• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Efektifitas Terapi Applied Behavior Analysis Teknik Extinction Dengan Dan Tanpa Media Video Modelling Untuk Mengurangi Restricted Behavior Pada Anak Autism Spectrum Disorder

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan Efektifitas Terapi Applied Behavior Analysis Teknik Extinction Dengan Dan Tanpa Media Video Modelling Untuk Mengurangi Restricted Behavior Pada Anak Autism Spectrum Disorder"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

I.A. Latar Belakang

Autism Spectrum Disorder atau disingkat ASD saat ini menjadi perhatian banyak orang karena jumlahnya yang terus meningkat dari tahun ke tahun

(Publicaheatlh, 2010). Hal ini terlihat dari data Autism Research Institute pada tahun 1987 yang memperkirakan 1 dari 5000 anak (1:5000) mengalami ASD dan pada tahun 2005 jumlahnya meningkat dengan pesat menjadi 1 dari 160 anak (1:160). Data lain dari Centre of Disease Control and Prevention pada tahun 2010 menyebutkan bahwa 1 dari 110 anak (1:110) mengalami ASD, angka ini meningkat 57% dari tahun 2002 (Centre of Disease Control and Prevention,

2013). Sementara itu untuk data yang ada di Indonesia, jumlah anak ASD yang ditangani Yayasan Autisma Indonesia pada tahun 2008 terjadi peningkatan dari jumlah pasien 3 sampai 5 pasien baru pertahun, meningkat menjadi 3 pasien baru setiap hari. Angka ini masih berupa angka perkiraan, sulit untuk mendapat angka yang pasti anak penderita ASD di Indonesia disebabkan beberapa hal yaitu: belum adanya sensus resmi yang dilakukan, belum meratanya diagnosis bagi anak-anak penderita ASD dan juga sebagian orang tua enggan mengakui putra-putrinya menderita ASD (Yayasan Autisma Indonesia, 2013).

(2)

ras. Awalnya ASD pada anak terjadi disebabkan perlakuan keluarga, terutama perlakuan ibu yang tidak baik, sehingga muncul teori “The Frigid Mother” yang

pertama sekali dikemukakan oleh Bruno Bettlelheim (dalam Budhiman dkk, 2002). Teori ini menerangkan timbulnya gejala ASD disebabkan oleh pengasuhan ibu yang bersikap dingin dan sama sekali tidak bisa menunjukkan kehangatan kepada anaknya. Namun teori ini kemudian dibantah karena ternyata banyak orang tua, terutama ibu yang penyayang dan hangat tapi tetap memiliki anak ASD.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Sastry & Aguirre (2014), mereka berpendapat bahwa teori “The Frigid Mother” sudah tidak lagi digunakan, karena

saat ini ditemukan bahwa pengasuhan bukan penyebab utama munculnya ASD pada anak. Mereka berpendapat bahwa banyak faktor yang memicu munculnya ASD diantaranya: faktor genetik, masalah kekebalan tubuh, racun, agen-agen infeksi, dan hal lain yang berhubungan dengan perkembangan otak.

Leo Kanner (dalam Davison dkk, 2006) seorang psikiater yang pertama sekali mengidentifikasi gangguan ini mengamati bahwa sejak awal anak ASD tidak memperdulikan, mengabaikan dan menutup diri dari segala hal yang berasal dari luar dirinya. Ia menemukan bahwa sejak awal kehidupan, anak tidak mampu berhubungan dengan orang lain secara wajar. Mereka juga memiliki keterbatasan dalam hal bahasa dan memiliki keinginan obsesif yang kuat agar segala sesuatu yang berkaitan dengan diri mereka dilakukan tetap persis sama.

(3)

ketika namanya dipanggil, matanya tidak pernah fokus terhadap sesuatu dan tidak mampu melakukan kontak mata, dia seperti hidup dalam dunianya sendiri. Fikri menunjukkan perilaku yang berbeda bila dibandingkan anak-anak dilingkungannya, tubuhnya bagaikan dikendalikan oleh mesin dan seperti tidak punya rasa lelah. Saat berusia dua tahun ia belum bisa mengucapkan satu suku katapun. Perilaku yang sama juga ditunjukkan oleh seorang anak laki-laki bernama Kevin (Martien, 2010). Menurut ibunya, Kevin seperti berada dalam dunianya sendiri dan tidak mau untuk berhubungan dengan oramg-orang disekitarnya. Kevin juga menunjukkan ketertarikannya pada benda-benda tertentu, namun benda-benda tersebut tidak lazim disukai oleh anak seusianya, misalnya: ia sangat suka berada di dekat kipas angin dan melihat kipas angin tersebut bergerak dalam tempo waktu yang lama. Kevin akan marah dan tantrum apabila dilarang untuk melihat kipas yang sedang bergerak tersebut. Awalnya, orang tua Fikri dan orang tua Kevin tidak mengetahui apa yang sedang terjadi pada anaknya, akan tetapi setelah mencari informasi dari orang-orang sekitarnya, majalah dan setelah konsultasi dengan beberapa dokter spesialis anak, akhirnya mereka mengetahui bahwa anak mereka mengalami gangguan autis.

The Diagnostic and Statistical Manual Of Mental Disorder, fifthedition

(4)

1, 2 dan 3 menunjukkan adanya gangguan dalam social communication dan

(5)

Menurut Boyd, McDonough dan Boldfish (2011) perilaku restricted

merupakan symptom yang utama pada anak ASD. Haugaard (2008) mengungkapkan restricted behavior adalah perilaku ketertarikan pada satu atau beberapa hal secara terus menerus, hal ini berhubungan dengan kebutuhan untuk tetap melakukan hal yang sama secara terus menerus dan berulang. Simptom ini muncul pada masa kanak-kanak awal dan mempengaruhi keberfungsian anak sehari-hari.

Menurut Williams & Wright (2007) ketertarikan yang dimiliki oleh anak ASD tidak melulu hanya pada objek tertentu, akan tetapi ketertarikan bisa juga pada aktifitas, kegiatan, informasi dan lingkungan tertentu. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Handoyo (2008) bahwa anak ASD akan berusaha mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan serta menunjukkan perilaku tantrum apabila tidak mendapatkan benda atau aktifitas yang diinginkannya. Menurut Danuatmaja (2003) beberapa terapi yang dapat diberikan pada anak ASD adalah: terapi perilaku, terapi medikamentosa, terapi biomedis, terapi wicara dan terapi okupasi. Terapi yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan anak ASD. Terapi yang diterapkan pada anak ASD yang satu bisa berbeda dengan yang lain sehingga perlu dilakukan observasi yang mendalam terlebih dahulu terhadap anak, agar dapat mengetahui kondisi anak secara menyeluruh.

(6)

pertama sekali digunakan secara intensif oleh seorang pakar terapi perilaku bernama Ivan Lovaas sekitar tahun 1960 (Smith & Eikeseth, 2010). Skinner menjelaskan bahwa konsep utama dalam teorinya adalah “Operant Conditioning”,

dimana sebuah consequences (konsekuensi atau akibat) memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku yang disebut dengan principle of reinforcement (dalam Hall & Licey, 1993). Penelitian Lovaas memperlihatkan bahwa banyak anak ASD yang mendapatkan terapi ABA dari usia dini dan dilakukan secara intensif memperlihatkan perkembangan yang sangat dramatis (Smith & Eikeseth, 2010). Anak ASD yang mengikuti terapi dengan menggunakan metode ABA selama 40 jam dalam seminggu maka dalam 2 – 2,5 tahun mereka sudah mampu untuk mengikuti sekolah reguler sesuai dengan usianya (Handoyo, 2003). Rapmauli & Matulessy (2015) melakukan penelitian dengan menggunakan metode ABA melalui media flash card kepada 6 orang anak ASD selama 2 minggu dan hasilnya terbukti bahwa terapi ini efektif untuk meningkatkan interaksi sosial, meningkatkan kemampuan kontak mata dan meningkatkan kemampuan bahasa ekspresif pada anak ASD.

(7)

akan efektif apabila pada saat pelaksanaannya dikombinasikan dengan positif reinforcement dan adanya perilaku pengganti (alternative behavior). Perilaku pengganti adalah perilaku yang diberikan untuk menggantikan perilaku sebelumnya, perilaku yang terlihat wajar dan dapat diterima oleh lingkungan. Menggenggam tangan adalah salah satu gerakan sederhana dalam yoga yang dapat diberikan sebagai alternative behavior karena gerakan ini dapat menenangkan pikiran dan membuat pikiran menjadi lebih terpusat. Bersamaan dengan pikiran yang bisa menjadi tenang, tubuh akan terbuka untuk melepaskan ketegangan dan emosi. Selain itu, diyakini jari memiliki gelombang elektromagnetis sehingga dengan menekan sisi-sisi jari akan dapat mempengaruhi emosi (Ramaiyah, 2009). Dalam brain gym, menggenggam tangan juga merupakan salah satu gerakan sederhana yang dapat diberikan sebagai alternative behavior karena gerakan ini dapat memberikan efek menenangkan sehingga saat seseorang menggenggam tangan dapat menurunkan tingkat kecemasannya (Ayinosa, 2009).

(8)

restricted berkurang sesuai dengan konteks saat pelaksanaan terapi dilakukan. Misalnya: pada subjek yang bernama Christine, saat pelaksanaan terapi, ruangan terapi dibuat layaknya sebuah ruang tamu sehingga perubahan perilaku Christine saat berada di rumah hanya terlihat saat ia berada di ruang tamu, akan tetapi perubahan perilaku Christine tidak terjadi saat berada di dapur dan kamar tidur. Sehingga Rodriquez, dkk (2012) mengatakan bahwa perlu untuk melakukan penelitian selanjutnya untuk melihat apakah perubahan perilaku yang ditampilkan akan bertahan lama dan perubahan perilaku terjadi di semua lingkungan subjek.

Sambandam, Rangaswami dan Thamizharasan (2014) juga melakukan penelitian dengan menggunakan terapi ABA terhadap 30 anak ASD. Sambandan membagi 30 anak ASD menjadi 2 kelompok yaitu: 15 anak diberikan terapi ABA dan 15 anak ASD yang tidak mendapatkan terapi ABA. Dari hasil penelitian ini terlihat adanya perubahan dalam perilaku, perkembangan secara umum dan kemampuan bahasa pada 15 orang anak ASD yang diberikan terapi ABA. Bahkan dari penelitian ini juga terbukti bahwa tingkat keparahan pada anak ASD yang mendapatkan terapi ABA akan mengalami perubahan ke arah yang lebih baik dibandingkan dengan anak ASD yang tidak mendapatkan terapi ABA. Efektifitas ABA dalam menangani anak ASD ini sebelumnya juga sudah dibuktikan oleh Handoyo (2003). Ia mengatakan bahwa efektifitas ABA dalam penanganan anak autis memiliki angka keberhasilan 47%.

(9)

penelitian dengan menggunakan media video modelling untuk menangani perilaku restricted, kemampuan sosial dan keberfungsian pada anak ASD. Dalam penelitian ini Monica (2007) menggunakan 55 orang subjek ASD, 7 subjek laki-laki dan 48 perempuan yang berusia antara 3 tahun sampai 20 tahun . Dalam penelitian ini Monica (2007) membagi anak dalam 2 kelompok, dimana pada satu kelompok menggunakan subjek sebagai model dalam video, sedangkan satu kelompok lagi menggunakan teman sebaya dan orang dewasa sebagai modelnya. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari 55 subjek yang ikut penelitian tersebut, 50 orang anak autis menunjukkan perubahan perilaku yang lebih baik dan dapat memenuhi beberapa target perilaku yang diharapkan. Dari penelitian ini juga terlihat bahwa lebih efektif menggunakan subjek sebagai model dibandingkan dengan menggunakan orang dewasa atau teman sebaya.

(10)

memperoleh informasi secara visual dua atau tiga dimensi dari pada stimulus auditori.

Schoen (dalam Callahan, Mehta, Magee & Wie, 2009) mengatakan bahwa mengingat luasnya spektrum pada ASD sehingga tidak ada satu terapi tunggal yang mampu bekerja sendiri untuk menangani tantangan yang kompleks dari spektrum pada anak ASD. Untuk itu Callahan, dkk (2009) kemudian membuat kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang apakah lebih efektif menggunakan 1 jenis terapi saja atau dengan menggunakan 2 jenis terapi yang telah dikombinasikan. Kuesioner ini kemudian diisi oleh para ahli yang fokus menangani intervensi pada anak ASD menggunakan terapi ABA dan terapi

Training and Education of Autistic and Other Communication Handicapped

Children (TEACCH). Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa untuk menangani spektrum pada anak ASD tidak cukup hanya 1 model terapi yang diberikan, dan 62,3 % para ahli setuju bahwa menggunakan kombinasi dari 2 terapi lebih efektif daripada hanya menggunakan 1 jenis terapi saja.

Berdasarkan hal tersebut peneliti berasumsi bahwa ada perbedaan efektifitas dari gabungan 2 terapi dalam mengurangi restricted behavior pada anak ASD. Peneliti ingin melihat perbedaan efektifitas terapi ABA teknik

extinction dengan dan tanpa media video modelling dalam mengurangi restricted behavior pada anak ASD. Penggabungan ABA dengan Video Modelling

(11)

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan 10 orang tua dan 8 orang terapis mengenai restricted behavior anak ASD selama setahun terakhir di kota Medan, ternyata disamping permasalahan interaksi sosial dan komunikasi, permasalahan restricted behavior sering tidak mendapat perhatian. Sehingga walau terapi sudah diberikan dan anak mengalami perubahan dalam interaksi sosial dan komunikasi namun untuk permasalahan perilaku restricted behavior

anak tidak mengalami perubahan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai efektifitas terapi Applied Behavior Analysis

(12)

I.B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada perbedaan

efektifitas terapi Applied Behavior Analysis (ABA) teknik extinction dengan dan tanpa media video modelling dalam mengurangi restricted behavior pada anak

Autism Spectrum Disorder (ASD)?” I.C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menguji perbedaan efektifitas terapi Applied Behavior Analysis (ABA) teknik extinction dengan dan tanpa media video modelling dalam mengurangi restricted behavior pada anak Autism Spectrum Disorder (ASD).

I.D. Manfaat Penelitian: 1. Manfaat Praktis a. Psikolog Klinis Anak

Hasil penelitian ini kiranya dapat digunakan oleh para Psikolog Klinis Anak pada saat memberikan layanan psikologi dalam menangani anak ASD yaitu untuk membuat perancangan dan perencanaan terapi untuk menangani anak-anak ASD dengan menggunakan terapi ABA dengan teknik extinction melalui media

Video Modelling untuk mengurangi restricted behavior pada anak ASD. b. Sarjana Psikologi

(13)

diberikan melalui media video dalam mengurangi perilaku restricted pada anak ASD.

c. Sekolah Luar Biasa (SLB) dan Lembaga Terapi Anak Berkebutuhan Khusus

Hasil penelitian Applied Behavior Analysis dengan teknik

Extinctionmelalui media Video Modelling ini dapat berguna untuk mengurangi

restricted behavior pada anak ASD melalui rancangan program pendidikan atau kurikulum di Sekolah Luar Biasa (SLB) dan lembaga-lembaga anak berkebutuhan khusus lainnya.

2. Manfaat Teoritis (Perkembangan Riset Psikologi)

Manfaat penelitian ini adalah sebagai pembuktian balik terhadap konsep teori sebelumnya dari Schoen (dalam Callahan, Mehta, Magee & Wie, 2009) yang menyatakan bahwa dalam penanganan spektrum yang kompleks pada anak ASD akan lebih efektif apabila menggunakan 2 jenis terapi daripada hanya menggunakan 1 jenis terapi.

(14)

I.E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdisi dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah objek penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi mengenai metode yang digunakan pada penelitian.

Bab IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

Bab ini berisikan mengenai pelaksanaan intervensi, hasil penelitian, serta pembahasan hasil penelitian mengenai perbedaan efektivitas Applied Behavior Analysis (ABA) teknik Extinction dengan dan tanpa media video modelling

(15)

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN

Referensi

Dokumen terkait

DAFTAR BAGAN... Latar Belakang ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Struktur Organisasi Skripsi ... Multimedia Pembelajaran ... Multimedia Video

Artha Maulana Agung (AMA) dimulai dari nauplius sampai post larva 12, sedangkan upaya peningkatan pemasaran benur udang vannamei dilakukan dengan strategi bauran pemasaran,

kredit yang disalurkan oleh bank dengan total dana pihak ketiga yang diterima. oleh

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan umum yaitu terdapat pengaruh positif kepemimpinan transformasional dan

perkembangan anak, mengembangkan intelektual dan sosial emosional secara bersamaan. Dua aspek ini penting untuk perkembangan diri anak. Pada penelitian Ika Budi

Konsumen menggunakan harga sebagai indikator kualitas (Nagle dan Holden, dalam Usahawan No.. 1) Konsumen percaya ada perbedaan kualitas di antara berbagai merek dalam suatu

Konsep penataan ruang luar dan dalam gedung bioskop 3 (tiga) dimensi adalah adanya hubungan antara ruang luar dan dalam, seperti yang terdapat pada karakteristik konsep Cubism

Akan tetapi, apabila kajian ini melakukan pembacaan dan penilaian awal terhadap kebanyakan penulisan dan pemikiran sarjana lain tentang isu krisis alam