• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATAKULIAH TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MATAKULIAH TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN docx"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Ubi jalar (Ipomoea batatas) merupakan komoditas sumber karbohidrat utama setelah padi, jagung dan ubi kayu, serta mempunyai peranan penting dalam penyediaan bahan pangan, bahan baku industri maupun pakan ternak (Zuraida dan Supriati, 2001). Ubi jalar dikonsumsi sebagai bahan makanan tambahan atau sampingan, kecuali Irian Jaya dan Maluku, ubi jalar digunakan sebagai bahan makanan pokok. Kandungan karbohidrat dalam ubi jalar dapat digunakan sebagai sumber karbon oleh bakteri L.plantarum (Rukmana, 1997 ; Panda dan Ray, 2008).

Karakteristik fisik ubi jalar seperti ukuran, bentuk dan warna ubi perlu diketahui, karena berkaitan erat dengan pemanfaatannya (Aini, 2004). Ukuran ubi jalar terdiri dari tiga jenis yaitu, besar, sedang dan kecil, sedangkan bentuk dari ubi jalar bulat sampai lonjong dengan permukaan rata sampai tidak rata (Rukmana, 1997). Warna kulit dan daging ubi jalar tidak selalu sama. Ubi jalar mempunyai warna kulit putih kotor, kuning, jingga dan ungu tua. Warna daging ubi jalar yaitu putih, krem, orange, dan jingga, tergantung jenis dan pigmen yang terdapat didalamnya (Bandech et al., 2005). Ubi jalar berdaging kuning memiliki pigmen β-carotene dan ubi jalar berwarna ungu memiliki pigmen antosianin (Yamakawa, 1998).Ubi jalar juga mengandung komponen zat gizi yang penting seperti, protein, lemak, karbohidrat dan vitamin A (β-karoten). Jumlah komponen zat gizi tergantung pada varietas ubi jalar (Lingga, 1984). Kandungan vitamin A yang tinggi dicirikan oleh umbi yang berwarna kuning kemerah-merahan.

(2)

yaitu menggunakan mulsa. Maka hasil yang didapatkan dalam praktikum juga mempengaruhi setiap masing masing perlakuan.

1.2 Tujuan

Dalam kegiatan praktikum teknologi pertanian bertujuan untuk : 1. Mengetahui klasifikasi dan Morfologi ubi jalar

2. Mengetahui syarat pertumbuhan untuk membudidayakan tanaman ubijalar 3. Mengetahui fase pertumbuhan ubi jalar

4. Mengetahui teknik budidaya ubi jalar 5. Mengetahui hubungan perlakuan ubi jalar

1.3 Manfaat

Adapun Manfaat dalam kegiatan praktikum teknologi pertanian sebagai berikut :

 Agar Mahasiswa dapat mengetahui atau paham tentang klasifikasi ubi jalar  Agar Mahasiswa dapat mengetahui atau paham tentang syarat pertumbuhan

ubi jalar

 Agar Mahasiswa dapat mengetahui atau paham tentang fase pertumbuhan ubi jalar

 Agar Mahasiswa dapat mengetahui atau paham tentang teknik budidaya ubi jalar

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ubi Jalar

Ubi jalar atau “sweet potato” diduga berasal dari benua Australia. Diperkirakan pada abad ke-16, ubi jalar menyebar ke seluruh dunia terutama negara-negara beriklim tropika. Orang-orang spayol dianggap berjasamenyebarkan ubi jalar ke kawasan Asia terutama Filipina, Jepang, dan Indonesia.

2.1.1 Klasifikasi Tanaman Ubi Jalar (Ipomoe batatas)

Menurut (Rukmana, 1997) sistematika (taksonomi) tanaman ubi jalar diklasifikasikan sebagai berikut :

Gambar 1. Ubi jalar cilembu (anonymousa , 2013) Kindom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicolyledonae Ordo : Convolvulales Famili : Convolvulaceae Genus : Ipomoea

Spesies : Ipomoea batatas 2.1.2 Morfologi

(4)

 Batang tanaman

Ubi jalar berbatang lunak, tidak berkayu, berbentuk bulat, dan teras bagian tengah bergabus. Batang ubi jalar beruas –ruas dan panjang ruas antara 1-3 cm. Setiap ruas ditumbuhi daun, akar, dan tunas cabang. Panjang batang utama amat beragam, tergantung varietasnya, yakni berkisar 2-3 m untuk varietas ubi jalar merambat dan 1-2 m untuk varietas ubi jalar tidak merambat (bertipe tegak). Diameter batang ubi jalar juga bervariasi, tergantung pada varietasnya, ada yang berukuran besar,sedang, dan kecil. Varietas ubi jalar merambat umumnya memiliki diameter batang berukuran sedang. Sedangkan varietas ubi jalar merambat umumnya memiliki diameter batang batang berukuran kecil. Batang tanaman ubi jalar ada yang berbulu dan ada yang tidak berbulu. Warna ubi jalar bervariasi anatara hijau dan ungu (Bambang, 2000).  Daun

Daun ubi jalar berbentuk bulat hati, bulat lonjong, dan bulat runcing, tergantung pada varietasnya. Daun ubi jalar yang berbentuk bulat hati memiliki tepi daun rata, berlekuk dangkal, atau menjari. Daun ubi jalar yang berbentuk lonjong (oval) memiliki tepi daun rata, berlekuk dangkal, atau berlekuk dalam. Sedangkan daun ubi jalar yang berbentuk bulat runcing memiliki tepi daun rata, berlekuk dangkal atau berlekuk dalam (Bambang, 2000).

Gambar ubi jalar berdaun menjari (Bambang, 2000)

(5)

Bunga tanaman ubi jalar berbentuk terompet yang panjangnya antara 3-5 cm dan lebar bagian ujung antara 3-4 cm. Mahkota bunga berwarna ungu keputih –putihan dan bagian dalam mahkota bunga (pangkal sampai ujung) berwarna ungu muda. Kepala putik melekat pada bagian ujung tangkai putik. Tangkai putik dan kepala putik terletak diatas bakal buah (Bambang, 2000).

Gambar : bunga ubi jalar berbentuk terompet (Bambang, 2000)  Buah

Buah ubi jalar berkotak tiga. Buah akan tumbuh setelah terjadinya penyerbukan. Satu bulan setelah penyerbukan, buah ubi jlar sudah mask. Didalam buah banyak berisi biji yang sangat ringan. Biji buah memiliki kulit yang keras. Biji-biji tersebut dapat digunakan untuk perbanyakan atau pembiakan tanman secara generatif untuk mengahsilkan varietas ubi jlar yang baru. (Bambang, 2000).

Gambar: buah ubi jalar (Bambang, 2000)

2.2 Syarat Tumbuh Komoditas Ubi Jalar

(6)

Persyaratan tumbuh tanaman ubi jalar adalah sebagai berikut:  Iklim

Ubi jalar adalah tanaman tropis dan subtropis yang dapat beradaptasi dengan daerah beriklim lebih memberikan suhu rata-rata tidak turun di bawah 20°C dan suhu minimum tinggal di atas 15 °C. Untuk budidaya ubi jalar temperatur antara 15 hingga 33 °C diperlukan selama siklus vegetatif, dengan suhu optimal yang antara 20 hingga 25 °C. Temperatur rendah pada malam mendukung pembentukan umbi-umbian, dan temperatur tinggi pada siang hari mendukung perkembangan vegetatif dalam kisaran suhu 20 hingga 30 °C, optimum 25 °C dan umumnya berhenti dibawah 10 °C) (Radjit B. S., 2008).

 Media Tanam

Hampir setiap jenis tanah pertanian cocok untuk membudidayakan ubi jalar. Jenis tanah yang paling cocok adalah pasir berlempung, gembur, banyak mengandung bahan organik, aersai serta draenasenya baik. Penanaman ubi jalar pada tanah kering dan pecah-pecah sering menyebabkan ubi jalar mudah terserang hama penggerek. Sebaliknya, bila ditanam pada tanah yang mudah becek atau draenasenya yang jelek, dapat menyebabkan pertumbuhan ubi jalar kerdil, ubi mudah busuk, kadar serat tinggi dan bentuk ubi benjol (Harjadi S.S., 1996).

 Tanah

Tanaman ubi jalar tidak tahan terhadap genangan air, tanah yang becek atau berdrainase buruk dan akan mengakibatkan tanaman tumbuh kerdil, daun menguning dan umbi membusuk. Tanaman ubi jalar dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) 4,5-7,5, tetapi yang optimal untuk pertumbuhan umbi pada pH 5,5-7. Sewaktu muda tanaman membutuhkan kelembaban tanah yang cukup (Sumarwoto dkk., 2008).  Ketinggian Tempat

(7)

ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 500 m dpl. Di dataran tinggi dengan ketinggian 1.000 m dpl, ubi jalar masih dapat tumbuh dengan baik, tetapi umur panen (Ginting, 2006).

2.3 Fase pertumbuhan ubi jalar

Siklus perkembangan dari bibit ditanam sampai umbi siap dipanen berlangsung 100-150 hari, tergantung varietas dan lingkungan tumbuh. Kurun waktu pembentukan umbi dapat dibedakan atas tiga fase tumbuh, yaitu fase awal pertumbuhan, fase pembentukan umbi, dan fase pengisian umbi. Fase awal pertumbuhan Fase ini berlangsung sejak bibit setek ditanam sampai dengan umur 4 minggu. Ciri-cirinya, setelah bibit ditanam, pertumbuhan akar muda berlangsung cepat, sedangkan pembentukan batang dan daun masih lambat.

Fase pembentukan umbi Fase pembentukan umbi berlangsung sejak tanaman berumur 4-8 minggu. Rata-rata fase ini berlangsung antara 4-6 minggu setelah tanam, tergantung varietas ubi jalar dan keadaan lingkungan tumbuh. Pada saat umur 7 minggu paling tidak 80% umbi telah terbentuk. Ciri pembentukan umbi mulai berlangsung yaitu pertumbuhan batang dan daun berlangsung cepat. Pada saat ini batang tanaman tampak paling lebat. Fase pengisian umbi Fase ini berlangsung sejak tanaman berumur 8-17 minggu. Diantara 8-12 minggu, tanaman berhenti membentuk umbi baru karena mulai membesarkan umbi yang sudah ada. Ciri pembentukan dan pengisian umbi berlangsung cepat yaitu pertumbuhan batang dan daun berkurang. Pengisian zat makanan dari daun ke umbi berhenti saat tanaman berumur 13 minggu. Sementara mulai umur 14 minggu daun tanaman mulai menguning dan rontok. Tanaman dapat dipanen umbinya saat berumur 17 minggu (Fevi, 2008).

(8)

Tanaman ubi jalar dapat dibudidayakan secara generatif dengan biji dan secara vegetatif berupa stek batang atau stek pucuk. Perbanyakan tanaman secara generatif hanya dilakukan pada skala penelitian untuk menghasilkan varietas baru.

1. Pembibitan

Tanaman ubi jalar dapat diperbanyak secara generatif dengan biji dan secara vegetatif berupa stek batang atau stek pucuk. Perbanyakan tanaman secara generatif hanya dilakukan pada skala penelitian untuk menghasilkan varietas baru.

 Penyiapan Bibit

Tata cara penyiapan bahan tanaman (bibit) ubi jalar dari tanaman produksi yaitu: (a) memilih tanaman ubi jalar yang sudah berumur 2 bulan atau lebih, keadaan pertumbuhannya sehat dan normal; (b) potong batang tanaman untuk dijadikan stek batang atau stek pucuk sepanjang 20-25 cm dengan menggunakan pisau yang tajam, dan dilakukan pada pagi hari; (c) kumpulkan stek pada suatu tempat, kemudian buang sebagian daun-daunnya untuk mengurangi penguapan yang berlebihan; dan (d) ikat bahan tanaman (bibit) rata-rata 100 stek/ikatan, lalu simpan di tempat yang teduh selama 1-7 hari dengan tidak bertumpuk (Soenarto, 1987).

2. Pengolahan Media Tanam

Pengolahan lahan dilakukan dengan beberapa tahapan diantaranya adalah sebagai berikut.

1) Persiapan

Penyiapan lahan bagi ubi jalar sebaiknya dilakukan pada saat tanah tidak terlalu basah atau tidak terlalu kering agar strukturnya tidak rusak, lengket, atau keras. Penyiapan lahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: (a) tanah diolah terlebih dahulu hingga gembur, kemudian dibiarkan selama ±1 minggu. Tahap berikutnya, tanah dibentuk guludan-guludan; (b) tanah langsung diolah bersamaaan dengan pembuatan guludan-guludan.

(9)

Jika tanah yang akan ditanami ubi jalar adalah tanah sawah maka pertama-tama jerami dibabat, lalu dibuat tumpukan selebar 60-100 cm. Kalau tanah yang dipergunakan adalah tanah tegalan maka bedengan dibuat dengan jarak 1 meter. Apabila penanaman dilakukan pada tanah-tanah yang miring, maka pada musim hujan bedengan sebaiknya dibuat membujur sesuai dengan miringnya tanah. Ukuran guludan disesuaikan dengan keadaan tanah. Pada tanah yang ringan (pasir mengandung liat) ukuran guludan adalah lebar bawah ± 60 cm, tinggi 30-40 cm, dan jarak antar guludan 70-100 cm.

Pada tanah pasir ukuran guludan adalah lebar bawah ±40 cm, tinggi 25-30 cm, dan jarak antar guludan 70-100 cm. Arah guludan sebaiknya memanjang utara-selatan, dan ukuran panjang guludan disesuaikan dengan keadaan lahan. Lahan ubi jalar dapat berupa tanah tegalan atau tanah sawah bekas tanaman padi.

Tata laksana penyiapan lahan untuk penanaman ubi jalar adalah sebagai berikut :

a) Penyiapan Lahan Tegalan

Penyiapan lahan dimulai dengan membersihkan lahan dari rumput-rumput liar (gulma). Olahan tanah dengan cangkul atau bajak hingga gembur sambil membenamkan rumput-rumput liar. Kemudian biarkan tanah kering selama minimal 1 minggu. Selanjutnya buat guludan-guludan dengan ukuran lebar bawah 60 cm, tinggi 30-40 cm, jarak antar guludan 70-100 cm, dan panjang guludan disesuaikan dengan keadaan lahan . Setelah itu, rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air diantara guludan.

b) Penyiapan Lahan Sawah Bekas Tanaman Padi

(10)

60 cm, tinggi 35 cm, dan jarak antar guludan 70-100 cm. Panjang disesuaikan dengan keadaan lahan

Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air antar guludan. Bila jerami tidak digunakan sebagai tumpukan guludan, tata laksana penyiapan lahan dilakukan sebagai berikut : (a) babat jerami sebatas permukaan tanah; (b) singkirkan jerami ke tempat lain untuk dijadikan bahan kompos; (c) olah tanah dengan cangkul atau bajak hingga gembur; (d) biarkan tanah kering selama minimal satu minggu; (e) buat guludan-gululdan berukuran lebar bawah ±60 cm, tinggi 35 cm dan jarak antar guludan 80-100 cm; dan (f) rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air antar guludan.

Pemberian pupuk hayati MiG-6PLUS dilakukan saat pratanam (3hari sebelum tanam) pada permukaan lahan dengan cara di semprot/disiramkan secara merata di tanah disekitar perakaran, dosis yang dibutuhkan adalah 2 liter per hektar. Pada lahan kering, aplikasi MiG-6PLUS sebaiknya pada sore hari (Soenarto, 1987). 3. Teknik Penanaman

Sebelum melakukan penanaman ada banyak kategori yang perlu diperhatikan, yaitu:

1) Penentuan Pola Tanam

Sistem tanam ubi jalar dapat dilakukan secara tunggal (monokultur) dan tumpang sari dengan kacang tanah.

a. Sistem Monokultur

(11)

bagian dari dosis anjuran ke dalam lubang atau larikan, kemudian ditutup dengan tanah tipis-tipis. Dosis pupuk yang dianjurkan adalah 45-90 kg N/ha (100-200 kg Urea/ha) ditambah 25 kg P2O5/ha (50 kg TSP/ha) ditambah 50 kg K2O/ha (100 kg KCl/ha). Pada saat tanam diberikan pupuk urea 34-67 kg ditambah TSP 50 kg ditambah KCl 34 kg per hektar. Tanaman ubi jalar amat tanggap terhadap pemberian pupuk N (urea) dan K (KCl).

b. Sistem Tumpang Sari

Jenis tanaman yang serasi ditumpangsarikan dengan ubi jalar adalah kacang tanah. Tata cara penanaman sistem tumpang sari prinsipnya sama dengan sistem monokultur, hanya di antara barisan tanaman ubi jalar atau di sisi guludan ditanami kacang tanah. Jarak tanam ubi jalar 100 cm x 25-30 cm, dan jarak tanam kacang tanah 30 x 10 cm.

2) Cara Penanaman

Bibit yang telah disediakan dibawa ke kebun dan ditaruh di atas bedengan. Bibit dibenamkan kira-kira 2/3 bagian kemudian ditimbun dengan tanah kemudian disirami air. Bibit sebaiknya ditanam mendatar, dan semua pucuk diarahkan ke satu jurusan. Dalam satu alur ditanam satu batang, bagian batang yang ada daunnya tersembul di atas bedengan. Pada tiap bedengan ditanam 2 deretan dengan jarak kira-kira 30 cm. Untuk areal seluas 1 ha dibutuhkan bibit stek kurang lebih 36.000 batang. (Soenarto, 1987).

4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penjarangan dan Penyulaman

(12)

suhu udara tidak terlalu panas. Bibit (setek) untuk penyulaman sebelumnya dipersiapkan atau ditanam ditempat yang teduh.

2) Penyiangan

Pada sistem tanam tanpa mulsa jerami, lahan penanaman ubi jalar biasanya mudah ditumbuhi rumput liar (gulma). Bersama-sama kegiatan penyiangan dilakukan pembumbunan, yaitu menggemburkan tanah guludan, kemudian ditimbunkan pada guludan tersebut.

3) Pembubunan

Penyiangan dan pembubunan tanah biasanya dilakukan pada umur 1 bulan setelah tanam, kemudian diulang saat tanaman berumur 2 bulan. Tata cara penyiangan dan pembumbunan meliputi tahapan yaitu: (a) bersihkan rumput liar (gulma) dengan kored atau cangkul secara hati-hati agar tidak merusak akar tanaman ubi jalar; (b) gemburkan tanah disekitar guludan dengan cara memotong lereng guludan, kemudian tanahnya diturunkan ke dalam saluran antar guludan; (c)timbunkan kembali tanah ke guludan semula, kemudian lakukan pengairan hingga tanah cukup basah.

4) Pemupukan

Zat hara yang terbawa atau terangkut pada saat panen ubi jalar cukup tinggi, yaitu terdiri dari 70 kg N (± 156 kg urea), 20 kg P2O5 (±42 kg TSP), dan 110 kg K2O (± 220 kg KCl) per hektar pada tingkat hasil 15 ton ubi basah. Dosis pupuk yang dianjurkan secara umum adalah 45-90kg N/ha (100-200 kg urea/ha) ditambah 25 kg P2O5/ha (±50 kg TSP/ha) ditambah 50 kg K2O /ha (±100 kg KCl/ha). Pemupukan dapat dilakukan dengan sistem larikan (alur) dan sistem tugal. Pemupukan dengan sistem larikan mula-mula buat larikan (alur) kecil di sepanjang guludan sejauh 7-10 cm dari batang tanaman, sedalam 5-7 cm, kemudian sebarkan pupuk secara merata ke dalam larikan sambil ditimbun dengan tanah.

(13)

perakaran. Harap diingat jangan bersamaan atau di campur dengan bahan kimia. Pemberian pupuk hayati MiG-6PLUS, beri tenggang waktu selama 3 atau 5 hari sebelum atau sesudah aplikasi pupuk kimia atau pestisida.

5) Pengairan dan Penyiraman

Seusai tanam, tanah atau guludan tempat pertanaman ubi jalar harus diairi, selama 15-30 menit hingga tanah cukup basah, kemudian airnya dialirkan ke seluruh pembuangan. Pengairan berikutnya masih diperlukan secara kontinu hingga tanaman ubi jalar berumur 1-2 bulan. Pada periode pembentukan dan perkembangan ubi, yaitu umur 2-3 minggu sebelum panen, pengairan dikurangi atau dihentikan. Waktu pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari. Di daerah yang sumber airnya memadai, pengairan dapat dilakukan kontinu seminggu sekali. Hal Yang penting diperhatikan dalam kegiatan pengairan adalah menghindari agar tanah tidak terlalu becek (air menggenang).

(Soenarto, 1987)

2.5 Hubungan perlakuan yang digunakan dengan Komoditas

Tanaman ubi jalar yang kami budidayakan tidak menggunakan mulsa baik itu mulsa organik seperti jerami dan mulsa anorganik seperti mulsa plastik hitam perak. Padahal pengaruh pemakaian mulsa pada budidaya tanaman ubi jalar sangat besar dalam meningkatkan produktivitasnya. Tanaman yang kami budidayakan lebih lama dan sulit berkembang dibandingkan dengan kelompok lain yang membudidayakan tanaman ubi jalar menggunakan mulsa jerami dan mulsa plastik hitam perak. Namun dari kedua jenis mulsa tersebut, yang lebih baik lagi hasilnya adalah yang menggunakan mulsa plastik hitam perak.

(14)

tanah relatif tidak diinginkan, tetapi peningkatan suhu tanah akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah dalam menguraikan bahan organik yang tersedia (Fahrurrozi et al., 2001), sehingga terjadi penambahan hara tanah dan pelepasan karbon dioksida melalui lubang tanam.

(15)

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum lapang Teknologi Produksi Tanaman komoditas ubi jalar adalah 18 September 2013 hingga 29 November 2013 yang bertempat di Lahan Praktikum Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Desa Kepuharjo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Dengan ketinggian ± 600 meter di atas permukaan laut.

3.2 Alat dan Bahan a) Alat

 Cangkil : alat untuk membalikkan tanah dan menghancurkan tanah

 Gembor : alat untuk menyiram tanaman

 Timbangan analitik : menimbang jumlah pupuk yang digunakan  Meteran : mengukur panjang sulur setiap pengamatan  Kamera : mendokumentasikan tanaman

 Catatan : mencatat hasil pengamatan

 Spidol : menulis nama komoditas dan nama asisten pada papan tanda

 Palu : melekatkan paku pada papan tanda

.

b) Bahan

 Bibit ubi jalar : komoditas yang dibudidayakan  Tanah : sebagai media tanam

 Pupuk Urea : untuk menambah kesuburan tanah  Pupuk kandang : untuk menambah kesuburan tanah  Pupuk SP36 : untuk menambah kesuburan tanah  Pupuk KCl : untuk menambah kesuburan tanah

(16)

nama asisten

 Papan tanda : sebagai tanda nama komoditas dan nama asisten  Paku : melekatkan kayu dolken dengan papan tanda

3 Cara Kerja

Sebelum melakukan praktikum di lahan Kepuhajro, dilakukan briefing di kelas oleh asisten kelas. Asisten kelas membagi kelas ke dalam beberapa komoditi. Kelompok kami, mendapatkan bagian untuk menanam komoditi ubi jalar. Selanjutnya, materi yang diberikan di kelas merupakan syarat tumbuh tanaman ubi jalar dan teknik budidaya yang umum dilakukan. Pembelajaran teknik budidaya yang umum dilakukan dimaksudkan sebagai dasar atau acuan teknik budidaya yang akan dilakukan pada praktikum. Ubi jalar dengan varietas Cilembu dan tanpa perlakuan mulsa merupakan jenis dari penanaman ubi jalar yang kami lakukan.

Persiapan Lahan

Umumnya ubi jalar ditanam di atas guludan-guludan. Penanaman ini bermaksud untuk menyediakan tempat yang longgar bagi tanaman, agar umbinya bisa dengan mudah berkembang atau bertambah besar. Guludan dibuat dengan cangkul. Baik di tanah tegalan, sawah, ataupun dipekarangan. Ukuran terbagus untuk tanaman ubi jalar adalah lebar 60 cm, tinggi 40 cm. Dan diantara guludan dibuat selokan selebar 30 cm, dengan demikian jarak pertengahan guludan dengan pertengahan guludan lain adalah 90 cm. Kemudian tanah diistirahatkan beberapa hari, agar terjemur matahari. Keuntungan pembuatan guludan setelah tanah dikerjakan adalah rumput-rumput pengganggu bisa lebih mudah diberantas, dan tanah bisa mendapat kesempatan yang cukup untuk menghilangkan keasamannya (Rukmana, 1997).

Diaram alir persiapan lahan

(17)

Di lahan Kepuharjo, yang pertama dilakukan ialah persiapan lahan. Guludan sepanjang ±2 meter dengan lebar guludan sebesar ±0,5 meter telah dipersiapkan guna tempat tumbuh ubi jalar. Guludan dibuat setinggi ±0,25 meter diperuntukkan agar tidak terlalu banyak air yang didapat ubi jalar sehingga umbi yang dihasilkan baik kualitasnya dan tidak busuk karena kelebihan air. Sesuai dengan hasil briefing di kelas, tidak dilakukan pemasangan mulsa terlebih dahulu. Dalam persiapan lahan yang pertama dilakukan ialah menggemburkan tanah menggunakan cangkul kecil (cangkil) guna membalikkan tanah sehingga nantinya akar dapat leluasa menyebar dan infiltrasi air dapat dengan mudah ke dalam tiap lapisan tanah. Setelah dilakukan penggemburan, membuat lubang tanam sedalam ±15 cm.

Penanaman

Umumnya ubi jalar diperbanyak orang dengan menggunakan stek, yaitu bagian batangnya dipergunakan untuk bibit. Batang dipenggal-penggal sepanjang 25-30 cmmenggunakan pisau tajam atau ani-ani. Untuk bibit sebaiknya dipilih dari batangyang masih muda. Bibit yang diperoleh dari ujung batang merupakan bibittanaman yang paling bagus terletak pada bagian tanaman yang belummengeluarkan akar. Jika pada batang telah tumbuh beberapa akar, lebih-lebih akartersebut telah tua dan sering terkena panas pula, maka akar-akar tersebut tak mampu membentuk umbi-umbi yang bagus nantinya. Cara mengambil bibitdengan cara stek, yaitu stek dipotong sepanjang 25-30 cm atau 3-4 ruas. Satu batang tanaman ubi jalar paling banyak bisa diambil 3 stek (Rukmana, 1997).

Mengatur jarak guludan

membiarkan tanah kering

(18)

Diagram penanaman

Bibit ubi jalar yang telah disiapkan, langsung dimasukkan ke dalam lubang tanam yang dibuat sebelumnya dengan posisi tegak agar akar dapat langsung tumbuh secara baik didalam tanah dan umbi yang dihasilkan nantinya dapat. Tanaman yang diamati dalam praktikum Teknologi Produksi Tanaman berjumlah 10 tanaman. Namun, kelompok kami menanam sebanyak 13 tanaman, kelebihan 3 tanaman ubi jalar digunakan sebagai sulaman nantinya atas tanaman yang mati. Setelah tanaman ditanam,selanjutnya merupakan penyiraman keseluruh bagian guludan karena pada awal penanaman, tanaman ubi jalar akan sangat membutuhkan banyak air karena termasuk masa krisis dikarenakan akar tanaman belum dapat beradatapsi dengan tanah. Proses pada minggu selanjutnya adalah penyulaman terhadap tanaman yang mati. Bibit yang digunakan untuk penyulaman merupakan tanaman yang telah dipersiapkan sebelumnya pada awal penanaman.

Pemeliharaan dan Perawatan

Pemeliharaan tanaman ubi jalar berupa penyulaman, pengairan, penyiangan, pemupukan, pemangkasan daun, pembalikkan batang, dan pembasmian hama secara baik tentu akan mendapatkan keuntungan produksi yang berlipat. Penyulaman dilakukan ketika ada bibit tanaman yang mati. Penyulaman harus secepatnya dilakukan, agar tanaman sisipan ini pertumbuhannya tidak terlalu tertinggal dari tanaman sebelumnya.

Siapkan bibit ubi jalar

Masukkan kedalam lubang

penyiraman

(19)

Sampai pada umur satu bulan tanaman ubi jalar masih bisa disulam. Untuk penyulaman sebaiknya dipergunakan bibit yang sudah berakar. Perairan tanaman bisa dilakukan pada ubi jalar yang ditanam di sawah dan dikerjakan setelah bibit ditanam. Ada kalanya tanaman yang masih bibit ini digenangi air terus-menerus selama satu minggu, dengan maksud agar bibitnya cepat tumbuh. Penyiangan rumput-rumput dikerjakan setelah tanaman berumur 3 minggu dan dilakukan setelah tanaman diairi selama sehari. Setelah tanaman berumur satu bulan, lereng pematang biasa dibongkar oleh petaninya sampai terlihat akar-akar tanamannya tersembul. Setelah dibiarkan kena panas dan angin selama 10 hari, kembali akarakar yang terlihat tertimbun dan guludan pematang dinormalkan kembali (Rukmana, 1997).

Pembalikkan batang tanaman juga dianjurkan karena bisa membantu meningkatkan hasil umbi. Pembalikkan dan pengangkatan batang dikerjakan tiap 3 minggu sekali. Sebab pada tanaman yang pertumbuhannya subur dalam waktu satu bulan tanaman akan menjalar sepanjang 1- 1½ meter. Bila batang dibiarkan terus menjalar di tanah, dengan segera akan tumbuh akar pada ketiak daun. Akar ini akan membentuk umbi-umbi kecil. Umbi-umbi kecil ini jelas sangat mengurangi tabungan makanan bagi umbi-umbi besar yang tumbuh di guludan. Itulah sebabnya batang ubi jalar secara berkala perlu diangkat dan dibalikkan, agar akar tanaman yang tumbuh pada ketiak daun mati kering kepanasan (Rukmana, 1997).

Diagram Pemeliharaan dan perawatan

Penyulaman

pengairan

(20)

Pada setiap minggunya, perawatan terhadap tanaman ubi jalar wajib dilakukan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Macam perawatan yang digunakan diantaranya penyiraman, pembalikkan batang dan penyiangan terhadap gulma. Penyiraman sudah jelas yaitu memberikan air bagi tanaman itu sendiri, menghindari matinya tanaman karena kekeringan. Pembalikkan batang (sulur ubi jalar) dilakukan agar sulur tersebut tidak membuat tunas (bibit) ubi jalar yang baru jika mengenai tanah karena tidak dilakukan perlakuan mulsa, selain itu pembalikkan batang juga untuk memperbesar umbi ubi jalar sehingga hasilnya akan besar karena nutrisi langsung disalurkan ke satu umbi tanaman saja. Penyiangan dilakukan menggunakan cangkil disekitar tanaman terhadap gulma yang dapat mengakibatkan kompetisi antar tanaman, dalam melakukan penyiangan, dapat juga dilakukan proses penggemburan tanah agar porositas tanah baik sehingga infiltrasi dan pergerakan air sangat baik terjadi di dalam tanah sehingga akar akan mudah mendapat air dan udara.  Pemupukan

Setelah dilakukan penyulaman dan diyakinkan bahwa tanaman yang tumbuh pada minggu ke 4 merupakan tanaman yang telah beradatapsi, maka dilakukan pemupukan terhadap tanaman ubi jalar. Pupuk dasar yang diberikan pada awal tanam merupakan pupuk KCL dan Urea. Cara pemberian pupuk dengan membuat lubang yang tidak terlalu dalam sekitar ± 4 cm, lalu pupuk dimasukkan kedalamnya dan dibenamkan. Lubang pupuk untuk pupuk urea dan KCL dipisah agar tidak terjadi pencampuran

Pemangkasan daun

Pembalikan batang

(21)

unsur kimia yang dapat membahayakan tanaman itu sendiri. Setelah dilakukan penyiraman yang biasa dilakukan setiap minggunya (Rukmana, 1997).

Memasuki minggu ke 5 dilakukan pengamatan dengan menggunakan parameter yang telah dipersiapkan sebelumnya dari tugas dan literature yang telah diberikan di kelas. Parameter disini diperuntukkan sebagai ukuran dari tumbuh tanaman ubi jalar apakah baik atau terhambat. Parameter yang digunakan ialah tinggi tanaman, jumlah daun dan panjang sulur ubi jalar.

Diagram pemupukan

Panen

Ubi jalar berumur genjah sudah bisa dipungut hasilnya setelah tanamanberumur 4-6 bulan. Tapi untuk jenis berumur panjang terpaksa harus menunggu 8-9 bulan. Mula-mula batang tanaman diangkat, lalu dibabat dengan sabit. Daundaundikumpulkan, dan bisa dimanfaatkan untuk makanan ternak. Bedenganbedengaanyang telah nampak gundul selanjutnya dibongkar. Pembongkaran bisadikerjakan dengan pacul, sekop, atau luku. Pembongkaran dengan luku adalah cara kerja yang terbaik (Rukmana, 1997).

Diagram panen

Membuat lubang tanam

Masukkan pupuk kedalam lubang

Kemudian tutup dengan tanah

Pembongkaran ubi

Mengukur bobot umbi

(22)

Pada akhir pengamatan yaitu ± minggu ke 10 dilakukan pembongkaran tanaman ubi jalar untuk mengukur bobot dari umbi tanaman itu sendiri. Dilakukan dengan memilih secara acak 1 dari 10 tanaman pengamatan lalu dilakukan dengan mengangkat tanah disekitar tanaman lalu ditarik akarnya secara perlahan sehingga akan didapat umbi tanaman.

3.4 Parameter Pengamatan

Pengamatan pada komoditas ubi jalar dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan komoditi tersebut, yaitu:

1. Panjang sulur

Brifieng Kelas

Persiapan Lahan

Pengukuran bobot umbi

Perawatan Pemupukan dengan pupuk dasar yaitu urea dan KCL

Pembalikkan Batang

Penyiangan Penyiraman

Jika tidak ada yang tanaman

mati

Penyulaman Jika Tanaman

Mati

Penanaman

(23)

Pengamatan panjang sulur dilakukan pada sulur pertama dari pangkal sulur sampai ujung pucuk sulur ubi jalar. Panjang sulur dan berat kering tanaman sebagai komponen pertumbuhan dapat digunakan sebagai salah satu indikator kesuburan tanaman. Sulur yang panjang dan bobot kering tanaman yang tinggi akan menghasilkan umbi yang bagus. Panjang sulur sangat menyebar, kemampuan menutup kanopi tanaman semua tertutup ini dapat menhasilkan umbi yang banyak setelah lewat umur panen. Pemanfaatan sulur dan daun dilakukan pada tanaman ubi jalar yang mencapai umur dua minggu setelah tanam sampai tanaman berumur lima atau enam bulan untuk memenuhi kebutuhan sayuran

2. Jumlah daun

(24)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Data Pengamatan Panjang Sulur

Table 1 Panjang Sulur Kelompok Cilembu Tanpa Mulsa (Erlend/Rabu) Data Hasil Pengamatan Panjang Sulur Kelompok Cilembu tanpa Mulsa (Erlend/Rabu) Tanaman

Rata-rata 17,0 27,8 41,9 55,4 74,2 95,6

Table 1.1 Panjang Sulur Kelompok Gunung Kawi Tanpa Mulsa (Dinariari/Rabu) Data Hasil Pengamatan Panjang Sulur

(25)

7 23 50 77 141 213 257

8 30 46 68 115 147 183

9 24 38 53 69 72 95

10 26 47 67 93 131 173

Rata-rata 27,9 39,1 53,3 100,4 145,7 183,1

Table 1.2 Panjang Sulur Kelompok Gunung Kawi + Mulsa AF (Siska/Rabu) Data Hasil Pengamatan Panjang Sulur

Kelompok Gunung Kawi + Mulsa AF (Siska/Rabu) Tanaman

Rata-rata 42,95 61,25 83,4 96,2 120,4 144,5

(26)

Rata-rata 17,4 43,5 61,6 79,3 99,3 106,5

21 HST28 HST35 HST42 HST49 HST56 HST0

20

Grafik 1. Grafik Rata-rata Panjang Sulur

Cilembu Tanpa Mulsa Cilembu + Mulsa AF Gunung Kawi + Mulsa AF2

4.1.2 Data Pengamatan Jumlah Daun

Table 2 Jumlah Daun Kelompok Cilembu Tanpa Mulsa (Erlend/Rabu) Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun Kelompok Cilembu Tanpa Mulsa (Erlend/Rabu) Tanaman

Rata-rata 29,9 42,4 54,0 78,6 111,0 133,2

Table 2.1 Jumlah Daun Kelompok Gunung Kawi Tanpa Mulsa (Dinariari/Rabu) Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun

Kelompok Gunung Kawi Tanpa Mulsa (Dinariari/Rabu)

(27)

sampel n pertama

Rata-rata 24,8 35,9 43,9 80,5 96,9 113,5

Table 2.2 Jumlah DaunKelompok Gunung Kawi + Mulsa AF (Siska/Rabu) Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun

Kelompok Gunung Kawi + Mulsa AF (Siska/Rabu) Tanaman

Rata-rata 55,3 85,3 167,4 192,5 254 296,4

(28)

2013) 2013) 2013) 2013) 2013)

Rata-rata 21,4 58,8 97,6 166,4 179,5 188,3

21 HST28 HST35 HST42 HST49 HST56 HST0

50

Grafik 2. Rata-rata Jumlah Daun

Cilembu Tanpa Mulsa Gunung kawi tanpa mulsa

Gunung kawi + mulsa AF2

4.1.3 Data Pengamatan Jumlah Umbi Pertanaman

Table 3 Tabel Jumlah Umbi PertanamanKelompok Cilembu Tanpa Mulsa (Erlend/Rabu)

Data Hasil Pengamatan Jumlah Umbi (Tanaman Sampel 8) Kelompok CilembuTanpa Mulsa (Erlend/Rabu)

Jumlah Umbi 5

Table 3.1 Tabel Jumlah Umbi PertanamanKelompok Gunung Kawi Tanpa Mulsa (Dinariari/Rabu)

Data Hasil Pengamatan Jumlah Umbi (Tanaman Sampel 8) Kelompok Gunung Kawi Tanpa Mulsa (Dinariari/Rabu)

Jumlah Umbi 8

(29)

Data Hasil Pengamatan Jumlah Umbi (Tanaman Sampel 8) Kelompok Cilembu + Mulsa AF (Santo/Rabu)

Jumlah Umbi 10

Table 3.3 Tabel Jumlah Umbi Pertanaman Kelompok Gunung Kawi + Mulsa AF (Siska/Rabu)

Data hasil pengamatan jumlah umbi (tanaman sampel 8) Kelompok Gunung Kawi + Mulsa AF (Siska/Rabu)

Jumlah Umbi 8

Grafik 3. Rata-rata Jumlah Umbi Pertanaman

Cilembu Tanpa Mulsa Gunung Kawi Tanpa Mulsa

Cilembu + Mulsa AF Gunung Kawi + Mulsa AF

4.1.4 Data Pengamatan Bobot Umbi Pertanaman

Table 4 Tabel Bobot Umbi PertanamanKelompok Cilembu Tanpa Mulsa (Erlend/Rabu)

Data hasil pengamatan bobot umbi (tanaman sampel 8) Kelompok Cilembu Tanpa Mulsa (ERLEN/RABU)

Nomor umbi Bobot umbi

Data hasil pengamatan bobot umbi

Table 4.1 Tabel Bobot Umbi PertanamanKelompok Gunung Kawi Tanpa Mulsa (Dinariari/Rabu)

Data Hasil Pengamatan Bobot Umbi

Kelompok Gunung Kawi Tanpa Mulsa (Dinariari/Rabu)

(30)

Rata-rata 0,2 ons = 20 gram pertanaman Table 4.2 Tabel Bobot Umbi Pertanaman Kelompok Cilembu + Mulsa AF (Santo/Rabu)

Data hasil pengamatan bobot umbi Kelompok Cilembu + Mulsa Af (Santo/Rabu)

Bobot umbi 1,30 gram

Rata-rata 0,13 gram pertanaman

Table 4.3 Tabel Bobot Umbi PertanamanKelompok Gunung Kawi + Mulsa AF (Siska/Rabu)

Data hasil pengamatan bobot umbi (tanaman sampel 8) Kelompok Gunung Kawi + Mulsa AF (Siska/Rabu)

Bobot Umbi 102 gram

Grafik 4. Rata-Rata Bobot Umbi Per Tanaman

Cilembu tanpa mulsa gunung kawi tanpa mulsa

Cilembu + mulsa AF gunung kawi + mulsa AF

4.2.1 Pembahasan Parameter Panjang Sulur Tanaman

(31)

Tanpa Mulsa dengan total rata rata panjang sulur ke-10 tanaman ubi jalar sebesar 95 cm.

Menurut Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Departemen Pertanian Deskripsi varietas Unggul Ubi Jalar (1997), panjang sulur (panjang batang) tanaman ubi jalar cilembu pada umumnya berkisah 80 – 130 cm. Sedangkan ubi jalar varietas gunung kawi pada umumnya mempunyai panjang sulur sebesar 75 – 190cm. Sehingga berdasarkan pengamatan yang dilakukan, varietas gunung kawi mempunyai panjang sebesar 183 cm yang merupakan karakteristik dari varietas gunung kawi itu sendiri. Varietas cilembu yang mempunyai panjang sulur sebesar 95 cm juga dikarenakan karakteristik varietas itu sendiri yang lebih pendek panjang batang-nya dibandingkan dengan varietas gunung kawi. Faktor dari penggunaan varietas unggul ubi jalar yang digunakan setiap kelompok juga mempengaruhi dari panjang pendeknya morfologi tanaman.

Penelitian Haris dan Krestiani (2009) menjelaskan bahwa kalium diabsorbsi tanaman dalam bentuk K+dan dijumpai dalam berbagai kadar di dalam tanah. Bentuk yang tersedia bagi tanaman biasanya terdapat dalam jumlah kecil. Tanaman yang mendapatkan K cukup akan tumbuh lebih cepat karena K dapat memelihara tekanan turgor sel secara konstan sehingga memacupembesaran sel-sel yang menyusun jaringan maristem.

(32)

tekanan turgor sehingga dapat memacu pembesaran sel yang menyusun jaringan meristem tanaman ubi jalar itu sendiri.

Selain untuk memelihara tekanan turgor tanaman, kalium juga berfungsi merangsang pertumbuhan akar sehingga tanaman ubi jalar setiap kelompok mempunyai penyebaran akar yang cukup merata serta terlihat tegak dan cepat pertumbuhannya karena dipengaruhi oleh pemupukan yang dilakukan. Namun, pemberian pupuk KCl yang kedua kali tidak terlalu berpengaruh secara nyata terhadap panjang batang utama dikarenakan bahwa unsur K lebih banyak digunakan untuk pembentukan organ penyimpanan terutama pembentukan umbi dibandingkan organ vegetatif (Sarief E.S., 1985).

Pemberian mulsa juga dapat mensuplai hara K dari hasil perombakan bahan organik. Menurut Hairunsyah (1997) kalium hasil perombakan bahan organik akan memacu pergerakan unsur K ke dalam larutan tanah melalui komplek pertukaran kation. Kalium tanah yang terlarut (tersedia) akan mudah hilang tererosi/terlarut bersama air hujan. Mekanisme ini kemungkinan merupakan salah satu sebab serapan K pada pemberian mulsa lebih rendah dibanding tanpa pemberian mulsa. Melalui percobaan terhadap ubi jalar dengan perlakuan mulsa dan tanpa mulsa, ubi jalar dengan perlakuan tanpa mulsa mendapatkan panjang sulur terpanjang dibanding dengan perlakuan mulsa. Hal ini dapat dikarenakan tanaman ubi jalar tanpa mulsa mendapat banyak unsur K yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman terutama perpanjangan batang. Sedangkan perlakuan mulsa tidak mendapatkan unsur K sebanyak perlakuan tanpa mulsa sehingga pertumbuhan tanaman ubi jalar dengan mulsa tidak sebesar dengan ubi dengan perlakuan tanpa mulsa.

4.2.2 Pembahasan Parameter Jumlah Daun

(33)

daun hingga pengamatan ke 6 (56 HST) sebesar 296 daun. Sedangkan jumlah daun ubi jalar paling sedikit dimiliki oleh Gunung Kawi tanpa Perlakuan mulsa dengan rata rata jumlah daun hingga pengamatan ke 6 (56 HST) sebesar 113 daun.

Respon nyata jumlah daun terhadap pupuk kandang diduga ada kaitannya dengan unsur hara (Soepardi, 1983). Unsur hara yang kemungkinan besar berpengaruh terhadap pertumbuhan adalah N, K dan Ca, dimana pupuk kandang memiliki kandungan N dan K yang tinggi. Pada awal penanaman ubi jalar menggunakan pupuk kandang hingga pada minggu ke 3, hal ini diduga yang menyebabkan setiap tanaman ubi jalar di keempat perlakuan mempunyai jumlah daun yang banyak dan rimbun dikarenakan tiap tanaman ubi jalar mendapatkan unsur N dan K dari pupuk kandang pada awal penanaman.

Pemberian mulsa cenderung meningkatkan jumlah daun, dalam penelitian yang dilakukan oleh Sutater (1985) pemberian mulsa meningkatkan jumlah daun secara nyata dan hal serupa dilaporkan oleh Midmore (1983). Pada perlakuan mulsa berpengaruh sangat nyata terhadap penurunan suhu tanah dan suhu udara, peningkatan kelembapan udara dan peningkatan tinggi tanaman dan memperbanyak jumlah daun. Hal ini sebanding dengan praktikum yang telah dilakukan dimana jumlah daun terbanyak dimiliki oleh perlakuan mulsa dengan varietas cilembu ataupun gunung kawi yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan tanpa mulsa.

Mulsa adalah bahan yang dipakai pada permukaan tanah dan berfungsi untuk menghindari kehilangan air melalui penguapan, menekan pertumbuhan gulma, mempertahankan agregat tanah dari hantaman air hujan, memperkecil erosi permukaan tanah, mencegah penguapan air, dan melindungi tanah dari terpaan sinar matahari. Juga dapat membantu memperbaiki sifat fisik tanah terutama struktur tanah sehingga memperbaiki stabilitas agregat tanah (Thomas et al., 1993).

(34)

perlakuan mulsa karena perlakuan mulsa yang digunakan dapat menekan tingkat penguapan air dan dapat memperoleh unsur yang dipakai dalam fotosintensis jauh lebih besar karena rendahnya tingkat persaingan kompetisi unsur hara dengan gulma. Selain itu mulsa yang digunakan juga dapat melindungi tanah dari terpaan sinar matahari sehingga daun mendapatkan intensitas cahaya matahari tanpa kurang disetiap tajuk nya ( tidak hanya tajuk bagian atas saja) sehingga intensitas cahaya matahari di setiap tajuknya merata dan jumlah daun yang dihasilkan makin banyak karena imbas dari proses fotosintensis yang lebih baik hasilnya. Sifat-sifat yang terdapat pada tanaman ubi jalar dikendalikan oleh satu atau lebih gen, sifat ini berbeda antar varietas seperti halnya bentuk dan warna batang serta daun, tinggi tanaman, warna bunga, bentuk dan warna umbi, umur tanaman, ketahanan terhadap penyakit, dan ketahanan terhadap suhu tinggi.

Hal ini sesuai dengan penelitian Mariano (2003) bahwa dalam kondisi suhu tinggi morfologis tanaman berubah menjadi berdaun kecil-kecil, cabang tumbuh tegak dan berjumlah banyak Ubi jalar dengan perlakuan tanpa mulsa mendapatkan suhu yang tinggi karena pada siang hari tanahnya mendapat terik matahari secara langsung tanpa adanya pelindung sehingga mempengaruhi morfologis tanaman menjadi berdaun kecil dan sedikitnya jumlah daun. Selain karena faktor iklim mikro juga dikarenakan varietas tiap tanaman ubi jalar yang digunakan berbeda yaitu Cilembu dan Gunung Kawi yang mempunyai ciri khas yang berbeda.

4.2.3 Pembahasan Parameter Jumlah Umbi Pertanaman

(35)

Ubi jalar Cilembu yang menggunakan mulsa AF menghasilkan umbi terbanyak yaitu sebanyak 10 buah, sedangkan jumlah umbi yang terkecil ada pada perlakuan tanpa mulsa yaitu ubi jalar varietas Cilembu. Pada ubi jalar varietas Kawi, tidak ditemukan perbedaan jumlah umbi yang dihassilkan. Pada kedua perlakuan yang menggunakan mulsa dan yang tanpa mulsa sama-sama menhasilkan umbi sebanyak 8 buah.

Ubi biasanya dihasilkan dalam tanah lapisan atas setebal 25 cm. Umbi sangat bervariasi dalam hal ukuran, bentuk, warna, dan kualitas atau rasanya, tergantung pada varietas, dan umbi dewasa mengandung getah. Umbi-umbinya kaya pati dan juga mengdanung sejumlah gula, protein, dan lemak (Sastrahidayat dan Soemarno, 1991).

Menurut Jusuf et al. (2002). tanggapan suatu klon ubi jalar pada umumnya beragam bila di uji pada lingkungan yang berbeda hal ini disebabkan karena ada interaksi antara varietas dan lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwah pengembangan ubijalar dilahan sawah sesudah padi akan berbeda hasilnya bila dibandinggkan dengan pada lahan tegalan atau ladang.

4.2.4 Pembahasan Parameter Bobot Umbi Pertanaman

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap bobot umbi jalar yang dihasilkan, bobot umbi pada keempat perlakuan yang berbeda yaitu dengan tanpa mulsa dan perlakuan varietas mempunyai hasil (berat) yang berbeda beda. Berdasarkan grafik perbandingan terhadap keempat perlakuan yang berbeda, perlakuan Ubi jalar Cilembu Tanpa Mulsa mempunyai bobot rata rata terberat dengan nilai 45,40 gram per tanaman. Sedangkan bobot umbi terendah dimiliki oleh Perlakuan Ubi Jalar Cilembu dengan Mulsa dengan berat rata rata 0,13 gram per tanaman. Sedangkan pada Ubi Jalar Gunung Kawi dengan Mulsa berat rata rata sebesar 10,2 gram per tanaman, dan Ubi Jalar Gunung Kawi tanpa mulsa dengan berat rata rata sebesar 20 gram per tanaman.

(36)

dengan hasil umbi, hal ini menunjukkan bahwa hasil umbi makin tinggi dengan makin rendahnya luas daun. Pada proses pengamatan dan perbandingan antar perlakuan, varietas cilembu memiliki jumlah rata rata luas daun yang tidak terlalu luas dibandingkan dengan perlakuan lain sehingga varietas ubi jalar Cilembu dengan perlakuan tanpa mulsa mempunyai berat bobot umbi terbesar dari keempat perlakuan.

Hasil percobaan Adisarwanto (1990) menunjukkan bahwa suhu udara tinggi memperpendek lama pengisian umbi karena mengundurkan saat inisiasi umbi. Pengunduran tersebut terjadi karena suhu tinggi memacu sintesis asam geberelat sedangkan asam giberelat menghambat inisiasi umbi. Berdasarkan praktikum lapang, berat bobot dari tanaman yang mendapat perlakuan dengan mulsa mendapatkan berat terendah dibandingkan dengan tanpa mulsa. Karena dengan menggunakan mulsa, suhu tanah 3º lebih tinggi dibandingkan yang tidak diberi mulsa. Cahaya matahari yang diserap akan dipantulkan dalam bentuk panas ke segala arah. Sehingga umbi menjadi lebih kecil karena suhu yang tinggi memperpendek lama pengisian umbi.

Secara garis besar diperkirakan bahwa setiap kenaikan suhu udara 5ºC di atas 20ºC akan terjadi penurunan laju fotosintesis pada tanaman ubi jalar sebesar 25%, sehingga tekanan suhu tinggi dapat menurunkan hasil umbi lewat pengurangan translokasi fotosintat ke umbi. Hal ini membuktikan bahwa penurunan produksi umbi tidak hanya karena adanya penurunan produksi bahan kering tanaman akibat dari turunnya produk karbohidrat ke umbi, tetapi juga karena penurunan distribusi karbohidrat ke umbi karena pendeknya masa pengisian umbi. Perbedaan bobot umbi menunjuk-kan bahwa di antara varietas terdapat perbedaan genetik yang mengendalikan tanggap tersebut terhadap suhu (Nagarajan dan Minhas, 1995)

(37)

tinggi pada saat praktikum setiap minggunya, pupuk yang ada tidak ditranslokasikan secara optimal ke umbi jalar. Hal ini sesuai pernyataan Lakitan (2007) bahwa kelembaban berpengaruh terhadap laju transpirasi.Jika kelembaban udara lingkungan di sekitar tumbuhan tinggi maka difusi air dalam ruang udara pada tumbuhan akan berlangsung lambat.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari keempat perlakuan mempunyai hasil parameter yang berbeda beda. Hal ini dikarenakan perbedaan perlakuan pada setiap budidaya ubi jalar tiap kelompoknya, seperti penggunaan mulsa dan varietas ubi jalar yang berbeda beda. Dilihat dari panjang sulur, yang terpanjang adalah ubi jalar Gunung Kawi Tanpa Mulsa. Jumlah daun terbanyak dipunyai oleh ubi jalar Gunung Kawi dengan perlakuan mulsa. Jumlah Umbi pertanaman dimiliki oleh Ubi Jalar Cilembu dengan mulsa. Sedangkan bobot umbi terberat dimiliki oleh Ubi Jalar Cilembu tanpa mulsa. Dari keempat hasil parameter dapat disimpulkan bahwa setiap perlakuan mempunyai kelebihan dan kekurangannya, seperti faktor genetis bawaan dari varietas cilembu ataupun gunung kawi. Penggunaan mulsa juga mempengaruhi dari pertumbuhan ubi jalar, namun tetap memberikan hasil yang tidak sebaik perlakuan tanpa mulsa.

5.2 Saran

(38)

Untuk asisten lapang, sudah sangat baik dalam membimbing praktikan di lapang dalam memberikan arahan teknik budidaya yang sesuai dengan kegiatan praktikum.

Gambar

Gambar 1. Ubi jalar cilembu (anonymousa , 2013)
Gambar ubi jalar berdaun menjari (Bambang, 2000)
Table 1.1 Panjang Sulur Kelompok Gunung Kawi Tanpa  Mulsa (Dinariari/Rabu)
Table 1.3 Panjang Sulur Kelompok Cilembu + Mulsa AF1 (Santo/Rabu)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil observasi terhadap dokter umum di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna diperoleh hasil simulasi I Hari kerja tersedia bagi dokter umum di Poli Umum

Adapun hambatan-hambatan dan upaya yang dilakukan dalam penerapan pendidikan antikorupsi menurut I Putu Hedi Sasrawan adalah: 1) Penegakan hukum yang tidak konsisten dan

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Illahi Rabby, atas rahmat dan ridha- Nya Skripsi yang berjudul “Pengaruh Terpaan Iklan Televisi Terhadap Perilaku Menggosok Gigi

Dalam konteks kajian ini, matlamat kecerdasan rohaniah ialah taat kepada Allah, mengembalikan fitrah, menguatkan diri, menghargai masa dan rasa tanggungjawab untuk mencapai

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Untuk mengetahui pemanfaatan akses dan sumber belajar digial yang digunakan oleh guru akuntansi di SMA Negeri 3

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada pembahasan berikut: 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar dari perancangan wisata edukasi batik Lasem di kecamatan Lasem dengan pendekatan

[r]