pada umumnya mereka adalah pemakai ganja, shabu, morfin, miras dan amphetamin.
1.2.Pertanyaan penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas maka pertanyaan dalam penelitian ini ialah: Bagaimana kepatuhan klien napza dalam melaksanakan program rehabilitasi?
1.3. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini ialah:Untuk mengidentifikasi kepatuhan klien napza dalam mengikuti dan melaksanakan program rehabilitasi di Yayasan Kahapi, mengetahui psikososial dan riwayat penyakit pada pasien sebelum dan sedang menjalani rehabilitasi.
1.4.Manfaat penelitian
a. Bagi pendidikan keperawatan
Penelitian ini berguna sebagai bahan literatur untuk pendidikan keperawatan jiwa dan komunitas dalam memberikan program rehabilitasi yang tepat. b. Bagi pelayanan keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan bagi praktisi perawat dalam memberikan suatu wadah yang tepat untuk meninngkatkan pelaksanaan program rehabilitasi bagi para penyalahguna napza.
c. Bagi penelitian keperawatan