Pendidikan Islam dan Globalisasi dalam Pranata Sosial
Pendidikan memiliki arti penting bagi kemajuan bangsa, karena pendidikan mampu mengubah pola pikir masyarakat yang dulunya monoton menjadi dinamis dalam mengikuti perubahan alur zaman modernisasi. Dengan adanya pendidikan ini dapat membuat masyarakat berpikir kreatif, yang dimana berpikir kreatif disini suatu kemampuan berpikir untuk meraih hasil-hasil yang variatif dan baru, serta memungkinkan untuk diaplikasikan, baik dalam bidang keilmuan, kesenian, kesusastraan, ataupun juga bidang kehidupan lainnya yang bermanfaat bagi masyarakat itu sendiri. Sebagai implementasinya bangsa Indonesia melaksanakan pembangunan nasional secara bertahap dalam memenuhi kesemuanya itu termasuk membangun sistem pendidikan. Dimana pendidikan merupakan bagian dari kehidupan yang dituntut mampu mengikuti perkembangan zaman. Hingga pada saat ini pendidikan menjadi prioritas utama bagi masyarakat untuk menciptakan generasi penerus bangsa.Adapun juga dalam undang-undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, yang disebutkan dalam pasal 3 berbunyi pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Semua itu sangat jelas sekali akan tingginya pendidikan bagi seluruh bangsa Indonesia, yang dimana pendidikan ini dapat mengembangkan potensi masyarakat dalam bersosial, disebutkan diatas mampu mengembangkan potensi, membentuk watak yang bermartabat dan juga menjadi titik ukur dalam menciptakan manusia demokratis serta yang terpenting bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
yang dimana bersifat sosio historis serta menjadi bahan kajian dalam “sejarah pendidikan Islam”. Ketiga, pendidikan menurut Islam yang bersifat normatif dan menjadi bahan kajian dalam “filsafat pendidikan Islam”. Masyarakat memandang pendidikan sebagai bentuk pewarisan kebudayaan baik itu yang bersifat intelektual, ketrampilan, keahlian, dari setiap generasi menjadi turun temurun, tujuannya agar masyarakat tersebut dapat memelihara kelangsungan hidupnya dengan tetap memelihara kepribadiannya. Menurut tokoh pendidikan Ahmad D.Marimba, menyatakan pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut kapasitas Islam atau dapat disebut juga memiliki kepribadian seorang muslim. Jadi dapat dikatakan pendidikan Islam ini suatu kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan terencana yang dilaksanakan orang dewasa yang memiliki ilmu dan ketrampilan guna memberikan kompetensi kepada anak-anak (para penerus bangsa) agar mereka mampu memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai ajaran-ajaran Islam baik menyangkut akidah maupun sosial dan dapat diimplementasikan mereka pada kehidupan yang akan datang.
Globalisasi dan Pranata Sosial
Kemajuan teknologi semakin menyerang pola pikir manusia di era modern, yang dimana kemajuan teknologi ini diakibatkan oleh pengaruh globalisasi hingga dunia menjadi serba praktis, keadaan dimana antara satu negara dengan negara lain sudah menyatu. Situasi praktis ini terbentuk karena kecanggihan bidang komunikasi dan IPTEK yang dimana semakin hari semakin maju. Kemudahan yang diberikan oleh pengaruh globalisasi ini membuat seluruh informasi mudah dicari, hingga manusia seakan dimanjakan dengan kemudahan yang diberikan. Globalisasi telah mengubah cara hidup manusia sebagai individu, sebagai warga masyarakat dan warga bangsa. Tidak ada seorang pun dapat menghindari dari arus globalisasi. Dimana setiap individu dihadapkan pada dua pilihan: pertama, dia menempatkan dirinya dan berperan sebagai pemain dalam arus globalisasi; dan
menyeimbangkan akal pikirannya dengan kemajuan teknologi baik itu dengan menciptakan hal yang baru atau hanya sekedar membaca dalam mencari informasi tentang ilmu pengetahuan, sedangkan dampak negatif para pemain dengan mudahnya dapat mengakses hal-hal berbau asusila/pornografi hingga membuat mereka menjadi krisis moral.
Dalam situasi ini pendidikan islam mampu menjadi benteng untuk
mem-filter arus globalisasi, yang pertama, pendidikan akhlak yang dimana dapat dilakukan dengan menetapkan pelaksanaan pendidikan agama baik dirumah, sekolah, maupun masyarakat. Kedua, dengan mengintegrasikan antara pendidikan islam dan pengajaran dalam kehidupan bermasyarakat. Ketiga, pendidikan akhlak harus didukung oleh kerjasama yang kompak dan usaha yang sungguh-sungguh dari orang tua, sekolah, dan masyarakat. Keempat, sekolah harus berupaya menciptakan lingkungan yang bernuansa religius, seperti pembiasaan melaksanakan shalat berjamaah, menegakkan disiplin, memelihara kebersihan, ketertiban, kejujuran, tolong-menolong, agar nilai-nilai agama menjadi kebiasaan, tradisi dan budaya seluruh siswa. Dengan hal ini pendidikan islam mampu mengimbangi pergerakan zaman modernsisasi karena bekal-bekal keagamaan yang diberikan kepada anak-anak dalam menghadapi kehidupan globalisasi.
Daftar Pustaka
Nata, Abudin. 2010. Manajemen Pendidikan (Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia). Jakarta:Kencana
Idi, Abdullah. 2016. Sosiologi Pendidikan (Individu, Masyarakat, dan Pendidikan). Depok: PT.Rajagrafindo Persada