BAB II
TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE
GOVERNANCE) BAGI BUMN
A.Badan Usaha Milik Negara dalam Perspektif Hukum Indonesia
1. Pengertian dan Bentuk-bentuk BUMN
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU
BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki
oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal darikekayaan negara
kyang dipisahkan.Dari pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa BUMN
termasuk perusahaan karena yang disebut badan usaha itu yang dimaksudkan
adalah perusahaan. Sebagai perusahaan BUMN juga bertujuan untuk mendapatan
keuntungan seperti yang ada pada perusahaan pada umumnya.36
Kemudian dapat diketahui bahwa modal BUMN dari milik negara melalui
penyertaan langsung, yang menunjukkan negara memasukkan modalnya secara
langsung ke dalam BUMN tanpa campur tangan pihak lain (diluar
pemerintah).Harta yang dimasukkan tersebut harus berupa penyertaan modal
BUMN.Modal tersebut berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, artinya
dipisahkan dari sistem keuangan negara, sehingga pengelolaannya tidak
dikendalikan berdasarkan sistem APBN.Sejalan dengankedudukannya sebagai
36
perusahaan, pengelolaan BUMN termasuk keuangannya berdasarkan
prinsip-prinsip perusahaan yang sehat.37
Keberadaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang merupakan salah
satu wujud nyata Pasal 33 UUD 1945 memiliki posisi strategis bagi peningkatan
kesejahteraan rakyat.Namun demikian, dalam realitanya, seberapa jauh BUMN
mampun menjadi alat negara untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan
bangsa ini tergantung pada tingkat efisiensi dan kinerja dari BUMN itu sendiri.38
1) Perusahaan Perseroan (Persero)
Berdasarkan UUBUMN, BUMN terdiri dari 2 (dua)macam bentuk
hukumnya, yaitu Perusahaan Perseroan (Persero) dan Perusahaan Umum (Perum).
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
Dalam Undang-undang BUMN Pasal 1 angka 2 memberi pengertian,
PERSERO adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang
modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% (lima
puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesian
yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.39
Dengan ditegaskan bahwa Persero berbentuk Perseroan Terbatas,
membawa konsekuensi Persero berlaku UU No. 40 Tahun 2007 tentang
PerseroanTerbatas (selanjutanya disebut UUPT). Hal ini juga ditegaskan di
dalam Pasal 11 UU BUMN, bahwa Persero berlaku UU No. 1 Tahun 1995,
yang pada waktu UU BUMN dibentuk masih berlaku UU No. 1 Tahun
1995 yang kemudian diganti dengan UUPT.40
Maksud dan tujuan pendirian perseroan adalah:41
a. Menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan
berdaya saing kuat;
b. Mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan.
2) Perusahaan Umum (Perum)
PERUM berbeda dengan PERSERO terutama mengenai modalnya
yang tidak berbentuk saham.Selain tidak berupa saham, modal PERUM
syaratnya harus 100% berasal dari negara. Di dalam mendirikan PERUM,
negara bertindak sendiri karena tidak dimungkinkan untuk dapat bekerja
samadengan pihak lain (swasta) dalam memupuk modal. Dengan modal
seluruhnya dari negara, PERUM tidak dapat dikelola seperti lembaga
negara pemerintah dengan sistem keuangan negara, oleh karena di dalam
pengertian tersebut ditekankan pengelolaannya berdasarkan prinsip
perusahaan.PERUM sebagai perusahaan tidak tunduk UUPT sehingga
tidak mungkin diberlakukan UUPT.PERUM hanya tunduk pada UU
BUMN karena di dalam UU tersebut telah mengatur aturan PERUM
secara khusus (lex spesialis).42
Menurut Undang-undang BUMN Pasal 1 angka 4 memberi
pengertian, Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut Perum, adalah
40
Ibid
41
Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Pasal 12
42
BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas
saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan
barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar
keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.43
Maksud dan tujuan Persero sebagai berikut:44
2. Landasan Hukum BUMN
(1) Maksud dan tujuan Perum adalah menyelenggarakan usaha
yangbertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan
barang dan/atau jasa yang berkualitas dengan harga yang
terjangkau oleh masyarakat berdasarkan prinsip pengelolaan
perusahaan yang sehat.
(2) Untuk mendukung kegiatan dalam rangka mencapai maksud dan
tujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dengan persetujuan
Menteri, Perum dapat melakukan penyertaan modal dalam badan
usaha lain.
Keberadaan BUMN di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari amanat Pasal
33 UUD1945.Sebagaimana dikemukakan oleh bagian penjelasan pasal
tersebut.Dalam Pasal 33 tersebut tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi
dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah pimpinan atau pemilikan
anggota-anggota masyarakat.Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan
43
Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Pasal 1 angka 4
44
kemakmuran orang-perorangan.Sebab itu, perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Pasal 33 UUD 1945 adalah merupakan landasan konstitusional bagi
keberadaan BUMN di Indonesia. Memang tidak secara langsung dituliskan atau
tercatat di dalam UUD 1945, namunPasal 33 ayat (1) sampai ayat (3) UUD 1945
menyatakan bahwa perekonomian disusun berdasarkan asas kekeluargaan,
kemudian cabang-cabang yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai negara serta bumi dan air serta seluruh kekayaan alam
dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat.
Selanjutnya, BUMN diatur dalam UU BUMN. Undang-undang ini
mengganti tiga undang-undang sebelumnya, yaitu Indonesische Berdrijvenwet
(Stb. No. 149 tahun 1927) sebagaimana telah beberapa kali diubah dan ditambah
terakhir dengan UU No. 12 Tahun 1955; UU No. 19 Tahun 1960 tentang
Perusahaan Negara; dan UU No. 9 Tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Penganti UU No. 1 Tahun 1969 tentang Bentuk-Bentuk Usaha
Negara menjadi undang-undang. Sejak diundangkannya UU BUMN, ketiga
undang-undang itudinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi. UU BUMN mulai
berlaku sejak tanggal diundangkannya, yaitu tanggal 19 Juni 2003.45
Landasan hukum BUMN terdapat pada sejumlah peraturan
perundang-undangan, yaitu sebagai berikut :46
a. Undang-Undang Dasar 1945 yaitu Pasal 33 ayat (1) yang
selengkapnya berbunyi :
45
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2010), hal 169.
46
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi, dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan digunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
b. Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentangBadan Usaha Milik
Negara.
c. Undang-undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
d. Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, untuk
BUMN Persero yang telah go public.
e. Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2005 tentang Pendirian,
Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik
Negara.
3. Tujuan dan Fungsi BUMN
Ada 5 (lima) tujuan pendirian BUMN yang diatur dalam Pasal 2
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003, yaitu sebagai berikut:
1) Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional
pada umumnya dan penerimaan Negara pada khususnya. BUMN
diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan pada masyarakat
sekaligus memberikan konstribusi dalam meningkatkan pertumbuhan
2) Mengejar keuntungan. Meskipun maksud dan tujuan Persero adalah
untuk mengejar keuntungan, namun dalam hal-hal tertentu untuk
melakukan pelayanan umum, Persero dapat diberikan tugas khusus
dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan yang sehat.
Dengan demikian, penugasan pemerintah harus disertai dengan
pembiayaannya (kompensasi) berdasarkan perhitungan bisnis atau
komersial, sedangkan untuk Perum yang tujuannya menyediakan
barang dan jasa untuk kepentingan umum, dalam pelaksanaannya
harus memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang
sehat.
3) Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan
jasa yang bermutu tinggi serta memadai bagi pemenuhan jahat hidup
orang banyak. Dengan maksud dan tujuan seperti ini, setiap hasil
usaha dari BUMN, baik barang maupun jasa, dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat.
4) Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat
dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi. Kegiatan perintisan
merupakan suatu kegiatan usaha untuk menyediakan barang dan jasa
yang dibutuhkan oleh masyarakat, namun kegiatan tersebut belum
dapat dilakukan oleh swasta dan koperasi karena secara komersial
tidak menguntungkan. Oleh karena itu, tugas tersebut dapat dilakukan
melalui penugasan kepada BUMN. Dalam hal adanya kebutuhan
suatu BUMN yang mempunyai fungsi pelayanan kemanfaatan umum
untuk melaksanakan program kemitraan dengan penguasa golongan
ekonomi lemah.
5) Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha
golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.
Tujuan pendirian BUMN yang dirumuskan dalam Pasal 2 di atas lebih
lengkap dan ideal bila dibandingkan dengan tujuan pendirian Perusahaan Negara
sebagaimana dahulu diatur dalam Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang No. 19 tahun 1960, tentang Perusahaan Negara. Dalam Pasal 4 ayat (2)
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 19 tahun 1960
menyebutkan bahwa Tujuan Perusahaan Negara ialah untuk turut membangun
ekonomi nasional sesuai dengan mengutamakan kebutuhan rakyat dan
ketentraman serta kesenangan kerja dalam perusahaan, menuju masyarakat yang
adil dan makmur materiil dan spirituil. Dalam bagian penjelasan Pasal 4 ayat (2)
dikatakan bahwa perusahaan negara tersebut dalam menunaikan tugasnya selalu
memperhatikan daya guna yang sebesar-besarnya dengan tidak melupakan tujuan
perusahaan untuk ikut serta membangun ekonomi nasional sesuai dengan
ekonomi terpimpin.47
Fungsi BUMN terdiri dari sebagai berikut :48
1. Untuk mengisi kas negara, karena merupakan salah satu sumber
2. Agar pengusaha swasta tidak memonopoli usaha yang menguasai
hajat hidup orang banyak.
3. Melayani kepentingan umum atau pelayanan kepada masyarakat.
4. Merupakan lembaga ekonomi yang tidak mempunyai tujuan utama
mencari keuntungan, tetapi dibenarkan untuk memupuk keuntungan.
5. Merupakan salah satu stabilisator perekonomian negara.
6. Dapat meningkatkan produktivitas, efektivitas, dan efisiensi, serta
terjaminnya prinsip-prinsip ekonomi.
B.Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance)
1. Pengertian Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate
Governance)
Corporate governance adalah sistem yang mengatur, mengelola dan
mengawasi proses pengendalian usaha untuk menaikkan nilai saham, sekaligus
sebagai bentuk perhatian kepada stakeholders, karyawan, kreditur, dan
masyarakat sekitar. Good Corporate Governance berusaha menjaga
keseimbangan diantara pencapaian tujuan ekonomi dan tujuan masyarakat.
Tantangan dalam Corporate governance adalah mencari cara untuk
memaksimumkan penciptaan kesejahteraan sedemikian rupa sehingga tidak
membebankan ongkos yang tidak patut kepada pihak ketiga atau masyakat luas.49
Menurut Surat Keputusan Menteri Negara/Kepala Badan Penanaman
Modal dan Pembinaan BUMN No. 23/M-PM.PBUMN/2000 tentang
49
pengembangan praktek GCG dalam Perusahaan Perseroan (PERSERO),
menjelaskan bahwa GCG adalah prinsip korporasi yang sehat yang perlu
diterapkan dalam pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan semata-mata demi
menjaga kepentingan perusahaan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan
perusahaan.50
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. Kep 117/M-Mbu/2002
tentang penerapan praktik Tata Kelola Perusahaan yang Baikpada BUMN
dijelaskan bahwa,Corporate governance adalahsuatu proses dan struktur yang
digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan
akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham jangka panjang
dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan
peraturan perundangan dan nilai-nilai etika.51
Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-01/MBU/2011 mendefinisikan tata
kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) ialah prinsip-prinsip
yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan
berlandaskan peraturan peraturan perundang-undangan dan etika berusaha.52
Komite Cadbury mendefinisikan corporate governance sebagai,
Corporate governance adalah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan antara kekuatan
kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan
eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders.Hal ini berkaitan
11.30 WIB.
51
Pasal 1 butir (a), Keputusan Menteri BUMN No. Kep 117/M-MBU/2002
52
dengan peraturan kewenangan pemilik, Direktur, manajer, pemegang saham dan
sebagainya.53
The Organisation for Economic Coperation and Development (OECD)
mendefinisikan corporate governance merupakan sekumpulan hubungan antara
pihak manajemen perusahaan, board, pemegang saham, dan pihak lain yang
mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Corporate governance juga
mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan
atas kinerja.Corporate governance yang baik dapat memberikan rangsangan bagi
board dan manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan
perusahaan dan pemegang saham harus memfasilitasi pengawasan yang efektif
sehingga mendorong perusahaan menggunakan sumber daya dengan lebih
efisien.54
Good Corporate Governance Workship Kantor Meneg PM BUMN,
Desember 1999 mendefinisikan Good Corporate Governance berkaitan dengan
pengambilan keputusan yang efektif yang bersumber dari budaya perusahan,
etika, nilai, sistem, proses bisnis, kebijakan dan struktur organisasi yang bertujuan
untuk mendorong dan mendukung pengembangan perusahaan, peneglolaan
sumber daya dan resiko secara lebih efisien dan efektif serta penenggung jawaban
perusahaan kepada pemegang saham dan stakeholder lainnya.55
IICG (The Indonesian Institute for Corporate Governance, pengertian
GCG adalah Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance)
53
Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, Op.cit, hal 24-25.
54
Ibid, hal 25
55
adalah struktur, sistem dan proses dalam pengelolaan perusahaan kearah
peningkatan kemakmuran dan pertanggung jawaban perusahaan dengan tujuan
akhir mewujudkan nilai jangka panjang pemegang saham dengan tetap menjaga
kepentingan berbagai pihak yang terkait (stakeholder). Struktur merupakan satu
kesatuan tatanan wewenangan dan tanggung jawab dalam hal pengambilan
keputusan. Sistem adalah merupakan suatu landasan operasional yang menjadi
dasar mekanisme check and balance kewenangan atas penggelolaan perusahaan
yang dapat mengantisipasi peluang yang menyimpang. Proses merupakan cara
untuk memastikan pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance
dalam menentukan tujuan dan saran, pencapaian, pengukuran kinerja, dan
evaluasi kinerja.56
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), pengertian Good
Corporate Governance adalah salah satu pilar dari ekonomi pasar. Corporate
governance berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang
yang melaksanakannya maupun iklim usaha disuatu negara.Penerapan GCG ini
mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif.57
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) (2001),
mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai perangkat peraturan yang
mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan,
pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan
56
Ibid.
57
ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau
dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.58
2. Prinsip-prinsip Good Corpotare Governance
Berdasarkan beberapa definisi diatas bahwa corporate governance ialah
mengenai suatu sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang mengatur
hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholder) atau
hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi
tercapainya tujuan organisasi. Good corporate governance juga sebagai suatu
pegangan bagi RUPS/Menteri, pengurus dan pengawas serta para pegawai untuk
mengendalikan perusahaan di dalam menjalankan usahanya agar terciptanya
kondisi perusahaan yang baik, bersih, sehat dan bertanggug jawab.
Tujuan penetapan prinsip-prinsip GCG adalah untuk meletakkan landasan
bagi pengembangan pelaksanaan prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baikdi
lingkungan perusahaan secara umum dan di lingkungan BUMN/BUMD pada
khususnya. Prinsip-prinsipdan asumsi dasar dimaksud akan menjadi pegangan
dalam penjabaran tindakan dan langkah-langkah yang hendak dilakukan untuk
mewujudkan Tata Kelola Perusahaan yang Baik. Prinsip-prinsipitu nantinya juga
akan menjadi patokan dalam pengujian keberhasilan aplikasi Tata Kelola
Perusahaan yang Baik di masing-masing organisasi atau perusahaan.
Dalam Pasal 3 Keputusan Menteri BUMN No. Kep 117/M-MBU/2002
Prinsip-prinsip Good Corporate Governanceyang dimaksud dalam Keputusan ini
meliputi:59
a. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan
informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan;
b. Kemandirian, yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari
pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat;
c. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban Organ sehingga pengelolaan perusahaan
terlaksana secara efektif;
d. Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan
perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
prinsip-prinsip korporasi yang sehat;
e. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam
memenuhi hak-hak stakeholderyang timbul berdasarkan perjanjian
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Menurut Pasal 3 Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-01/MBU/2011
Prinsip-prinsip GCG yang dimaksud dalam Peraturan ini, meliputi:60
59
Keputusan Menteri BUMN No. Kep 117/M-MBU/2002,Pasal 3
60
Pasal 3 Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-01/MBU/2011
1. Transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan
proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam
2. Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban Organ sehingga pengelolaan perusahaan
terlaksana secara efektif;
3. Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian di dalam
pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan
prinsip-prinsip korporasi yang sehat;
4. Kemandirian (independency), yaitu keadaan di mana perusahaan
dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan
pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang
sehat;
5. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam
memenuhi hak-hak Pemangku Kepentingan (stakeholders) yang
timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundangundangan.
Prinsip-prinsip diharapkan menjadi titik rujuk bagipara regulator
(pemerintah) dalam membangun frameworkbagi penerapancorporate governance.
Bagi para pelaku usaha dan pasar modal prinsip-prinsip ini dapat menjadi
guidanceataupedomandalam mengelaborasi best practice bagi peningkatan nilai
(valuation) dan keberlangsungan (sustainability) perusahaan.61
Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik menurut Komite Nasional
Kebijakan Governance (KNKG) adalah sebagai berikut:62
61
Iman Sjahputra Tunggal, Op.cit., hal 49
62
1. Transparency (Transparansi)
Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan
harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang
mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan
harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah
yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang
penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan
pemangku kepentingan lainnya.
2. Accountability (Akuntabilitas)
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara
transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar,
terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap
memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan
untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
3. Responsibility (Responsibilitas)
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan
sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang
4. Independency (Independensi)
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola
secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling
mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
5. Fairness (Kewajaran dan Kesetaraan)
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan
lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik menurut Organization for
Economic Cooperation and Development (OECD) mencakup 5 (lima) bidang
utama, yaitu :63
63
Sedarmayanti, Good Governance & Good Corporate Governance, Bagian Ketiga Edisi Revisi, (Bandung : Mandar Maju, 2012), hal 56.
a. Hak pemegang saham dan perlindungannya.
b. Peran karyawan dan pihak yang berkepentingan lainnya.
c. Pengungkapan yang akurat dan tepat waktu serta tansparansi
sehubungan dengan struktur dan operasi korporasi.
d. Tanggung jawab dewan (dewan komisaris maupun direksi) terhadap
perusahaan.
e. Pemegang saham dan pihak berkepentingan lainnya. Secara ringkas
prinsip tersebut dapat dirangkum sebagai : perlakuan yang
3. Manfaat Penerapan Good Corporate Governance
Dengan melaksanakan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good
Corporate Governance), menurut Forum of Corporate Governance in Indonesia
FCGI ada beberapa manfaat yang diperoleh, antara lain:64
a. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses
pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi
operasional perusahaan, serta lebih meningkatkan pelayanan pada
stakeholder.
b. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan
tidak rigid (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya
meningkatkan corporate value.
c. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya
di Indonesia.
d. Pemegang saham akan puas dengan kinerja perusahaan karena
sekaligus akan meningkatkan shareholder value dan deviden.
Berbagai manfaat dan keuntungan yang diperoleh dengan penerapan good
corporate governance dapat disebut antara lain:65
1. Dengan penerapan good corporate governance perusahaan dapat
meminimalkan agencycost, yaitu biaya yang timbul sebagai akibat
64
Forum For Corporate Governanve in Indonesia, Tata Kelola Perusahaan, (Jakarta: Seri Tata Kelola Perusahaan. Jilid I, Edisi ke-3), hal 22.
dari pendelegasian kewenangan kepada manajemen, termasuk biaya
penggunaan sumber daya perusahaan oleh manajemen untuk
kepentingan pribadi maupun dalam rangka pengawasan terhadap
perilaku manajemen itu sendiri.
2. Perusahaandapatmeminimalkancostof
capital,yaitubiayamodalyangharusditanggungbilaperusahaanmengajuk
anpinjamankepadakreditur.Halinisebagai dampak dari pengelolaan
perusahaan secara baik dan sehat yang pada gilirannya menciptakan
suatu referensi positif bagi para kreditur.
3. Dengangood corporate
governanceprosespengambilankeputusanakanberlangsung secara lebih
baik sehingga akan menghasilkan keputusan yang optimal, dapat
meningkatkan efisiensi serta terciptanya budaya kerja yang lebih
sehat. Ketiga hal ini jelas akan sangat berpengaruh positif terhadap
kinerja perusahaan, sehingga kinerja perusahaan akan mengalami
peningkatan. Berbagai penelitian telah membuktikan secara empiris
bahwa penerapan good corporate governance akan mempengaruhi
kinerja perusahaan secara positif (Sakai & Asaoka 2003; Balck et al.,
2003).
4. Good corporate governance akan memungkinkan dihindarinya atau
sekurang-kurangnya dapat diminimalkannya tindakan penyalahgunaan
initentuakanmenekankemungkinan kerugian bagi perusahaan maupun
pihak berkepentingan lainnya sebagai akibat tindakan tersebut.
Chtourou et al. (2001) menyatakan bahwa penerapan
prinsip-prinsipcorporate
governanceyangkonsistenakanmenghalangikemungkinan
dilakukannya rekayasa kinerja (earnings management) yang
mengakibatkan nilai fundamental perusahaan tidak tergambar dalam
laporan keuangannya.
5.
Nilaiperusahaandimatainvestorakanmeningkatsebagaiakibatdarime
ningkatnya kepercayaan mereka kepada pengelolaan perusahaan
tempat mereka
berinvestasi.Peningkatankepercayaaninvestorkepadaperusahaanakand
apatmemudahkan perusahaan mengakses tambahan dana yang
diperlukan untuk berbagai keperluan perusahaan, terutama untuk
tujuan ekspansi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh McKinsey &
Company (2002) membuktikan bahwa lebih dari 70% investor
institusional bersedia membayar lebih (mencapai 26 - 30% lebih
mahal) saham perusahaan yang menerapkan corporate governance
dengan baik dibandingkan dengan perusahaan yang penerapannya
6. Bagi para pemegang saham, dengan peningkatan kinerja sebagaimana
disebut pada poin 1, dengan sendirinya juga akan menaikkan nilai
saham mereka dan juga nilai dividen yang akan mereka terima. Bagi
negara, hal ini juga akan menaikkan jumlah pajak yang akan
dibayarkan oleh perusahaan yang berarti akan terjadi peningkatan
penerimaan negara dari sektor pajak. Apalagi bila perusahaan yang
bersangkutan berbentuk perusahaan BUMN, maka peningkatan
kinerja tadi juga akan dapat meningkatkan penerimaan negara dari
pembagian laba BUMN.
7. Karenadalampraktikgood corporate
governancekaryawanditempatkansebagai salah satu stakeholder yang
seharusnya dikelola dengan baik oleh perusahaan, maka motivasi dan
kepuasan kerja karyawan juga diperkirakan akan meningkat.
Peningkatan ini dalam tahapan selanjutnya tentu akan dapat pula
meningkatkan produktivitas dan rasa memiliki (sense of belonging)
terhadap perusahaan.
8. Dengan baiknya pelaksanaan corporate governance, maka tingkat
kepercayaan para stakeholders kepada perusahaan akan meningkat
sehingga citra positif perusahaan akan naik.
9. Penerapan corporate governance yang konsisten juga akan
meningkatkan kualitas laporan keuangan perusahaan. Manajemen
keuangan, karena adanya kewajiban untuk mematuhi berbagai aturan
dan prinsip akuntansi yang berlaku dan penyajian informasi secara
transparan. Hasil penelitian Beasley et al. (1996) dan Abbott et al.
(2000) menunjukkan bahwa penerapan corporate governance dapat
meningkatkan kualitas laporan keuangan.
4. Kerangka Hukum Good Corporate Governance di Indonesia
Pada dasarnya, penerapan prinsip-prinsip GCG tidak bersifat imperatif.
Dengan pengertian lain penerapan prinsip GCG oleh perusahaan merupakan
sebuah pilihan dalam menjalankan kegiatan ekonomi. Karena GCG lebih
merupakan suatu etika bisnis dibandingkan suatu keharusan dalam penerapannya
(mandatory).Penerapan prinsip-prinsip tersebut lebih banyak digantungkan pada
kebutuhan perusahaan itu sendiri untuk menciptakan tata kelola perusahaan yang
baik.Meskipun demikan, pada dasarnya perusahaan memiliki kebutuhan yang
sangat tinggi untuk menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik,
terutama yang terkait dengan manajemen internal perusahaan yang
bersangkutan.Penerapan prinsip-prinsip GCG dapat meningkatkan kinerja
perusahaan itu sendiri, yang pada gilirannya meningkatkan value dari
perusahaan.66
Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) di
Indonesia mulai ramai dikenal pada tahun 1997, saat krisis ekonomi menerpa
Indonesia. Terdapat banyak akibat buruk dari krisis tersebut, salah satunya ialah
66
banyaknya perusahaan yang berjatuhan karena tidak mampu bertahan. Corporate
Governance yang buruk disinyalir sebagai salah satu sebab terjadinya krisis
ekonomi politik Indonesia yang dimulai tahun 1997. Menyadari kondisi dan
situasi demikian, pemerintah melalui Kementrian Negara BUMN mulai
memperkenalkan prinsip Good Corporate Governance ini dilingkungan BUMN.
Melalui Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep- 117/M-MBU/2002 tanggal 1
Agustus 2002 tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance pada
Badan Usaha Milik Negara, kemudian Keputusan Menteri tersebut diperbaharui
dan pada tanggal 01 Agustus 2011 ditetapkan Peraturan Menteri Badan Usaha
Milik Negara Nomor: PER/01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola
Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik
Negara yang menekankan kewajiban bagi BUMN untuk menerapkan Tata Kelola
Perusahaan yang Baik secara konsisten dan atau menjadikan prinsip Tata Kelola
Perusahaan yang Baik sebagai landasan operasionalnya, yang pada dasarnya
bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan
guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, dan berlandaskan peraturan
perundang-undangan dan nilai-nilai etika.67
Pemerintah memberikan dorongan yang sangat kuat terhadap
implementasi GCG di Indonesia. Bukti dari kepedulian pemerintah dapat dilihat
dari dibuatnya berbagai regulasi yang mengatur tentang GCG. Berawal dari
67
Dibentuknya Komite Nasional tentang Kebijakan Corporate Governance
(KNKCG) melalui Keputusan Menko Ekuin Nomor: KEP/31/M.EKUIN/08/1999
tentang pembentukan KNKCG. Menerbitkan Pedoman GCG Indonesia.
Kemudian dilanjutkan dengan dibentuknya Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG) sebagai pengganti KNKCG melalui Surat Keputusan
Menko Bidang Perekonomian Nomor: KEP/49/M.EKON/11/2004. Terdiri dari
Sub-Komite Publik dan Sub-Komite Korporasi. Kemudian juga dikeluarkan SE
Ketua Bapepam Nomor Se-03/PM/2000 tentang Komite Audit yang berisi
himbauan perlunya Komite Audit dimiliki oleh setiap Emiten, dan Peraturan Bank
Indonesia (PBI) No. 8/4/PBI/2006 tentang GCG yang dirubah dengan PBI No.
8/14/GCG/2006.68
Mengingat pentingnya permasalahan Tata Kelola Perusahaan yang Baik
bagi Indonesia, pada tanggal 19 Agustus 1999, di Indonesia telah berdiri sebuah
lembaga non-pemerintahan, yaitu Komite Nasional bagi Pengelolaan Perusahaan
yang Baik.69
68
Ibid.
69
SK Menko Ekuin No. Kep-10/M.Ekuin/08/1999 tanggal 19 Agustus 1999
Tugas Komite Nasional adalah merumuskan dan merekomendasikan
kebijakan nasional mengenai pengelolaan perusahaan yang baik bagi dunia usaha
di Indonesia. Selain itu Komite Nasional diharapkan juga membuat spesifikasi
bagi perbaikan hukum dan peraturan perundang-undangan sejalan dengan
rumusan tentang struktur intitusi yang mendukung pelaksanaan Pedoman bagi
Pengelolaan Perusahaan yang Baik.70
Undang-Undang RI No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
(UUPT) merupakan kerangka yang sangat penting bagi pengaturan penerapan
prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik di Indonesia. Yang dimaksud sebagai
Perseroan Terbatas dalam undang-undang tersebut adalah suatu badan hukum
yang didirikan berdasarkan perjanjian, yang melakukan kegiatan usaha dengan
modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham.71
Di Indonesia, kerangka hukum dan perundang-undangannya telah
mengadopsi prinsip-prinsip Good Corporate Governance ini, baik secara
langsung maupun secara tersirat dalam peraturan perundang-undangan yang ada.
Sejauh mana peraturan perundang-undangan di Indonesia mendukung
pelaksanaan prinsip GCG, sangatlah penting untuk dikaji kerangka peraturang
undangan yang ada.Kerangka hukum dan peraturan
perundang-undangan di Indonesia terkait dengan pengimplementasian prinsip-prinsip GCG
pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), perusahaan swasta, perbankan, dan
industri pasar modal Indonesia.72
Peranan dari institusi publik dalam kerangka hukum nasional sebagai
pelaku enforcement hukum dan regulator menjadi tolok ukur penerapan prinsip
GCG, seperti pengadilan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Self Regulatory
Organization, Bank Indonesia maupun Kejaksaan dan Kepolisian maupun
70
Adrian Sutedi, Good Corporate Governance, (Jakarta : Sinar Grafika, 2012), hal. 72.
71
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
72
lembaga-lembaga lainnya, misalnya: Perpajakan, Pengawasan Obat dan Makanan,
Bea dan Cukai dan lain-lain. Lembaga-lembaga tersebut memegang peranan
signifikan dalam memberikan perlindungan hukum. Kuatnya institusi-institusi
tersebut tentunya akan semakin mendorong semakin ditaatinya prinsip-prinsip
GCG, yang pada gilirannya akan lebih memberikan perlindungan kepada para
investor dan pemegang saham.73
C.Penerapan Good Corporate Governance (GCG) terhadap BUMN
1. Landasan Hukum Penerapan GCG bagi BUMN
Prinsip-prinsip pengelolaan BUMN dalam Undang-undang Nomor 19
Tahun 2003 tentang BUMN. Dalam melaksanakan tugasnya, Komisaris dan
Dewan Pengawas harus mematuhi Anggaran Dasar BUMN dan ketentuan
peraturan perundang-undangan serta wajib melaksanakan prinsip-prinsip
profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian, akuntabilitas,
pertanggungjawaban, serta kewajaran.74
Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1
Agustus 2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada
Badan Usaha Milik Negara, dan telah disempurnakan dengan Peraturan Menteri
Negara BUMN Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola
Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik
Negara menekankan kewajiban bagi BUMN untuk menerapkan GCG secara
konsisten dan atau menjadikan prinsip-prinsip GCG sebagai landasan
73
Ibid.,
74
operasionalnya, yang pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan
usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham
dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders
lainnya, dan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika.75
Kewajiban tersebut meliputi kewajiban bagi BUMN untuk menerapkan
secara konsisten dan atau menjadikan GCG sebagai landasan operasional BUMN
yang bersangkutan. Prinsip-prinsip GCG yang diwajibkan melalui keputusan
tersebut antara lain adalah prinsip transparansi, kemandirian, akuntabilitas,
pertanggungjawaban, dan prinsip kewajaran (fairness).76
Salah satu tujuan dari pewajiban prinsip GCG tidak terlepas dari program
privatisasi yang sedang dijalankan oleh pemerintah. Dengan penerapan GCG,
diharapkan nilai BUMN akan menjadi lebih maksimal dan dapat meningkatkan
kontribusinya bagi perekonomian nasional. Bahkan lebih jauh, penerapan GCG
dapat meningkatkan iklim investasi nasional yang sedang dalam keadaan mati
segan hidup tak mau ini.77
Dalam Keputusan Meneg BUMN tersebut, selain mengatur tentang
penerapan prinsip-prinsip GCG, diatur pula ketentuan mengenai pemegang
saham.Dikatakan bahwa pemegang saham atau pemilik modal BUMN yang
notabene adalah pemerintah, tidak diperkenankan mencampuri kegiatan
operasional perusahaan yang menjadi tanggung jawab direksi sesuai dengan
Juni 2017, pukul 13.21 WIB.
76
http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol6560/bumn-wajib-terapkan-igood-corporate-governanceidiakses pada tanggal 30 Mei 2017, pukul 10.30 WIB.
77
ketentuan Anggaran Dasar perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.78
Penerapangood corporate governancesangat dibutuhkan untuk seluruh
perusahaan, termasuk perusahaan yang bergerak di bidang perbankan. Bank
merupakan lembaga kepercayaan yang operasionalnya adalah menghimpun dana Pasal 2 Keputusan Menteri BUMN tersebut menegaskan kewajiban
BUMN menerapkan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik secara
konsisten dan/atau menjadikan Tata Kelola Perusahaan yang Baik sebagai
landasan operasionalnya.
Setahun setelah diberlakukannya Keputusan Menteri BUMN
No.KEP-117/M-MBU/2002 tersebut pemerintah mengundangkan UU BUMN.UU ini
kembali memberikan penegasan yang cukup kuat tentang kewajiban BUMN
untuk menerapkan Tata Kelola Perusahaan yang Baik. Pasal 5 ayat (3) UU
BUMN tersebut menyebutkan :
Dalam melaksanakan tugasnya, anggota Direksi harus mematuhi anggaran
dasar BUMN dan peraturan perundang-undangan serta wajib
melaksanakan prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi, transparansi,
kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, serta kewajaran.
Disamping ketentuan-ketentuan tersebut, maka terhadap BUMN
perbankan juga berlaku ketentuan good corporate governance di bidang
Perbankan dan bagi BUMN yang terbuka (go public) berlaku ketentuan good
corporate governance di Pasar Modal.
78
masyarakat dan menyalurkan kepada usaha yang membutuhkan.Penerapan good
corporate governancedi sektor perbankan diatur oleh Bank Indonesia dalam PBI
No. 8/14/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate GovernanceBagi Bank
Umum. Pengaturan tersebut dilakukan agar perbankan di Indonesia dapat
beroperasi secara sehat, sehingga memberikan kontribusi untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi nasional dengan menggerakkan sektor riil.79
1. Pelaksanaan Good Corporate Governance pada industri perbankan
harus senantiasa berlandaskan pada lima prinsip dasar. Pertama,
transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam mengemukakan
informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam proses
pengambilan keputusan. Kedua, akuntabilitas (accountability)yaitu
kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban organ bank
Sehubungan dengan penerapan good corporate governance, Bank
Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 8/4/PBI/2006
tanggal 30 Januari 2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi
Bank Umum sebagaimana telah diubah dengan PBI No. 8/14/PBI/2006 tanggal 6
Oktober 2006 serta Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 9/12/DPNP tanggal
30 Mei 2007.
Adapun aturan umum yang tertuang dalam Surat Edaran Bank Indonesia
(SEBI) No. 9/12/DPNP antara lain:
79
sehingga pengelolaannya berjalan secara efektif. Ketiga,
pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian pengelolaan bank
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
prinsip-prinsip pengelolaan bank yang sehat. Keempat, independensi
(independency) yaitu pengelolaan bank secara profesional tanpa
pengaruh/tekanan dari pihak manapun. Kelima, kewajaran (fairness)
yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholders
yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Dalam rangka menerapkan kelima prinsip
dasar tersebut di atas, bank harus berpedoman pada berbagai
ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku terkait
dengan pelaksanaan good corporate governance.
2. Bank wajib melaksanakan prinsip-prinsip good corporate
governancedalam setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkatan
atau jenjang organisasi. Yang dimaksud dengan seluruh tingkatan atau
jenjang organisasi adalah seluruh pengurus dan karyawan bank mulai
dari dewan komisaris dan direksi sampai dengan pegawai tingkat
pelaksana.
3. Bank wajib melaksanakan prinsip-prinsip good corporate
governancedalam setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkatan
atau jenjang organisasi. Yang dimaksud dengan seluruh tingkatan atau
dari dewan komisaris dan direksi sampai dengan pegawai tingkat
pelaksana.
4. Dalam mengimplementasikan prinsip transparansi (transparency)
sebagaimana termaksud di atas, bank diwajibkan untuk
menyampaikan laporan pelaksanaan good coporate
governance.Keberadaan laporan dimaksud, diperlukan untuk
mengedukasi serta meningkatkan check and balance stakeholders
bank dan persaingan melalui mekanisme pasar.
5. Dalam upaya perbaikan dan peningkatan kualitas pelaksanaan good
corporate governance, bank diwajibkan secara berkala melakukan self
assessment secara komprehensif terhadap kecukupan pelaksanaan
good corporate governance, sehingga apabila masih terdapat
kekurangan dalam pengimplementasiannya, bank dapat segera
menetapkan rencana tindak (action plan) yang meliputi tindakan
korektif (corrective action)yang diperlukan.80
2. Tujuan Penerapan GCG di BUMN
Keputusan Menteri BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 tentang
Penerapan Praktik Tata Kelola Perusahaan yang Baik pada BUMN menjelaskan
ada 6 (enam) tujuan yang ingin dicapai dengan kewajiban penerapan praktikTata
Kelola Perusahaan yang Baik pada BUMN, yakni untuk :81
80
https://www.academia.edu/6555379/PENERAPAN_GOOD_CORPORATEGOVERNA NCE_PADA_PERBANKAN_DI_INDONESIA diakses pada tanggal 15 Juni 2017, pukul 12.24 WIB.
81
Keputusan Menteri BUMN No.KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktik
a. Memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan
prinsipketerbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung
jawab, dan adil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik
secara nasional maupuninternasional ;
b. Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, transparan dan
c. Efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian
Organ;
d. Mendorong agar Organ dalam membuat keputusan dan
e. menjalankantindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran
akan adanya tanggung jawab sosial BUMN terhadappara pemangku
kepentingan(stakeholders) maupun kelestarian lingkungan di sekitar
BUMN ;
f. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional;
g. Meningkatkan iklim investasi nasional;
h. Mensukseskan program privatisasi.
Menurut Siswanto Sutojo dalam E. John Aldridge, Good Corporate
Governance penerapan prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik mempunyai
lima macam tujuan, yaitu :82
b. Melindungi hak dan kepentingan para anggotastakeholder
non-pemegang saham ;
a. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham ;
82
c. Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham ;
d. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja Dewan Pengurus atau
Board of Directors dan manajemen perusahaan ;
e. Meningkatkan mutu hubungan Board of Directors dengan manajemen
senior perusahaan.
Dengan demikian penerapan pelaksanaan prinsip-prinsip Tata Kelola
Perusahaan yang Baik secara optimal akan mampu mendorong peningkatan
kinerjaperusahaan yang ada, dan pada gilirannya memberi nilai tambah bagi
semua pihak yang terkait dengan perusahaan.
3. Pokok-pokok Pengaturan GCG bagi BUMN
Beberapa peraturan yang mengatur tentang Tata Kelola Perusahaan yang
Baik pada BUMN menurut peraturan perundang-undangan di Indonesia yaitu:83
3. Bagian penjelasan pasal 4 UU No. 40 Tahun 2007 (Lembaran Negara
No. 106 Tahun 2007, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3913) tentang Perseroan Terbatas yang menjelaskan
tentang adanya penerapan Good Corporate Governance.
1. Bagian penjelasan umum UU No. 19 tahun 2003 (Lembaran Negara
No. 70 Tahun 2003, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4297) tentang BUMN.
2. Pasal demi pasal UU No. 19 tahun 2003 (Lembaran Negara No. 70
Tahun 2003, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4297) tentang BUMN.
83
4. PP No. 41 Tahun 2003 tentang Pelimpahan Kedudukan, Tugas dan
Kewenangan Menteri Keuangan pada Perusahaan Perseroan
(PERSERO), Perusahaan Umum (PERUM), dan Perusahaan Jawatan
(PERJAN) kepada Menteri BUMN (Lembaran Negara No. 82 Tahun
2003, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4305).
5. PP No. 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan,
dan Pembubaran BUMN (Lembaran Negara No. 117 Tahun 2003,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4556).
6. Perpres No. 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara.
7. Keputusan Presiden No. 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan
Kabinet.
8. Peraturan Menteri BUMN No. Per-01/MBU/2011 tentang Penerapan
Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance)
pada BUMN sebagaimana telah diubah dalam Peraturan Menteri
BUMN No. Per-09/MBU/2012.
9. Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan
Good Corporate Governance bagi Bank Umum.
10. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 21/POJK.04/2016 tentang
Pendaftaran Penilai Pemerintah untuk Tujuan Revaluasi Asetbagi
Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerahyang