• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Guru Pendidikan Agama Islam PAI d

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peran Guru Pendidikan Agama Islam PAI d"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

“Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Membina Akhlak pada Remaja

(Studi multy situs di MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK 1 Nglegok) A. Konteks Penelitian

Masa remaja (perjalanan masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan) merupakan masa mereka yang penuh emosional dan kelabilan diri. Dimana pada masa itu mereka belum mampu menguasai dirinya sendiri baik secara pemikiran maupun kelakuan diri. Pada masa inilah remaja mengalami gejolak pada dirinya sendiri, keraguan, pemikiran yang tidak menentu, dan juga sulit mengendalikan diri. Serta pada masa ini mereka masih dalam proses pencarian jati diri.Masa yang penuh dengan kelabilan diri inilah remaja banyak mendapatkan banyak pengaruh dari luar, baik pengaruh baik dan bahkan pengaruh-pengaruh negatif yang menyimpang dari nilai-nilai moral agama. Hal ini disebabkan karena pergeseran nilai yang mudah mempengaruhi jiwa remaja dan menimbulkan gejala baru yang berupa krisisnya akhlak remaja.

Adanya krisis akhlak yang melanda sebagian remaja saat ini, merupakan salah satu akibat dari pengaruh perkembangan global dan kemajuan IPTEK yang tidak terimbangi dengan perkembangan nilai-nilai moral yang baik. Perilaku remaja yang terlalu agresif akan berimbas pada banyak orang, yang nantinya tidak hanya merugikan banyak orang, namun juga akan merugikan diri mereka sendiri. Perilaku remaja yang mudah marah, bersikap kasar, kurang disiplin, hidup bersenang-senang (berfoya-foya), serta malas melakukan kegiatan terutama kegiatan-kegiatan yang baik. Bahkan adapula perilaku remaja yang menyimpang nilai-nilai dan etika keagamaan, seperti tidak hormat pada orangtua, pemakaian obat-obatan, minum-minuman keras, serta pergaulan hidup yang bebas hingga harus terjerumus pada penyimpangan seks bebas. Hal tersebut kini tengah menjadi problematika terbesar para remaja dan telah merugikan banyak orang dan pihak-pihak tertentu.

(2)

fantastic. Pola hidup remaja yang terkadang berubah dan lebih condong pada budaya lain, budaya yang sebenarnya tidak mencerminkan budayanya sendiri. bahkan mereka yang bangga atas dengan budaya luar. Seharusnya hal tersebut tidak dilakukan oleh para remaja masa kini yang hanya merupakan pekerjaan yang sia-sia. Para remaja seharusnya ingat bahwa mereka adalah sebagai generasi bangsa yang akan mengantarkan kemajuan bangsa dan Negara ini.

Untuk itu di zaman yang penuh propaganda ini, dimana propagandanya telah meluluhlantakkan nilai-nilai moral diseluruh dunia. Remaja digiring pada nilai materialisme yang menjunjung tinggi hedoisme tanpa melibatkan nilai-nilai agama. Akibatnya muncul euforia sekularis yakni tergila-gila pada materi dan menjadikan uang adalah segala-galanya, hingga pada akhirnya terjadilah pemujaan terhadap uang bahkan menganggap uang sebagai Tuhan.1

Selain itu keberadaan orang-orang yang ada di sekitar anak remaja juga sangat memiliki peran penting dalam perkembangan akhlak remaja. Mulai dari keluarga, guru, teman, masyarakat,serta orang-orang yang dekat dengan para remaja. Salah satu orang yang terpenting adalah seorang guru. Dari sinilah guru menjadi pilar utama juga dalam membina akhlakul karimah untuk keberhasilan remaja harapan bangsa.

Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat dominan dalam meningkatkan mutu pendidikan, khususnya adalah guru Pendidikan Agama Islam. Guru Pendidikan Agama Islam memegang peranan yang cukup penting dalam suatu sekolah/lembaga pendidikan. Seorang guru Pendidikan Agama Islam harus mampu menjadi teladan dalam pembentukan watak dan kepribadian (character building) siswanya. Selain itu, dalam berinteraksi dengan masyarakat guru juga dianggap sebagai orang yang serba bisa. Melalui pendidikan Islam, guru mampu menanamkan nilai sosial yang hidup dan dipertahankan dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu tugas Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul adalah menyuruh manusia berakhlak baik.

(3)

Tugas dan tanggung jawab seorang guru sesungguhnya sangat berat. Dipundaknyalah tujuan pendidikan secara umum dapat tercapai atau tidak. Secara garis besar, tugas dan tanggung jawab seorang guru adalah mengembangkan kecerdasan yang ada di dalam diri setiap anak didiknya. Kecerdasan ini harus dikembangkan agar anak didik dapat tumbuh dan besar menjadi manusia yang cerdas dan siap menghadapi segala tantangan di masa depan. Kecerdasannya meliputi kecerdasan intelektual (kemampuan potensial seseorang untuk mempelajari segala sesuatu dengan alat-alat berpikir), kecerdasan emosional (hubungan sosial), kecerdasan spiritual (kecerdasanyang mengangkat fungsi internal diri sehingga seseorang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada dibalik sebuah kenyataan tertentu).

Guru Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu faktor utama untuk membantu para remaja dalam menghadapi krisis akhlak sebagaimana yang dikemukakan di atas. Guru Pendidikan Agama Islam sebagai unit kedua dalam masyarakat yang mempunyai peranan yang sangat besar dalam mempengaruhi kehidupan dan perilaku remaja. Kedudukan dan peran guru Pendidikan Agama Islam dalam kehidupan remaja bersifat fundamental karena pada hakekatnya guru Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu wadah dalam pembinaan watak dan akhlak.

Mengingat krisis akhlak yang melanda negeri ini, sebagaimana keluhan dari orangtua, pendidik, dan orang-orang yang berkecimpung dalam dunia keagamaan dan sosial berkenaan dengan ulah para siswa yang sukar dikendalikan, nakal, keras kepala, tawuran, obat-obat terlarang dan sebagainya.2 Maka dari itu,

tanggung jawab guru agama Islam adalah untuk membentuk remaja agar menjadi orang yang berakhlakul karimah dan cakap, berguna bagi agama, nusa dan bangsa di masa yang akan datang. Dengan begitu guru pendidikan agama Islam harus bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan perbuatannya dalam rangka membina jiwa dan watak remaja. Sedangkan tugas utama seorang guru

(4)

pendidikan agama Islam telah difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Ali Imron ayat 164:

                      

 

“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS.Ali Imron:164)3

Oleh karena itu peran seorang guru Pendidikan Agama Islam merupakan pendidik utama dalam menanamkan nilai-nilai akhlak karimah terhadap para remaja yang bersumberkan ajaran agama islam sangat penting dilakukan agar para remaja dapat menghiasi hidupnya dengan akhlak yang baik sehingga para remaja dapat melaksanakan fungsi sosialnya sesuai dengan norma agama, norma hukum, dan norma kesusilaan.4

Dari paparan diatas, maka peneliti ingin membahas mengenai pembinaan akhlak remaja. Mengingat remaja merupakan tolok ukur dan harapan dalam mencapai keberhasilan suatu bangsa, selain itu remaja juga sebagai titik penting dalam membentuk keberhasilan manusia itu sendiri. Sehingga, peneliti mengambil judul “Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Membina Akhlak pada Remaja (Studi multy situs di MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK 1 Nglegok)

B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian

3Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung:CV Penerbit Diponegoro, 2005), hal.56.

(5)

Berdasarkan konteks penelitian di atas, penelitian ini difokuskan pada peran

guru PAI sebagai edukator, motivator dan evaluator dalam Membina Akhlak pada Remaja (Studi multy situs di MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK 1 Nglegok).

Dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana peran guru PAI sebagai edukator dalam membina akhlak pada remaja di MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK 1 Nglegok?

2. Bagaimana peran guru PAI sebagai motivator dalam membina akhlak pada remaja di MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK 1 Nglegok?

3. Bagaimana peran guru PAI sebagai evaluator dalam membina akhlak pada remaja di MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK 1 Nglegok?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan yang hendak dicapai oleh penulis adalah untuk menjelaskan:

1. Untuk mendiskripsikan peran guru PAI sebagai edukator dalam membina akhlak pada remaja di MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK 1 Nglegok

2. Untuk mendiskripsikan peran guru PAI sebagai motivator dalam membina akhlak pada remaja di MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK 1 Nglegok

3. Untuk mendiskripsikan peran guru PAI sebagai evaluator dalam membina akhlak pada remaja di MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK 1 Nglegok

D. Kegunaan penelitian

1. Secara Teoritis

Pada tataran teoritik dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam keilmuan tentang peran Guru PAI dalam membina akhlaq remaja, serta merubah kondisi pendidikan saat ini yang hanya bermuara pada peningkatan kualitas dalam mengejar target angka kelulusan sehingga melupakan penanaman nilai-nilai religius sehingga siswa memiliki kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual yang tinggi.

(6)

wawasan terutama yang berkaitan dengan pembinaan akhlak pada remaja khususnya di MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK 1 Nglegok

2. Secara Praktis

a) Bagi Sekolah :

Untuk dijadikan sebagai bahan evaluasi guru agar tercapai keberhasilan proses belajar mengajar yang sesuai dengan harapan.

b) Bagi pendidik :

Untuk dijadikan sebagai penambah wawasan, serta juga untuk mengingatkan betapa pentingnya pembinaan akhlak dalam diri siswa khususnya pada remaja, yang tidak hanya berdampak memperlancar suatu perilaku belajar, namun juga mempercepat tercapainya tujuan pembelajaran tersebut. Selain itu, juga merupakan upaya mengembalikan tujuan awal pendidikan sebagai membangun suatu bangsa yang beriman dan berakhlak mulia.

c) Bagi peserta didik :

Untuk dijadikan sebagai bahan pembelajaran, dan juga sebagai sarana mereka dalam menambah pengetahuan yang belum diketahuinya. d) Bagi Orang Tua :

Mengingatkan peran orang tua yang sangat penting juga dalam membina akhlak yang baik pada anak, sebagaimana turut serta dalam mendidik generasi masa depan.

e) Bagi Mahasiswa/peneliti:

Sebagai calon pendidik, peneliti dapat mengetahui bagaimana peran seorang guru yang harus ditempuh untuk menanamkan akhlak yang baik pada diri siswa.

f) Bagi Peneliti yang akan datang:

Untuk dijadikan sebagai bahan referensi dalam penelitian yang lain. Dan diharapkan bisa memperbaiki dan mengembangkan penelitian tersebut untuk menjadi lebih baik.

E. Penegasan Istilah

(7)

1. Penegasan konseptual.

a. Peran guru pendidikan agama islam

Di dalam kamus besar bahasa Indonesia, di sebutkan bahwa Peran adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa.5

Jadi yang dimaksud dengan peran guru disini adalah tindakan yang dilakukan Guru Pendidikan Agama Islam dalam rangka menciptakan budaya religius berdasarkan pada tujuan Pendidikan Nasional.

Pengertian pendidikan Islam menurut Hasbullah merupakan pewarisan dan perkembangan budaya manusia yang bersumber dan berpedoman ajaran Islam sebagai yang termaktub dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, yang dimaksudkan adalah dalam rangka terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.6

b. Membina akhlaq pada remaja

Adalah suatu upaya yang dilaksanakan secara efisien dan efektif untuk mewujudkan karakter pada diri Seseorang yang mengalami pertumbuhan dari masa-kemasa menuju masa kedewasaan yang dalam hal ini adalah siswa, sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku.

2. Penegasan operasional.

Penegasan operasional merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian guna memberi batasan kajian pada suatu penelitian. Adapun penegasan secara operasional dari judul “Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Membina Akhlak pada Remaja (Studi multy situs di MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK 1 Nglegok) adalah upaya-upaya yang sistematik dalam hal ini berkenaan dengan berbagai peran yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam dalam membina akhlaq remaja. Hal ini peran guru pendidikan agama Islam yang berkaitan dengan

5 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), 751

(8)

peran guru sebagai edukator, peran guru sebagai motivator dan peran guru sebagai evaluator. Sehingga dengan menerapkan perannya tersebut diharapkan akan mencerminkan aklaq pada diri siswa baik di sekolah maupun di rumah. Seperti siswa akan saling menghormati antar siswa, mengucapkan salam dengan gurunya, bersalaman dengan gurunya, sopan santun dan lain sebagainya.

F. Kajian pustaka

a. pembahasan tentang Peran Guru PAI dalam Membina Akhlak pada Remaja

1) pengertian guru pendidikan agama islam

Pembahasan tentang guru agama sangatlah luas, karena begitu banyaknya referensi dan kajian tentang pembahasan mengenai guru agama, maka dari itu untuk mempermudah dalam memahami tentang pengertian guru agama penulis menjelaskan bahwa yang dimaksud guru dalam tesis ini adalah guru sebagai pendidik formal.

Secara umum definisi pengertian guru agama menurut para ahli sebagai berikut :

a) Dalam kamus besar bahasa Indonesia dinyatakan : Guru adalah seseorang yang profesinya atau pekerjaannya mengajar, jadi kalau guru pendidikan agama adalah seseorang yang profesinya mengajar pendidikan agama Islam.7

b) Undang-undang No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen disebutkan: Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.8

c) H.M. Arifin. Guru agama adalah hamba Allah yang mempunyai cita-cita Islami, yang telah matang rohaniah dan jasmaniah serta

7 W.J.S Purwa darmito, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta :Balai Pustaka), hlm. 335

(9)

mamahami kebutuhan perkembangan siswa bagi kehidupan masa depannya, ia tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan yang diperlukan oleh siswa akan tetapi juga memberikan nilai dan tata aturan yang bersifat Islami ke dalam pribadi siswa sehingga menyatu serta mewarnai perilaku mereka yang bernafaskan Islam.9

2) Peran Guru PAI sebagai Edukator

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh,panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.

Berkaitan dengan tanggung jawab, guru harus mengetahui, serta memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan berkenaan dengan wibawa, guru harus memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral, sosial, dan intelektual dalam pribadinya, serta memiliki kelebihan dalam pemahaman ilmu pengetahuan,teknologi, dan seni sesuai dengan bidang yang dikembangkan.10

Guru sebagai pendidik hendaknya juga harus mengarahkan peserta didiknya pada tingkat kedewasaan yang berkepribadian insan kamil seiring dengan tujuan Allah swt menciptakannya.11

Selain itu guru juga harus bisa mengembangkan kepribadian, membimbing, membina budi pekerti, dan memberikan pengarahan.12 3) Peran Guru PAI sebagai Motivator

Guru sebagai penggerak pembelajaran hendaknya mampu menggerakkan siswa-siswinya untuk selalu memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar khususnya dalam penelitian ini adalah guru PAI.

9H.M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 193

10Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hal.37. 11Zainnatun Nisa, Peranan Guru Akhidah Akhlak dalam Membentuk Nilai Moral dan Etika Siswa MTs Negeri Pulosaari Ngunut Tulungagung, (Tulungagung: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2011), hal.19.

(10)

Motivasi belajar adalah kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau alat pembangunan kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.13

Selain itu guru juga perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk dapat belajar lebih giat, dan memberikan tugas kepada siswa sesuai dengan kemampuan dan perbedaan individual peserta didik.14

Motivasi tersebut tumbuh dan berkembang dengan jalan langsung dari dalam individu itu sendiri (intrinsik) dan dari lingkungan (ekstrinsik). Dalam kaitannya dengan motivasi, guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik, antara lain dengan memperhatikan prinsip-prinsip dalam mengajar.

4) Peran Guru PAI sebagai Evaluator

Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Maka dari itu, mengingat kompleksnya proses penilaian, guru perlu memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang memadai.15

Guru sebagai evaluator, yang dimaksudkan agar guru mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Dengan melakukan penilaian, guru akan dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan peserta didik terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar.16Dalam fungsinya

sebagai penilai hasil belajar, guru hendaknya secara terus-menerus memantau hasil belajar yang telah dicapai peserta didiknya dari waktu

13 Hanifah dkk, konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung : PT Refika Aditama, 2009), hal.26

(11)

ke waktu. Dengan demikian, evaluasi yang dilakukan memiliki dua kepentingan, yakni untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah tercapai dengan baik, danyangkeduauntukmemeperbaiki serta mengarahkan pelaksanaan proses belajar mengajar.17

Selain itu dengan menelaah pencapaian tujuan pengajaran, guru dapat mengetahui apakah proses belajar yang dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik dan memuaskan atau sebaliknya. Jadi, jelaslah bahwa guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan penilaian, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan proses belajar.18

Kemampuan lain yang harus dikuasai guru sebagai evaluator adalah memahami teknik evaluasi, baik tes maupun nontes yang meliputi jenis masing-masing teknik, karakteristik, prosedur pengembangan, serta cara menentukan baik atau tidaknya ditinjau dari berbagai segi, validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat asal.19

b. Pembahasan tentang Akhlak Remaja 1) Pengertian dan Dasar Akhlak

Secara etimologi (bahasa) kata akhlak berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk jamak dari kata “khulq” yang berarti “thabi’ah” yang berarti tabiat atau watak.20 Kata akhlak jika diuraikan

secara bahasa berasal dari rangkaian huruf-huruf kha-la-qa, jika digabungkan (khalaqa) berarti menciptakan. Ini mengingatkan kita pada kata Al-Khalik yaitu Allah Swt dan kata makhluk, yaitu seluruh alam yang Allah ciptakan. Hal ini berarti akhlak merupakan sebuah perilaku yang muatannya menghubungkan antara hamba dengan Allah Swt.21

17Ibid, hal.32.

18Moch.User Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal.12.

19Mulyasa, Menjadi Guru Profesional , ……, hal.62

20Abdul Mustaqim, Akhlaq Tasawuf, (Yogyakarta:Kreasi Wacana, 2007), hal.1.

(12)

Sedangkan menurut istilah definisi akhlak dapat merujuk kepada berbagai pendapat para pakar diantaranya:22

1) Menurut Miskawaih akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

2) Imam Al-Ghazali mendefinisikan akhlak yaitu sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. 3) Ibrahim Anis mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan lahirnya, macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.

4) Sedangkan dalam kitab Dairatul Ma’arif, secara singkat akhlak diartikan sebagai sifat-sifat manusia yang terdidik.

Selain itu, ada beberapa dasar yang mendukung mengenai Akhlak yang didasarkan pada Al-Qur’an hadis Rasulullah SAW, sebagai berikut:

Dari Abu Hurairah r.a, bahwa Rasulullah bersabda yang artinya, “Sesungguhnya aku diutus ke bumi hanyalah untuk menyempurnakan akhlaq”.(Hadits riwayat Ahmad).23

Di dalam hadits lain Rasulullah juga bersabda yang artinya, “Kaum Mu’min yang paling sempurna imannya adalah mereka yang paling bagus akhlaknya”.24

Dari beberapa hal yang sudah dipaparkan diatas, dapat kita ketahui bahwa yang dapat dijadikan sebagai sumber dan landasan hukum Akhlakul Karimah adalah kesemuanya telah tercerminkan dalam kepribadian Rasulullah SAW. Seperti halnya firman Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 21:











 























22Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT.Raja Grafindo, 2003), hal.3-4.

23Jalaluddin Al-Suyuti, Jami’us Shogir, (Surabaya: Dar-Al Nasyr Al-Mishriyah, 1992), hal.103.

(13)



















berpengalaman memiliki peranan penting dalam membantu perkembangan remaja menuju kedewasaan.Remaja juga berasal dari kata latin "adolensence" yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa.26

Dalam perkembangan manusia, secara umum manusia mengalami berbagai perubahan, mulai dari masa kandungan, bayi, anak-anak, remaja, dewasa, masa tua, hingga seseorang meninggal. Pada masa remaja banyak para ahli berbeda-beda pendapat mengenai batasan usia remaja. Batasan-batasan yang berbeda tersebut timbul dikarenakan perbedaan tempat dan sudut pandang dari kematangan remaja itu sendiri.27

Berikut ini beberapa batasan usia remaja yang dikemukakan oleh beberapa ahli psikologi :

Pertama, L.C.T Bigot.PhKohnstam dan Bg.Palland, ahli-ahli psikologi berkebangssaan Belanda yang dikutip oleh B.Simanjutak, sebagai berikut:

a) Masa bayi dan kanak-kanak : 0-7 bulan

b) Masa sekolah/ intelektual : 7-13 tahun

c) Masa pueral : 13-14 tahun

d) Masa praepubertas : 14-15 tahun

e) Masa pubertas : 15-18 tahun

25Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, ……, hal.336. 26https://id.wikipedia.org/wiki/Remaja, diakses pada 22 September 2015.

(14)

f) Masa adolescence : 18-21 tahun28

Kedua, Elisabet B.Hurlock, “rentangan usia remaja antara 13 sampai dengan 21 tahun yang dibagi menjadi remaja awal 13/14 tahun hingga 17 tahun, dan remaja akhir antara 17tahun sampai 21 tahun.29

Menurut Zakiyah Darodjat, secara teoritis empiris bahwa rentangan masa remaja pertama kira-kira umur 13/16 tahun, dimana pertumbuhan jasmani dan kecerdasan berjalan sangat cepat dan remaja akhir kira-kira umur 17 tahun sampai 21 tahun, yang merupakan pertumbuhan atau perubahan pribadi terakhir dalam pembinaan pribadi sosial.30

Selanjutnya secara global yang dipaparkan oleh Siti Rahayu membagi masa remaja dalam usia 21 tahun, dengan perincian 12-15 remaja awal, 12-18 tahun masa remaja pertengahan dan 18-21 tshun masa remaja akhir.31

G. Penelitian Terdahulu

Secara umum banyak tulisan dan penelitian yang mirip dengan penelitian ini. Namun selama ini belum peneliti temukan tulisan yang sama dengan penelitian judul yang peneliti ajukan ini, dibawah ini akan peneliti tampilkan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan:

Siti Mas’amah (Skripsi STAIN Tulungagung, 2003)32

Mengenai “Peranan Guru dalam Pembinaan Perilaku Siswa terhadap Akhlak Al-Karimah di SLTP Negeri 2 Tulungagung”. Dari hasil penelitian ini bahwa peranan guru dalam pembinaan perilaku siswa terhadap akhlak al-karimah di SLTP Negeri 2 Tulungagung tergolong baik.Hal ini disebabkan karena banyak peserta didik yang sudah mengenal agama semakin bertambah dan karena pendidikan akhlak dalam keluarga mempengaruhi tingkah laku dan kepribadian anak didik.

Hasil dari penelitian peranan guru dalam pembinaan perilaku siswa terhadap akhlak al-karimah kepada sesama diSLTP Negeri 2 Tulungagung

28Andi Mappiare, Psikologi Remaja, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hal.23. 29Ibid, hal.11.

30Zakiyah Darodjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), hal.122.

31Siti Rahayu Haditomo, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press, 1998), hal.262.

(15)

baik, hal ini karena mayoritas peserta didik berasal dari desa, sehingga semangat kebersamaan, toleransi, gotong royong, tepo sliro sangat Nampak di dalam mewarnai corak pendidikan agama. Hasil dari peranan guru dalam pembinaan perilaku siswa terhadap akhlak al-karimah kepada diri seendiri di SLTP Negeri 2 Tulungagung baik, hal ini karena didukung oleh banyak siswa yang masuk dalam anggota organisasi sehingga mampu menciptakan disiplin pribadi, kemandirian individu pada masing-masing peserta didik. Hasil dari peranan guru dalam pembinaan perilaku ssiswa terhadap akhlak al-karimah di SLTP Negeri 2 Tulungagung baik, hal ini karena guru sangat berperan dalam pembinaan akhlakul karimah untuk membentuk tingkah laku siswa yangbaik penuh dengan keeimanan, untuk mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari, ketrampilan, dan pengetahuan ajaran agama islam.

Imam Yahya (Skripsi STAIN Tulungagung, 2011)33

Mengenai “Peran PAI Dalam Pembinaan Akhlak Siswa (Studi Kasus di SMP 3 Kalidawir-Tulungagung)”. Hasil dari penelitian ini bahwa peranan Pendidikan Agama Islam dalam diri mereka sudah cukup baik meskipun masih beberapa dari mereka yang melanggar peraturan-peraturan yang telah ddibuat sekolah dan masih diperlukan bimbingan pembinaan akhlak diluar sekolah, langkah yang dilakukan adalah Shalat dhuha berjamaah, Tartil qur’an, shalat dhuhur berjamaah, dan peringatan hari besar agama islam.

Hasil dari konsep pembinaan akhlak dalam pendidikan agama islam setelah mengenyam pendidikan yang ada baik sekolah maupun diluar sekolah, mereka terbukti lebih disiplin, kreatif, inovatif dalam kehidupan ssehari-hari. Mendorong untuk lebih baik untuk bertingkah laku pada diri sendiri maupun orang lain.

Hasil dari peneelitian faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembinaan akhlak siswa melalui kegiatan kepramukaan.Faktor pendukung, meliputi kebijakan kepala sekolah, visi dan misi ssekolah, peran peserta didik, peran guru, sarana dan prasarana.Sedangkan untuk faktor

(16)

penghambat, meliputi kurangnya kesadaran dari mereka, jadwal kegiatan yang sering benturan, dan faktor pergaulan.

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan tertentu yang dipilih dalam suatu penelitian akan memiliki konsekuensi tersendiri sebagai sebuah sistem yang harus diikuti dan dilaksanakan secara konsisten dari awal hingga akhir penelitian agar dapat memperoleh hasil yang maksimal dan bernilai ilmiah sesuai dengan kapasitas, daya jangkau dan maksud dari pendekatan tersebut.

Pendekatan kualitatif menurut Best, seperti yang dikutip Sukardi adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya.34 Demikian juga

Prasetya mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menjelaskan fakta apa adanya.35

Penelitian mengenai Peran Guru PAI dalam membina aklaq pada remaja di MA Ma’arif NU kota Blitar dan di SMK 1 Nglegok ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi multi situs. Pendekatan kualitatif yang peneliti gunakan karena obyek yang diteliti berlangsung dalam latar yang wajar dan bertujuan untuk mengetahui, memahami dan menghayati dengan seksama dan secara lebih mendalam tentang bagaimana peran Guru PAI dalam membina aklaq yang peneliti lakukan di MA Ma’arif NU kota Blitar dan di SMK 1 Nglegok

Penelitian kualitatif berarti membicarakan sebuah metodologi penelitian yang di dalamnya mencakup pandangan-pandangan filsafati mengenai disciplined inquiry, dan mengenai realitas dari obyek yang distudi dalam ilmu-ilmu sosial dan tingkah laku, bukan sekedar

34Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Prakteknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), 157.

(17)

membicarakan metode penelitian yang sifatnya lebih teknis kemetodean dalam pekerjaan penelitian.36

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan memakai rancangan studi multi situs ( multi site study ). Maksudnya adalah dalam penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan bukan berupa angka -angka, melainkan data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya.37

Dalam penelitian ini penulis menggunakan rancangan studi multi situs yang merupakan rancangan penelitian dan dilakukan di tempat dua lokasi yang berbeda, namun dari keduanya menggunakan bentuk pengumpulan data yang sama, yaitu manusia yang diambil dari hasil wawancara, tulisan, kertas atau berkas, dokumen atau foto-foto yang dapat dijadikan bahan untuk pembahasan mengenai Peran Guru PAI Dalam membina akhlaq pada remaja (Studi multy situs di MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK 1 Nglegok)

a. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti disamping bertindak sebagai pengumpul data juga sekaligus sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan. Sedangkan instrument pengumpul data yang lain selain manusia, yang berbentuk alat-alat bantu dan dokumen-dokumen lainnya dapat pula digunakan, namun fungsinya hanya sebagai instrument pendukung. Oleh karena itu, kehadiran peneliti di lapangan, dalam penelitian ini sebagai tolok ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan secara langsung dan aktif antara peneliti dan informan atau sumber data di sini mutlak diperlukan.

(18)

Peran sebagai instrument sekaligus pengumpul data penulis realisasikan dengan mendatangi MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK 1 Nglegok. Kehadiran peneliti dalam pengumpulan data, peneliti mewawancarai beberapa sumber data mulai kepala madrasah, wakil kepala madrasah, guru PAI, serta staf madrasah.

Selama di lapangan, peneliti berperan sebagai pengamat partisipan, senantiasa menghindari segala sesuatu yang dipandang bisa merugikan subyek dan mengganggu lingkungan pembelajaran.

b. LokasiPenelitian

Lokasi Penelitian di MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK 1 Nglegok

c. Sumber Data Penelitian

Peran peneliti sebagai instrumen pengumpulan data sangat menentukan dalam penelitian kualitatif. Hal ini disebabkan karena maksud penelitian kualitatif yang ingin memahami, mengungkap perasaan, pengertian persepsi, dan perilaku manusia. Menurut Arikunto sebagaimana dikutip Tanzeh, sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Dengan kata lain sumber data dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu sumber data berupa orang

(person), sumber data berupa tempat atau benda (place) dan sumber data berupa simbol (paper) yang cocok untuk penggunaan metode dokumentasi.38

Disamping informan manusia dipilih sebagai sumber berkenaan dengan pengetahuan, pengalaman yang dimiliki. Lebih lanjut Moleong menjelaskan bahwa kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama.39

Adapun yang merupakan sumber data utama atau informan kunci dalam penelitian ini adalah para Guru PAI,dan informs pendukung adalah Kepala Sekolah,tenaga pendidik dan sebagian dari tenaga kependidikan 38Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis, (Yogyakarta: Teras, 2011), 58-59.

(19)

yang ada di MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK 1 Nglegok. Dan kemudian data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini akan dikumpulkan dari berbagai sumber dan melalui berbagai teknik. Data dokumen akan didekati dengan teknik dokumenter. Data peristiwa dan perilaku sehari-hari akan didekati dengan teknik pengamatan langsung (observasi). Sedangkan data realitas simbolik sebagaimana dipikirkan, dipahami, dan dihayati oleh orang-orang yang ada disekitar obyek penelitian, akan dikumpulkan dan didekati dengan teknik wawancara mendalam.

Namun demikian untuk pemilihan informan dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan cara snowball sampling, yaitu informan kunci akan menunjuk orang-orang yang mengetahui masalah yang akan diteliti untuk melengkapi keterangannya dan orang-orang yang ditunjuk akan menunjuk orang lain bila keterangan yang diberikan kurang memadai begitu seterusnya, dan proses ini akan berhenti jika data yang akan digali di antara informan yang satu dengan yang lainnya ada kesamaan, sehingga data dianggap cukup dan tidak ada yang baru. Bagi peneliti hal ini juga berguna terhadap validitas data yang dikemukakan oleh para informan.

d. Teknik Pengumpulan Data

1) Wawancara Mendalam (Dept Interview)

Dalam penelitian kualitatif naturalistik, peneliti biasanya melakukan berbagai wawancara mendalam dengan berbagai pihak. Wawancara ini dapat dilakukan secara formal atau direncanakan, dan dapat juga dilakukan secara informal, tidak menggunakan catatan-catatan dan bentuk yang tertentu. Dalam wawancara itu yang penting diciptakan suasana yang akrab santai, sehingga peneliti dapat mengumpulkan data selengkap-lengkapnya .40

(20)

Wawancara yang akan peneliti lakukan disini bersifat eksploratif yang diharapkan akan banyak mempunyai data dari dialog dengan Kepala Madrasah/Sekolah, Guru PAI, Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang berguna untuk memperoleh gambaran tentang peran Guru PAI dalam membina akhlaq pada remaja termasuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam menjalankan perannya untuk meningkatkan kinerjanya.

2) Dokumentasi

Untuk menghindari hilangnya data yang telah terkumpul, maka perlu dilakukan pencatatan secara lengkap dan secepat mungkin dalam setiap selesai pengumpulan data di lapangan. Pengumpulan data jenis kualitatif ini biasanya memerlukan waktu yang panjang, dilakukan secara simultan dalam masa yang sama antara aktivitas merumuskan hipotesis dan menganalisa data lapangan. “Pada tahapan analisa dan hipotesa selanjutnya, maka harus didukung dengan sumber-sumber data sebelumnya seperti catatan data lapangan dan catatan kepustakaan yang terkait dengan masalah penelitian.”41 Pengumpulan data dilakukan secara terus menerus

dan berakhir pada saat peneliti sudah berhasil memperoleh data yang lengkap tentang Profil MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK 1 Nglegok

3) Observasi Partisipan

Dalam observasi ini peneliti bermaksud untuk menjalin interaksi sosial yang intensif dengan subyek yang berada didalam kancah penelitian, yang menjadi ciri khusus dari penelitian kualitatif. Sebagaimana dikemukakan oleh Yatim Riyanto bahwa dalam observasi ini, peneliti seolah-olah menceburkan diri kedalam lingkungan kehidupan dari sekelompok orang atau situasi yang akan dipelajari dan dimengerti.42

(21)

Pada penelitian ini, metode observasi partisipan dilakukan untuk memperoleh data tentang lokasi sekolah, kegiatan-kegiatan sekolah, aktivitas Guru PAI, kreativitas pendidik, komunikasi antara kepala madrasah dengan para tenaga pendidik.

4) Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara sistematik hasil observasi terhadap berbagai kegiatan-kegiatan yang diperankan oleh Guru PAI MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK 1 Nglegok dalam membina akhlaq pada remaja, upaya-upaya yang dilakukan Guru PAI sebagai edukator, menjadi motivator dan menjadi evaluator dalam transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain yang telah dihimpun untuk meningkatkan pemahaman peneliti,

Sedangkan Huberman dan Miles mengemukakan bahwa analisis data penelitian kualitatif merupakan proses penelaahan, pengerutan dan pengelompokan data dengan tujuan untuk menyusun hipotesis kerja dan mengangkatnya menjadi teori hasil penelitian.43

Berdasarkan hal tersebut maka analisis data dalam penelitian ini adalah proses mencari dan mengatur hasil observasi, wawancara, dan catatan lapangan lainnya.

Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam analisis data kualitatif adalah :44

a. Reduksi Data

Langkah ini diawali dengan menerangkan, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting terhadap isi dari suatu data tentang peran Guru PAI, maka memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan. Dengan begitu, dalam

43 A. Michael Huberman and B. Miles Mathew, Qualitatif Data Analysis : A Source of New Method. Beverly Hills, CA : Sage Publications,14

(22)

reduksi ini terdapat proses living in dan living out, maksudnya data terpilih adalah living in dan data yang terbuang adalah living out.

b. Display Data

Langkah ini merupakan proses untuk menampilkan data secara sederhana dalam bentuk kata-kata, kalimat, naratif, tabel, matrik dan grafik dengan maksud agar data yang telah dikumpulkan dikuasai oleh peneliti sebagai dasar dalam pengambilan kesimpulan yang tepat.

c. Verifikasi dan Simpulan (Verification and Conclussion)

Sejak awal pengumpulan data peneliti membuat simpulan-simpulan sementara. Dalam tahap akhir, simpulan-simpulan-simpulan-simpulan tersebut dicek kembali (diverifikasi) pada catatan yang telah dibuat dan selanjutnya kearah simpulan yang lebih mantap.

5) Pengecekan Keabsahan Data

Untuk menjamin kepercayaan atau validitas data tentang peran Guru PAI dalam menciptakan suasana religius maka keabsahan dan kelayakan data, yang dilakukan dengan berbagai cara, yakni :

a) Diskusi Sejawat

(23)

menjadikan bahan-bahan informasi bagi peneliti untuk keperluan audit dikemudian hari.

Diskusi teman sejawat ini bertujuan :

a. Untuk membuat agar peneliti tetap memperhatikan sikap yang lebih terbuka dan kejujuran. Dalam diskusi teman sejawat ini, peneliti dapat menelaah pada pengertian mendalam yang nantinya dapat menjadi dasar bagi klarifikasi penafsiran.

b. Dengan diskusi sejawat dapat memberikan suatu kesimpulan awal yang baik untuk mulai menjajaki dan menguji hipotesis yang muncul dari pemikiran peneliti. Ada kemungkinan hipotesis yang muncul dalam benak peneliti dapat dikonfirmasikan, akan tetapi dalam diskusi analitik tersebut mungkin sekali dapat terungkap segi-segi lainnya yang justru membongkar pemikiran peneliti. Jika peneliti tidak dapat mempertahankan posisinya, maka dia perlu mempertimbangkan kembali arah pemikirannya itu.45

b). Triangulasi Data

Kegiatan triangulasi data digunakan untuk mencari informasi baru guna membuktikan bahwa data yang telah diperoleh adalah data yang terpercaya. Pencarian informasi tentang data yang sama, digali dari beberapa informasi yang berbeda dan pada tempat yang berbeda pula.

c). Triangulasi Sumber Data

Untuk menguji keabsahan data digunakan pula triangulasi sumber, yaitu dengan cara membandingkan suatu fenomena berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti dari dimensi waktu maupun sumber-sumber lain, misalnya dengan

(24)

membandingkan data yang diperoleh melalui wawancara dengan kepala madrasah dengan data yang diperoleh dari tenaga pendidik. Triangulasi sumber digunakan untuk pengecekan data tentang realisasi peran kepala madrasah dalam meningkatkan sumber daya tenaga pendidik. Triangulasi sumber data digunakan untuk menyingkat keterbatasan ruang dan waktu serta membatasi orang sebagai sumber data.

6) Tahapan Penelitian

Dalam pengajuan proposal penelitian ini peneliti menempuh dua tahap yaitu:

a. Tahap Persiapan

Pada tahapan persiapan ini peneliti melakukan pencarian permasalahan penelitian dan mencari-cari referensi terkait. Dan peneliti mencoba mengangkat permasalahan tersebut dengan cara menentukan untuk sebuah judul penelitian peran kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan kinerja tenaga pendidik.

b. Tahap Pelaksanaan

Peneliti mulai memasuki obyek penelitian setelah mendapat ijin penelitian. Pada Minggu pertama bulan Mei peneliti akan mengadakan kegiatan orientasi lapangan yang antara lain adalah akan menjumpai kepala Sekolah untuk Untuk mendapatkan data yang lengkap dan terpercaya, kecuali wawancara mendalam, peneliti juga akan melakukan studi dokumentasi. Studi dokumentasi berkaitan dengan pelaksanaan proses kepemimpinan dan kelengkapannya, dari hasil dokumentasi ini kemudian dianalisis dan dibuat ringkasan.

(25)

Selesai menganalisis data, kegiatan berikutnya adalah menyusun laporan penelitian. Laporan tersebut diserahkan kepada para dosen pembimbing untuk direvisi kembali oleh peneliti. Kegiatan semacam ini terus dilakukan sampai dengan pembimbing menyatakan hasil penelitian ini siap untuk diujikan.

I. Sistematika Pembahasan

Bab I Pendahuluan: Berisi tentang latar belakang masalah. Setelah menentukan latar belakang masalah, penulis akan merumuskan fokus penelitian sebagai dasar acuan dalam penelitian sekaligus menentukan tujuan penelitian.Setelah itu, penulis mendiskripsikan tentang kegunaan penelitian, penegasan istilah, hasil penelitian terdahulu serta sistematika pembahasan.

Bab II Kajian Pustaka: Membahas tentang kajian teoritis yang berkaitan dengan Peran Guru Pendidikan Agama Islam sebagai edukator, motivator, evaluator dalam membina akhlaq pada remaja dari berbagai sumber, yang memiliki relevansi dengan fokus dan masalah-masalah yang dirumuskan dalam fokus penelitian.

Bab III Metode Penelitian: Pada bab ini dibahas tentang pendekatan dan rancangan penelitian, kehadiran peneliti kelokasi, sumber data teknik pengumpulan data, teknik analisa data, pengecekan keabsahan data dan tahap-tahap penelitian.

Bab IV Hasil penelitian : Menjelaskan tentang berbagai temuan data di lapangan yang terkait peran Guru PAI dalam membina akhlaq pada remaja di MA Ma’arif NU kota Blitar dan SMK 1 Nglegok.

(26)

Bab VI Kesimpulan dan Saran: Merupakan kesimpulan dari hasil penelitian sekaligus disampaikan juga beberapa saran.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Wahid, Risalah Akhlak: Panduan Perilaku Muslim Modern, (Solo:Era Intermedia, 2004)

Akbar, Ilham, Peningkatan Pendidikan Akhlak Remaja dalam Keluarga Muslim di Era Modern, (Tulungagung: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2011)

Akhyak, Profil Pendidikan Sukses, (Surabaya: elKaf, 2005)

Al-Suyuti, Jalaluddin, Jami’us Shogir, (Surabaya: Dar-Al Nasyr Al-Mishriyah, 1992)

Arifin, H.M, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996)

Ash-Shadiqi, Luqman Hakim, Tafsir Gaul, (Jakarta: Pustaka Group, 2009) Darmito, W.J.S Purwa, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta :Balai Pustaka) Darodjat, Zakiyah, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987)

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung:CV Penerbit Diponegoro, 2005)

Faisal, Sanapiah, Penelitian Kualitatif : Dasar-Dasar dan Aplikasi, ( Malang : YA 3, 1990)

Haditomo, Siti Rahayu, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press, 1998)

Hajjaj, Muhammad Fauqi, Tasawuf Islam dan Akhlaq, (Jakarta: AMZAH, 2011) Hanifah dkk, konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung : PT Refika Aditama,

2009)

https://id.wikipedia.org/wiki/Remaja, diakses pada 22 September 2015.

Huberman, A. Michael, and B. Miles Mathew, Qualitatif Data Analysis : A Source of New Method. Beverly Hills, CA : Sage Publications

Irawan, Prasetya, Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan Praktis Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula, (Jakarta: STAIN, 1999)

J.P, Spradley, 1979. The Ethnographic Interview,( New York: Holt, Rinehart and Winston)

Mappiare, Andi, Psikologi Remaja, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982)

Marimba, Ahmad D, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: PT. Al-Maarif, 1984)

(27)

Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991)

Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013) Mustaqim, Abdul, Akhlaq Tasawuf, (Yogyakarta:Kreasi Wacana, 2007)

Naim, Ngainun, Menjadi Guru Inspiratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009) Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT.Raja Grafindo, 2003)

Nisa, Zainnatun, Peranan Guru Akhidah Akhlak dalam Membentuk Nilai Moral dan Etika Siswa MTs Negeri Pulosaari Ngunut Tulungagung, (Tulungagung: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2011)

Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Prakteknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005)

Tanzeh, Ahmad, Metodologi Penelitian Praktis, (Yogyakarta: Teras, 2011)

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005)

Undang-undang No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, (Surabaya: Pustaka Eureka,2006)

Usman, Moch.User, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011)

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun penyelenggaraan penuntutan atas perkara pidana pemilu pada dasarnya menggunakan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana / KUHAP (lex generalis) namun dalam UU

SYT SUYITNO, DR TECHN DAH DWI ARIES HIMAWANTO, DR DDS DIDIK DJOKO S, MT DDD DOMINICUS DANARDONO DPT, PhD ATW AGUNG TRI W, PhD MKU DOSEN MKU. TI TRI

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh hasil sistem jika nilai bobot persentase perhitungan nilai Core Factor dan Secondary Factor diubah sehingga dapat

Adapun tujuan dari penulisan skripsi yaitu untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari Jakabaring Sportcity sebagai salah satu destinasi wisata

second cycle. Because,in second cycle, the researcher tried to modified based on the weaknesses found in first cycle. So, for second cycle the students were asked to recite the

64 NOUN amphibian avalanche clearing ditch eeriness fierceness hermit jeopardy ledge mist predator prey remoteness scavenger .. VERJl jeopardize.. prey !on/upon)

Dapat dikatakan bahwa materi untuk mata kuliah Menyimak Apresiatif dan Kreatif pada semester II merupakan bahasa lisan yang penggunaannya tidak formal, meliputi

Yang paling terlihat jelas disini adalah aktifitas manusia yang secara langsung menghancurkan terumbu karang, seperti misalnya pembangunan lapangan terbang dan