• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kolkisin Terhadap Keragaman Morfologi dan Jumlah Kromosom Tanaman Sri Rejeki (Aglaonema sp.) Varietas Dud Unjamanee

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kolkisin Terhadap Keragaman Morfologi dan Jumlah Kromosom Tanaman Sri Rejeki (Aglaonema sp.) Varietas Dud Unjamanee"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sri Rejeki (Aglaonema sp.)

Klasifikasi Aglaonema sp.berdasarkan kedudukannya dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut:Kingdom : Plantae, Divisi: Spermatophyta, Sub-divisi:

Angiospermae, Kelas: Monocotyledoneae, Ordo: Araceales, Famili: Araceae,

Genus: Aglaonema, Spesies: Aglaonema sp. (Lawrence, 1959).

Genus Aglaonema sp. terdiri dari 21 spesies asli yang terdapat di Asia Tenggara. Aglaonema sp. spesies liar melakukan penyebukan-terbuka. Jumlah kromosom dasar dari Aglaonema adalah 2n = 16, yang kemudian mengalami

poliploidi pada berbagai kasus (Henny et al., 2015). Jumlah kromosom

Aglaonema sp. bervariasi dari 2n=42 sampai 60 atau bahkan 120 tergantung spesiesnya (Budianto, 2010).

Sebagaimana umumnya tanaman monokotil atau berbiji tunggal,

aglaonema memiliki akar serabut yang berfungsi sebagai pencari pakan di dalam

tanah dan menopang tanaman. Akar aglaonema berwarna putih dan gemuk

(berair) jika tanaman dalam kodisi sehat. Namun, jika dalam keadaan sakit, akar

tanaman akan berwarna cokelat dan kurus (Subono dan Andoko, 2005).

Banyak orang mengira aglaonema tidak memiliki batang alias berbatang

semu karena dari luar hanya kelihatan pelepah yang saling menutupi. Namun

sebenarnya Aglaonema memiliki batang yang relatif pendek yang berwarna putih,

hijau atau merah. Batang Aglaonema ini berbuku-buku cenderung berair dan tidak

berkayu (Junaedhie, 2006).

Umumnya aglaonema spesies atau alam mempunyai daun yang berwarna

(2)

warna daun lebih bervariasi seperti putih, hijau muda, hijau tua, merah muda,

merah, hingga kuning. Bentuk dan ukuran daun bermacam-macam tergantung dari

jenisnya. Permukaan daun rata dan licin, tida berbulu. Tepi daun rata. Daun

mempunyai tangkai dan pelepah yang memeluk dan menutupi batang sehingga

secara umum batang tanaman tidak tampak(Budianto, 2010).

Bunga muncul di ketiak daun, bentuk bulir, berwarna putih. Bunga

tertutup oleh seludang berwarna putih kehijauan. Bila tidak dilakukan

penyilangan, bunga sebiknya dipetik agar zat hara yang terserap tidak

dipergunakan untuk pertumbuhan bunga, tetapi untuk pembentukan daun. Pada

umumnya, daun baru akan berukuran lebih kecil bila bunga dibiarkan tumbuh.

Bunga aglaonema terdiri dari spata dan spadiks. Spata merupakan seludang bunga. Spata ini masih dalam posisi membungkus spadiks (bunga) sampai bunga

tersebut terbuka. Tingkat atau derajat terbukanya spata juga berbeda-beda untuk

setiap jenis.Bunga jantan (staminate) terletak di posisi atas spadiks, sedangkan

bunga betina (pistillate) terletakdi bagian bawah. Semua Aglaonema sp.

mempunyai tipe bunga yang sama. Perbedaannya hanya pada bentuk dan ukuran

spatha dan spadiks (Sudaryanto, 2007).

Setelah penyerbukan berhasil, bakal buah akan menjadi buah-buah

berbentuk lonjong seperti buah melinjo. Mula-mula buah Aglaoenema berwarna

hijau, tetapi pada perkembangannya akan berubah menjadi putih, kuning dan

setelah matang berwarna merah. Dari terbentuknya buah sampai matang

memerlukan waktu sekitar empat bulan. Setelah matang dan berwarna merah,

daging buah mudah dikupas dan bisa diperoleh biji berwarna coklat yang siap

(3)

Bila terjadi pembuahan, bunga akan berkembang menjadi buah. Pada

mulanya, buah akan berwarna hijau dan semakin tua akan berubah menjadi merah.

Kulit buah yang telah berwarna merah akan mudah dikupas di dalamnya terdapat

biji yang berwarna coklat (Budianto, 2010).

Syarat Tumbuh Iklim

Aglaonema sp. berasal dari Asia dengan habitat asli hutan-hujan tropis. Di habitat aslinya ini aglaonema hidup di bawah naungan pepohonan hutan, sehingga

hanya menerima sekitar 40% cahaya matahari. Hanya dengan 40% cahaya

matahari yang diterimanya untuk proses fotosintesis, aglaonema justru tumbuh

optimal dan daun-daunnya rimbun. Intesitas sinar matahari lebih dari 50% yang

diterimanya dapat mengakibatkan daun-daunnya berwarna kusam, bahkan

terbakar dan akhirnya mati (Sudaryanto, 2007).

Hidup di bawah naungan pepohonan menyebabkan aglaonema beradaptasi

dengan keadaan kelembapan yang relatif tinggi. Karenanya, tanaman hias ini

menyukai udara dengan kelembapan sekitar 50% yang merupakan perpaduan suhu

ideal sekitar 25oC pada siang hari dan 16-20o

Tanah

C pada malam hari

(Subono dan Andoko, 2005).

Di habitat aslinya, perakaran aglaonema berada di tanah yang penuh

humus, sehingga selain kaya unsur hara juga bersifat sangat poros. Kondisi seperti

ini membuat tanaman tumbuh optimal dengan daun-daun yang subur dan

berwarna cemerlang. Agar sesuai dengan kondisi habitat aslinya, media tanam

(4)

aglaonema akhirnya hanya tersusun dari bahan bahan yang ringan, tetapi kaya

unsur hara. Campuran yang paling banyak digunakan adalah cocopeat dan arang

sekam dengan perbandingan sama (Subono dan Andoko, 2005).

Aglaonema tumbuh baik pada tanah yang penuh humus. Tanah berhumus

adalah tanah yang kaya unsur hara dan bersifat sangat poros. Komposisi media

tanam Aglaonema tersusun dari bahan-bahan yang ringan tetapi kaya unsur hara

seperti campuran cocopeat, arang sekam, pasir halus dengan perbandingan 2:2:1

(Sudaryanto, 2007).

Sterilisasi media tanam harus dilakukan untuk menjamin media tanam

tersebut tidak terkontaminasi bibit penyakit, seperti spora jamur yang bisa

berpotensi sebagai penyakit. Di samping itu, untuk menjamin tidak ada telur siput

yang dapat menjadi hama bagi tanaman. Sterilisasi media tanam dapat dilakukan

dengan pemanasan atau dengan menjemur media tanam di terik matahari sehari

penuh, dimasukkan ke dalam plastik saat masih hangat dan ditutup rapat selama

seminggu. Dengan cara seperti itu, biasanya spora jamur atau telur hama akan

mati. Sterilisasi juga dapat dilakukan dengan cara fungisida ke media tanam

dengan dosis sesuai dengan petunjuk yang tertera di kemasannya. Zat kimia yang

terkandung dalam bahan-bahan ini akan meracuni bibit hama penyakit

(Subono dan Andoko, 2005).

Perbanyakan Aglaonema sp.dengan Pemisahan Anakan

Perbanyakan Aglaonema ini ada dua cara yaitu perbanyakan generatif dan

perbanyakan vegetatif. Perbanyakan secara vegetatif menghasilkan tanaman lebih

cepat dan lebih banyak. Perbanyakan vegetatif juga mempunyai beberapa cara

(5)

dilakukan adalah cara pemisahan anakan dan cangkok karena memiliki risiko

kegagalan yang rendah dan lebih banyak menghasilkan anakan Aglaonema.

Perbanyakan secara stek batang dan stek pucuk mempunyai keuntungan bisa

menghasilkan anakan yang lebih banyak, tapi kegagalannya besar yaitu luka bekas

potongan membusuk sehingga akar sulit tumbuh dan relatif lama, karena batang

harus memenuhi persyaratan tertentu (Sofiani, 2008).

Perbanyakan Aglaonema melalui biji dimanfaatkan oleh breeder untuk

menghasilkan varian aglaonema baru yang cantik dan unik melalui penyilangan

antar jenis Aglaonema sp. Namun teknik ini memerlukan waktu yang cukap lama.

Waktu yang dibutuhkan setelah penyerbukan sampai terbetuk biji adalah 6 bulan

dan waktu yang dibutuhkan mulai dari penyemaian samapi benih berkecambah

adalah 6 bulan dengan tingkat keberhasilan yang rendah(Subono dan Andoko,

2005).

Aglaonema termasuk tanaman yang bersifat merumpun. Maksudnya, dari

batang utama akan muncul beberapa anakan yang mengelilinginya. Sifat ini

menguntungkan dari segi penampilan karena tanaman akan tampak kompak,

sehingga semakin indah dipandang. Anakan yang muncul di sekeliling tanaman

induk sebenarnya adalah individu tersendiri yang lengkap, sehingga bisa ditanam

di tempat yang lain (Sudaryanto, 2007).

Syarat anakan dapat dipisahkan untuk ditanam di tempat lain adalah

minimum telah memiliki tiga helai daun. Jika anakan tersebut baru memiliki tunas

daun, sebaiknya tidak dipisahkan dulu karena bisa menyebabkan pertumbuhan

(6)

tunas tersebut menjadi daun yang cukup besar. Peralatan yang digunakan untuk

memisahkan anakan adalah pisau yang tajam (Subono dan Andoko, 2005).

Pemisahan anakan bisa dilakukan dengan mengeluarkan seluruh tanaman

dari dalam pot dengan hati-hati. Setelah itu, mengorek media tanam antara

tanaman induk dan anakan sampai batang di dalam tanah yang menghubungkan

keduanya terlihat. Selanjutnya memotong batang tersebut dengan pisau tajam

hingga anakan terpisah(Sofiani, 2008).

Anakan yang didapat kemudianditanam di dalam pot yang telah

disediakan. Dianjurkan menggunakan media tanam yang terbuat dari campuran

cocopeat dengan sekam bakar dengan perbandingan sama. Pot berisi anakan diletakkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari atau hujan sampai anakan

menunjukkan tanda-tanda sudah hidup (Subono dan Andoko, 2005).

Keragaman Morfologi

Keragaman merupakan hal penting dalam pemuliaan karena dapat

ditemukan berbagai sumber gen untuk perbaikan suatu sifat tanaman. Gen-gen

tersebut dapat ditransfer ke tanaman dengan cara konvensional maupun rekayasa

genetik. Salah satu teknik pemuliaan untuk perbaikan sifat adalah perakitan

poliploidi. Poliploidi adalah keadaan sel dengan penambahan satu atau lebih

genom dari genom normal 2n=2x (Hetharie, 2003).

Karakter morfologi mempunyaiperan penting di dalam sistematika,

sebabwalaupun banyak pendekatan yang dipakaidalam menyusun sistem

klasifikasi, namunsemuanya berpangkal pada karaktermorfologi (Davis dan

Heywood 1963).Selain itu pendekatan ini memberikan jalantercepat

(7)

pengacuan umum yang dapatmenampung pernyataan data-data daribidang lainnya

(Rifai 1976).

Karaktermorfologi mudah dilihat sehinggavariasinya dapat dinilai dengan

cepat jikadibandingkan dengan karakter-karakterlainnya, karena menurut Stace

(1981)pembatasan takson yang baik dilakukandengan menggunakan

karakter-karakteryang mudah dilihat, dan bukan olehkarakter-karakter yang

tersembunyi.Walaupun karakter bunga merupakankarakter yang paling berguna di

dalamklasifikasi angiosperame, menurut Stone (1976) karakter vegetatiftertentu

seperti panjang daun, lebar daun,ukuran duri, letak duri pada daun, jumlahurat

daun, warna aurikula, warna braktea,posisi perbungaan, jumlah karpel perfalang,

buah matang dan biji matang.Perbedaan bentuk dan ukuran daun antaratumbuhan

muda dan tumbuhan dewasajuga penting, sebab morfologi tumbuhanyang masih

muda kadang-kadang sangatberbeda dengan morfologi tumbuhan yangdewasa,

walaupun jenisnya sama.

Kolkisin

Kolkisin (C22H25O6N) merupakan suatu alkaloid yang berasal dari umbi

dan biji tanaman Autumn crocus (Cholchicum autumnale Linn.) yang termasuk

dalam Famili Liliaceaae (Gambar 1) (Chahal dan Gosal, 2002).

(8)

Kolkisin didalam program pemuliaan poliploidi dapat memperbaiki sifat

tanaman dan menambah kejaguran; tanaman poliploidi mempunyai penampilan

morfologi meliputi daun, bunga, batang, dan lebih vigor dibanding tanaman

diploid (Hetharie, 2003).

Duplikasi kromosom menggunakan kolkisin telah lama digunakan pada

program pemuliaan tanaman. Kolkisin merupakan suatu campuran yang secara

efektif menghentikan mitosis pada fase pembelahan anafase, telah ditemukan dan

mempunyai efek yang signifikan pada induksi poliploid. Pada tanaman

kebanyakan, poliploidi buatan sering digunakan untuk memperbesar ukuran sel,

mendorong ke arah perbesaran organ reproduki dan organ vegetatif, sehingga

pertumbuhan dan produksi meningkat (Adaniya dan Shira, 2001).

Dalam pemuliaan tanaman, untuk menentukan ukuran tingkatan ploidi

penting dengan cara yang sederhana dan cepat yaitu mengukur dengan berbagai

langkah-langkah pada pemuliaan tanaman. Pada banyak jenis tanaman, memiliki

korelasi antara ukuran ploidi dan karakteristik fisiologis seperti urutan kloroplas

pada sel pengawal, ukuran sel stomata, ukuran stomata dan ukuran diameter

tepung sari (Omidbaigi et al, 2010).

Larutan kolkisin dengan konsentrasi yang kritis mencegah terbentuknya

benang-benang plasma dari gelendong inti (spindel) sehingga pemisahan

kromosom pada anafase dari mitosis tidak berlangsung dan menyebabkan

penggandaan kromosom tanpa pembentukan dinding sel. Proses mitosis

mengalami modifikasi, dan dinamakan C-mitosis. Karena tidak terbentuk spindel,

maka kromosom-kromosom tetap tinggal berserakan dalam sitoplasma (pada

(9)

gambaran yang khas, yaitu seperti tanda silang. Akan tetapi kromosom-kromosom

dapat memisahkan diri pada sentromernya dan dimulailah C-anafase. Selanjutnya

terbentuk dinding nukleus sehingga nukleus “restitusi” mengandung jumlah

kromosom lipat dua. Apabila pengaruh dari kolkisin telah menghambur, sel

poliploid yang baru dapat membentuk spindel pada kedua kutubnya dan

membentuk nukleus anakan poliploid seperti pada telofase dari mitosis biasanya.

Akan tetapi jika konsentrasi larutan kolkisin yang kritis dibiarkan terus berlanjut,

maka pertambahan genom akan mengikuti suatu deret ukur seperti 4n, 8n, 16n dan

seterusnya (Suryo, 2007).

Setiap jenis atau varietas tanaman memiliki daya ketahanan yang berbeda

terhadap konsentrasi kolkisin yang diberikan sehingga suatu metode yang berhasil

diterapkan pada suatu jenis atau varietas tanaman tidak langsung dapat diterapkan

pada jenis atau varietas lainnya. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk

mendapatkan metode yang efektif untuk menghasilkan keragaman somaklonal

yang tinggi (Damayanti dan Roostika, 2015).

Kromosom

Bagian terkecil dari tubuh makhluk hidup dinamakan sel, inti sel

ataunukleus (karyon) terdiri dari: selaput (karyotheca), plasma (karyoplasma

ataunukleoplasma), anak inti (nukleolus) dan kromosom. Kromosom

adalahpembawa bahan keturunan dan mengandung gen-gen dan merupakan

saranabagi pemindahan gen (bahan keturunan atau materi genetik) yang mengatur

penampilan sifat-sifat keturunan dari satu generasi ke generasi berikutnyapada

organisme. Kromosom merupakan jalinan benang-benang halus yangberpilin-pilin

(10)

mudah mengikat zat warna. Selama sel membelah, pilinantersebut menjadi sangat

rapat sehingga memendek dan membesar sehinggadapat diamati dengan jelas

bagian-bagiannya di bawah mikroskop (Yatim,1986).

Penggandaan kromosom merupakan salah satu upaya seleksi untuk

meningkatkan mutu tumbuhan baik berupa peningkatan kandungan metabolit

sekundernya maupun toleransinya terhadap faktor lingkungan terutama

lingkungan yang ekstrim. Konsentrasi pemakaian kolkisin sebagai senyawa

penginduksi poliploidi beragam tergantung pada jenis tumbuhan

(Fajrina et al., 2012).

Berdasarkan bentuk, jumlah dan ukuran kromosom dapat dibuat kariotipe

atau kariogram dan idiogram. Kariotipe adalah susunan kromosomyang berurutan

menurut panjang dan bentuknya. Kariotipe berasal dari kata karyon = inti dan

typos = bentuk. Setiap spesies makhluk memiliki bentuk danjumlah kromosom

yang berbeda sehingga kariotipe juga berbeda. Kariotipe berperan dalam

pengamatan sifat keturunan. Kelainan pada kariotipe berhubungan dengan

anatomi, morfologi dan fisiologi (Setyawan dan Sutikno, 2000).

Pada penelitian Winarto (2011) metode pewarnaan kromosom pada akar

Anthurium (Araceae) yang terbaik adalah modikfikasi metode dengan pemanasan

ujung akar pada 1N HCl : asam asetat 45 % (3:1 v/v) selama 10 menit dan

perlakuan aseto orcein selama 15 menit.

Pengamatan kromosom menggunakan mikroskop, seringkali mengalami

kendala kromosom yang tidak tampak. Jurcak (1999) menyatakan terdapat

beberapa kesalahan yag sering dilakukan dan penyebabnya dalam pengamatan

(11)

Tabel 1. Kesalahan dan Penyebab Kromosom Tidak Tampak pada Pengamatan di Bawah Mikroskop

No. Kesalahan Penyebab

1. Inti terwarnai dengan jelas, tetapi tahapan mitosis tidak terlihat.

a. Pemotongan material tunas tidak pada waktu yang tepat.

2. Kromosom tidak jelas a. Waktu fiksasi terlalu pendek. b. Konsentrasi pewarna terlalu rendah. c. Pewarna yang digunakan sudah

rusak atau terlalu lama disimpan. d. Suhu selama pewarnaan terlalu

rendah.

e. Waktu pewarnaan terlalu pendek.

3. Beberapa sel menumpuk satu sama lain.

a. Waktu melunakkan jaringan terlalu pendek.

b. Pembuatan larutan untuk maserasi tidak tepat.

c. Kurang tenaga ketika menekan gelas objek.

4. Sel meristem pecah, tahapan mitosis atau kromosom tidak dapat

dilihat.

a. Gelas penutup bergeser jauh ketika ditekan.

Gambar

Gambar 1. Rumus bangun senyawa kolkisin  (Fajrina et al., 2012)

Referensi

Dokumen terkait

Reydonnyzar Moenek, “Rakernas Revitalisasi BUMD, Pemantapan Penerapan PPKBLUD dan Optimalisasi Pengelolaan Barang Milik Daerah tentang “Problematik, Peluang, Tantangan dan

Dari Gambar 2 terlihat bahwa bahan pakaian jenis katun cenderung lebih berat karena bahan pakaian ini cepat dalam menyerap keringat. Hal ini disebabkan oleh

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan kasihNya yang senantiasa menyertai sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya.. Jakarta : Kencana Prenama

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

8) Peserta didik menyampaikan tanggapan terhadap kakawihan yang ada pada kaulinan barudak yang dinyanyikan oleh peserta didik lain, menggunakan bahasa Sunda yang baik

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data diskriptif, yaitu menguraikan gambaran pelaksaaan CSR yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Staf Departemen

7) Peserta didik menyampaikan tanggapan terhadap pembacaan wawaran jeung iklan layanan masyarakat oleh peserta didik lain, menggunakan bahasa Sunda yang