• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kompetensi Bidan Terhadap Pelaksanaan Asuhan Sayang Ibu Dalam Proses Persalinan Di Bidan Praktek Swasta (BPS) Kota Tebing Tinggi Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kompetensi Bidan Terhadap Pelaksanaan Asuhan Sayang Ibu Dalam Proses Persalinan Di Bidan Praktek Swasta (BPS) Kota Tebing Tinggi Tahun 2014"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kematian wanita didunia disebabkan karena komplikasi kehamilan dan

persalinan (90%), perdarahan, partus lama, infeksi menyumbang (80%) kematian

pada ibu di dunia tahun 1990 adalah sebesar 400/100.000 Kelahiran Hidup (KH)

turun menjadi 260.000/100.000 KH tahun 2008, angka tertinggi terdapat diafrika sub

sahara sebesar 640/100.000 KH, diikuti Asia Selatan 290/100.000 KH disbanding

dengan Amerika Latin dan Karibia 85/100.000 KH, Amerika Utara 23/100.000 KH

dan Eropa 10/100.000 KH. Di Asia Tenggara AKI rata-rata 164/100.000 KH, yang

tertinggi adalah republic rakyat demokrat, Laos 580/100.000 KH, Timur Leste 370/

100.000 KH, Kamboja 290/100.000 KH, Kamboja 290/100.000 KH, Indonesia

228/100.000 KH, Mianmar 219/100.000 KH, Filipina 83/100.000 KH, Vietnam

60/100.000 KH, Thailand 47/100.000 KH, dengan nilai yang relatif rendah AKI nya

yakni Singapura 9/100.000 KH, Brunai Darusalam 21/100.000 KH dan Malaysia

31/100.000 KH (UNFPA, 2011).

Pada tahun 2000, Badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO) mulai mensosialisasikan Asuhan Persalinan Normal (APN) melalui Organisasi Ikatan

Bidan Indonesia (IBI) dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang khususnya SpOG. Di

Propinsi Sumatera Utara, APN disosialisasikan pada tahun 2002 – 2003 dimana APN

(2)

pada ibu bersalin karena diajarkan cara mengedan yang baik dan dapat mengurangi

luka pada jalan lahir yang sangat signifikan yaitu 80% dari 1.000 persalinan.

Pertolongan persalinan secara APN adalah dengan menerapkan asuhan persalinan

normal dengan kata lain persalinan yang alamiah, dimana ibu diajarkan mengedan

yang baik agar tidak terjadi robekan perineum, mengadakan PTT (Peregangan Tali

Pusat Terkendali) dan bonding attachment (JNPK-KR, 2008).

Menurut WHO, sebagian besar angka kematian ibu (AKI) dapat disebabkan

jika bidan memiliki kompetensi pengetahuan dan keterampilan yang rendah. Asuhan

berkualitas tinggi yang berfokus pada klien dan bersifat sayang ibu yang berdasarkan

pada penelitian ilmiah merupakan tanggung jawab dari setiap bidan. Sebagai bidan

seharusnya dapat memberikan asuhan yang menghormati adat istiadat, kebutuhan

sosial dan emosi, dan juga kebutuhan fisik ibu. Maka bidan seharusnya mengetahui

apakah asuhan sayang ibu itu (Pusdiknakes, 2011).

Di dalam program safe motherhood, pelayanan persalinan oleh staf kesehatan (dokter atau. bidan) adalah salah satu indikator utama. Di dalam periode 1996-2000,

78.511 kelahiran yang hidup tercatat dalam SUSENAS. Berdasarkan data dari

kelahiran ini, diperkirakan trend pelayanan persalinan oleh staf kesehatan telah

meningkat dari 56% persalinan di tahun 1996 menjadi 61% persalinan ditahun 2000,

Namun itu masih berada dibawah target nasional untuk tahun 2000 (80% persalinan)

(3)

Tingginya angka kematian ibu atau AKI di Indonesia merupakan masalah

penting yang perlu mendapat penanganan serius. AKI merupakan tolak ukur

keberhasilan kesehatan ibu dan merupakan barometer pelayanan kesehatan di suatu

negara, bila angkanya masih tinggi berarti pelayanan kesehatan disuatu negara itu

dikatakan belum baik, maka salah satu upaya yang perlu mendapat perhatian dalam

menurunkan AKI adalah melalui peningkatan kualitas pelayanan persalinan. Hal ini

dikarenakan penyebab langsung berkaitan dengan kematian ibu adalah komplikasi

kehamilan, persalinan dan nifas yang tidak tertangani dengan baik dan tepat waktu

(Depkes RI, 2009).

Kematian ibu juga diakibatkan beberapa faktor resiko keterlambatan (Tiga

Terlambat), di antaranya terlambat dalam pemeriksaan kehamilan (terlambat

mengambil keputusan), terlambat dalam memperoleh pelayanan persalinan dari

tenaga kesehatan, dan terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat dalam

keadaan emergensi. Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab langsung

kematian ibu, yang terjadi 80% pada saat persalinan dan segera setelah pesalinan

yaitu perdarahan (40-60%), infeksi jalan lahir (20-30%) dan keracunan kehamilan

(20-30%) dan yang lain-lain (Maryunani dan Puspita, 2013).

Di Indonesia menurut SDKI (2012) tren angka kematian maternal

menunjukkan kenaikan. Rasio kematian maternal pada tahun 1997 adalah 390

kematian per 100.000 kelahiran hidup. Analisis yang tidak dipublikasi menunjukkan

(4)

periode 1993-1997. Rasio kematian maternal menurun menjadi 307 kematian per

100.000 kelahiran hidup pada SDKI 2002-2003 dan 228 kematian per 100.000

kelahiran hidup pada SDKI 2007. Namun, angka ini meningkat pada SDKI 2012

menjadi 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup sementara rasio kematian

maternal merupakan salah satu indikator MDGS (Millenium Development Goals)

yang harus dicapai pada tahun 2015. Target rasio kematian maternal di Indonesia

pada tahun 2015 adalah102 per 100 000 kelahiran hidup namun pencapaian MDGS

(Millenium Development Goals) akan sulit terwujud kecuali apabila dilakukan upaya yang lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya.

Salah satu faktor penting dalam upaya penurunan angka kematian tersebut

adalah penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas dekat

dengan masyarakat yang difokuskan pada tiga pesan kunci Making Pregnancy Safer

(MPS), yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap

komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat dan setiap wanita

usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan

dan penanganan komplikasi keguguran (Azwar, 2004).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Sumatera Utara tahun 2006 terdapat

12 orang ibu yang meninggal dunia saat melahirkan dan tahun 2007 meningkat

mencapai 22 orang ibu yang meninggal saat melahirkan. Untuk itulah pemerintah

mencanangkan gerakan sayang ibu melalui asuhan sayang ibu. Kegiatan ini di mulai

(5)

dan pelayanan kesehatan oleh bidan dan tenaga medis seperti perawat (Dinas

Kesehatan Sumatera Utara, 2007).

Data dari Profil Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun 2012 terdapat 2

kasus kematian ibu bersalin dari 2644 ibu yang bersalin pada tahun tersebut, jumlah

kematian ibu pada tahun sebelumnya juga terdapat 2 kasus kematian ibu bersalin,

sehingga belum ada penurunan pada jumlah kematian ibu bersalin tersebut.

Penyebab lain kesakitan dan kematian ibu tersebut adalah karena

pengetahuan ibu yang kurang dalam pelaksanaan kala II atau Kala Pengeluaran Janin

yaitu tidak menerapkan proses Asuhan Persalinan Normal terutama dalam

pelaksanaan asuhan sayang ibu, berdasarkan proporsi tersebut dapat diasumsikan

bahwa 90% persalinan akan berlangsung secara normal dan apabila persalinan

tersebut ditangani dengan sebaik-baiknya maka akan mencegah terjadinya kematian

ataupun kesakitan pada ibu bersalin (JNPK-KR, 2008).

Data dari Ketua IBI Kota Tebing Tinggi untuk tahun (2013), jumlah Bidan

sebanyak 148 orang yang aktif di organisasi dan hanya berkisar 40 % yang sudah

melakukan uji kompetensi, disini disimpulkan sedikit yang telah lulus uji kompetensi

dan tentunya berdampak pada pelayanan pada saat persalinan dan berpengaruh

terhadap penurunan AKI di Kota Tebing Tinggi.

Menurut penelitian Lumbantobing (2004), bahwa kemampuan dan

ketrampilan bidan dalam Asuhan Persalinan Normal mempunyai pengaruh terhadap

(6)

kemampuan dan ketrampilan bidan mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap

kinerja bidan di desa dibanding supervisi, imbalan dan motivasi. Namun secara

keseluruhan semua variabel mempengaruhi kinerja bidan.

Dalam melaksanakan tugas pelayanan kebidanan, yang merupakan bagian

integral dari pelayanan kesehatan, seorang bidan harus memiliki kompetensi.

Kompetensi yang dimiliki seorang bidan mempunyai pengaruh yang sangat besar

dalam kualitas pelayanan kebidanan yang diberikan juga dalam pelayanan persalinan

normal ibu. Menurut penelitian Boyatzis (1982) dalam Hutapea dan Thoha (2008),

kompetensi didefenisikan sebagai “kapasitas yang ada pada seseorang yang bisa

membuat orang tersebut mampu memenuhi apa yang disyaratkan oleh pekerja dalam

suatu organisasi sehingga mampu mencapai hasil yang diharapkan”. Demikian juga

terhadap seorang bidan harus memiliki kompetensi yang tinggi agar mampu

melaksanakan pelayanan kebidanan yang berkualitas. Kompetensi yang dicapai

adalah keterampilan dalam asuhan persalinan normal (APN) (Soepardan, 2006).

Menurut buku lima puluh tahun ikatan bidan Indonesia kompetensi yang

dimiliki seorang bidan harus meliputi pengetahuan, keterampilan, dan perilaku dalam

melaksanakan pelayanan kebidanan secara aman dan bertangungjawab dalam

berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Kompetensi bidan tidak terlepas dari

wewenang bidan yang telah diatur dalam peraturan Kepmenkes RI No. 938/ Menkes/

SK/ VIII/ 2007, tentang Standar Asuhan Kebidanan yang merupakan landasan hukum

(7)

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan.

Pendidikan bidan di tujukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan

keterampilan bidan dalam melakukan pertolongan persalinan agar mampu

melaksanakan tugasnya dan di harapkan berdampak pada penurunan AKI. Pendidikan

bidan yang terlalu singkat dalam kurun waktu satu tahun akademik mempengaruhi

pengetahuan dan keterampilan seperti yang diharapkan sebagai seorang bidan

professional (Sofyan, 2006).

Penerapan Asuhan Persalinan Normal terutama dalam pelaksanaan asuhan

sayang ibu dapat menurunkan angka kematian ibu karena dalam proses asuhan

sayang menerapkan proses yang aman dan mementingkan kepentingan dari si ibu

bersalin, hal tersebut diatas dapat mengurangi terjadinya persalinan dengan vakum,

cunam, dan seksio sesar, dan persalinan berlangsung lebih cepat, Asuhan sayang ibu

awali kepedulian terhadap angka kesakitan dan kematian ibu (Depkes RI, 2009).

Persalinan adalah proses yang fisiologis dan merupakan kejadian yang

menakjubkan bagi seorang ibu dan keluarga. Penatalaksanaan yang terampil dan

handal dari bidan serta dukungan yang terus-menerus dengan menghasilkan

persalinan yang sehat dan memuaskan dapat memberikan pengalaman yang

menyenangkan. Penelitian menunjukkan bahwa banyak ibu di Indonesia yang masih

tidak mau meminta pertolongan tenaga penolong persalinan terlatih untuk

(8)

beralasan bahwa penolong persalinan terlatih tidak benar-benar memperhatikan

kebutuhan atau kebudayaan, tradisi dan keinginan pribadi para ibu dalam persalinan

dan kelahiran bayinya (JNPK-KR, 2008).

Beberapa alasan melandasi dirancangnya pelatihan Asuhan sayang ibu adalah

berdasarkan fakta menunujukkan bahwa sebagian besar kematian ibu disebabkan oleh

perdarahan paska persalinan. Upaya terbaik untuk mencegah kematian yang

disebabkan oleh perdarahan paska persalinan adalah dengan memperpendek kala tiga

sehingga menghindari terjadinya komplikasi tersebut. Angka kejadian perdarahan

paska persalinan di Indonesia diperkirakan sekitar 45% dari seluruh persalinan yang

ada berdasarkan proporsi tersebut dapat diasumsikan bahwa 90% persalinan akan

berlangsung secara normal dan apabila persalinan tersebut ditangani dengan

sebaik-baiknya maka akan mencegah terjadinya kematian ataupun kesakitan pada ibu

bersalin (JNPK KR, 2012).

Alasan lain yang juga berperan adalah bahwa sebagian besar fasilitas

kesehatan memiliki peraturan dan prosedur yang tidak bersahabat dan menakutkan

bagi para ibu. Peraturan dan prosedur tersebut termasuk: tidak memperkenankan ibu

untuk berjalan-jalan selama proses persalinan, tidak mengizinkan anggota keluarga

menemani ibu, membatasi ibu hanya pada posisi tertentu selama persalinan dan

kelahiran bayi dan memisahkan ibu dari bayi segera setelah bayi dilahirkan

(9)

Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan

keinginan sang Ibu. Asuhan sayang ibu merupakan suatu gerakan yang dilaksanakan

dalam upaya membantu salah satu program pemerintah untuk meningkatkan kualitas

hidup perempuan melalui berbagai kegiatan yang berdampak terhadap upaya

penurunan angka kematian ibu (AKI) karena hamil, melahirkan dan nifas (JNPK,

2008). Asuhan sayang ibu melindungi hak-hak ibu untuk mendapatkan privacy dan

menggunakan sentuhan, asuhan sayang ibu juga merupakan bagian penting dari lima

benang merah pada asuhan persalinan normal. Cara yang paling mudah

membayangkan mengenai asuhan sayang ibu adalah dengan menanyakan pada diri

kita sendiri tentang asuhan yang ingin didapatkan dan asuhan yang inginkan untuk

keluarga saya yang sedang hamil. Beberapa prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah

dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran

bayi. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa jika para ibu diperhatikan dan

diberi dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi serta mengetahui dengan baik

mengenai proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima, mereka akan

mendapatkan rasa aman dan hasil yang lebih baik (Yanti, 2010).

WHO/Safe Motherhood menjelaskan salah satu untuk memberikan asuhan yang bersifat “sayang ibu” di seluruh dunia. Asuhan jenis ini sedang di masyaraktkan dan

sudah terbukti efektif karena kaum ibu merasa nyaman dengan asuhan ini dan akan

terus berusaha mendapatkannya hal ini kebetulan pula konsisten dengan caranya

(10)

Pada tanggal 22 Desember 1996, bertepatan hari ibu, gerakan sayang ibu

dicanangkan oleh Presiden. Gerakan sayang ibu sebagai wadah kemitraan antara

pemerintah dan masyarakat disemua tingkat pemerintah dari pemerintah sampai

pedesaan dengan tujuan percepatan penurunan angka kematian ibu (Maryunani dan

Puspita, 2013).

Studi pendahuluan yang penulis lakukan di 10 Bidan Praktek Swasta di kota

TebingTinggi menunjukkan bahwa sebahagian bidan belum melaksanakan

pertolongan persalinan sesuai dengan standar Asuhan Persalinan Normal (APN),

yaitu melakukan asuhan yang tepat sesuai dengan 58 langkah standar Asuhan

Persalinan Normal dan memberikan tindakan belum sesuai dengan permasalahan dan

kebutuhan sasaran (ibu / bayi), dan terlebih lagi sama sekali tidak menerapkan

pelaksanaan asuhan saying ibu pada pasien bersalin.

Mengingat permasalahan-permasalahan diatas, untuk mengatasinya

pemerintah menetapkan suatu target, dan target yang ditetapkan oleh pemerintah

untuk tahun 2013 meliputi target dampak kesehatan yang diantaranya menurunkan

Angka Kematian Ibu (AKI), yaitu meningkatkan cakupan persalinan yang ditolong

oleh tenaga kesehatan terampil dalam proses Asuhan Sayang Ibu menjadi 85%.

Sehingga seorang bidan harus mempunyai pengetahuan yang baik dan terampil dalam

pelaksanaan pertolongan persalinan (Nike, 2003).

Trauma persalinan yang penulis alami sendiri saat proses persalinan yang

(11)

sayang ibu saat persalinan berlangsung juga masih dirasakan sampai sekarang.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk

mengetahui bagaimana pengaruh kompetensi bidan terhadap pelaksanaan asuhan

sayang ibu dalam asuhan persalinan normal (APN) di bidan praktek swasta kota

Tebing Tinggi.

1. 2 Permasalahan

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh

kompetensi bidan terhadap pelaksanaan asuhan sayang ibu dalam asuhan persalinan

normal (APN) di Bidan Praktek Swasta Kota Tebing Tinggi.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh kompetensi bidan terhadap pelaksanaan asuhan

sayang ibu dalam asuhan persalinan normal (APN) di Bidan Praktek Swasta Kota

Tebing Tinggi.

1.6 Hipotesis

Ada pengaruh kompetensi bidan terhadap pelaksanaan asuhan sayang ibu

(12)

1.7 Manfaat Penelitian

1.5.1 Untuk Ilmu Pengetahuan

Sebagai masukan ilmu bagi Bidan Tebing Tinggi dalam melaksanakan asuhan

sayang ibu dalam proses persalinan sehingga pertimbangan untuk

meningkatkan kinerja.

1.5.2 Untuk Pemerintah Kota Tebing Tinggi

Sebagai bahan masukan kepada pemerintah Kota Tebing Tinggi melalui Dinas

Kesehatan Kota Tebing Tinggi dalam rangka pelaksanaan asuhan sayang ibu

dalam proses persalinan untuk menentukan kebijakan operasional serta

strategi yang efisien dalam pelaksanaan penurunan AKI di kota Tebing

Referensi

Dokumen terkait

Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat

Berdasarkan hasil uji dan dibuatnya purwarupa sistem peringatan dini bencana alam angin putting beliung dengan mengukur kecepatan angin menggunakan anemometer

program of United States aid, identify the Project site(s), and provide other markings or publicity as prescribed in Implementation Letters.. to reimburse such

Berdasarkan hasil evaluasi Administrasi, Teknis dan Biaya dengan ini Panitia Pengadaan Barang/Jasa mengumumkan pemenang Pelelangan Sederhana untuk

dengan ini kami umumkan bahwa berdasarkan hasil evaluasi terhadap dokumen-dokuemn penawaran yang diajukan oleh seluruh peserta lelang, tidak ada satupun peserta yang

SISLAP berfungsi sebagai Manajemen Pengaduan/Pengawasan Masyarakat, Penyusunan Usulan Program Kerja Pemeriksaan Tahunan hingga ke penetapan Program Kerja Pemeriksaan Tahunan,

Berdasarkan hasil evaluasi Administrasi, Teknis dan Biaya dengan ini Panitia Pengadaan Barang/Jasa Biro Umum Sekretariat Jenderal mengumumkan pemenang seleksi sederhana

Penelitian ini tidak memasukan variabel komite audit dalam komponen corporate governance karena keberadaanya dalam perusahaan saat ini sudah diwajibkan untuk setiap