KAJIAN :
KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH UNTUK
PENYERTAAN MODAL BANK UMUM SYARIAH
L
A
P
O
R
A
N
A
K
H
I
R
Biro Perekonomian Propinsi Banten
KAJIAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH UNTUK
PENYERTAAN MODAL BANK UMUM SYARIAH
Tim Peneliti:
ii
PRAKATA
Kajian Kemampuan Keuangan Daerah untuk Penyertaan Modal pada Bank Umum Syariah
Propinsi Banten, dilakukan dalam rangka menggali dan mengidentifikasi seberapa besar potensi
kemampuan keuangan daerah yang dimiliki Pemerintah Propinsi Banten untuk melakukan
penyertaan modal pada Bank Umum Syariah yang akan didirikan, dalam rangka mendukung visi
dan misi pembangunan ekonomi Propinsi Banten.
Laporan ini memuat hasil kajian secara komprehensif terhadap data-data APBD dan
Data Perbankan Syariah di Propinsi Banten terkait dengan kemampuan keuangan daerah untuk
penyertaan modal pada Bank Umum Syariah, dimana berdasarkan analisis data dengan
menggunakan pendekatan kondisi objektif dan pendekatan daya dukung kemampuan daerah,
diketahui bahwa Pemerintah Daerah Propinsi Banten memiliki kemampuan keuangan yang
memadai untuk melakukan penyertaan modal pada bank umum syariah. Dibagian akhir laporan
ini, dilengkapi dengan langkah-langkah kerja dan rekomendasi terkait hasil analisis yang telah
dilakukan.
Laporan ini dapat terwujud berkat kerjasama yang baik, antara konsultan PT LIGAR
dengan Biro Perekonomian dan pihak-pihak yang terkait dengan kajian ini. Atas usaha kerasnya
Kami sampaikan penghargaan sebesar-besarnya. Penghargaan juga disampaikan kepada semua
pihak yang sudah berpartisipasi dan menyumbangkan masukkan demi sukses dan terwujudnya
laporan ini. Kritik dan saran demi lebih sempurnanya kajian ini dan kajian yang akan datang,
tentunya sangat kami harapkan.
Serang, September 2009
Kepala Biro Perekonomian Propinsi Banten
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
PRAKATA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
t
r
su
u
u
su
u
u
3. Landasan Hukum Kajian...
5
1.4. Hasil yang Diharapkan...
6
1.5. Ruang Lingkup Kajian...
6
1.6. Kerangka Kerja Konseptual Kajian (
Conceptual Framework
)...
7
BAB II
KAJIAN DAN LANDASAN TEORI
...
8
2.1. Bank Umum Syariah ...
8
2.2. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah ...
13
2.2.1. Derajat Desentralisasi Fiskal...
13
2.2.2. Kebutuhan Fiskal...
14
2.3. Analisis Potensi Pendapatan Asli Daerah ...
15
2.3.1. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah...
15
2.3.2. Analisis Potensi Pendapatan Asli Daerah...
17
2.4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah...
20
BAB III PENDEKATAN DAN METODOLOGI KAJIAN
...
25
iv
3.2. Pendekatan Studi...
26
3.3. Metodologi Kajian...
27
3.3.1. Jenis dan Sumber Data ...
27
3.3.2. Teknik Pengolahan dan Analisis Data...
28
3.3.3. Data yang Dibutuhkan...
29
BAB IV KONDISI MAKRO EKONOMI DAN KEUANGAN DAERAH PROPINSI BANTEN
SERTA UNIT USAHA SYARIAH BANK JABAR-BANTEN
...
31
4.1. Kondisi Makroekonomi Propinsi Banten...
31
4.1.1. Pertumbuhan EKonomi...
31
4.1.2. Kontribusi Sektor-sektor Ekonomi...
32
4.1.3. Pemetaan Sektor-sektor Ekonomi...
34
4.1.4. Dominasi Relatif Sektor-sektor Ekonomi...
35
4.2. Kondisi Umum Keuangan Daerah Propinsi Banten ...
37
4.2.1. Komponen Penerimaan...
37
4.2.2. Komponen Belanja ...
40
4.3. Unit Usaha Syariah Bank Jabar-Banten...
42
4.3.1. Sejarah Singkat...
42
4.3.2. Produk Jasa UUS Bank Jabar-Banten...
43
BAB V
ANALISA KONDISI OBJEKTIF PERBANKAN DAN DAYA DUKUNG KEMAMPUAN
KEUANGAN DAERAH PROPINSI BANTEN
...
48
5.1. Kondisi Objektif Perbankan di Propinsi Banten...
48
5.1.1. Kondisi Objektif Perbankan Syariah di Propinsi Banten ...
50
5.1.2. Kondisi Objektif Bank Jabar Banten dan Usaha Unit Syariah...
53
5.1.3. Kondisi Objektif yang Diharapkan...
56
5.2. Aspek-Aspek Daya Dukung Keuangan Daerah Propinsi Banten...
61
5.2.1. Analisa Potensi Pendapatan Asli Daerah...
61
5.2.1.1. Analisa Upaya Pajak (
Tax Effort
) ...
63
5.2.1.2. Analisa Efektivitas Pajak (
Tax Efectiveness
)...
62
v
5.2.2.1. Analisa Derajat Desentralisasi Fiskal...
67
5.2.2.2. Analisa Kebutuhan Fiskal...
69
5.2.3. Penilaian APBD...
70
5.2.4. Penilaian PAD...
74
5.3. Proyeksi Kinerja Keuangan Bank Jabar Banten Syariah dan Kemampuan
Keuangan Propinsi Banten ...
80
5.3.1. Proyeksi Kinerja Keuangan Bank Jabar Banten...
80
5.3.2. Proyeksi Pendapatan dan Belanja...
84
5.3.3 Penilaian Investasi Pemerintah Daerah ...
86
5.3.4. Besaran Penyertaan Modal Secara Bertahap...
90
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
...
93
vi
DAFTAR TABEL
Tabel
Judul Tabel
Halaman
2.1.
Perbedaan Jenis Belanja Antara Kepmendagri No. 29/2002 dan
Permendagri 13/2006...
23
3.1.
Kebutuhan Data untuk Kajian...
30
4.1.
Pertumbuhan Sektor Ekonomi berdasarkan PDRB Harga Konstan tahun
2000 (dalam %)...
32
4.2.
Realisasi APBD Propinsi Banten Periode 2004-2008...
38
4.3.
Realisasi Belanja Pemerintah Propinsi Banten Periode 2004-2008...
39
5.1.
Perkembangan Kegiatan Bank ...
48
5.2.
Jumlah Kantor Bank dan Perusahaan Pembiayaan Syariah di Propinsi
Banten Periode 2005-2008...
51
5.3.
Permodalan Bank Jabar Banten 2004-2008...
53
5.4.
Perkembangan Kinerja Keuangan Bank Jabar Banten 2004-2008...
54
5.5.
Upaya Pajak di Propinsi Banten Periode 2004 2008 (Dalam Rupiah)...
64
5.6.
Efektivitas Pajak di Propinsi Banten Periode 2004 2008 (Dalam Rupiah)...
66
5.7.
Derajat Desentralisasi Fiskal Propinsi Banten Tahun 2004-2008...
67
5.8.
Kebutuhan Fiskal Propinsi Banten tahun 2004-2008 ...
69
5.9.
Realisasi APBD Propinsi Banten Periode 2004-2008...
71
5.10.
Realisasi Belanja Pemerintah Propinsi Banten Periode 2004-2008 ...
76
5.11.
PAD Propinsi Banten Periode 2004-2008...
78
5.12
Proyeksi Kinerja Keuangan Bank Jabar Syariah ...
81
5.13.
Proyeksi APBD Propinsi Banten Periode 2008-2012...
85
vii
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Judul Gambar
Halaman
1.1.
Conceptual Framework
...
7
3.1.
Kerangka Kerja Kajian Kemampuan Keuangan Daerah untuk Penyertaan
Modal Bank Umum Syariah...
30
4.1.
Kontribusi Sektor Ekonomi terhadap PDRB di Provinsi Banten Tahun
2003-2008...
33
4.2.
Pemetaan Sektor-sektor Ekonomi Berdasarkan Pertumbuhan dan
Kontribusi...
35
4.3.
Kontribusi Sektor Ekonomi terhadap PDRB di Provinsi Banten Tahun
2003-2008...
36
5.1.
Total Kredit Perbankan di Banten Berdasarkan Lokasi Proyek
(Sumber: BI)...
49
5.2.
Share
Komponen Penerimaan Daerah Propinsi Banten Periode 2004-2008
(dalam %)...
72
5.3.
Share Komponen Dana Perimbangan Propinsi Banten Periode 2004-2008
1
BAB I
PEN D AH ULUAN
1.1. LATAR BELAKANG KAJIAN
Seiring berdirinya Propinsi Banten, beberapa kalangan pelaku ekonomi di Banten
mengaspirasikan gagasan untuk pendirian Bank Banten. Munculnya gagasan pendirian Bank
Banten sudah diwacanakan ketika pertama kali Banten disahkan menjadi sebuah Propinsi.
Gagasan pendirian Bank Banten semakin menguat ketika Kadinda Banten dan ICMI Banten turut
mendukung pembentukan Bank Banten (Koran Banten, Sabtu, 22 Maret 2008).
Gagasan untuk mendirikan Bank Banten, pada dasarnya terletak pada keinginan kuat
dari beberapa komponen masyarakat, untuk dapat meningkatkan perekonomian masyarakat
Banten, terutama keinginan agar Propinsi Banten memiliki bank sendiri yang sumber terbesar
permodalannya dari Pemerintah Propinsi Banten.
KAJIAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH UNTUK PENYERTAAN MODAL PADA BUS
LAPORAN AKHIR
KERJASAMA BIRO EKONOMI PROPINSI BANTEN DENGAN PT LINTAS GAGAS BERSAMA (LIGAR) SERANG
2
kantor pusat, kantor cabang, kantor cabang pembantu dan kantor kas. Dengan berbagai level
pelayanan tersebut, keberadaan Bank Banten diyakini akan dapat lebih dioptimalkan peranannya
untuk menggerakkan roda ekonomi masyarakat sekitar.
Keinginan mewacanakan pendirian Bank Banten pada dasarnya bukan disebabkan oleh
faktor ketidaksenangan terhadap perbankan yang ada saat ini di Propinsi Banten, bukan pula
karena kinerja perbankan yang ada, kurang memuaskan. Hal tersebut tidak lain karena adanya
keinginan untuk memiliki bank, yang pada saat pendiriannya memiliki komitmen (visi dan misi)
yang utuh dan fokus untuk mendukung pembangunan ekonomi Propinsi Banten.
Untuk merealisasikan hal tersebut, ada tiga opsi alternatif pilihan bagi Pemprov Banten
untuk mendirikan Bank Banten yang pada saat ini berkembang di masyarakat. Opsi pertama,
mendirikan bank yang sama sekali baru. Opsi kedua, seluruh aset Bank Jabar yang beroperasi di
Banten dihitung sebagai kepemilikan saham Bank Jabar untuk berubah menjadi Bank Banten. Opsi
ketiga, mengambil alih (
take over
) bank sudah beroperasi di Banten.
Opsi pertama, yaitu mendirikan Bank Banten yang sama sekali baru, untuk opsi pertama
ini pada dasarnya teramat sulit untuk dipenuhi. Salah satu penyebabnya adalah keharusan modal
yang harus disetor untuk mendirikan bank umum (konvensional maupun syariah) minimal Rp 1
triliun. Adanya keharusan modal disetor yang sebesar itu, tentunya sangat sulit untuk dipenuhi
Pemerintah Daerah Propinsi, meskipun secara kalkulasi APBD, pada tahun 2008 dan 2009 APBD
Propinsi Banten telah menyentuh angka 2 Triliun, yaitu sebesar Rp 2,27 triliun dan Rp 2,36 triliun.
Pengalokasian anggaran yang menghabiskan porsi hampir 50% dari nilai APBD, tentu sangat
sulit direalisasikan.
Demikian halnya Opsi Dua, yaitu seluruh aset Bank Jabar yang beroperasi di Banten,
dihitung sebagai kepemilikan saham Bank Jabar untuk berubah menjadi Bank Banten, yang pada
dasarnya juga sangat sulit untuk direalisasikan karena akan membutuhkan proses waktu
yang lama, disamping kompleksitas birokrasi yang sarat berbagai kepentingan dari pemegang
saham untuk merealisasikannya.
KAJIAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH UNTUK PENYERTAAN MODAL PADA BUS
LAPORAN AKHIR
KERJASAMA BIRO EKONOMI PROPINSI BANTEN DENGAN PT LINTAS GAGAS BERSAMA (LIGAR) SERANG
3
di Propinsi Banten, dimana salah satunya adalah mengambil alih Bank Jabar Syariah (unit usaha
syariah) untuk ditingkatkan statusnya menjadi Bank Umum Syariah. Mengapa pilihannya pada
Bank Umum Syariah dan mengapa unit usaha syariah Bank Jabar, hal ini terkait dengan
karakterstik masyarakat Banten yang terkenal religius dan adanya dukungan dari Bank Jabar
Banten itu sendiri. Dilihat dari sisi undang-undang, kondisi ini dimungkinkan untuk diwujudkan.
Dalam Ayat 1 Pasal 16 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008, dikemukakan bahwa unit usaha
syariah dapat menjadi Bank Umum tersendiri setelah mendapatkan izin dari Bank Indonesia.
Untuk merealisasikan opsi yang ketiga tersebut, pihak Pemerintah Daerah Propinsi
Banten dan Bank Jabar Banten telah beberapa kali melakukan pertemuan secara intensif untuk
membahas secara mendalam tentang rencana dimaksud. Salah satu hasil pembahasan tersebut
adalah dukungan dari Bank Jabar-Banten untuk meningkatkan status unit usaha syariah (UUS)
Bank Jabar menjadi Bank Umum Syariah (BUS) dengan komposisi permodalan 49,5 persen
berasal dari Bank Jabar dan 50,5 persen dari Pemerintah Daerah Propinsi Banten. Dengan kata
lain, 495 miliar dipenuhi oleh Bank Jabar dan 550 miliar dipenuhi dari penyertaan modal
Pemerintah Daerah Propinsi Banten.
Penjelasan lebih detail tentang pemisahan UUS menjadi BUS dapat dilihat pada Ayat 2
Pasal 45 Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/10/PBI/2009 tentang Unit Usaha Syariah, yang
menyatakan bahwa Modal disetor pendirian BUS hasil pemisahan ditetapkan paling kurang
sebesar Rp 500.000.000.000,00 (lima ratus miliar rupiah). Selanjutnya dalam Ayat 4 Pasal 45
pada peraturan yang sama dikemukakan bahwa modal disetor BUS hasil Pemisahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) wajib ditingkatkan secara bertahap menjadi paling kurang sebesar
Rp1.000.000.000.000,00 (satu trilyun rupiah) paling lambat 10 (sepuluh), tahun setelah izin
usaha BUS diberikan.
KAJIAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH UNTUK PENYERTAAN MODAL PADA BUS
LAPORAN AKHIR
KERJASAMA BIRO EKONOMI PROPINSI BANTEN DENGAN PT LINTAS GAGAS BERSAMA (LIGAR) SERANG
4
Propinsi Banten, yang direncanakan akan dilakukan penyertaan modal secara bertahap sebesar
Rp 100 miliar tiap tahun selama 5 tahun, setelah izin usaha BUS diberikan oleh Bank Indonesia.
Untuk merealisasikan hal tersebut, sudah barang tentu tidak cukup hanya keinginan
mendirikan BUS semata. Lebih dari itu, terlebih dahulu perlu dilakukan pengkajian yang
mendalam dan komprehensif tentang kemampuan keuangan daerah Propinsi Banten untuk
penyertaan modal pada Bank Umum Syariah yang akan didirikan. Melalui kajian ini, akan dapat
diketahui seberapa besar kemampuan keuangan daerah dalam penyertaan modal pada Bank
Umum Syariah.
Kajian yang lebih mendalam dan komprehensif dimaksudkan untuk;
Pertama,
mengetahui dan memastikan apakah Pemerintah Daerah Propinsi Banten memiliki cukup
kemampuan untuk melakukan penyertaan modal sebesar yang dipersyaratkan. Untuk hal ini,
perlu di potret besaran PAD dan APBD Propinsi Banten pada beberapa tahun terakhir.
Kedua,
memastikan bahwa besaran dana yang dikeluarkan untuk penyertaan modal pada BUS tidak
mengganggu aktivitas fiskal lainnya. Untuk hal ini, perlu di potret besaran alokasi belanja
pembangunan dan rasio keberlanjutan fiskal Propinsi Banten.
Ketiga, urgensi keberadaan Bank
Umum Syariah di tengah-tengah masyarakat Banten, dengan terlebih dahulu dikaji peran Bank
Umum yang ada saat ini di Propinsi Banten, terutama kontribusinya terhadap perekonomian
Propinsi Banten. Apakah sejauh ini Bank yang ada kurang berperan sehingga perlu dibentuk Bank
Umum baru yang lebih Islami dalam bentuk Bank Umum Syariah.
KAJIAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH UNTUK PENYERTAAN MODAL PADA BUS
LAPORAN AKHIR
KERJASAMA BIRO EKONOMI PROPINSI BANTEN DENGAN PT LINTAS GAGAS BERSAMA (LIGAR) SERANG
5
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN KAJIAN
1.2.1. MAKSUD KAJIAN
Sebagaimana dikemukakan dalam TOR, maksud dari kegiatan kajian analisis
kemampuan keuangan daerah untuk penyertaan modal Bank Umum Syariah pada
dasarnya adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis seberapa besar daerah
Propinsi Banten memiliki kemampuan untuk melakukan penyertaan modal pada Bank
Umum Syariah.
1.2.2. TUJUAN KAJIAN
Sedangkan tujuan yang ingin di capai dari kegiatan ini, sebagaimana yang
dikemukana juga dalam TOR, yaitu:
1)
Untuk mengetahui
gambaran Pendapatan Daerah Propinsi Banten,
2)
Untuk mengetahui
kemampuan keuangan daerah Propinsi Banten dalam penyertaan modal
pada Bank Umum Syariah, serta;
3) Mengidentifikasi dan menganalisis sumber-sumber pendapatan asli daerah (PAD) Propinsi
Banten, serta menyusun rekomendasi tentang langkah-langkah yang harus diambil dalam
rangka penyertaan modal pada Bank Umum Syariah.
1.3. LANDASAN HUKUM KAJIAN
Dasar hukum dilakukan kajian kemampuan keuangan daerah dalam rangka penyertaan
modal pada Bank Umum Syariah, merujuk pada :
1. Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
2. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia
KAJIAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH UNTUK PENYERTAAN MODAL PADA BUS
LAPORAN AKHIR
KERJASAMA BIRO EKONOMI PROPINSI BANTEN DENGAN PT LINTAS GAGAS BERSAMA (LIGAR) SERANG
6
5. Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
6. Undang-undang RI Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah
7. Undang-undang RI Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
8. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah
9. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah
10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
11. Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 tentang Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum Bank Umum
12. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/10/PBI/2009 tentang Unit Usaha Syariah
1.4. HASIL YANG DIHARAPKAN
Hasil yang diharapkan dari hasil kajian terhadap kemampuan keuangan daerah untuk
penyertaan modal pada Bank Umum Syariah (BUS), adalah sebagai berikut:
1) Tersedianya data-data yang menggambarkan Pendapatan Daerah Propinsi Banten,
2) Tersedianya hasil kajian mengenai kemampuan keuangan daerah Propinsi Banten untuk
penyertaan modal pada Bank Umum Syariah,
3) Tersedianya hasil kajian mengenai identifikasi dan analisis sumber-sumber pendapatan asli
daerah (PAD) Propinsi Banten, serta;
4) Tersedianya bahan rumusan dan rekomendasi tentang langkah-langkah yang harus diambil
dalam rangka penyertaan modal pada Bank Umum Syariah.
1.5. RUANG LINGKUP KEGIATAN
Lingkup pekerjaan kajian kemampuan keuangan daerah Propinsi Banten dalam
penyertaan modal pada Bank Umum Syariah, meliputi hal-hal sebagai berikut :
KAJIAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH UNTUK PENYERTAAN MODAL PADA BUS
LAPORAN AKHIR
KERJASAMA BIRO EKONOMI PROPINSI BANTEN DENGAN PT LINTAS GAGAS BERSAMA (LIGAR) SERANG
7
2. Menghitung dan melakukan analisis kemampuan keuangan daerah Propinsi Banten terhadap
data data-data APBD Propinsi Banten yang telah diperoleh, dengan menggunakan metode
dan teknik tertentu, digunakan untuk menilai kemampuan keuangan suatu daerah, sehingga
terlihat kondisi fiskal memadai atau tidak untuk melakukan penyertaan modal pada Bank
Umum Syariah.
3. Merumuskan dan menghitung besarnya nilai penyertaan modal yang harus dialokasikan
secara bertahap tiap tahunnya oleh Pemerintah Daerah Propinsi dalam rangka penyertaan
modal pada Bank Umum Syariah.
5. Menyusun rumusan dan rekomendasi sebagai dasar bagi pengambil kebijakan untuk
mengambil keputusan mengenai tentang langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
rangka penyertaan modal pada Bank Umum Syariah.
1.6. KERANGKA KERJA KONSEPTUAL KAJIAN (
CONCEPTUAL FRAMEWORK
)
Sesuai dengan maksud dan tujuan yang hendak dicapai dalam kajian ini, kerangka kerja
konseptual kajian ini, digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1.1.
8
BAB II
KAJIAN DAN LANDASAN TEORI
2.1. BANK UMUM SYARIAH
en
o. 21
ah
n 2008
en
ang
e
bankan
a
iah di
eb
kan defini
i da
i
ank
a
iah,
ai
bank
ang menjalankan kegia
an
ahan
a be
da
a
kan p
in
ip
a
iah dan
men
jeni
n
a
e
di
i a
a
bank
m
m
a
iah (
) dan bank pembia
aan
ak
a
a
iah
(
).
adalah bank
a
iah
ang dalam kegia
ann
a membe
ikan ja
a dalam lal
lin
a
pemba
a
an.
edangkan
adalah bank
a
iah
ang dalam kegia
ann
a
idak membe
ikan
ja
a dalam lal
lin
a
pemba
a
an.
e
iap pihak
ang akan melak
kan kegia
an
aha bank
a
iah
ajib
e
lebih dah
l
mempe
oleh izin
aha
ebagai bank
a
iah da
i
ank
ndone
ia.
embe
ian izin dimak
d
dilak
kan dalam 2 (d
a)
ahap:
a.
e
e
j
an p
in
ip,
ai
pe
e
j
an
n
k melak
kan pe
iapan pendi
ian bank; dan
b.
zin
aha,
ai
izin
ang dibe
ikan
n
k melak
kan kegia
an
aha bank
e
elah pe
iapan
ebagaimana dimak
d dalam h
f a
ele
ai dilak
kan.
odal di
e
o
n
k mendi
ikan
ank di
e
apkan paling k
ang
ebe
a
!1.000.000.000.000,00 (
a
ili
n
piah).
e
mohonan
n
k mendapa
kan pe
e
j
an p
in
ip diaj
kan paling k
ang oleh
alah
a
calon pemilik kepada
ank
ndone
ia di
e
ai dengan dok
men pend
k
ng dan ha
di
e
ai
dengan pemen
han
e
o
an modal paling k
ang 30% (
iga p
l
h pe
en) da
i modal di
e
o
minim
m.
"ok
men pend
k
ng dimak
d be
pa :
1.
#k
a pendi
ian a
a
ancangan ak
a pendi
ian badan h
k
m,
e
ma
k angga
an da
a
a
a
ancangan angga
an da
a
;
HI JKILHMN IN OPI LHMPI L Q I LRI MS I TPL UP HOM L
Y
MSUI I LN VRIWOIRIXPYWIOVSI LIHT KS
HM SJI YI NIXKS VMHVL VN KOS VOKL Y KXI LUMLRM L QI LOUWKLUIYQIQI YXM S YINI
(
WKQI S)
YMSIL Q10
3.
Zaf
[a
\calon anggo
[a
Ze
]an
^omi
_a
\i
_, anggo
[a
Zi
\ek
_i, dan anggo
[a
Ze
]an
`enga
]a
_a b
a
\iah di
_e
\[ai dengan dok
cmen
bang dipe
\_ba
\a
[kan.
4.
Fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP) bagi warga
negara asing yang menjadi calon anggota Direksi dan calon anggota Dewan Komisaris.
5. Fotokopi surat izin bekerja bagi warga negara asing yang menjadi calon anggota Direksi
dan/atau calon anggota Dewan Komisaris.
6. Rencana susunan dan struktur organisasi serta nama-nama calon pejabat.
7. Studi kelayakan mengenai peluang pasar dan potensi ekonomi.
8. Rencana bisnis (
desiness plan
).
9. Rencana korporasi (
corporate plan
).
10. Pedoman manajemen risiko, rencana sistem pengendalian intern, rencana system teknologi
informasi yang digunakan, dan pedoman mengenai pelaksanaan tata kelola perusahaan yang
baik (
Good Corporate Governance
).
11. Sistem dan prosedur kerja.
12. Bukti pelunasan setoran modal dalam bentuk fotokopi bilyet deposito.
13. Surat pernyataan dari pemegang saham tentang sumber dana untuk pelunasan setoran
modal; dan
14. Bukti kesiapan operasional.
Persetujuan atau penolakan atas permohonan izin usaha sebagaimana diberikan paling
lambat 60 (enam puluh) hari setelah dokumen permohonan diterima secara lengkap,
berdasarkan pada:
a. Penelitian atas kelengkapan dan kebenaran dokumen; dan
b. Uji kemampuan dan kepatutan (
fit and proper test
) dan wawancara terhadap pihak-pihak calon
PSP, calon anggota Dewan Komisaris, dan calon anggota Direksi, serta wawancara terhadap
calon anggota DPS.
Y
(
)
12
m.
en
ediakan
empa
n
k men
impan ba
ang dan
a
be
ha
ga be
da
a
kan
¡in
ip
¢
a
iah;
n.
emindahkan
ang, baik
n
k kepen
ingan
endi
i ma
p
n
n
k kepen
ingan
£a
abah
be
da
a
kan
¡in
ip
¢a
iah;
o.
elak
kan f
ng
i
ebagai
Wali Amanat berdasarkan Akad
wakalah
;
p. Memberikan fasilitas
letter of credit
atau bank garansi berdasarkan Prinsip Syariah; dan
q. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di bidang sosial
sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
r. Melakukan kegiatan valuta asing berdasarkan Prinsip Syariah;
s. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada BUS atau lembaga keuangan yang melakukan
kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah;
t. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan
Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali
penyertaannya;
u. Bertindak sebagai pendiri dan pengurus dana pensiun berdasarkan Prinsip Syariah;
p. Melakukan kegiatan dalam pasar modal sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip
Syariah dan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal;
w. Menyelenggarakan kegiatan atau produk bank yang berdasarkan Prinsip Syariah dengan
menggunakan sarana elektronik;
x. Menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka pendek
berdasarkan Prinsip Syariah, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pasar
uang;
y. Menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka panjang
berdasarkan Prinsip Syariah, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pasar
modal; dan
ÈÉ ÊËÉÌÈÍÎ ÉÎ ÏÐÉ ÌÈÍÐÉ Ì Ñ É ÌÒÉ ÍÓ É ÔÐÌ ÕÐ ÈÏÍ Ì
Y
ÍÓÕÉ É ÌÎ ÖÒÉ×ÏÉÒÉØÐÙUntuk menghitung Indeks Pelayanan Publik per kapita Propinsi di gunakan dasar
perhitungan sebagai berikut:
íî ïðîñíòó îó ôõî ñíòõî ñ ö î ñ÷î òø î ùõñ úõ íôò ñ
Y
òøúî î ñó û÷îüôî÷îýõþKapasitas Fiskal Daerah merupakan sumber pendanaan daerah yang berasal dari PAD
dan dana bagi Hhasil. Sama halnya dengan perhitungan kebutuhan fiskal, untuk standar fiskal
adalah Kapasitas fiskal Propinsi digunakan data PDRB per kapita Propinsi atas dasar harga
konstan yang dipakai.
Dengan demikian Kapasitas Fiskal Propinsi sebesar hasil Kapasitas Fiskal Propinsi
sekian kali bila dibandingkan Kapasitas fiskal standar Nasional
2.3. ANALISIS POTENSI PENDAPATAN ASLI DAERAH
Analisis potensi pendapatan asli daerah yang merupakan dasar untuk mengukur
kemandirian daerah.
2.3.1. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah
Keterkaitan antara kegiatan Pemerintah Daerah dengan sumber keuangan pada
hakekatnya memberikan petunjuk hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
tidak terlepas dari pembagian kewenangan antara pusat dan daerah.
Y
(
)
16
pen
elengga
aan de
en
!ali
a
i dengan mempe
!imbangkan po
!en
i, kondi
i dan keb
"! "han
dae
ah.
#
ejalan dengan
"pa
a
"n
! "k meman
!apkan kemandi
ian peme
in
!ah dae
ah
ang
dinami
dan be
!angg
"ng ja
$ab,
e
!a me
$"j
"dkan pembe
da
aan dan o
!onomi dae
ah dalam
lingk
"p
ang lebih n
a
!a, maka dipe
l
"kan
"pa
a-
"pa
a
"n
! "k meningka
!kan efi
ien
i, efek
!i
%i
!a
dan p
ofe
ionali
me
"mbe
da
a man
"ia dan lembaga-lembaga p
"blik di dae
ah.
&'(
be
! "j
"an membe
ikan ke
$enangan kepada
&eme
in
!ah
(ae
ah
"n
! "k mendanai
pelak
anaan o
!onomi dae
ah
e
"ai dengan po
!en
i dae
ah
ebagai pe
$"j
"dan de
en
!ali
a
i.
)n
!i da
i mak
"d
(e
en
!ali
a
i
Fiskal adalah menciptakan kemandirian daerah dalam
penyelenggaraan urusan daerah, sebagaimana dimaksud pada pasal 1 ayat (7) dari
Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah.
Dalam hubungannya dengan pendanaan, Desentralisasi Fiskal merupakan factor utama
bagi kelancaran penyediaan dana pembangunan agar pelaksanaan pembangunan daerah dapat
berjalan secara maksimal.
1. Dukungan sumber-sumber keuangan yang berasal dari PAD terdiri dari:
a. Hasil Pajak Daerah;
b. Hasil Retribusi Daerah;
c. Hasil Perusahaan Milik Daerah;
d. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan; dan
e. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.
2. Dana Perimbangan Terdiri dari :
a. Bagi Hasil Pajak (BHP) terdiri atas Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Penghasilan(PPh);
b. Penerimaan dari Sumber Daya Alam;
c. Dana Alokasi Umum (DAU);
d. Dana Alokasi Khusus.(DAK).
3. Penerimaan Lain:
*+ ,-+.*/0 +0 12+ .*/2+ . 3 + .4+ /5 + 62. 72 *1/ .
Y
/57+ + .0 84+91+4+:2;9+185+ .+*6 -5
*/ 5,+ ;+ 0+:-5 8/*8. 80 -15 81-. ; -:+ .7/.4/ . 3+ .179-.7+;3+3+ ;:/ 5 ;+0+
(
9-3+ 5)
;/5+. 317
b.
<injaman
=ae
>ah,
?ang be
>@Ambe
>da
>i peme
>in
Bah dae
>ah lain, lembaga ke
Aangan
bank,lembaga ke
Aangan b
Akan bank dan ma
@ ?a
>aka
B?ang me
> Apakan pend
Ak
Ang dalam
pen
?elengga
>aan pembang
Anan dae
>ah.
<
e
>imbangan
Ce
Aangan an
Ba
>a
<eme
>in
Bah
<A@a
Bdan
<eme
>in
Bah
=ae
>ah me
>Apakan ala
B An
BAk melak
@anakan de
@en
B>ali
@a
@i fi
@kal pe
>l
Adi
Be
>apkan
@ebagai
DAj
Ad da
>i o
Bonomi dae
>ah.
Eal ini j
A
ga menimb
Alkan pe
>ma
@alahan dalam pembagian ke
Aangan an
Ba
>a
<eme
>in
Bah
<A@a
Bdan
<eme
>in
Bah
=ae
>ah, dimana pelak
@anaan
B Aga
@dan
De
Denang ma
@ing-ma
@ing
Bingka
Bpeme
>in
Bahanmeme
>l
Akan d
Ak
Angan dana
?ang be
@a
>p
Ala.
EA
b
Angan
Fiskal antara Pemerintah Pusat dan Daerah ditandai dengan tingginya kontrol
pusat terhadap proses pembangunan daerah. Ini terlihat dari rendahnya proporsi PAD terhadap
Total Pendapatan Daerah dibanding besarnya subsidi yang diberikan dari Pemerintah Pusat.
Sumber-sumber Penerimaan Daerah dalam pelaksanaan desentralisasi seperti
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan (DP), Lain-lain Pendapatan Pinjaman Daerah
(PD) yang merupakan pendukung dalam penyelenggaraan pembangunan daerah untuk bisa
mengatur dan mengurus daerah sendiri untuk mandiri dalam pelaksanaan pembangunan
daerahnya.
Dalam konteks otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, Mardiasmo (2001) secara
spesifik sebagai kebijakan mempunyai tiga misi utama:
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat,
2. Menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah;
3. Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses
pembangunan.
2.3.2. Analisis Potensi Pendapatan Asli Daerah
FG HIGJFKL GL MNG JFKNG J O G JPG KQ G RNJ SN FMK J
Y
KQSG G JL TPGUMGPGVNWUGMTQG JGFR IQ
FK QHG WG LGVIQ TKFTJ TL IMQ TMIJ W IVG JSKJPK J OG JMSUIJSGWOGOG WVK Q WGLG
(
UIOG Q)
WKQGJ O18
Xembe
Yian ke
Zenangan dimak
[\d dilak
[anakan
[eca
Ya p
Yopo
Y[ional
]ang di
Z\j
\dkan
dengan penga
^ \Yan, pembagian dan pemanfaa
^an
[\mbe
Yda
]a na
[ional
]ang be
Ykeadilan
[e
Y^a
pe
Yimbangan ke
\angan p
\[a
^dan dae
Yah.
_[aha-
\n
^ \k menggali
[\mbe
Y-
[\mbe
Ypendapa
^an
dae
Yah, mengalami be
Ybagai kendala, baik da
Yi
[egi ke
^e
Yba
^a
[an
[\mbe
Ydana i
^ \ [endi
Yi
ma
\p
\n da
Yi
[egi kemamp
\an dan
[i
[ ^em pengelolaan
[e
Y^a pena
^a
\[ahaann
]a.
Xe
Ykembangan
pembang
\nan dae
Yah menghendaki j
\ga pe
Ykembangan di
[ek
^o
Ypendapa
^an dae
Yahn
]a,
]ang
minimal ha
Y \[dapa
^mengimbangi langkah-langkah peme
Yin
^ahan dae
Yah dalam pe
Ycepa
^an
pembang
\nann
]a
[epe
Y^i
]ang diha
Yapkan.
_
n
^ \k men
]elengga
Yakan o
^onomi dae
Yah
]ang l
\a
[, n
]a
^a dan be
Y^angg
\ng ja
Zab
dipe
Yl
\kan ke
Zenangan dan kemamp
\an menggali
[\mbe
Yke
\angan
[endi
Yi,
]ang did
\k
\ng oleh
pe
Yimbangan ke
\angan an
^a
Ya p
\[a
^dan dae
Yah.
`alam hal ini ke
Zenangan ke
\angan
]ang
meleka
^pada
[e
^iap ke
Zenangan peme
Yin
^ahan
]ang menjadi ke
Zenangan dae
Yah.
`alam
menjamin
^e
Y[elengga
Yan
]a o
^onomi dae
Yah
]ang
[emakin man
^ap, maka dipe
Yl
\kan
\[
aha-
\[aha
\n
^ \k meningka
^kan kemamp
\an ke
\angan
[endi
Yi
]akni dengan meng
\pa
]akan
peningka
^an pene
Yimaan
Xendapa
^an
a[li
`
ae
Y
ah. baik dengan meningka
^kan pene
Yimaan
[\mbe
Y Xa`]ang
[\dah ada ma
\p
\n dengan penggalian
[ \mbe
YXa`]ang ba
Y \[e
[\ai dengan ke
^en
^ \an
]ang ada
[e
Y^a mempe
Yha
^ikan kondi
[i dan po
^en
[i ekonomi ma
[]a
Yaka
^.
`
alam pengelolaan ke
\angan dae
Yah men
]angk
\^3 (
^iga) bidang anali
[i
[ ]ang
[aling
^e
Ykai
^[a
^ \[ama lainn
]a,
]ang melip
\^i:
1.
anali
[i
[Xene
Yimaan,
]ai
^ \anali
[i
[mengenai kemamp
\an peme
Yin
^ah dae
Yah dalam menggali
[\
mbe
Y-
[\mbe
Ypendapa
^an
]ang po
^en
[ial dan bia
]a-bia
]a
]ang dikel
\a
Ykan
\n
^ \k
meningka
^kan pendapa
^an
^e
Y[eb
\^.
2.
anali
[
i
[ Xengel
\a
Yan,
]ai
^ \anali
[i
[mengenai
[ebe
Yapa be
[a
Ybia
]a-bia
]a da
Yi
[\a
^ \pela
]anan p
\blik dan fak
^o
Y-fak
^o
Y]ang men
]ebabkan bia
]a
^e
Y[eb
\^meningka
^.
3.
anali
[i
[ angga
Yan
]ai
^ \anali
[i
[mengenai h
\b
\ngan an
^a
Ya pendapa
^an dan pengel
\a
Yan
[
e
Y^a kecende
Y \ngan
]ang dip
Yo
]ek
[ikan
\n
^ \k ma
[a depan.
cd efdgchi di jkd gchkd g l d gmd hn d okg pk cjh g
Y
hnpd d gi qmdrjdmdskt
Y
diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Pendapatan daerah tersebut merupakan
perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan.
Pendapatan daerah dikelompokan atas:
1). Pendapatan Asli Daerah (PAD); kelompok PAD dibagi menurut jenis pendapatan yang terdiri
atas:
- Pajak daerah;
- Retribusi daerah;
- Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan
- Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
ª« ¬«®ª¯° «° ±²« ®ª¯²« ® ³ « ®´« ¯µ « ¶²® ·² ª±¯ ®
Y
¯µ·« « ®° ¸´«¹±«´«º²»¹«±¸µ« ®«ª¶ µ
ª¯ µ¬« »« °«ºµ ¸¯ª¸® ¸° ±µ ¸±® » º« ®·¯®´¯ ® ³« ®±·¹®·«»³«³« »º¯ µ »«°«
(
¹³« µ)
»¯µ«® ³21
-
¼ana
½agi
¾a
¿il:
Àe
Ádi
Ái da
Ái bagi ha
¿il pajak dan bagi ha
¿il b
Âkan pajak.
-
¼ana
Ãloka
¿i
Äm
Âm; dan
-
¼ana
Ãloka
¿i
Åh
¿¿.
3)
Æain-lain pendapa
Àan dae
Áah
Çang
¿ah; kelompok lain-lain pendapa
Àan dae
Áah
Çang
¿ah dibagi
men
ÂÁ ÂÀjeni
¿pendapa
Àan
Çang mencak
Âp:
- hibah be
Áa
¿al da
Ái peme
Áin
Àah, peme
Áin
Àah dae
Áah lainn
Ça, badan/lembaga/ o
Ágani
¿a
¿i
¿Èa
¿Àa dalam nege
Ái, kelompok ma
¿Ça
Áaka
À/pe
Áo
Áangan, dan lembaga l
Âa
Ánege
Ái
Çang
Àidak mengika
À;
- dana da
Á ÂÁa
Àda
Ái peme
Áin
Àah dalam
Áangka penangg
Âlangan ko
Ában/ke
Á ¿akan akiba
Àbencana alam;
- dana bagi ha
¿il pajak da
Ái
ÉÁopin
¿i kepada kab
Âpa
Àen/ko
Àa;
- dana pen
Çe
¿Âaian dan dana o
Àonomi kh
¿¿Çang di
Àe
Àapkan oleh peme
Áin
Àah; dan
- ban
À Âan ke
Âangan da
Ái
ÉÁopin
¿i a
Àa
Âda
Ái peme
Áin
Àah dae
Áah lainn
Ça.
b. Belanja Daerah
½
elanja dae
Áah adalah ke
Èajiban
Éeme
Áin
Àah
¼ae
Áah
Çang diak
Âi
¿ebagai peng
ÂÁang nilai
keka
Çaan be
Á¿ih.
½elanja dae
Áah me
Á Âpakan pe
Áki
Áaan beban pengel
Âa
Áan dae
Áah
Çang
dialoka
¿ikan
¿eca
Áa adil dan me
Áa
Àa aga
Á Áela
Àif dapa
Àdinikma
Ài oleh
¿el
ÂÁÂh kelompok
ma
¿Ça
Áaka
À Àanpa di
¿k
Áimina
¿i, kh
¿¿n
Ça dalam pembe
Áian pela
Çanan
Âm
Âm.
½elanja dae
Áah
melip
ÂÀi
¿em
Âa pengel
Âa
Áan da
Ái
ÊËkening
Åa
¿ Äm
Âm
¼ae
Áah
Çang meng
ÂÁangi ek
Âi
Àa
¿dana
lanca
Á,
Çang me
Á Âpakan ke
Èajiban dae
Áah dalam
¿a
À ÂÀah
Ân angga
Áan
Çang
Àidak akan dipe
Áoleh
pemba
Ça
Áann
Ça kembali oleh dae
Áah.
½
elanja dae
Áah dapa
Àdibedakan men
ÂÁ ÂÀ ÂÁ ¿an peme
Áin
Àahan dae
Áah, o
Ágani
¿a
¿i,
p
Áog
Áam, kegia
Àan, kelompok, jeni
¿, ob
Çek, dan
Áincian ob
Çek belanja.
½elanja dae
Áah men
ÂÁ ÂÀ ÂÁ ¿an peme
Áin
Àahan dibedakan a
Àa
¿belanja
ÂÁ¿an
Èajib dan belanja
ÂÁ ¿an pilihan.
Ìen
ÂÁ ÂÀo
Ágani
¿a
¿i, belanja dae
Áah dibedakan be
Áda
¿a
Ákan
¿Â¿Ânan o
Ágani
¿a
¿i
peme
Í
in
Îahan dae
Íah.
Ïemen
Àa
Áa i
ÀÂ, belanja dae
Áah men
ÂÁ ÂÀp
Áog
Áam dan kegia
Àan di
Àe
Àapkan
¿e
¿ Âai dengan
ÂÁ ¿an peme
Áin
Àahan
Çang menjadi ke
Èenangan dae
Áah.
ÐÑ ÒÓÑÔÐÕÖ ÑÖ ×ØÑ ÔÐÕØÑ Ô Ù Ñ ÔÚÑ ÕÛ Ñ ÜØÔ ÝØ Ð×Õ Ô
Y
ÕÛÝÑ Ñ ÔÖ ÞÚÑß×ÑÚÑàØáßÑ×ÞÛÑ ÔÑÐÜ ÓÛ
ÐÕ ÛÒÑ áÑ ÖÑàÓÛ ÞÕÐÞÔ ÞÖ Ó×Û Þ×ÓÔ á ÓàÑ ÔÝÕÔÚÕ Ô ÙÑ Ô×ÝßÓÔÝÑáÙÑÙÑ áàÕ Û áÑÖÑ
(
ßÓÙÑ Û)
áÕÛÑÔ Ù22
1)
âela
ãanan
äm
äm,
2)
åe
æe
çæiban dan keamanan,
3)
èkonomi,
4)
éingk
ängan hid
äp,
5)
âe
çämahan dan fa
êili
æa
êäm
äm,
6)
åe
êeha
æan,
7)
âa
çi
ëi
êa
æa dan b
äda
ãa,
8)
ìgama,
9)
âendidikan, dan
10)
âe
çlind
ängan
êo
êial.
í
en
ä çäæâa
êal 39
ââîomo
ç58
ïah
än 2005,
êe
æiap jeni
êbelanja
ãang diangga
çkan ha
çäêmempe
çha
æikan ke
æe
çkai
æan pendanaan dengan kel
äa
çan dan ha
êil
ãang diha
çapkan da
çi p
çog
çam
dan kegia
æan
ãang diangga
çkan,
æe
çma
êäk efi
êien
êi dalam pencapaian kel
äa
çan dan ha
êil
æ
e
çêeb
äæ.
ð
e
çda
êa
çkan ke
æen
æ äan
æe
çêeb
äæ,
âe
çmendag
çi
îomo
ç13
ïñh
än 2006 j
äga membedakan
ðelanja
òae
çah menjadi
ðelanja
éang
êäng dan
ðelanja
ïódak
éang
êäng.
ðelanja
éang
ê äng
me
çäpakan belanja
ãang diangga
çkan
æe
çkai
æêeca
ça lang
êäng dengan pelak
êanaan p
çog
çam dan
kegia
æan,
êemen
æa
ça
ðelanja
ïidak
éang
ê äng adalah belanja
ãang diangga
çkan
æidak
æe
çkai
ælang
êäng dengan pelak
êanaan p
çog
çam dan kegia
æan.
ð
elanja
é
ang
êäng
æe
çdi
çi da
çi belanja pega
ëai, belanja ba
çang dan ja
êa, dan belanja
modal.
ôemen
æa
ça i
æä,
ðelanja
ïódak
éang
êäng dikla
êifika
êikan menjadi:
1) belanja pega
ëai,
2) b
änga,
3)
ê äb
êidi,
4) hibah,
õö ÷øöùõúû öû üýö ùõúýö ù þ ö ùÿö ú ö ýù ý õüú ù
Y
úö ö ùû ÿöüöÿöýöü ö ùöõ ø
õú ÷ö ö ûöø úõù û øüüøù øö ùúùÿú ù þö ùüøùöþöþö úöûö
(
øþö)
ú öù þ23
k
belanja be
da
a
kan
e
mendag
i
omo
13
h
n 2006
ela
if be
beda
dengan
k
belanja men
epmendag
i
omo
29
h
n 2002.
c. Pembiayaan Daerah
embia
aan
ae
ah adalah
em
a pene
imaan
ang pe
l
diba
a
kembali dan/a
a
pengel
a
an
ang akan di
e
ima kembali, baik pada
ah
n angga
an
ang be
angk
an ma
p
n
pada
ah
n-
ah
n angga
an be
ik
n
a.
engan demikian,
embia
aan
ae
ah
e
di
i da
i
ene
imaan
embia
aan dan
engel
a
an
embia
aan.
eli
ih da
i
ene
imaan
embia
aan dan
engel
a
an
embia
aan di
eb
embia
aan ne
o dan j
mlahn
a ha
dapa
men
p defi
i
angga
an.
1)
ene
imaan
embia
aan mencak
p:
-
i
a lebih pe
hi
ngan angga
an
ah
n angga
an
ebel
mn
a (
i
),
- pencai
an dana cadangan,
- ha
il penj
alan keka
aan dae
ah
ang dipi
ahkan
- pene
imaan pinjaman dae
ah
! "
Y
" #$%&$# !
& % ## # # & % " "$"& &% &
(
$)
&24
2)
'engel
(a
)an
'embia
*aan
- pemben
+(kan dana cadangan
- penanaman modal
'eme
)in
+ah
,ae
)ah
- pemba
*a
)an pokok
(+ang, dan
/ 0/111
23453607 045048 3 7 95 9:9; 16 0<10 4
=>?> @ABCDE@C@ABFC
Sesuai dengan maksud dan tujuan yang hendak dicapai dalam kajian ini tentang
kemampuan keuangan daerah untuk penyertaan modal Bank Umum Syariah. Dengan demikian
langkah kerja pelaksanaan kajian digambarkan sebagai berikut:
E G HIG
r
=>?>@J
r
G KLMG@Jr
NG @ GN OGK@J HG HPQG K@J QGKLGKR G J S G T UKVQMWJKXJ SVGGKYZ[G\]G KMUHQH^ XGS OG TBerdasarkan kerangka kerja sebagaimana Gambar 3.1. tersebut, maka kajian
kemampuan keuangan daerah untuk penyertaan modal BUS, dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Pencermatan terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK) kajian kemampuan keuangan daerah
KAJIAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH UNTUK PENYERTAAN MODAL PADA BUS
LAPORAN AKHIR
KERJASAMA BIRO EKONOMI PROPINSI BANTEN DENGAN PT LINTAS GAGAS BERSAMA (LIGAR) SERANG
26
2. Melakukan kajian dan review terhadap data dan kajian-kajian terdahulu yang berkaitan
dengan kemampuan keuangan daerah maupun penyertaan modal yang dilakukan oleh
Propinsi Banten.
3. Mengumpulkan data primer dan sekunder yang belum ada meliputi:
a. Data APBD dan PAD Propinsi Banten.
b. Data Perbankan (bank umum dan bank syariah) yang ada di Propinsi Banten
c. Data aturan-aturan peraturan perundangan yang terkait dengan kajian ini.
d. Data PDRB Propinsi Banten.
4. Melakukan analisis aspek-aspek kemampuan keuangan daerah
5. Berdasarkan kepada hasil perhitungan aspek-aspek kemampuan keuangan daerah kemudian
ditarik kesimpulan apakah Propinsi Banten memiliki kemampuan keuangan atau tidak dalam
melakukan penyertaan modal
6. Melakukan perhitungan besaran penyertaan modal yang akan disertakan secara bertahap
pada periode yang akan datang.
7. Melakukan perhitungan manfaat dari penyertaan modal pada bank umum syariah,, baik
manfaat langsung (direct benefit) maupun manfaat tidak langsung (indirect benefit).
8. Menyusun rekomendasi dan laporan hasil kajian.
_`a` bc de c f ghgdih j e k
Pendekatan studi yang dilakukan dalam kajian ini, dilakukan melalui Pendekatan Kondisi
Objektif dan Pendekatan Daya Dukung Kemampuan Keuangan Daerah dalam rangka penyertaan
modal pada Bank Umum Syariah.
Berikut penjelasan dari masing-masing pendekatan yang akan digunakan :
g` bl mnlopqpmfr mnstsu vwloq sx
KAJIAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH UNTUK PENYERTAAN MODAL PADA BUS
LAPORAN AKHIR
KERJASAMA BIRO EKONOMI PROPINSI BANTEN DENGAN PT LINTAS GAGAS BERSAMA (LIGAR) SERANG
27
yz {| }~|} } |}| } } |Pendekatan ini dimaksudkan untuk menganalisis daya dukung kemampuan keuangan daerah
dalam rangka penyertaan modal pada bank umum syariah, meliputi:
1. Analisis potensi pendapatan asli daerah. Analisis ini berupa analisa terhadap
kemampuan keuangan daerah dalam meningkatkan penerimaan daerah secara
berkelanjutan seiring dengan perkembangan perekonomian di Propinsi Banten, meliputi;
analisis Daya Pajak (Tax Effort), analisis Efektivitas Pajak (Tax efectivity), dan analisis
Efisiensi Pajak (Tax efficiency).
2. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah. Analisis ini berupa analisa atas kemampuan
keuangan daerah terkait rencana penyertaan modal pada bank umum syariah di
Propinsi Banten, ditinjau dari analisis derajat desentralisasi fiskal, analisis kebutuhan
fiskal dan indeks pelayanan publik, serta analisis kapasitas fiskal.
zz
zzz
|}~} |
Jenis data yang telah dikumpulkan untuk analisis, terdiri atas data primer dan data
sekunder. Sumber data primer diperoleh dari hasil observasi langsung pada instansi terkait yang
memiliki data tentang objek kajian. Sumber data sekunder diperoleh dari hasil studi pustaka,
review
peraturan, dan inventarisasi data-data publikasi dari dinas, lembaga, badan, atau biro
yang terkait dengan studi ini.
{ |
Data primer dikumpulkan melalui pengamatan langsung (observasi) pada obyek studi.
Pengamatan langsung dilakukan berdasarkan pokok-pokok identifikasi yang meliputi :
KAJIAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH UNTUK PENYERTAAN MODAL PADA BUS
LAPORAN AKHIR
KERJASAMA BIRO EKONOMI PROPINSI BANTEN DENGAN PT LINTAS GAGAS BERSAMA (LIGAR) SERANG
28
¡¢£¤Data sekunder yang akan dikumpulkan melalui studi pustaka,
review
peraturan, dan
inventarisasi data-data publikasi dan hasil-hasil kajian sebelumnya. Materi data sekunder yang
dikumpulkan sebagai berikut :
1. Review peraturan dan aspek hukum yang terkait dengan penyertaan modal dan perbankan
syariah, meliputi undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan pemerintah, peraturan
Bank Indonesia, surat edaran Bank Indonesia, dan lainnya yang relevan dengan kajian.
2. Hasil kajian-kajian terdahulu berkaitan kemampuan keuangan daerah dan kajian tentang
penyertaan modal yang telah dilakukan oleh Propinsi Banten pada berbagai institusi.
3. Studi kepustakaan yang berkaitan dengan referensi-referensi buku yang digunakan dalam
penelitian ini.
4. Visi, Misi dan Kebijakan Pemerintah Daerah Propinsi Banten dalam pengembangan sektor
ekonomi, kelembagaan usaha, dan perdagangan.
¥¦¥¦ §¦¨ ¢© ª¢«¬ ® ¢£¢¯¢©°©°
Setelah data terkumpul, maka dilakukan tabulasi, penyusunan dan pemilihan data,
sehingga data yang akan dipakai untuk keperluan analisis merupakan data yang benar dan
relevan. Pemilihan data dilakukan sesuai dengan jenis dan tingkat kepentingan informasi yang
dibutuhkan melalui serangkaian proses pemillhan data, agar didapatkan suatu data yang valid
dan akurat yang dapat dipakai sebagai bahan penyusunan kajian kemampuan keuangan daerah
untuk penyertaan modal BUS, yang dijabarkan sebagai berikut :
•
ª ¢©© ¢¯ª ±KAJIAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH UNTUK PENYERTAAN MODAL PADA BUS
LAPORAN AKHIR
KERJASAMA BIRO EKONOMI PROPINSI BANTEN DENGAN PT LINTAS GAGAS BERSAMA (LIGAR) SERANG
29
•
²³ ´µ¶·µ·´²¸¹Untuk menilai struktur PAD Propinsi Banten dari sisi penerimaan, untuk diketahui
kecenderungan meningkat atau tidaknya, serta untuk dinilai sumber-sumber mana yang
memberikan kontribusi terbesar dari penerimaan PAD Propinsi Banten. Dalam analisis ini,
dilengkapi juga dengan penilaian
trend
dari masing-masing sumber PAD Propinsi Banten di
masa yang akan datang, berdasarkan data historis sebelumnya.
•
²³ ´µ¶·µ·´º³»·»¼½·´º³½·´¾·´¹ · ³¿·ÀPenilaian dalam aspek ini dilakukan untuk menilai kemampuan keuangan daerah untuk
penyertaan modal pada bank umum syariah. Analisis ini dilakukan setelah penilaian terhadap
APBD dan penilaian PAD dilakukan. Penilaian kemampuan keuangan daerah meliputi
perhitungan analisis derajat desentralisasi fiskal, analisis kebutuhan fiskal dan indeks
pelayanan publik, serta analisis kapasitas fiskal.
•
²³ ´µ¶·µ·´Á³Â ·¿·´²³´Ã³¿Ä · · ´ÅÆÇ·¶È³É ·¿·Á³¿Ä ·À·¼Penilaian dalam aspek ini dilakukan untuk penilaian kemampuan keuangan daerah untuk
penyertaan modal pada bank umum syariah dilakukan. Setelah berdasarkan analisis tersebut
diketahui bahwa Propinsi Banten memiliki kemampuan keuangan daerah dalam rangka
penyertaan modal, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penilaian terhadap besarnya
nilai penyertaan modal yang harus dilakukan secara bertahap pada periode berikutnya,
terutama untuk diketahui besaran nilai yang harus disertakan sebagai pijakan dalam
penyusunan PERDA penyertaan modal.
ÊËÊËÊË ¹ ·Ä ·Ã·´¾Ç µÌ
utu
ÀÍ ·´KAJIAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH UNTUK PENYERTAAN MODAL PADA BUS
LAPORAN AKHIR
KERJASAMA BIRO EKONOMI PROPINSI BANTEN DENGAN PT LINTAS GAGAS BERSAMA (LIGAR) SERANG
30
ÎÏÐÑÒÓÔÕÔÖÑÐ×Ø× ÙÏ ÚÛ Ï ØÏ×ÚØ ×ÜÖÏÝÞÏ ÚV
S
R
U
R
R
S
T
,
SERTA UNIT USAHA SYARIAH BANK JABAR-BANTEN
4.1. Kondisi Makro Ekonomi Propinsi Banten
4.1.1. Pertumbuhan Ekonomi
u
! "#u
!u
! "$ !% & $ $"$ $$
y
# # '( !$ $!"$ ! ! ) $ # #y
# $ * ! !"#$ ! %+ $!"$ !
y
# # # " )$ ! $ $ ! $ $$ $ " # # $ # !"# $ ! # ) % ,y
# )$! $ $ $ !y
" " # "$ $$! ( # #"$ $ # $ %
- ! $ ( ! . $!"$ # * $ $
! # # !" # / $! "$
y
# * " 0(0 1%
% * " $$ /$$ $! "$ ! . $ 2331 23 3 4 ( 0(3 5%
6 0(7 1%
60(44%
60(0 1%
67( 38%
0(51%
%9 " $! "$ ! . ! "$ ( $!"# $#( : ) $ " 23 (10 6
$ * " $$ /$ $ 6 "# $ 6 # #( 6
# #$ ! $ ( ) % ; #/! # "$ !
y
$!"# / " 4(8< ( 4(8 8 6 4( =8 ( 4(=8 /0( 4< >+-% ! $$ : $ "$ $! "$ ' * (
y
$ " 2(1 8%
$ # " 1(48%
%? +?@.+ . (
y
$ $ 23 3 4( !y
# $!"$ # * $ 233 4 $# ( : )
AB CDBEAFG BG HIB EAFIB E J B EKB FL B MIE NI AHF E OFLNB B EG PKBQHBKBRIS
Lapangan Usaha
2003
2004 2005 2006
2007
2008
Rata-rata
Pertumbuhan PDRB
5,07
5,63 5,88 5,53
6,04
5,73
5,89
Sumber: Kajian Ekonomi Regional Banten, Kuartal I Tahun 2009
"# $%#&"'( #( )*# &"'*# & + # &,# '- # .*& /* ")' & 0'-/# # &( 1,#2)#,#3*4
2#)1-# &#".
%-"' - $# 4# (#3%-1'"1& 1( %)-1)%&4%3# &/'&,' & +# &)/2%&/#4+#+# 43' - 4#(#5 2%+# - 64'-#&+
34
7898 : ;<m
<t
==n
><?tor
@s
< ?tor
A ?onom
BCDEFG HI
u
G JIKFL ED MN I O I M PIQ IQI J FOFO R DQu
Mu
S PIMI PSD MFOS FP TDM Su
REUGIQ N IQ PVQSM FEU OFQy
ILRIPIO DP SVM WODP SVMSD MO DEU SN ITISNFTDSIPI QPD N I JI RD RTISPJI OFXFPI OFy
IFSu
Y IZ><?
tor
[om
B
n
=n
@\
n
ggul,
ITIEFJI TD MSu
REUGIQ ODPSVM SDMO DEU S SD M RI Ou
P SFQK K F ]N F ISI O MISIWM ISI^N IQPVQSM FEUOFSDMGI N ITTD MDPVQVR FIQ _MVT FQOF`IQSDQHu
K IS FQK K F]N FISI O MISIW MISI^ZEZ
Sektor Dominan Menurun,
ITIEFJI TD M Su
REUGIQ MDQN IG ]NF EIw
I G MISI WM ISI^ QI R UQ PVQSM FEU OF SD M GI N IT TDMDPVQVR FIQ SDMRI Ou
P S FQK KF ]NF ISI O MISI WMISI^Z aDP SVM FQ F MDJISFX NVRFQIQLQI R U QRDR FJ FPFPDbDQN DMu
QK IQPVQSM FEUOFy
IQKOD R IPFQRDQu
Mu
QZbZ
Sektor Potensial Berkembang,
I N I JI G O DPSVM N DQKI QS FQKPIS TD M SREUGIQu
S FQK K F ]N FISI O MISIWM ISI^L QI R U Q PVQSM FEUOF SD M GI N IT TDMDPVQVR FIQ MD JISFX PDbFJ ]N F EIw
IG MISI WM I SI^ Z cI M DQI TDM Su
R EUGIQQIy
y
IQK SFQK KFLRIPIO DPSVM FQF N ITISR D RFJFP F PDbDQND Mu
QKIQu
QSu
P ED M PDR EIQKZNZ
Sektor Kecil (Belum Berkembang),
IFSy
u
ITIEFJ I O DP SVM SD MO DEU S R D R FJ FPF SFQK PIS TD M Su
R EUGIQN IQPVQSMFEUOFy
IQKMDQNI G]NFEIw
I GMISI WMI SI^Z`D MN I O IM PIQ TD R DSIIQ NF ISI O NITIS NFSI M FP TDQHD JI O IQ EI G
w
I O DP SVMy
IQK TD MSu
REUGIQN IQPVQSM FEUOFQy
ISFQK KFISIu
Dominan-Unggul
NF_MVT FQOF`IQSDQI NIO ISu
ODPSVMy
æç èéçêæëì çì íîç êæëîç ê ï ç êðç ëñ ç òîê óî æíë ê ôëñóç ç êì õðçöíçðç÷îø
öçíõñç êçæò éñ
æë ñ èç øç ìç÷éñõëæõê õì éíñõíéêøé÷ç êóëêðë ê ïç êíóöéêóçøïçïç ø÷ë ñ øçìçù öéïç ñ úøëñçêï
36
ûüýþ üÿ>
þû û û þû ûü û þþ üûþy
ü û üýþy
þû þ þ üþ þþûþ þü û ýþû ü ü ûüþû û
-1
0
1
2
3
4
2003
2004
2005
Pertanian
Pertambangan dan
Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas & Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel &
Restoran
Pengangkutan & Komunikasi
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa
m
r
Location Quotient
! " # $% &'%#! %( )##*)+ ,#- ../ - ..01 ûþ þ ü ýþ ü ûû
y
þy
þ ü þûüþû þ þû þû þû þ ýüþûþû ûþ û ýü ü þ þûþ ü ü û þû þû þûûüþü
þû þû þû 2þ þ þ þþû þ 2þ þ üýüü ûüýþ ü
ÿ 3 þ ü 4
þû þû þýþ ûüþû ü û üþû û þ þ ýþ þ üû þ þû