• Tidak ada hasil yang ditemukan

Balai Handayani Salurkan 325 Paket Sembako di Jabodetabek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Balai Handayani Salurkan 325 Paket Sembako di Jabodetabek"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

Balai Handayani Salurkan 325

Paket Sembako di Jabodetabek

JAKARTA, (20 Mei 2020) – Balai Rehabilitasi Sosial Anak Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK) “Handayani” di Jakarta menyalurkan 325 paket sembako kepada anak terdampak Covid-19 di Jabodetabek. Penyaluran ini merupakan tindak lanjut Surat Edaran Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial tentang Refocusing Anggaran untuk kebutuhan warga terlantar.

(2)

Kepala balai, Neneng Heryani mengatakan bahwa dalam pelaksanaan penyaluran ini pihaknya menggandeng Ketua RT untuk memastikan bantuan tepat sasaran. “Kami bekerja sama dengan RT/RW setempat dalam penyaluran bantuan ini, terutama dalam pendataan. Sebagai gugus tugas terdepan dalam penanganan Covid-19, tentu pihak RT/RW yang paling tau siapa warga yang paling terdampak”, ujar Neneng.

Dalam pendataan, Neneng menekankan agar penerima bantuan yang didata adalah anak dalam situasi darurat terdampak Covid-19. “Kami meminta kepada RT/RW setempat untuk mendata anak yang orang tua atau pengasuhnya terdampak Covid – 19. Misalnya orang tua yang di PHK sehingga kesulitan untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarganya”, lanjut Neneng.

Selain bekerja sama dengan RT/RW setempat, Balai Handayani juga menggandeng LKSA (Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak). Sembako disalurkan langsung kepada anak dampingan LKSA. Ada empat LKSA yang bekerja sama dengan balai dalam penyaluran bantuan ini.

Terkait dengan komponen bantuan, Neneng menyampaikan hal itu disesuaikan dengan kebutuhan anak. “Isi paket sembako nya ada beras, telur, susu, sosis so nice, coco crunch, dan oreo. Nilainya Rp. 300 ribu per anak,” jelasnya.

Penyaluran bantuan ini mendapat respon yang baik dari penerima bantuan. Salah satu anak penerima bantuan, Putri mengapresiasi pihak balai yang telah menyalurkan bantuan langsung kepada mereka. “Terima kasih kepada Handayani Kemensos, bantuan ini sangat bermanfaat bagi saya, sekali lagi terima kasih,” katanya disela-sela penyerahan bantuan.

Sejak Kamis (20/5) tim Balai Handayani telah meyalurkan bantuan di beberapa titik di Jabodetabek, di antaranya di Cipinang Jakarta Timur, Clincing Jakarta Utara, Pondok Aren Tangerang, Depok, Bekasi, dan Bogor.

“Sejak kemarin kami sudah salurkan bantuan. Terakhir hari ini, meskipun libur kami tetap kejar target untuk menuntaskan semua penyaluran. Hari ini tim kami sudah salurkan bantuan ke daerah Cipondoh Tangerang,” tandas Neneng.

Terakhir, Neneng berharap agar bantuan ini dapat meringankan beban masyarakat, terutama anak dan orang tua. Bantuan ini merupakn bentuk upaya balai dan Kementerian Sosial dalam merespon banyaknya keluhan masyarakat

(3)

yang tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok akibat lesu nya perekonomian akibat pandemi Covid-19.

Penulis : Rizka Surya Ananda Editor : Humas Ditjen Rehsos

(4)

Previous Next

(5)

Balai Anak “Handayani” di Jakarta

Respon Laporan Pengaduan

Masyarakat Tentang 4 Anak

Disabilitas Terdampak Covid-19 di

Bandung

BANDUNG (20 Mei 2020) – Masyarakat Indonesia tengah berperang melawan pandemi Covid-19. Hal tersebut tidak melunturkan kepedulian antar sesama. Laporan pengaduan masyarakat kepada Balai Rehabilitasi Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK) “Handayani” di Jakarta kembali datang dari kader Pembina Kesejahteraan Keluarga (PKK) wilayah kota Bandung. Dilaporkan bahwa terdapat empat anak disabilitas terdampak Covid-19 yaitu “S”, “D”, “K” dan “F”.

(6)

Berdasarkan laporan tersebut, Kepala Balai Anak “Handayani”, Neneng Heryani segera menugaskan tim respon kasus untuk melakukan penelusuran dan asesmen terhadap 4 anak tersebut. “Perhatikan kebutuhan anak dan segera berikan bantuan pemenuhan gizi dan nutrisi kepada empat anak tersebut,” ujar Neneng Tim respon kasus menuju ke Bandung yang juga merupakan wilayah jangkauan Balai Anak “Handayani” untuk segera merespon kasus tersebut. Didampingi oleh kader PKK wilayah Bandung, Tuti tim respon kasus Balai Anak “Handayani” mendatangi rumah anak satu per satu dan langsung melakukan asesmen.

Diketahui “S” merupakan anak perempuan berusia 15 tahun. Awalnya “S” terlahir normal tanpa hambatan apapun, namun pada saat berusia 4 bulan ia mengalami kejang disertai demam tinggi. Setelah kejadian tersebut, “S” mengalami kemunduran kinerja otak dan mengalami hambatan bergerak. Hingga saat ini, “S” tidak bisa berbicara dan tidak dapat menggerakkan anggota tubuhnya. Ayahnya yang menjadi tulang punggung keluarga saat ini sedang kesulitan mencari pekerjaan. Sebelumnya, ayah “S” bekerja sebagai buruh pabrik. Namun karena pandemi ini, ia harus berhenti bekerja sehingga kebutuhan keluarga tidak dapat terpenuhi dengan baik.

Selanjutnya, “D” merupakan seorang anak laki-laki berusia 17 tahun. Ia mengalami gangguan pada bagian otaknya sejak usia 2 tahun. Diketahui bahwa “D” pernah jatuh dalam pangkuan ayahnya saat kecil. “D” sering mengalami bullying dari anak-anak seusianya, sehingga selama ini ia tidak lagi berani keluar rumah. Ayahnya bekerja sebagai buruh bangunan dan sudah selama dua bulan terakhir mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan keluarga karena tidak memiliki penghasilan pada masa pandemi Covid-19 ini.

“K” merupakan anak perempuan yang baru saja dilahirkan pada November 2019. Sejak dilahirkan “K” tidak memiliki langit-langit pada mulutnya, sehingga ia kesulitan saat bernafas dan saat meminum Air Susu Ibu (ASI). Selain itu, “K” tidak dapat merespon stimulus suara yang diperdengarkan kepadanya maupun benda-benda yang dilihatnya. Disebabkan kondisi tersebut, menurut Dokter harus dilakukan tindakan operasi bagi “K”. Orang tua “K” saat ini tidak bekerja dan kesulitan memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Terakhir adalah “F” seorang anak laki-laki berusia 13 tahun. Ia mengalami hambatan pada kinerja otaknya sehingga menyebabkan keterlambatan dalam

(7)

berfikir. Keluarga “F” tinggal di sebuah rumah kontrakan kecil yang cukup sesak untuk ditinggali oleh 4 orang. Saat ini, kondisi ekonomi keluarganya terganggu disebabkan ayahnya tidak bisa bekerja karena tempatnya bekerja ditutup sementara karena masa pandemi ini.

Seluruhnya diberikan bantuan pemenuhan gizi dan nutrisi berupa susu, vitamin, buah-buahan, biskuit, dan makanan pendukung lainnya. Selanjutnya akan dilakukan monitoring berkala kepada empat anak tersebut.

Penulis: Tirani Larasati

Editor: Humas Ditjen Rehsos

Previous Next

(8)
(9)

Balai Anak “Handayani” di Jakarta

Respon Kasus Keluarga Terpapar

Covid-19

JAKARTA (20 Mei 2020) – Balai Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK) “Handayani” di Jakarta kembali menerima laporan melalui Telepon Pelayanan Sosial Anak (TEPSA) 1500-771. Laporan kali ini mengenai 2 anak di sekitar wilayah Cakung Jakarta Timur yang orang tuanya terkena Covid 19. Laporan ini berasal dari seorang Tenaga Medis yang menangani kedua anak tersebut.

Adalah “MA” berusia 3 tahun dan “KS” berusia 1 tahun yang dinyatakan berstatus positif Covid-19 karena tertular oleh Ibunya. Sebelumnya keluarga tersebut dinyatakan berstatus positif Covid-19 setelah sang Ayah meninggal disebabkan tertular Covid-19 di Rumah Sakit (RS) dimana ia bekerja sebagai petugas keamanan.

Selanjutnya, keluarga tersebut segera di karantina dan mendapatkan perawatan intensif di RS rujukan penanganan Covid-19. Setelah itu, akhirnya Dokter menyatakan keluarga sudah pulih dan dalam kondisi sehat. Saat ini, seluruh anggota keluarga telah kembali ke dalam lingkungan masyarakat dan kembali beraktifitas di rumah.

Merespon laporan tersebut, Kepala Balai Anak “Handayani” di Jakarta, Neneng Heryani menugaskan tim respon kasus untuk segera memberikan dukungan serta melakukan asesmen kepada keluarga ini terlebih karena terdapat anak yang masih balita.

“Kita harus pastikan pemenuhan gizi anak-anak tersebut karena Sang Ayah yang menjadi tulang punggung keluarga telah meninggal. Respon kasus harus tetap dilaksanakan dengan protokol kesehatan sesuai dengan anjuran Kementerian Kesehatan”, ujar Neneng dalam arahannya

Tim respon kasus Balai Anak “Handayani” didampingi oleh Ketua Rukun Tetangga (RT), Edi mengunjungi keluarga ini. Tim respon kasus melakukan asesmen kebutuhan dan memberikan motivasi bagi keluarga tersebut. Tim respon kasus

(10)

tidak kesulitan untuk menjangkau keluarga tersebut dikarenakan seluruh masyarakat sekitar sangat terbuka dan tidak mendiskriminasi. Disampaikan oleh Edi bahwa seluruh masyarakat juga responsif untuk membantu kebutuhan keluarga ini secara bergantian setiap harinya.

Setelah melakukan asesmen kebutuhan kepada keduanya, tim respon kasus Balai Anak “Handayani” memberikan bantuan berupa pemenuhan gizi dan nutrisi diantaranya susu, beras, telur, biskuit, dan makanan pendukung lainnya. Selanjutnya, Balai Anak “Handayani” akan melakukan monitoring berkala kepada keluarga tersebut untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan dan hak-hak anak.

Penulis: Maria Josefin Barus Editor: Humas Ditjen Rehsos

(11)

Kemensos Bangun Sinergitas

Penanganan “NF”

JAKARTA (17 Mei 2020) – Penanganan kasus “NF” masih terus berlanjut. Hari ini Balai Anak “Handayani” menerima kembali kunjungan dari Direktur Jenderal Rehabilitas Sosial, Harry Hikmat bersama Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi dan Deputi Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), Nahar didampingi oleh Kepala Balai Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK) “Handayani”, Neneng Heryani dan para Pekerja Sosial serta Psikolog dalam rangka pemberian motivasi bagi “NF”.

Dalam pertemuan ini, “NF” mengungkapkan harapannya agar bisa tetap berada di Balai Anak “Handayani” Jakarta dalam menjalani proses hukum. Ia ingin dapat mengembangkan potensi melukis yang dimilikinya serta ingin berusaha untuk memperbaiki dirinya.

Kondisi “NF” saat ini sudah lebih tenang dan stabil. Mulai nampak kepercayaan diri dari “NF” untuk meraih masa depan yang lebih cerah. “NF” juga dapat lebih lancar bercerita mengenai pengalaman-pengalaman hidupnya serta hal-hal yang disukainya. Pertemuan berlangsung cair dan diselingi dengan senda gurau. “NF” juga mengungkapkan rasa sesalnya karena perilakunya di masa lalu.

“Harus semangat dan tetap optimis ya, kami pasti akan dampingi proses hukum yang harus kamu jalani”, ujar Harry kepada “NF”

Harry, Seto, dan Nahar memberikan banyak nasihat-nasihat serta motivasi agar “NF” terus dapat bersemangat menjalani kehidupannya. Langkah selanjutnya, Harry akan terus memastikan perlindungan dan pendampingan advokasi sosial terutama dalam pemenuhan hak-hak dan kebutuhan “NF” sebagai seorang anak.

Penulis: Tirani Larasati

(12)

Previous Next

(13)

“NF” Tunjukkan Perkembangan

Lebih Baik di Balai Anak

“Handayani” Jakarta

JAKARTA (17 Mei 2020) – Sejak 21 April 2020, “NF” telah dirujuk ke Balai Anak milik Kementerian Sosial oleh Polres Metro Jakarta Pusat. Berdasarkan Undang-Undang No.11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA) bahwa seorang anak yang berkonflik dengan hukum (red: sebutan seorang anak yang

(14)

menjadi pelaku tindak pidana) tidak dapat dilakukan penahanan. Selain itu, dijelaskan pula bahwa selama proses hukum berjalan bagi Anak dapat dititipkan ke Lembaga Penempatan Anak Sementara (LPAS), namun apabila tidak terdapat LPAS maka dapat dititipkan di Lembaga Penyelenggara Kesejahteraan Sosial (LPKS).

Berdasarkan hal itu, juga merujuk pada Keputusan Menteri Sosial No. 107/HUK/2019 tentang Penetapan LPKS dan Rumah Perlindungan Sosial (RPS) sebagai Pelaksana Rehabilitasi Anak yang Berhadapan dengan Hukum (ABH), terdapat 98 LPKS dan 39 RPS ABH yang ditunjuk oleh Kementerian Sosial untuk menangani ABH di seluruh Indonesia termasuk Balai Anak “Handayani” di Jakarta.

Hal tersebut mendasari pemberian Program Rehabilitasi Sosial Anak (Progresa) bagi “NF” di Balai Anak “Handayani” di Jakarta. Progresa meliputi pemberian terapi psikososial, terapi mental spiritual, terapi fisik, dan terapi penghidupan yang merupakan peningkatan minat bakat serta pelatihan keterampilan.

Setelah hampir satu bulan lamanya, perlahan “NF” telah menunjukkan perkembangan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Berdasarkan hasil asesmen, awalnya “NF” senang menyendiri, sulit beradaptasi dan sulit menyesuaikan dirinya di Balai. Saat ini sosialisasi “NF” mulai menunjukkan kemajuan. Saat ini “NF” mulai terbuka dengan petugas dan mau berbaur dengan anak lainnya di Balai.

Berdasarkan pendalaman oleh psikolog, diketahui “NF” tidak lagi menunjukkan rasa cemas dan khawatir dan sudah mulai tenang serta nyaman berada di Balai Anak “Handayani” di Jakarta.

Selain itu, “NF” semakin menunjukkan rasa penyesalannya dan lebih dekat lagi dengan Allah SWT. “NF” rajin melaksanakan ibadah juga mengikuti semua kegiatan terapi mental spiritual yang dilakukan oleh pembimbing agama di Balai. Saat ini “NF” mulai menggambar objek lain seperti pemandangan alam. Semangatnya bertambah karena “NF” mendapatkan hadiah ulang tahun berupa perangkat lukis dari Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial, Harry Hikmat saat lakukan kunjungan pemantauan progresa bagi “NF” di Balai Anak “Handayani” (15/05).

(15)

“Tolong terus lakukan pendalaman kepada “NF” serta dukung potensi melukisnya. Nanti saya akan beri dukungan kepada “NF” dengan belajar melukis bersama”, pungkas Harry

Hingga detik ini, para Pekerja Sosial serta Psikolog masih terus melengkapi asesmen serta memantau setiap perubahan yang ditunjukkan oleh “NF”. Diungkapkan oleh “NF”, ia berharap untuk tetap dapat menjalani hukumannya di Balai Anak “Handayani” Jakarta dibandingkan harus mendekam di Rumah Tahanan Pondok Bambu.

Penulis: Tirani Larasati

Editor: Humas Ditjen Rehsos

Previous Next

(16)

Dirjen Rehsos Pantau Program

Rehabilitasi Sosial bagi “NF” di

Balai Anak “Handayani” di Jakarta

JAKARTA (15 Mei 2020) – Sebelumnya, Balai Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK) “Handayani” di Jakarta telah lakukan koordinasi (13/05) melalui Diskusi Forum Terfokus Penanganan Kasus “NF” dengan para stakeholder melalui video conference. Para stakeholder yang hadir di dalam diskusi tersebut diantaranya Aparat Penegak Hukum (APH), Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dan masih banyak lagi.

Diskusi tersebut langsung dipimpin oleh Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial, Harry Hikmat. Dalam diskusi tersebut, disepakati beberapa hal diantaranya Dinas Pendidikan akan membantu proses kelulusan “NF” dengan mempertimbangkan nilai portofolio serta nilai-nilai ujian dan tugas sejak semester 1 – semester 5,

(17)

Dinas Kesehatan menyatakan siap untuk membantu persiapan kelahiran anak “NF”, rencana penempatan dan pemberian terapi psikososial bagi “NF”, serta kesiapan para stakeholder untuk mengawal kasus “NF” hingga selesai.

Pagi ini, Harry Hikmat melakukan kunjungan dalam rangka memberikan penguatan kepada “NF” dan melihat jalannya program rehabilitasi sosial bagi “NF”. Bertempat di ruang pelayanan publik Balai Anak “Handayani”, Harry didampingi oleh Kepala Balai Anak “Handayani”, Neneng Heryani dan Pekerja Sosial memberikan motivasi kepada “NF” secara mental juga dukungan pengembangan minat bakat dengan pemberian alat lukis. Diketahui bahwa “NF” memiliki potensi di bidang seni lukis. Harry juga menyatakan bahwa akan terus mendampingi penyelesaian kasus “NF”.

Kasus “NF” kembali menjadi sorotan setelah statusnya yang juga sebagai korban kekerasan seksual terungkap. Hal ini perlu diketahui oleh masyarakat karena stigma yang terbentuk pada diri “NF” sudah semakin mengkhawatirkan. Masyarakat tidak mengetahui bahwa terdapat korelasi antara kondisi yang dirasakan “NF” setelah menjadi korban kekerasan dengan kejahatan yang dilakukannya kepada balita “APA”.

Harry juga melakukan diskusi dengan para pekerja sosial dan psikolog untuk mengetahui kondisi perkembangan “NF”. Disamping itu, Harry jg memberikan semangat serta dukungan kepada seluruh pelaksana rehabilitasi sosial di Balai Anak “Handayani” untuk memberikan pelayanan prima bagi para Penerima Manfaat (PM). Pendalaman kasus “NF” yang dilakukan oleh Pekerja Sosial dalam waktu yang tidak sebentar, sehingga dapat terkuak beberapa informasi penting yang sebelumnya tidak terungkap.

Selama berada di Balai Anak “Handayani”, “NF” telah diberikan banyak treatment sebagai langkah intervensi. Berbasis Program Rehabilitasi Sosial Anak (Progresa), diberikan terapi psikososial, terapi fisik, terapi mental spiritual, dan pengembangan minat bakat serta pelatihan keterampilan. Terapi psikososial yang dilakukan diantaranya terapi kursi kosong dan terapi katarsis. Tujuan terapi tersebut adalah untuk membantu “NF” mengeluarkan emosi dan perasaan terpendamnya sehingga ia dapat menjalankan aktifitasnya dengan lebih semangat dan lebih dapat berpikir positif. Selanjutnya diberikan pendalaman agama serta pelaksanaan ibadah untuk meningkatkan keimanan PM terhadap Allah SWT. “NF” juga diberikan keterampilan handycraft serta peningkatan minat dan bakat lukis

(18)

untuk mendukung potensi yang dimilikinya.

“Inilah yang harus menjadi perhatian, bahwa “NF” mengalami kondisi buruk yang mengganggu pikiran dan perkembangannya setelah ia menjadi korban kekerasan seksual. Selanjutnya. Pekerja Sosial beserta petugas pelaksana rehabilitasi sosial di Balai Anak “Handayani” harus terus melakukan pendalaman untuk membantu pemulihan kondisi psikososial “NF” dengan melakukan berbagai treatment”, kata Harry di hadapan para awak media.

Selanjutnya, Balai Anak “Handayani” akan terus berupaya memenuhi hak-hak “NF, mengembangkan potensi yang dimilikinya, serta menyelenggarakan perlindungan bagi “NF”. Balai Anak “Handayani” juga akan segera melakukan koordinasi dengan Hakim terkait untuk dapat mendiskusikan penyelesaian kasus “NF.

Penulis: Tirani Larasati

(19)
(20)

Previous Next

(21)

Siap Salurkan BANTU, Balai Anak

Handayani Gelar Bimtek

JAKARTA, (12 MEI 2020) – Balai Rehabilitasi Sosial Anak Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK) “Handayani” di Jakarta menggelar bimbingan teknis Program Bantuan Bertujuan (BANTU) Tahun 2020 melalui video conference . Kegiatan ini dihadiri oleh 100 peserta dari unsur Dinas Sosial Provinsi dan Kabupaten/Kota, Supervisor Sakti Peksos, Sakti Peksos, dan Pengurus Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak.

Hadir sebagai narasumber, Direktur Rehabilitasi Sosial Anak, Kanya Eka Santi mengatakan pemanfaatan BANTU dapat digunakan untuk keperluan pemenuhan hidup layak, pengasuhan anak, dukungan keluarga, dan terapi. Namun Kanya menekankan agar LKSA mengutamakan pemanfaatan untuk penanganan Covid-19.

“Kami menganggarkan Rp. 500 ribu dari jumlah indeks Rp. 1 juta rupiah untuk pemenuhan hidup layak. Angka ini naik Rp. 200 ribu dari tahun lalu. Jadi kami harap agar pos ini dapat digunakan untuk penanganan Covid 19 seperti membeli suplemen daya tahan tubuh dan Alat Pelindung Diri”, papar Kanya.

Terkait dengan tiga pemanfaatan lainnya, Kanya mengingatkan agar LKSA memerhatikan protokol kesehatan dalam melaksanakan kegiatan yang mengumpulkan banyak orang. Salah satunya dengan membatasi jumlah peserta yang hadir dan tetap mengenakan alat pelindung diri.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala BRSAMPK Handayani, Neneng Heryani menyampaikan bahwa proses penyaluran BANTU sudah sampai pada tahap payrol di BNI Cabang Kemensos. “Saat ini proses nya sudah sampai di tahap pemindahbukuan dari rekening penampung ke rekening anak atau payrol . Segera setelah dana masuk, bantuan bisa langsung disalurkan kepada anak penerima manfaat”, jelas Neneng.

Selain itu, Neneng mengajak seluruh unsur yang terlibat agar berkomitmen penuh terhadap penyaluran bantuan ini. Neneng juga menekankan bahwa BRSAMPK Handayani akan terus mendampingi LKSA agar penyaluran bisa berjalan lancar.

(22)

“Kami akan terus mendampingi bapak/ibu dalam penyaluran. Setelah bimtek besar ini, kami akan menyelenggarakan bimtek per wilayah sehingga diskusi mengenai teknis pelaksanaan bisa lebih menyeluruh dan detil,” ujar Neneng. Sebelumnya diberitakan bahwa BRSAMPK “Handayani” akan menyalurkan BANTU kepada 1.050 anak yang tersebar di 37 LKSA di 7 provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Utara. Balai menyiapkan dana sebesar Rp. 1,05 Milyar untuk penyaluran bantuan ini sehingga masing-masing anak menerima Rp. 1 juta.

Penulis : Rizka Surya Ananda

Previous Next

(23)

Belajar dari Kasus NF : Pelaku

Tindak Kekerasan Sekaligus

Korban Kekerasan Seksual

JAKARTA (13 Mei 2020) – Menelisik kembali kasus NF (15 Tahun), remaja putri atas tindak kekerasan pembunuhan terhadap anak berusia 5 Tahun. Sejak kasus ini mengemuka, Kemensos melalui Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial telah memberikan perhatian. Hal ini terkait dengan perilaku NF menghilangkan nyawa dan kebiasannya menggambar berbagai ekspresi kekerasan serta kesenangannya menonton film horror dan novel tentang seorang pengidap psikopat.

Setelah menjalani pemeriksaan fisik dan psikologis di Rumah Sakit Polri Jakarta Timur, terungkap bahwa NF juga menjadi korban kekerasan seksual oleh 3 orang

(24)

terdekatnya hingga kini hamil 14 minggu. Saat ini NF telah dirujuk ke Balai Anak “Handayani” di Jakarta. Di Balai milik Kemensos tersebut. NF mendapatkan layanan rehabilitasi sosial sambil menunggu proses peradilan.

Dalam upaya mendapatkan pembelajaran dari kasus NF, terutama mencegah agar kasus tersebut tidak terulang, Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial memimpin diskusi kelompok terfokus, “Refleksi kebijakan penanganan kasus NF”. “Saya berharap bahwa pertemuan ini tidak semata-mata membahas kasus NF, tapi lebih jauh kepada mendiskusikan upaya pencegahan meningkatkatnya masalah anak berhadapan dengan hukum (ABH),” jelas Harry saat membuka kegiatan. Dalam penjelasannya, Harry mengungkapkan bahwa berdasarkan penanganan satuan bakti pekerja sosial, laporan Telepon Pelayanan Sosial Anak (TEPSA) dan penanganan di Balai/Loka Anak Kemensos, jumlah ABH terus meningkat setiap tahun.

Diskusi diikuti oleh Kementerian/Lembaga terkait, yaitu KPPPA, Kejari Jakarta Pusat, Bareskrim Polri, Polres Metro Jakarta Pusat, RS Polri Kramat Jati, KPAI, Komnas PA, LPAI, PP Muhammadiyah, Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak, Balai Anak “Handayani”, Kementerian Hukum dan Ham, Dinas Sosial, Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, serta seluruh kepala balai/loka rehabilitasi social Anak, Kemensos.

Hak NF sebagai Anak Tetap Dipenuhi

NF berada dalam dua posisi sekaligus, yaitu sebagai pelaku pembunuhan dan menjadi korban kekerasan seksual. “Kasus kedua juga perlu diselidiki untuk mendapatkan kesimpulan logis mengapa anak ini melakukan tindak kekerasan,” kata Harry kepada peserta rapat. Di sisi lain, Harry menegaskan, pentingnya memenuhi hak NF sebagai anak yang membutuhkan perlindungan khusus.

Sejalan dengan hal tersebut, pekerja social dan psikolog Handayani telah melakukan beberapa terapi kepada NF. Saat ini, kondisi NF sudah menunjukkan perubahan kearah yang lebih baik, secara fisik, psikis, sosial dan spiritual. Kondisi fisiknya tampak sehat dan sudah mampu menjaga kebersihan diri. Secara sosial, NF mulai terbuka dengan petugas untuk menceritakan permasalahannya dan merasa nyaman berada di balai. NF bahkan meminta untuk tetap berada di Balai Anak “Handayani” Jakarta dan ingin mengurus sendiri anaknya setelah lahir.

(25)

Perwakilan Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat, menerangkan bahwa proses yang dilakukan ini bukan semata-mata penegakan hukum, tetapi NF juga memiliki hak dan kewajiban sebagai anak yang patut dipenuhi. Kejari Jakarta pun mendukung upaya Kemensos, “Kami selalu mendukung proses rehabilitasi sosial oleh Balai Anak “Handayani” Jakarta. Kami juga akan terus memantau,” ucapnya.

Dalam diskusi juga, perwakilan dari Dinas Pendidikan memastikan bahwa hak NF sebagai siswa tidak akan dinafikan. Penilaian kelulusan yang menggunakan nilai raport dan portofolio juga diterapkan untuk NF. Demikian pula hak NF untuk mendapatkan layanan kesehatan.

Deputi Perlindungan Anak, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), Nahar menyebutkan bahwa hak anak dalam proses peradilan adalah mendapat pendampingan hukum. “Kami sudah siapkan tim penasihat hukum untuk dampingi NF di peradilan,” ungkapnya. Harapannya, semua proses terkoordinasi dan penyelesaian perkara dilakukan secara koordinatif.

Dukungan agar NF mendapat rehabilitasi sosial pasca keputusan pengadilan datang dari berbagai pihak, salah satunya dari Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Putu Elvina. “Sejak Kasus ini merebak, kita sudah rekomendasikan untuk rehabilitasi. NF akan menjalani proses panjang. Saya berfikir kondisi psikologis pasti mengalami penurunan dan ini bisa dimanage oleh Balai Anak “Handayani” Jakarta,” katanya.

Hal ini juga dibenarkan oleh Wakil Ketua Bidang Pelayanan Masyarakat PP Muhammadiyah, M. yang memberi dukungan untuk rehabilitasi bagi NF. “Saya harap hakim memberi dukungan untuk rehabilitasi bagi NF. Mohon dukungan dari Kemensos juga, anak ini perlu rehabilitasi khusus,” ucapnya.

Belajar dari Kasus NF

Kasus NF, sejatinya memberikan pembelajaran penting bagi banyak pihak. “Kasus ini memunculkan sensitisasi pada kita semua. Namun saat membahasnya, kita juga tetap menjaga kode etik demi kepentingan terbaik anak. “ Dirjen Rehsos menyebut beberapa pembelajaran yang perlu menjadi perhatian agar kejadian serupa dapat dicegah, misalnya soal pengawasan orang tua, pelaku adalah orang terdekat dan berada di lingkungan anak dan kekerasan seksual terjadi di rumah.

(26)

Dalam lingkup kebijakan, Harry juga menyebut tentang masih terbatasnya sarana prasarana sesuai yang ditetapkan UU Sistem Peradilan Pidana Anak dan perlunya kebijakan pencegahan yang dapat diaplikasikan oleh berbagai Lembaga Kesejahteraan Anak dan Balai/Loka Anak Kemensos. “Kita harus melakukan orientasi ulang terhadap Undang-undang yang ada, bukan hanya pada penanganan hukum dan perlindungan anak, tetapi juga upaya konkrit agar kejadian ini tidak terulang lagi,” tegasnya.

Masukan untuk pencegahan terhadap kekerasan anak pun bermunculan. Perwakilan Dinas Pendidikan DKI Jakarta, menyampaikan bahwa upaya pencegahan kekerasan anak sudah tertuang di dalam Peraturan Gubernur Nomor 86 Tahun 2019 tentang pencegahan dan penanggulangan Tindak Kekerasan Bagi Peserta Didik di Satuan Pendidikan dan Lingkungan Pendidikan.

Sedangkan Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinsos DKI Jakarta, Prayitno mengungkapkan akan berupaya melakukan pencegahan dengan menggandeng Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) untuk sosialisasi ke masyarakat. Sosialisasi tersebut dalam bentuk upaya perlindungan anak dan upaya preventif melalui poster, leaflet dan media lainnya.

Di akhir pertemuan, Dirjen Rehsos mengatakan bahwa pertemuan kedepan akan memperdalam strategi pencegahan yang lebih progresif. Selain itu, perlu dilakukan pengemasan edukasi untuk lingkungan terkait parenting skill agar bisa mendukung perlindungan terhadap anak. Hal ini untuk menghindari anak dari referensi buruk seperti media sosial, novel dan referensi lainnya yang belum patut dikonsumsi anak dibawah umur. “Early Warning ini perlu untuk membatasi materi yang bisa dikonsumsi anak,” kata Dirjen Rehsos.

(27)
(28)

Previous Next

(29)

Respon Kasus Anak Disabilitas

dengan HIV/AIDS di Wilayah

Jakarta Utara

JAKARTA (12 Mei 2020) – Pada Senin (11/05/2020) Balai Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK) “Handayani” di Jakarta kembali menerima laporan pengaduan masyarakat mengenai 2 anak disabilitas yang mengidap HIV/AIDS sedari kecil di daerah Jakarta Utara.

Kondisi disabilitas ini terjadi pada keduanya karena mereka mengidap HIV/AIDS bawaan dari orang tuanya. Keduanya sempat mengalami penurunan kondisi tubuh hingga mengalami kemunduran dan keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

Berdasarkan laporan pengaduan masyarakat tersebut, Kepala Balai Anak “Handayani” di Jakarta, Neneng Heryani segera menugaskan tim respon kasus untuk melakukan asesmen terhadap kedua anak tersebut dan memberikan bantuan pemenuhan gizi dan nutrisi.

“Kita harus memberikan dukungan kepada kedua anak ini, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Asesmen kebutuhan penting dilakukan demi memenuhi kebutuhan dasar keduanya,” ujar Neneng dalam arahannya

Tim respon kasus Balai Anak “Handayani” didampingi oleh Yayasan Lentera mengunjungi anak pertama yang berusia 4 tahun 8 bulan berjenis kelamin perempuan, “LK”. Ia harus mengidap HIV/AIDS disebabkan penularan virus oleh Ibunya yang saat ini telah meninggal. Sementara sang ayah, pergi meninggalkan “LK” dan tidak mau mengasuhnya lagi sehingga “LK” diasuh oleh nenek, kakak perempuan, paman, dan bibinya.

Sampai saat ini, pertumbuhan dan perkembangan “LK” masih belum sesuai dengan usianya. “LK” masih belum dapat berjalan dan berbicara, kemampuan tangan masih sangat terbatas, serta low vision. Sang Nenek mengungkapkan bahwa masih banyak kebutuhan “LK” yang belum terpenuhi karena keterbatasan ekonomi. “LK” juga membutuhkan kursi roda untuk mempermudah mobilitas “LK” saat berobat dan melakukan terapi agar pertumbuhan dan perkembangan

(30)

“LK” dapat lebih optimal.

Selanjutnya, tim respon kasus didampingi Yayasan Lentera mengunjungi anak kedua yang berusia 6 tahun 1 bulan berjenis kelamin perempuan, “NH”. Saat ini, kedua orang tua “NH” sudah meninggal sehingga “NH” diasuh oleh nenek dan ketiga kakaknya. “NH” mengidap HIV/AIDS karena penularan oleh sang ibu. Virus ini juga yang menyebabkan pertumbuhan “NH” terhambat dan mengalami kendala. “NH” belum bisa berbicara lancar, berjalan dengan merambat, kemampuan tangan masih sangat terbatas, dan low vision.

Sang kakak yang menjadi tulang punggung keluarga, saat ini tidak lagi bekerja karena diberhentikan akibat pandemi Covid-19. Sementara, “NH” masih harus mengkonsumsi obat anti retroviral (ARV) secara rutin untuk menghambat penyebaran virus pada tubuhnya.

Setelah melakukan asesmen kebutuhan kepada keduanya, tim respon kasus Balai Anak “Handayani” memberikan bantuan berupa sembako yang berisi susu, beras, telur, biskuit, dan makanan pendukung lainnya. Kondisi kedua anak ini masih memerlukan bantuan terutama kebutuhan pengobatan dan terapi. Selanjutnya, Balai Anak “Handayani” akan menghubungkan kedua anak ini dengan Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta untuk kelanjutan proses pendampingan anak.

(31)

Previous Next

(32)

Pekerja Sosial Balai Anak

“Handayani” di Jakarta Dampingi

“NF” dalam Kunjungan Keluarga

JAKARTA (12 Mei 2020) -Balai Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK) “Handayani” di Jakarta terus memberikan layanan dan pendampingan bagi “NF”, seorang remaja berkonflik hukum karena menghilangkan nyawa balita sekaligus menjadi korban kekerasan seksual yang terjadi di daerah Sawah Besar, Jakarta Pusat beberapa bulan yang lalu. Koordinasi dengan stakeholder terkait dijalin demi kepentingan terbaik bagi anak.

Selain koordinasi dengan stakeholder terkait, koordinasi juga dilakukan secara intensif dengan keluarga “NF”. Perhatian dan motivasi dari keluarga menjadi faktor penting dalam mendukung perubahan perilaku “NF” juga menjadi penguat

(33)

“NF” dalam proses hukum yang sedang dijalaninya.

Sejak 21 April 2020, “NF” terus mengharapkan kedatangan keluarga untuk sekedar bercerita atau bertatap muka. Kepala Balai Anak “Handayani” di Jakarta, Neneng Heryani menugaskan kepada Pekerja Sosial pendamping “NF” untuk terus berupaya melakukan koordinasi dengan pihak keluarga sebagai bentuk dukungan dan penguatan bagi “NF”.

“Pastinya keluarga merupakan bagian terpenting bagi siapapun. Kami terus lakukan pendekatan dengan keluarga “NF” untuk terus mendukung layanan dan pendampingan yang kami lakukan,” kata Neneng

Bertepatan dengan hari ulang tahun “NF” (10/05/2020), keluarga datang mengunjunginya di Balai dengan tetap memberlakukan protokol pencegahan penyebaran Covid-19. Balai Anak “Handayani” di Jakarta memberikan kesempatan bagi “NF” untuk bertemu dengan keluarga. Pekerja Sosial pun turut mendampingi pertemuan “NF” dengan keluarganya.

Tidak hanya orang tua, adik-adik “NF” pun turut hadir dalam pertemuan ini. Berlangsung selama 3 jam, pertemuan keluarga ini sangat mengharukan mengingat “NF” sudah sangat lama tidak bertemu dengan keluarganya. Pertemuan pertama selama “NF” berada di Balai ini, tentu saja membuat NF sangat bahagia dan terharu. “NF” memeluk erat semua keluarganya secara bergantian. Ia juga menangis melepas rindu.

Pada kesempatan ini juga “NF” bercerita kepada keluarganya dan mengungkapkan rasa syukurnya setelah berada di Balai Anak “Handayani”. “NF” menceritakan bahwa ia mendapat banyak perhatian dari petugas, juga banyak kegiatan yang bisa ia ikuti. “NF” mengungkapkan bahwa ia merasa lebih tenang karena sudah dapat lebih dekat dengan Allah SWT dan tidak lupa beribadah sholat lima waktu dan mengaji.

Selanjutnya, orang tua “NF” menyampaikan bahwa akan terus memberikan penguatan dan dukungan kepada “NF” dan mendukung segala layanan dan upaya pendampingan yang dilakukan oleh Balai Anak “Handayani” di Jakarta. Koordinasi antara Balai dengan keluarga “NF” akan terus dilakukan demi kepentingan terbaik bagi anak.

(34)

Referensi

Dokumen terkait

Substitusi yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan nilai gizi MP-ASI, oleh karena itu tepung ikan patin yang tinggi protein disubstitusikan pada susu skim sementara

Usaha kue kering ini adalah usaha yang paling mudah untuk dikembangkan.. Karena banyaknya peminat kue

Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi yang berjudul “ Politik Ekspansi Turki Utsmani di Bawah Kepemimpinan Suleiman The Magnificent 1520- 1566

analyze and develop conclusions about character. As with ordinary human beings, fictional characters do not necessarily.. understand how they may be changing or why they do the

Usaha yang didanai dan dikembangkan dalam program PEMP diprioritaskan pada jenis usaha yang dapat memanfaatkan sumber daya dikurangi dengan total biaya. Dari tabel

Sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 dan pedoman penyusunan tata ruang wilayah dari Kementrian Pekerjaan Umum bahwa rencana struktur ruang wilayah kota didefinisi

87 PERBAIKAN SALURAN IRIGASI PUSUNG DESA BANYUAENG KECAMATAN KARANGNONGKO (EKS. Raya Sangkal

Pada saat status out of control probabilitas sistem menghasilkan non-conforming component yang dibebankan pada ongkos restorasi dan ongkos garansi.Makalah ini mencari solusi dalam