• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi PBL berbasis Media Massa Ba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Implementasi PBL berbasis Media Massa Ba"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

IMPEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MASSA UNTUK

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMA AVICENNA CINERE

Oleh : Muqorobin*

Abstrak : Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran sosiologi dibutuhkan strategi pembelajaran kreatif. Salah satu upaya adalah menerapkan pembelajaran berbasis masalah yang dapat merangsang sikap kritis dan kreatifitas siswa dalam memecahkan permasalahan dunia nyata yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar. Pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah cenderung berpusat pada siswa dan tidak text book oriented. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui proses pembelajaran sosiologi dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah yang dapat meningkatkan prestasi siswa. Kesimpulannya menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dan daya nalar siswa melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah.

Kata kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Pembelajaran Sosiologi dan Prestasi Belajar.

*)Muqorobin adalah guru mata pelajaran sosiologi di SMA Avicenna Cinere.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Sosiologi merupakan bagian dari mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial. Pembelajaran sosiologi adalah sebagai suatu proses yang dimaksudkan untuk memberikan kompetensi kepada siswa dalam memahami konsep-konsep dasar sosial yang terdapat dimasyarakat. Selain itu, secara praktis dan aplikatif pelajaran sosiologi juga dimaksudkan untuk mengembangkan dan meningkatkan sikap kepekaan sosial siswa terhadap lingkungan sosial yang majemuk dan dinamis.

(2)

siswa dan siswa kurang diberikan kesempatan untuk menemukan kembali dan mengkonstruksi sendiri ide-ide sosiologi sebagai ilmu yang abstrak menjadi ilmu yang kongkrit.

Kegiatan pembelajaran yang berlangsung di SMA Avicenna Cinere, masih sering terjadi dan sebagian besar melalui interaksi belajar mengajar satu arah. Berdasarkan hasil observasi, metode dan pendekatan pembelajaran yang selama ini digunakan guru adalah metode ceramah, yang minim melibatkan siswa sebagai subyek dalam pembelajaran di kelas. Dalam konteks ini fungsi dan peranan guru menjadi dominan dan terpusat, sedangkan dilain pihak siswa hanya berperan sebagai pendengar dan seperti benda kosong yang dijejali informasi oleh guru.

Dengan demikian, tidak heran kalau kemudian proses pembelajaran yang berjalan terkesan monoton, sempit, terkungkung oleh area informasi yang terbatas, statis, kaku, dan tertinggal. Informasi yang ada dalam pembelajaran menjadi sekedar bahan hafalan dan bersifat harus serta hampa yang sulit untuk dimengerti oleh siswa. Disitulah materi pembelajaran seolah menjadi sesuatu yang parsial dengan kehidupan nyata yang ada disekeliling siswa.

Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran sosiologi di kelas ditekankan pada keterkaitan antara konsep-konsep sosiologi dengan pengalaman kehidupan anak sehari-hari. Selain itu, perlu menerapkan kembali konsep sosiologi yang telah dimiliki anak pada kehidupan sehari-hari atau pada bidang lain sangat penting dilakukan. Salah satu pendekatan pembelajaran sosiologi yang berorientasi pada kontekstualisasi dan penerapan pengalaman kehidupan sehari-hari adalah pembelajaran berbasis masalah (problem based learning).

(3)

pembelajaran berbasis masalah bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa, karena pendekatan ini siswa belajar menggunakan sebuah proses interpretatif untuk menilai, mengidentifikasi apa yang mereka ingin ketahui, mengumpulkan informasi-informasi dan secara kolaborasi mengevaluasi hipotesisnya berdasarkan data yang mereka telah kumpulkan (Putu Yasa : 2002).

Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis masalah, siswa tidak hanya sekadar menerima informasi dari guru saja, karena dalam hal ini guru sebagai motivator dan fasilitator yang mengarahkan siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam seluruh proses pembelajaran dengan diawali pada masalah yang berkaitan dengan konsep yang dibelajarkan.

Rumusan Masalah

1. Apakah dengan penerapan model Problem Based Learning (PBL) pada pelajaran sosiologi dengan menggunakan media massa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa?

2. Bagaimana implementasi pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan media massa pada pembelajaran sosiologi?

Tujuan dan Manfaat

(4)

Kajian Pustaka

Pembelajaran Sosiologi

Belajar adalah suatu proses untuk pengenalan dan pengakuan mengenai suatu fenomena sesuai dengan struktur alamiah yang ditanamkan secara utuh ke dalam diri peserta didik. Secara psikologis, belajar dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara sadar dari hasil interaksinya dengan lingkungan (Slameto: 2003).

Terkait dengan pendapat itu, Abin Syamsuddin Makmun mengatakan bahwa di kalangan ahli psikologi terdapat keragaman dalam mendifinisikan makna belajar. Namun, secara eksplisit dan implisit dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan prilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu (Abin S.M : 2003). Pendapat lain, menurut Robert. M. Gagne dalam buku The Condition of Learning seperti dikutip Adrian dikatakan : Learning is a change in human disposition or capacity, wich persist over a period time, and wich is not simply ascribable to process of growth. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh pertumbuhan saja (Adrian : 2006).

Berdasarkan dari pendapat tersebut pengertian belajar adalah sebagai upaya sadar untuk mendapatkan perubahan. Sedangkan pembelajaran sosiologi adalah suatu proses pendidikan yang dimaksudkan untuk memberikan kompetensi kepada peserta didik dalam memahami konsep-konsep sosiologi seperti sosialisasi, kelompok sosial, struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosial, dan konflik sampai pada terciptanya integrasi sosial (BSNP : 2006). Selain itu, secara praktis dan aplikatif pelajaran sosiologi dimaksudkan untuk mengembangkan sikap kepekaan sosial siswa terhadap lingkungan sosial yang majemuk sebagai fenomena kehidupan.

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

(5)

Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah (Nurhadi : 2004).

Menurut Sudarman mendefinisikan pembelajaran berbasis masalah sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi kuliah atau materi pelajaran (Sudarman : 2005).

Sedangkan menurut Ibrahim dikatakan pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang ciri utamanya pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama dan menghasilkan karya atau hasil peraga (Ibrahim, dkk : 2000). Sedangkan Ismail menyatakan bahwa model pembelajaran menyajikan masalah autentik dan bermakna sehingga siswa dapat melakukan penyelidikan dan menemukan sendiri (Ismail : 2004).

Dari pendapat di atas, dapat diketahui bahwa pembelajaran berbasis masalah memiliki model pembelajaran yang bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan menyelesaikan masalah, serta mendapat pengetahuan konsep-konsep penting.

Prestasi Belajar Sosiologi

Prestasi belajar adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjuk sesuatu yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha. Bila dikaitkan dengan belajar berarti prestasi menunjuk sesuatu yang dicapai oleh seseorang yang belajar dalam waktu tertentu. Prestasi belajar dapat dilihat dari terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan ketrampilan.

(6)

ditetapkan (Soedijarto : 1993). Sedangkan Joyce dan Showers, menyatakan bahwa prestasi dalam pengajaran pada hakikatnya adalah membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana mengekspresikan dirinya, dan cara-cara relajar bagaimana belajar (Pedoman Jartas SMA).

Berpijak pada pendapat diatas, dapatlah diketahui bahwa prestasi belajar pada umunya diartikan sebagai hasil akhir atau hasil jangka panjang dari proses kegiatan belajar-mengajar, hasil itu berbentuk kemampuan dan perubahan tingkah laku baik yang bersifat positif maupun negatif dalam bidang sosiologi.

Metodologi Penelitian

Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Avicenna Cinere, yang beralamatkan di Jl. Flamboyan Blok.F Cinere Depok Jawa Barat. Waktu dari Bulan Januari – Maret 2014.

Subyek Penelitian

1. Siswa, dalam hal ini siswa kelas X yang berjumlah 22 siswa terdiri dari siswa 12 laki-laki dan 10 siswa perempuan. Pengambilan subjek penelitian didasarkan dari hasil observasi awal di mana proses belajar siswa belum optimal, ditandai dengan banyak siswa yang pasif dalam proses pembelajaran dan hasil kurang memuaskan pada semester I.

2. Guru yang dalam hal ini adalah peneliti yang melakukan pembelajaran sosiologi di SMA Avicenna Cinere, yang diteliti adalah cara guru dalam melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah melalui media massa.

3. Pengamat dalam hal ini adalah guru mata pelajaran serumpun dan lainnya yang mengamati berlangsungnya proses pembelajaran.

Rancangan Penelitian

(7)

Siklus 1

Adapaun rancangan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dalam bagan berikut ini (Suharsimi Arikunto, dkk : 2008) :

Siklus berikutnya (jika dibutuhkan) Gambar 1. Ringkasan rancangan penelitian

Prosedur Penelitian

1. Persiapan meliput; identifikasi masalah, penentuan solusi, penyiapan instrumen pembelajaran dan penyusunan lembar observasi.

2. Langkah-langkah penelitian

Setiap siklusdalam penelitian ini mencakup empat langkah, yaitu : Tabel .1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Kegiatan Siklus I Siklus II

Perencanaan

a.Identifikasi masalah berupa prestasi belajar KD I sampai dengan hasil UTS Ganjil dan proses pembelajaran siswa yang

(8)

pembelajaran yang akan dilakukan dan apersepsi. b.Kegiatan Inti ;

- Pengembangan materi; melalui cuplikan film dan artikel. - Penerapan model PBL melalui

beberapa tahap :

-Penerapan model PBL melalui beberapa tahap :

Pada tahap analisis guru mengadakan evaluasi terhadap proses pembelajaran, kemudian direfleksikan sebagai acuan dalam pelaksanaan siklus berikutnya.

(9)

1. Sumber Data meliputi; Sumber data adalah siswa dan guru.

2. Jenis Data meliputi; aktivitas siswa dalam pembelajaran, kinerja guru dalam menerapkan pola pembelajaran dan hasil belajar siswa.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas (action research) ini adalah metode dokumentasi, observasi dan tes hasil belajar. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis-deskriptif dengan membandingkan hasil belajar sebelum tindakan dengan hasil belajar setelah tindakan. Data dihitung dengan menggunakan bantuan software komputer excel.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Siklus I Pertemuan ke-1 a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru menyusun rencana pembelajaran siklus I pertemuan ke-1 dengan materi nilai-nilai sosial dengan menggunakan metode ceramah, pemutaran film, diskusi, dan tanya jawab, lembar kerja siswa dan lembar pengamatan kegiatan siswa dan guru yang akan menunjang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Lembar pengamatan digunakan untuk menilai aktivitas pembelajaran yang dilakukan siswa. Selain itu guru (obsever) juga menyiapkan lembar pengamatan aktivitas guru (peneliti) dalam melaksanakan pembelajaran.

b. Pelaksanaan

(10)

melakukan apersepsi, yaitu dengan menyajikan masalah yang berkaitan dengan pentingnya nilai dalam pembangunan bangsa dan meminta siswa memberikan pendapat terhadap masalah tersebut.

Pembelajaran dilanjutkan dengan menyampaikan materi nilai sosial yang meliputi pengertian, jenis-jenis nilai, bentuk nilai, ciri-ciri dan fungsi nilai. Kemudian guru memberikan contoh permasalahan yaitu model penanaman nilai melalui cuplikan film To win attention dan Kenakalan Remaja Metropolitan. Setelah itu dilanjutkan dengan pembelajaran berbasis masalah yang dimulai dari mengorientasikan siswa pada pokok masalah. Dalam hal ini guru menyajikan worksheet dan tiap kelompok mengerjakan permasalahan yang sama tersebut.

Setelah itu guru meminta siswa untuk belajar berkelompok dan dilanjutkan pembagian tugas anggotanya serta meminta siswa menyajikan hasil diskusinya diatas worksheet yang telah disediakan. Guru memberi batasan waktu dengan dua kali putaran musik Kitaro. Selama proses diskusi berlangsung guru membantu siswa dalam pembelajaran. Dalam hal ini guru meminta dan mengarahkan siswa untuk menyelesaikan masalah, mendorong siswa untuk berdiskusi antar teman dalam satu kelompok.

Setelah diskusi kelompok selesai dilaksanakan, dilanjutkan dengan mengembangkan dan mempresentasikan hasil pemecahan masalah. Dalam hal ini guru memilih secara acak kelompok yang ditugasi untuk mempresentasikan hasil diskusinya, guru juga memberi kesempatan pada kelompok lain untuk menanggapi hasil diskusi kelompok lainnya. Dalam pelaksanaan presentasi hasil diskusi sebagian besar siswa ikut terlibat aktif dalam memberikan umpan balik dari penyaji. Setelah siswa selesai menyajikan hasil diskusinya kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan menganalisis dan memberi penguatan dalam proses pemecahan masalah serta merangkum materi pembelajaran.

c. Pengamatan

1) Lembar Observasi Siswa

(11)

No Jawaban F %

1 Sangat Baik 13 59.09

2 Baik 3 13.64

3 Cukup 4 18.18

4 Kurang 2 9.09

22 100

2) Lembar Observasi Guru

Pada siklus I pertemuan ke-1 guru dalam mengangkat topik masalah sudah cukup baik, karena guru menyajikan masalah secara kontekstual yang kehidupan nyata, yaitu pola pendidikan orang tua dan pengaruhnya pada perilaku remaja. Selain itu dalam memotivasi dan membimbing siswa untuk memecahkan masalah juga sudah baik, karena guru selalu bergerak mengontrol kegiatan diskusi kelompok, meskipun demikian masih terdapat beberapa siswa yang ngobrol sendiri dan memainkan handphone saat diskusi berlangsung.

Dalam mengelola pembelajaran masuk dalam kategori cukup baik karena guru dapat membimbing siswa mengorganisasi tugas-tugas dan berbagi tugas dalam kelompok. Dalam membantu siswa untuk belajar sudah baik, guru meminta siswa untuk mengerjakan worksheet. Namun demikian guru belum mampu mengefektifkan kegiatan pembelajaran siswa secara keseluruhan, akibatnya ada beberapa siswa yang kurang terlayani dengan baik.

Dalam mengembangkan presentasi hasil karya masuk dalam kategori baik dan atraktif. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil karya dengan menunjuk dua perwakilan dari salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil karyanya di depan kelas kemudian dilakukan tanya jawab. Guru juga membantu dan mengarahkan siswa yang mengalami hambatan dalam penyajian hasil karya, dengan cara memperjelas akar permasalahan yang menjadi perdebatan. Selain itu, guru juga memberi kesempatan siswa lain untuk menanggapi hasil diskusi.

(12)

pertemuan ke-I masuk dalam kategori baik. Namun, pemanfaatan waktu pembelajaran belum berjalan secara efektif, terlihat ketika pembelajaran selesai siswa masih melakukan kegiatan pembelajaran. Berikut gambaran tabelnya:

Tabel. 2 Skor kinerja guru dalam pembelajaran

No Area Informasi Kegiatan

2 Memunculkan topik masalah 20

3 Mengelola dan mengorganisir pembelajaran 23

04 Mengembangkan materi pembelajaran 23

5 Merangkum materi pembelajaran 23

6 Mengevaluasi dan menganalisis permasalahan 22

Keterangan :

< 6 = Kurang, 7 – 12 = Cukup, 13 – 18 = Baik, 19 – 24 = Sangat Baik 2. Siklus I Pertemuan ke-2

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru menyusun rencana pembelajaran siklus I pertemuan ke-2 yang meliputi, tujuan pembelajaran, indikator hasil belajar, sumber dan bahan, instrumen tes dan kegiatan belajar mengajar, dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi. Tes evaluasi siklus I dibuat untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Tes berupa soal pilihan ganda dan uraian berjumlah 15 soal. Selain itu, guru menyiapkan lembar pengamatan aktivitas siswa dan guru yang akan menunjang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model PBL.

b. Pelaksanaan

(13)

materi minggu sebelumnya dan mengkaitkannya dengan materi hari ini serta mengkontektualisasi dengan kehidupan nyata.

Pembelajaran dilanjutkan dengan presentasi hasil diskusi pada kelompok lain yang belum menyajikan hasil karya pada pertemuan ke-1. Guru juga memberi kesempatan pada kelompok lain untuk menanggapi hasil diskusi kelompok lainnya. Setelah presentasi diskusi selesai, dilanjutkan dengan mengembangkan dan menyajikan hasil pemecahan masalah melalui perumusan kesimpulan.

Pembelajaran dilanjutkan dengan pelaksanaan evaluasi tes hasil belajar yang diawali dengan mengingatkan materi nilai sosial. Guru mengatur setting tempat duduk secara klasikal. Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal secara mandiri dan jujur. Kemudian dilanjutkan guru membagikan soal tes pada siswa, evaluasi dilaksanakan selama 45 menit. Dalam pelaksanaan evaluasi tes guru melalukan pengawasan dan penguatan pada siswa tetap jujur dan mengerjakan soal semampunya serta memberikan pemahaman terhadap soal yang kurang bias mereka pahami. Setelah siswa selesai mengerjakan soal, kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan pengumpulan hasil tes. Kemudian guru menutup pelajaran dengan menyampaikan rencana pembembelajaran pada pertemuan berikutnya.

c. Pengamatan

1) Lembar Observasi Siswa

Tabel. 3 Skor aktifitas siswa dalam pembelajaran siklus I term II

No Jawaban F %

1 Sangat Baik 11 57.89

2 Baik 8 42.11

3 Cukup 0 0

4 Kurang 0 0

20*) 100

*) terdapat dua siswa yang tidak hadir karena ijin dan sakit

2) Hasil tes pembelajaran

(14)

Tabel. 4 Skor tingkat ketuntasan dan daya serap belajar siswa siklus I term II

No Area Informasi Pra Siklus Post Siklus I

1 Ketuntasan 51% 87%

2 Daya Serap 69 76

3) Lembar Observasi Aktivitas Guru

Pada siklus I pertemuan ke-2 guru dalam memunculkan kembali topik masalah sudah cukup baik, karena guru menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata seperti fenomena nilai-nilai sosial masyarakat disekitar Gunung Merapi, sehingga siswa menjadi antusias untuk mengikuti pembelajaran.

Dalam mengorganisir kegiatan pembelajaran siswa masuk dalam kategori cukup baik karena guru sudah mampu membimbing siswa mengorganisasi kegiatan presentasi hasil dikusi serta menjadikan kegiatan diskusi berlangsung interaktif dalam memecahkan masalah, hal ini terjadi hampir pada seluruh siswa.

Dalam meminta siswa melaksanakan evaluasi tes hasil belajar dalam kategori baik, karena guru mampu memotivasi dan meyakinkan siswa untuk mandiri dan konsisten dalam mengerjakan soal. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan tes yang berjalan kondusif serta hasil tes kognitif yang mengalami peningkatan baik ketuntasan maupun daya serap.

Dalam memantau kerja siswa saat evaluasi tes masuk dalam kategori baik, dalam hal ini guru berkeliling memantau jalannya evaluasi tes hasil belajar. Namun dalam memberi batas waktu pelaksanaan tes sangat kurang, sehingga sebagian siswa terburu-buru dan tidak selesai dalam mengerjakan soal tes. Aktivitas guru pada siklus I pertemuan ke-2 dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel. 5 Skor kinerja guru dalam pembelajaran siklus I term II

No Area Informasi Kegiatan

Skor

<

6

7

-

12

13

1

8

19

2

4

(15)

2 Memunculkan topik masalah 23

3 Mengelola dan mengorganisir pembelajaran 19

4 Mengembangkan materi pembelajaran 23

5 Merangkum materi pembelajaran 23

6 Mengevaluasi dan menganalisis permasalahan 21

Keterangan :

< 6 = Kurang, 7 – 12 = Cukup, 13 – 18 = Baik, 19 – 24 = Sangat Baik d. Refleksi

Analisis terhadap kegiatan pembelajaran pada siklus I ini didasari pada observasi selama kegiatan pembelajaran yang meliputi kemampuan mengeksplor permasalahan, argumentasi, daya nalar dan pembelajaran yang berbasis masalah. Skor penilaian diberikan pada tiap pertemuan, yang juga instrumen itu dijadikan bahan untuk menganalisis proses dan hasil pembelajaran pada siklus I. Sedangkan kesimpulan dapat dilihat pada beberapa kelebihan dan kelemahan.

Kelebihan tersebut meliput : (1) siswa menyimak dan mencatat informasi yang diberikan guru, (2) siswa dapat melakukan formulasi masalah dari identifikasi sampai penyelesaian, (3) siswa antusias dan interaktif dalam pembelajaran, (4) guru melakukan pengelolaan pembelajaran secara optimal, (5) pembelajaran berjalan dengan kebermaknaan.

Kelemahannya meliputi : (1) masih ada sebagian siswa yang tidak konsentrasi dalam menyimak penjelasan guru, (2) sebagian kerja kelompok belum optimal dengan rasio 3 : 1, (3) pelaksanaan diskusi kadang tidak terkontrol (out of context), (4) guru tidak memberikan batasan dan acuan secara tegas dalam pelaksanaan presentasi hasil diskusi, (5) efesiensi waktu yang belum optimal.

Sedangkan terkait penilaian proses dan hasil pembelajaran sudah baik, hal itu dapat dilihat dari hasil pengamatan dan hasil evaluasi tes. Misalnya pada hasil tes kognitif 79% dari keseluruhan siswa memperoleh nilai rata-rata 76 hal ini menunjukan bahwa pembelajaran dilihat secara hasil sudah mencapai target ketuntasan. Adapun bagian-bagian pembelajaran yang perlu diperbaiki adalah tingkat konsentrasi siswa, memperhatikan pelayanan secara individual pada beberapa siswa yang bermasalah dan merubah dinamika kelompok.

(16)

Pada tahap perencanaan guru menyusun rencana pembelajaran siklus II dengan menggunakan metode ceramah, case study berbasis wacana dari media massa, diskusi, dan tanya jawab, worksheet, instrumen evaluasi tes kognitif, lembar pengamatan aktivitas siswa dan guru yang akan menunjang pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan pelaksanaan evalusi tes dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman pada ranah kognitif siswa.

b. Pelaksanaan

Guru terlebih dahulu menyiapkan kondisi fisik siswa dengan mengucapkan salam, mengabsen siswa dan menyiapkan buku pelajaran dan dinamika kelompok. Guru kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran serta menginformasikan model pembelajaran yang akan dilakukan. Kemudian guru melakukan apersepsi, dan dilanjutkan dengan menyajikan masalah yang berkaitan dengan norma sosial. Pembelajaran dilanjutkan dengan mempresentasikan materi tentang hakikat norma-norma sosial.

Setelah itu dilanjutkan dengan pembelajaran berbasis masalah yang dimulai dari mengorientasikan siswa pada masalah. Dalam hal ini guru menyajikan worksheet dengan tema Aparat Juga Nikmati Bisnis Prostitusi, tiap kelompok mengerjakan dan mempelajari permasalahan yang sama. Setelah itu guru mengorganisir siswa untuk belajar sesuai dengan kelompoknya. Guru juga menjelaskan setting pembelajaran yang akan dilakukan. Guru meminta perwakilan salah satu dari anggota kelompok untuk menjadi panelis, utusan kelompok dipilih berdasarkan tingkat keaktifan siswa yang kurang. Selama proses diskusi berlangsung guru membantu dan membimbing siswa dalam memberikan penguatan argumentasi. Setelah diskusi selesai dilaksanakan, dilanjutkan dengan mengembangkan dan menyajikan hasil pemecahan masalah. Dalam hal ini guru memilih secara acak setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya, guru memberi kesempatan pada para penelis untuk memberikan argumentasi, hal yang sama juga berlaku pada kelompok lain untuk menanggapi hasil diskusi kelompok lainnya.

(17)

dengan membantu siswa mengkaji ulang hasil pemecahan masalah dan memberikan penguatan terhadap hasil pemecahan masalah.

c. Pengamatan

1) Lembar Observasi Siswa

Tabel. 6 Skor aktifitas siswa dalam pembelajaran

No Jawaban F %

1 Sangat Baik 13 59.09

2 Baik 8 36.36

3 Cukup 1 4.55

4 Kurang 0 0.00

22 100

2) Hasil tes pembelajaran

Pada siklus II nilai rata-rata siswa mencapai 78 dengan ketuntasan secara klasikal adalah 86 %. Perbandingan nilai hasil belajar sebelum (KD ke-I), siklus I dan setelah siklus II dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel. 7 Skor tingkat ketuntasan dan daya serap belajar siswa siklus II No Area Informasi Pra Siklus Post Siklus I Post Siklus II

1 Ketuntasan 51 82 86

2 Daya Serap 69 76 78

3) Lembar Observasi Aktivitas Guru

Pada siklus II guru dalam memunculkan masalah sudah amat baik, karena guru menyajikan masalah secara variatif dan kontekstual, yaitu perilaku aparat dalam masyarakat yang menyimpang, sehingga siswa menjadi tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Dalam memotivasi siswa untuk memecahkan masalah masuk dalam kategori baik, hal ini dapat dilihat dari dalam kegiatn pembelajaran, siswa begitu antusias untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru.

(18)

menanyai kesulitan tiap-tiap kelompok kemudian mengarahkannya untuk menyelesaikan masalah.

Guru meminta dan mengarahkan siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Guru memberi kesempatan siswa lain dan penelis untuk menanggapi hasil dalam kategori baik. Dalam memberi penguatan terhadap hasil penyelesaian masalah masuk dalam kategori baik, karena guru sangat antusias dan yakin dalam memberi penguatan.

Dalam meminta siswa mengerjakan soal essai masuk dalam kategori amat baik, karena guru mampu memotivasi siswa, sehingga siswa mampu mengerjakan soal, demikian halnya dalam penyusunan soal tes dibuat berdasarkan dengan alokasi waktu. Aktivitas guru pada siklus II dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel. 8 Skor kinerja guru dalam pembelajaran siklus II

No Area Informasi Kegiatan

3 Mengelola dan mengorganisir pembelajaran 22

4 Mengembangkan materi pembelajaran 21

5 Merangkum materi pembelajaran 23

6 Mengevaluasi dan menganalisis permasalahan 23

Keterangan :

< 6 = Kurang, 7 – 12 = Cukup, 13 – 18 = Baik, 19 – 24 = Sangat Baik d. Refleksi

(19)

mengevalusi proses pembelajaran, (7) evaluasi hasil pembelajaran dilakukan sesuai dengan prinsip penilaian.

Secara empiris keseluruhan hasil pelaksanaan siklus II adalah nilai rata-rata siswa pada tes evaluasi siklus II sebesar 78 dengan ketuntasan belajar 86% , hal ini menunjukkan bahwa dari aspek kognitif, ada 3 siswa yang hasil belajarnya belum mencapai ketuntasan. Perubahan peta kelas tersebut mengalami peningkatan positif dibandingkan dengan evaluasi tes siklus I sekitar selisih 4%. Sedangkan dari aspek pengamatan aktivitas pembelajaran siswa, sebanyak 95% (21 orang) sudah mengikuti pembelajaran dengan baik dan 5% (1 orang) dinyatakan cukup dalam keterlibatan pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum pada siklus II siswa sudah memenuhi standar kompetensi pembelajaran yang meliputi aspek kognitif (tes), motorik dan afektif (non-tes/observasi). Peningkatan prestasi juga tampak pada beberapa siswa yang tadinya kurang aktif ketika diberikan peran lebih aktif untuk mengikuti pembelajaran. Penelitian siklus II sudah sesuai dengan yang diharapkan , maka tidak dilanjutkan untuk siklus selanjutnya.

Pembahasan

Kegiatan pembelajaran akan berlangsung baik apabila interaksi antara guru dan siswa berjalan dua arah. Implementasi dari proses itu adalah guru menciptakan kondusi pembelajaran yang dinamis, efektif dan kondusif. Misalnya dalam proses pembelajaran, guru harus memilih metode, pendekatan, model dan strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai materi yang akan disampaikan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Keberhasilan pembelajaran dapat diketahui dari prestasi belajar hasil tes dan proses belajar siswa dikelas.

(20)

Berdasarkan hasil penelitian ini ternyata model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dengan nilai rata-rata tes pada tiap siklus mengalami peningkatan. Pada siklus I rata-rata-rata-rata nilai tes mencapai 76, pada siklus II nilai rata-rata siswa mencapai 78. Pada siklus I pertemuan ke-2 ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 79 %, dan pada siklus II ketuntasan belajar mencapai 86%. Hasil belajar kognitif siswa pada siklus II memenuhi indikator yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, yaitu sekurang-kurangnya 85 % dari keseluruhan siswa yang ada di kelas tersebut memperoleh nilai 65 atau mencapai ketuntasan 65%.

Hasil aktivitas belajar siswa yang masuk kategori sangat baik pada siklus I pertemuan ke-1 ada 56% siswa, baik 14,64%, cukup 12,18% dan kurang 8,09%. Pada siklus I pertemuan ke-2 sangat baik ada 57,89% siswa, baik 42,11% siswa, cukup dan kurang 0% siswa. Sedangkan pada siklus II sangat baik ada 59% siswa, baik 36,36% siswa, cukup 4,45% siswa dan kurang 0%. Dengan demikian ketuntasan aktivitas belajar siswa sudah memenuhi indikator yang ditetapkan dalam kriteria keruntasan minimal.

Hasil belajar kognitif dan aktivitas belajar siswa pada siklus I belum mencapai indikator yang telah ditetapkan, hal ini disebabkan siswa belum terpola dengan pembelajaran yang digunakan guru yaitu pembelajaran berbasis masalah. Pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah belum dapat berlangsung secara optimal. Hal ini disebabkan beberapa faktor seperti minimnya sarana pembelajaran dan kurangnya ketelitian tim observer dalam memberikan input. Selain itu siswa terkadang mengaalami lost control dalam pelaksanaan diskusi pembelajaran.

Pada siklus II guru melaksanakan perbaikan pembelajaran untuk menyelesaikan permasalahan yang ada pada siklus I. Upaya yang dilakukan adalah dengan meningkatkan aktivitas guru dalam pembelajaran, memotivasi siswa untuk memecahkan permasalahan, mengaktifkan diskusi dalam kelompok, membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam menyajikan hasil karya, dan juga memberi penguatan terhadap hasil pemecahan masalah.

(21)

sudah mulai terpola dengan model pembelajaran berbasis masalah. Pada siklus II siswa sudah aktif dalam pembelajaran, mereka mampu mengidentifikasi masalah, mengkonstruk sebuah konsep dan menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan maupun lisan. Model pembelajaran seperti itulah yang memberikan ruang secara terbuka bagi siswa untuk mengembangkan potensi dan kemampuan secara majemuk, bukan sebaliknya pembelajaran yang menjejali ilmu pengetahuan tanpa memperhatikan eksistensi utuh siswa (Amir Tengku Ramly dan Erlin Trisyulianti : 2006).

Pelaksanaan yang dilakukan guru pada setiap siklus yaitu menyiapkan kondisi fisik siswa dengan membuka dengan salam, mengabsen siswa, motivasi dan menyiapkan buku pelajaran dan membentuk kelompok. Guru kemudian menyampaikan tujuan proses dan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan. Kemudian guru melakukan apersepsi, yaitu dengan mengingatkan kembali materi minggu kemarin dan mengkaitkannya dengan materi hari ini kemudian guru menyajikan masalah yang berkaitan dengan nilai dan norma sosial. Guru menyampaikan materi nilai dan norma sosial, kemudian guru memberikan model pendidikan nilai orangg tua, kenakalan remaja dan perilaku menyimpang yang terjadi di masyarakat. Dalam hal ini guru menyajikan lembar kerja siswa yang telah dibuat, tiap kelompok mengerjakan permasalahan yang sama dan meminta siswa mempelajari masalah tersebut.

Setiap hasil karya kelompok dipresentasikan didepan kelas, siswa diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan terhadap hasil karya kelompok lainnya. Kegiatan itu dilakukan hingga akhir yakni dengan merumuskan sebuah kesimpulan dan merangkum materi yang terkait dengan pokok bahasan pembelajaran. Peran aktif dan kreatif guru cukup menentukan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga rangkaian pembelajaran dari perencanaan sampai dengan evaluasi berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

(22)

1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada pelajaran sosiologi materi pembelajaran nilai dan norma sosial pada kelas X SMA Avicenna Cinere meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan. Rata-rata skor yang dicapai siswa diakhir siklus II adalah 78 dengan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 86 %.

2. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kreatifitas dan sikap kritis siswa, hal itu terlihat dari skor perolehan pada aktivitas belajar siswa yakni 59% siswa kategori sangat baik, 36,36% siswa kategori baik, 4,45% siswa kategori cukup.

3. Guru antusias dan tertantang untuk melakukan pembelajaran secara lebih baik. Saran

Berdasarkan temuan penelitian, maka saran yang diajukan adalah:

1. Bagi guru, hendaknya menerapkan model pembelajaran berbasis masalah secara kontinu dan terstruktur.

2. Bagi peneliti, perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui keefektifan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan cara memodifikasi desain penelitian misalnya dengan menggunakan eksperimen dan korelasi, dalam proses belajar mengajar.

3. Pimpinan sekolah agar memfasilitasi dan mendorong program pengembangan profesionalisme guru secara serius dan kontinu seperti pemberdayaan program lesson study, supervisi berkala dan evaluasi program pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Adrian. Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar Siswa. Diakses dari situs http://www.artikel.us.com/art05-65.html

Abin S.M . 2003. PsikologiKependidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Andriani Dani. 2006. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada pelajaran IPS-Ekonomi pokok bahasan perusahaan dan badan usaha pada kelas VII SMP Negeri 4 Randudongkal. Skripsi - UNNES. Tidak diterbitkan.

Arikunto Suharsimi dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. Badan Standarisasi Nasional Pendidikan. 2006. Standar Kompetensi, Kompetensi

(23)

Belajar Tuntas,Diakses dari situs http://www.jip.pdkjateng.go.id/data/PEDOMAN SMA/JARTAS.doc

Ibrahim, Muslimin dan Muhamad Nur. 2000. Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.

Ismail. 2004. Model-Model Pembelajaran: Materi Pelatihan Terintegrasi Guru Mata Pelajaran Matematika SMP. Jakarta : Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakatra : Grasindo. Puji Hidayati, Oktia Fajri. 2007. Studi Komparasi Hasil Belajar Geografi Antara

Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Pembelajaran Konvensional Pada Siswa Kelas XI Program Ilmu Sosial SMA Negeri 9 Semarang Tahun. Skripsi - UNNES. Tidak diterbitkan.

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Soedijarto. 1993. Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu. Jakarta: Balai Pustaka.

Sudarman. 2005. Problem Based Learning Suatu Model Pembelajaran Untuk Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah”. Artikel Ilmiah FKIP Universitas Mulawarman Samarinda. Sudjana Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar-Mengajar. Bandung : Sinar Baru

Algasindo, h. 45.

Tengku Ramly Amir dan Trisyulianti Erlin. 2006. Pumping Teacher : Memompa Teknik Pengajaran Menjadi Guru Kaya. Jakarta : Kawan Pustaka.

Gambar

Tabel .1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Tabel. 2 Skor kinerja guru dalam pembelajaran
Tabel. 3 Skor aktifitas siswa dalam pembelajaran siklus I term II
Tabel. 4 Skor tingkat ketuntasan dan daya serap belajar siswa siklus I term II
+3

Referensi

Dokumen terkait

Apabila penerapan kepemimpinan transformasional yang sesuai, pemberian kompensasi yang sesuai dengan apa yang diharapkan karyawan akan terciptanya kepuasan kerja

Sehubungan dengan indikator capaian program KKS Pengabdian yang menjadi tujuan pelaksanaan program dapat diupayakan melalui penelusuran informasi tentang pengelolaan

Selama berdiskusi, baik pembawa acara maupun narasumber se- cara visual nonverbal masing-masing berupa- ya menunjukkan eksistensinya di dalam layar untuk menyajikan perbincangan

JAKARTA (12 Mei 2020) -Balai Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK) “Handayani” di Jakarta terus memberikan layanan dan pendampingan

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata antara perlakuan sistem tanam jajar legowo dan macam varietas terhadap berat gabah kering per petak pada

Grafik pada Gambar 4 menunjukkan bahwa semua kelompok yang mendapat perlakuan mengalami penurunan indeks Lee menunjukkan bahwa pemberian metformin, ekstrak air

bakar adalah adalah ethanol dengan kandungan 99,5% ysng j ika dimurnikan lebih lanjut dapat digunakan untuk keperluan farmasi dan pelarut di laboratorium analisis

Penelitian ini bertujuan untuk: menguji efektivitas dari pembelajaran matematika model PMR terhadap keyakinan matematika dan kemampuan pemecahan masalah yang ditunjukkan