A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan penelaahan bentuk – bentuk atau struktur – struktur yang abstrak dan hubungan diantara hal – hal tersebut.1 Matematika selalu berkembang dan
berubah dengan kemajuan peradaban manusia. Selain itu, matematika juga merupakan salah satu ilmu dasar yang harus dikuasai oleh setiap manusia, terutama yang berkecimpung di dunia Pendidikan.
Matematika merupakan subyek yang sangat penting dalam sistem pendidikan di seluruh dunia. Negara yang mengabaikan pendidikan matematika sebagai prioritas utama akan tertinggal dari kemajuan segala bidang ( terutama sains dan teknologi ), dibanding dengan negara lainnya yang memberikan tempat bagi matematika sebagai subyek yang sangat penting.2
Meskipun pada kenyataannya di Indonesia pendidikan matematika juga merupakan prioritas utama karena termasuk mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Akhir Nasional, tetapi pada sebuah pemeringkatan yang dilakukan tiga tahun sekali Programme for Internasional Student Assesment (PISA) terakhir, membuktikan dan menjelaskan bahwa Indeks Matematika siswa Republik Indonesia Terendah di Dunia. Tepatnya
1 Karso, Pendidikan Matematika 1,(Jakarta: Universitas Terbuka,2011) hlm 1.40
2 Moch. Mashkur, Ag., Abdul halim Fathoni, Matematika Intelligence: Cara Cerdas Melatih Otak dan Menanggulangi Kesulitan Belajar, ( Yogyakarta: Ar Ruz media, 2008 ), hlm. 41
kemampuan literasi matematika siswa Indonesia menempati peringkat ke-61 dari 65 Negara peserta pemeringkatan.3 Guru besar University of Hong Kong menyebutkan lemahnya kurikulum di Indonesia, kurang terlatihnya guru – guru di Indonesia dan sekolah adalah penyebab utama peringkat literasi Matematika siswa Indonesia berada di urutan bawah.
Menanggapi hal tersebut, jika meninjau kurikulum pendidikan matematika di Tanah Air, memang belum menekankan pada pemecahan masalah, melainkan hanya pada hal – hal prosedural. Siswa dilatih menghafal rumus, tetapi kurang menguasai penerapannya dalam pemecahan masalah. Saat ini banyak guru yang telah disertifikasi dan mengikuti beberapa pelatihan akan tetapi aplikasi hasil pelatihan tersebut dikelas masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari banyak fakta yang muncul dari kegiatan pendidikan di sekolah, seperti masih seringnya kita jumpai seorang guru menyampaikan pelajarannya dengan metode ceramah atau yang seperti ini biasa kita kenal dengan sebutan model pembelajaran konvensional (pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru seperti metode ceramah, tanya jawab dan latihan soal).4
Tidak bisa dipungkiri, dilapangan terkadang model pembelajaran cara lama seperti itu malah lebih efektif untuk beberapa siswa tetapi lama kelamaan pasti siswa yang lain akan merasa jenuh karena hanya menjadi pendengar, akhirnya tidak fokus, mengantuk dan pada akhirnya hasil belajar mereka akan menurun.
3 http://kampus.okezone.com/diakses pada tanggal 13 januari 2013
Maka, untuk mengatasi kejenuhan belajar dan menurunnya hasil belajar yang terjadi pada siswa, dan mengubah paradigma pengajaran seperti itu, paradigma pengajaran harus diubah. Dari yang semula hanya “banyak mengajari” menjadi “banyak mendorong anak untuk belajar”, dari yang semula di sekolah hanya diorientasikan untuk menyelesaikan soal menjadi berorientasi mengembangkan pola pikir kreatif.5 Sehingga para
Guru dituntut untuk memiliki suatu model pembelajaran yang dapat membantu anak-anak untuk memahami secara mendalam terhadap materi yang telah diajarkannya.
Menjadi seorang guru yang kreatif, professional, dan menyenangkan dituntut untuk memiliki kemampuan mengembangkan pendekatan dan memilih model pembelajaran yang efektif. 6 Seorang guru
harus menemukan suatu model pembelajaran yang cocok untuk kelas yang akan diajarnya, yang dapat menghidupkan suasana kelas, dan membuat siswa lebih aktif mengikuti pelajaran. Model pembelajaran yang sama, juga belum tentu cocok diterapakan untuk suatu kelas dan kelas yang lain.
Salah satu model pembelajaran alternatif yang dapat membuat siswa lebih aktif adalah dengan model pembelajaran kooperatif. Pada model pembelajaran kooperatif siswa diberi kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya untuk mencapai tujuan pembelajaran, sementara guru bertindak sebagai motivator dan
5 Slameto, Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya , ( Jakarta : Rineka Cipta, 2003 ), hlm. 54
fasilitator aktivitas siswa.7 Model pembelajaran Teams Games Tournament
(TGT) dan jigsaw merupakan salah satu dari Model pembelajaran Kooperatif.
Kelebihan dari Model Pembelajaran Kooperatif TGT antara lain adalah dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam, Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari
siswa, mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain, dan
hasil belajar lebih baik. Kelebihan dari Model Pembelajaran Kooperatif
Jigsaw antara lain: meningkatkan hasil belajar, meningkatkan daya ingat,
meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif dan meningkatkan
ketrampilan hidup bergotong –royong.
Meninjau dari hasil penelitian terdahulu ternyata terdapat
perbedaan hasil belajar antara yang diterapkan model pembelajaran
kooperatif dan konvensional. Penelitian yang dilakukan oleh Nanik
Suryaningsih yang berjudul “Perbedaan Prestasi belajar siswa antara
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dan pembelajaran
konvensional pada siswa kelas VIII SMPN 01 Ngunut” ternyata dalam
penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan ada perbedaan prestasi
belajar matematika siswa dengan pembelajaran kooperatif Teams Games
Tournament dan pembelajaran konvensional pada siswa kelas VIII SMPN
01 Ngunut.8 Sedangkan pada penelitian yang dilakukan Idham Cholid
7 Isjoni, Cooperative Learning: Evektifitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 5
yang berjudul “Perbedaan Prestasi Belajar Matematika Antara Penggunaan
Model Kooperatif tipe jigsaw dengan metode pemberian tugas pada siswa
kelas VII MTs Aryojeding Rejotangan” diambil kesimpulan bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar matematika melalui
model kooperatif jigsaw dengan metode pemberian tugas pada siswa kelas
VII MTs. Aryojeding Rejotangan.9
Materi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Luas Permukaan dan Volume Bangun Ruang Sisi Datar (Kubus dan Balok) karena materi ini dianggap sesuai dengan model pembelajaran kooperatif yang akan digunakan, yaitu karena dapat digunakan untuk diskusi kelompok selain itu pada materi ini sebagian siswa siswi SMPN 2 pakel juga maih merasa kesulitan.
Pada penelitian yang dilakukan peneliti, peneliti memilih SMPN 2 Pakel sebagai tempat penelitian, dikarenakan pada sekolah ini penggunaan model Pembelajaran kooperatif pada proses belajar mengajar masih kurang maksimal.
Berdasarkan beberapa hal yang disampaikan diatas peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana Perbedaan hasil belajar matematika siswa yang menggunakan dua model pembelajaran kooperatif berbeda yaitu TGT dan Jigsaw dan pada akhirnya peneliti akan mengetahui model pembelajaran yang paling bagus diterapkan pada sub materi Luas Permukaan dan Volume Bangun Ruang Sisi Datar .
Untuk itu peneliti tertarik mengambil masalah “Perbedaan Hasil Belajar Matematika antara yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) dan Jigsaw Siswa Kelas VIII SMPN 2 Pakel Tahun Ajaran 2012/2013”
B. Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan hasil belajar matematika antara yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe TGT dan Jigsaw pada siswa kelas VIII SMPN 2 Pakel?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan permasalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar matematika antara yang menggunakan Model pembelajaran kooperatif tipe TGT, dan Jigsaw pada siswa kelas kelas VIII SMPN 2 Pakel.
Hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban yang yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.10 Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah:
Ada perbedaan hasil belajar matematika antara yang menggunakan Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan Jigsaw pada siswa kelas kelas VIII SMPN 2 Pakel.
E. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan pengetahuan tentang perbedaan hasil belajar matematika yang menggunakan Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan Jigsaw.
2. Secara praktis a. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan dan pemahaman dari obyek yang diteliti guna penyempurnaan dan bekal di masa yang berikutnya. b. Bagi Guru
Sebagai alternatif model pembelajaran matematika yang berguna meningkatkan hasil belajar siswa, kreatifitas siswa dan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.
c. Bagi Siswa
Untuk meningkatkan pemahaman, keaktifan, kreatifitas siswa, sehingga siswa mudah memecahkan masalah baik dalam pembelajaran matematika maupun kehidupannya.
d. Bagi Sekolah
Sebagai masukan untuk menentukan haluan kebijakan dalam membantu meningkatkan kreatifitas siswa.
F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 1. Ruang Lingkup
Penelitian ini adalah “Perbedaan Hasil Belajar Matematika antara yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) dan Jigsaw Siswa Kelas VIII UPTD SMPN 2 Pakel Tahun Ajaran 2012/2013”, Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII A dan VIII B UPTD SMP Negeri 02 Pakel. Dari dua kelas tersebut kedua – duanya adalah kelas eksperimen. Dalam penelitian ini kelas VIII A diterapkan model pembelajaran menggunakan Kooperatif tipe Jigsaw, sedangkan kelas VIII B menggunakan Kooperatif TGT.
2. Keterbatasan Penelitian
Untuk menghindari perluasan masalah dan mempermudah pemahaman dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan batasan-batasan dalam pembahasan yaitu sebagai berikut:
a. Siswa yang menjadi sampel penelitian ini adalah siswa siswi UPTD SMP Negeri 2 Pakel kelas VIII A dan siswa kelas VIII B.
b. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Luas Permukaan dan Volume Bangun Ruang Sisi Datar (Kubus dan balok).
c. Model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Model pembelajaran Kooperatif tipe TGT dan Jigsaw.
d. Penelitian hanya mencari perbedaan hasil belajar matematika siswa antara yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan Jigsaw.
Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran dan kesalahfahaman tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti perlu menjelaskan tentang istilah-istilah yang terdapat pada judul yaitu :
1. Pembelajaran kooperatif tipe Teams games Tournament (TGT).
TGT adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang terdiri atas lima komponen utama yaitu penyajian kelas, tim, game, Tournament, dan rekognisi tim.11
2. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Jigsaw adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang langkah – langkahnya terdiri atas kelompok asal, kelompok ahli, presentasi kelompok dan evaluasi
3. Hasil belajar.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.12
4. Pengertian Matematika.
Matematika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya.13
H. Sistematika Skripsi
Penulisan penelitian ini terdiri dari 5 bab yaitu :
11 Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung : Nusa Media, 2008), hlm. 166.
12 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 22.
BAB I : Pendahuluan, yang memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup, definisi operasional, dan sistematika skripsi. BAB II : Landasan teori.
BAB III : Metode Penelitian, tersusun dari pendekatan, jenis penelitian, populasi, sampling dan sampel, sumber data dan variabel, metode dan instrumen pengumpulan data, teknik analisis data.