• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH Mesin konversi energi PENDIDIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH Mesin konversi energi PENDIDIKAN"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

1

MAKALAH

Mesin konversi energi

Oleh

AFRIANGGA PRATAMA

1102520/2011

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

(2)

2

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya tertuju kepada Allah swt, Dialah Rabi yang mengatur segala aspek kehidupan di muka bumi. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad saw, pembawa risalalah yang menjadi petunjuk serta rahmat bagi semesta alam.

Hanya dengan taufiq dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan tugas untuk memperbaiki atau melengkapi tugas pada mata kuliah mesin konversi energi. Dalam penulisan makalah ini, penulis dengan segala keterbatasan kemampuan dan pengetahuan meminta akan ketersediaan pembaca untuk memberikan sumbang pikirannya lewat saran dan kritik yang membangun demi perbaikan dan ke sempurnaan makalah ini.

Akhir kata, ucapan terima kasih tiada terhingga, penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu dan mendorong hingga terwujudnya makalah ini.

(3)

3

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... 2

DAFTAR ISI... 3

BAB I. PENDAHULUAN

A. Defenisi energi... 4

B. Potensi energi... 5

BAB II. PEMBAHASAN

A. Kondisi energi saat ini ... 8

BAB III. KESIMPULAN... 29

(4)

4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Defenisi energi

Energibersifat abstrakdan sukardibuktikan, tetapidapatdirasakan adanya.Menuruthukumkekekalan energi, energi tidak dapatdiciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, dapat dikonversikan atau berubah dari bentuk energiyangsatukebentukenergiyang lain,misalnyapadakompordidapur, energiyang tersimpandalamminyaktanahdiubahmenjadiapi.

Ada beberapa macam energi yang kita kenal, yaitu energi mekanik, energi listrik, energi kimia, energi nuklir, dan energi termal baik alami maupun buatan. Energipadaprinsipnyasudah adadialamisejak dahulu kala dan tidak dapat dimusnahkan. Energi hanya dapat ditransfer dan dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup umat manusia.

Dalam

kehidupansehari-hari,kitatidaklepasdarikebutuhanakanbahanbakar.Bahan

bakarmerupakansenyawakimiayangdapatmenghasilkan energimelaluiperubahan kimia. Dalam pengertian umum energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja. Energi dihasilkan oleh sumber energi secara langsung maupun melalui proses konversi. Energi yang berada dialam sangatlah banyak dan beraneka ragam serta dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan peralatan mekanik maupunelektronik.Salahsatufungsienergiadalahsebagaimateribahanbakar.

Bahan bakar adalah istilah populer media untuk menyalakan api. Bahan bakar dapat bersifat alami atau ditemukan langsung dari alam, tetapi juga bersifat buatan yaitu diolah manusia dengan teknologi. Bahan bakar adalah suatu zat atau materi yang mengandung energi. Bahan bakar terdiri dari 4 jenis yaitu : bahan bakar padat, cair, gas dan nuklir. Ada berbagai jenis bahan bakar padat seperti batu bara dan kayu. Bahan bakar cair contohnya minyak, bensin, methanol, etanol, solar dan kerosin serta bahan bakar gas, contohnya gas alam.

(5)

5

dari bahan bakar fosil yaitu minyak bumi, gas alam dan batu bara. Ketiga bahan bakar tersebut saat ini merupakan pensuplai energi terbesar di dunia. Bahan bakar fosil memampu mendominas 81% energi primer dunia dan juga berkontribusi pada 66% pembangkitan listrik global. Padahal bahan bakar tersebut termasuk sumber daya energi yang tidak dapat diperbaharui dan lama kelamaan keberadaannya akan langka dan habis. Beberapa data menyebutkan bahwa sampai dengan taraf tertentu, krisis energi kita hadapi dimasa akan datang.

Peranan energi sangat penting artinya bagi peningkatan kegiatan ekonomi, sehingga penglolaan energi yang meliputi penyediaan, pemanfaatan dan pengusahaannya harus dilaksanakan secara terpadu. Cadangan sumber daya energi bahan bakar fosil keberadaannya sangat terbatas, maka perlu adanya kegiatan diversifikasi sumber daya energi agar ketersediaan energi dimasa depan terjamin. Bahan bakar fosil juga menghasilkan bahan pencemar yang mengganggu kesehatan, dan menurunkan kualitas lingkungan, seperti Pb (timbal), CO (Carbon monoksida) dan CO2 (Carbon dioksida).

B. Potensi energi

Indonesia sebenarnya Indonesia masih memiliki cadangan minyak sebesar 3,99 miliar barel yang diperkirakan baru habis dieksploitasi selama 11 tahun dan masih memiliki potensi cadangan sejumlah 4,41 miliar barel. Sedangkan stok gas bumi mencapai 187 triliun kaki kubik. Atau akan habis dalam waktu

68 tahun dengan tingkat produksi per tahun sebesar 2,77 triliun kaki kubik. Cadangan batu bara ada sekitar 18,7 miliar ton lagi. Atau dengan tingkat produksi 170 juta ton per tahun. Berarti cukup buat memenuhi kebutuhan selama 110 tahun (sumber: Kementerian ESDM, 14/03/2008). Pada tahun 2005 ditemukan sekitar 5.081 juta barel cadangan minyak dan gas bumi (migas) di Laut Timor. Data mengenai cadangan minyak di Laut Timor tersebut diperoleh dari jaringan Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) di Darwin Australia Utara. Data tersebut diperoleh darisejumlah perusahaan migas yang kini beroperasi di Laut Timor jauh sebelum Timor Timur merdeka. Jaringan YPTB juga memperoleh informasi dari sejumlah ahli minyak di Australia yang mengatakan bahwa total cadangan migas di Laut Timor sesungguhnya jauh lebih besar dari data awal yang dikemukakan pemerintah Australia sebelumnya.

(6)

6

saat ini US$ 67, maka tiap tahunnya Laut Timor akan menghasilkan US$1 miliar (US$ 7 juta setiap hari). Nah, bila angka itu dikonversi ke rupiah dengan kurs Rp 10,300/ Dolar Amerika, produksi migas di Laut Timor akan mencapai Rp 172 miliar/ hari. Namun, angka fantastis itu kini dikuasai Australia dan Timor Timur saja. Itu pun Timor Timur hanya mendapat bagian 20-30%. Sementara di Aceh ditemukan cadangan migas terbesar di dunia, yakni 320,79 miliar barel. Selain energi fosil Indonesia juga kaya akan sumber energi nonfosil. Seperti panas bumi (geotermal) dengan kapasitas mencapai 27000 megawatt, tenaga surya dengan potensi intensitas radiasi matahari rata-rata di seluruh wilayah Indonesia sekitar 4,8 kWh/ m2, angin, air, serta sumber potensial lain. Kalau dilihat dari potensi sumber energi yang begitu melimpah di Indonesia seharusnya Indonesia mampu memenuhi sumber energi bagi masyarakat. Baik energi fosil maupun nonfosil. Kemakmuran masyarakat seharusnya tercapai. Tapi, kenyataanya kondisi masyarakat Indonesia sungguh jauh dari kesejahteraan. Masyarakat harus menunggu berjam-jam untuk antri membeli minyak tanah, bensin, dan sebagainya.

Di sisi lain, 4 "big boss" Freeeport menerima gaji Rp 126,3 M/ bulan. Namun, masyarakat Papua harus mengalami busung lapar. Sama seperti pihak ExxonMobil yang memperoleh keuntungan sebesar US$ 40.6 Billion atau setara dengan Rp 3,723,020,000 ,000,000 (dengan kurs rupiah 9,170) atau setiap detiknya. Chevron yang memperoleh keuntungan pada tahun 2007 sebesar US$ 18,7 billion atau Rp 171,479,000,000,000. Atau seperti Royal DucthShell yang menyebutkan nilai profit yang mereka dapatkan selama setahun mencapai US$ 31 miliar. Atau setara dengan Rp 284,270,000,000,000. Keuntungan yang diperoleh korporasi- korporasi negara imperialis ini sebenarnya berada jauh di atas Produk Domestik Bruto (PDB) beberapa negara dunia ketiga, tempat korporasi tersebut menghisap. Hingga akhir tahun 2007, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia bahkan belum sanggup menembus Rp 4,000 triliun. Untuk triwulan ke-3 tahun 2007 saja hanya mencapai Rp 2,901 triliun. Untuk negara penghasil minyak lainnya, Libya hanya 50.320 juta US$, Angola hanya 44,033 juta US$, Qatar hanya 42,

463US$, Bolivia hanya 11.163 juta US$, dan lain-lain. Mengapa Indonesia yang kaya akan sumber daya energi harus menghadapi krisis energi dan tetap dengan title "Negara Dunia Ketiga"-nya?

(7)

7

kegiatan usaha migas, mulai dari sektor hulu hingga hilir. UU Migas ini telah mengebiri peran negara atas migas. Hampir 90% produksi minyak bumi di Indonesia dikuasai korporasi asing, yakni Total, ExxonMobil, Vico ,ConocoPhillips, BP, Petrochina, Chevron, dan korporasi lainnya. Kesalahan pandangan pemerintah tentang kepemilikan menyebabkan negara ini kian terpuruk dengan kebijakan-kebijakannya yang pro swasta/ asing. Pemerintah memahami bahwa kekayaan alam Indonesia tak terkecuali migas adalah komoditas yang bisa dimiliki oleh siapa pun yang mampu (memiliki modal) untuk mengelolanya. Padahal, kekayaan yang menguasai hajat hidup orang banyak. Termasuk barang tambang yang melimpah adalah milik rakyat.

Di sisi lain, 4 "big boss" Freeeport menerima gaji Rp 126,3 M/ bulan. Namun, masyarakat Papua harus mengalami busung lapar. Sama seperti pihak ExxonMobil yang memperoleh keuntungan sebesar US$ 40.6 Billion atau setara dengan Rp 3,723,020,000 ,000,000 (dengan kurs rupiah 9,170) atau setiap detiknya. Chevron yang memperoleh keuntungan pada tahun 2007 sebesar US$ 18,7 billion atau Rp 171,479,000,000,000. Atau seperti Royal Ducth Shell yang menyebutkan nilai profit yang mereka dapatkan selama setahun mencapai US$ 31 miliar. Atau setara dengan Rp 284,270,000,000,000. Keuntungan yang diperoleh korporasi- korporasi negara imperialis ini sebenarnya berada jauh di atas Produk Domestik Bruto (PDB) beberapa negara dunia ketiga, tempat korporasi tersebut menghisap. Hingga akhir tahun 2007, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia bahkan belum sanggup menembus Rp 4,000 triliun. Untuk triwulan ke-3 tahun 2007 saja hanya mencapai Rp 2,901 triliun. Untuk negara penghasil minyak lainnya, Libya hanya 50.320 juta US$, Angola hanya 44,033 juta US$, Qatar hanya 42,

463US$, Bolivia hanya 11.163 juta US$, dan lain-lain. Mengapa Indonesia yang kaya akan sumber daya energi harus menghadapi krisis energi dan tetap dengan title "Negara Dunia Ketiga"-nya?

(8)

8

bahwa kekayaan alam Indonesia tak terkecuali migas adalah komoditas yang bisa dimiliki oleh siapa pun yang mampu (memiliki modal) untuk mengelolanya. Padahal, kekayaan yang menguasai hajat hidup orang banyak. Termasuk barang tambang yang melimpah adalah milik rakyat.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kondisi energi saat ini

Sumberdayaalamyangdapatmenghasilkanenergi selamaini semakin terkuras,karenasebagianbesarsumberenergisaatiniberasal darisumberdaya alam yang tidak terbarukan. Sementara itu, konsumsi energiterus meningkat sejalandenganlajupertumbuhanekonomidanpertambahanpenduduk(Anonim,

(9)

9

lanjut, ukuran yang dipakai untuk menilai suatu negara dikatakan memiliki ketahanan energi apabila memiliki pasokan energi untuk 90 hari kebutuhan impor setara minyak. Ketahanan energi dianggap penting karena energi merupakan komponen penting dalam produksi barang dan jasa. Segala bentuk gangguan yang dapat menghambat ketersediaan pasokan energi dalam bentuk bahan bakar primer (BBM, gas dan batubara) maupun kelistrikan dapat menurunkan produktivitas ekonomi suatu wilayah dan jika magnitude gangguan sampai pada tingkat nasional dapat membuat target pertumbuhan ekonomi meleset dari yang ditetapkan.

Menurut Yergin (2006) ketahanan energi mulai menjadi isu global ketika Arab Saudi menghentikan ekspor minyak mentahnya ke negara-negara industri pada awal dekade 70-an. Pada era tersebut, minyak merupakan sumber energi yang paling vital bagi negara-negara eropa barat dan amerika serikat, sedangkan arab saudi merupakan eksportir utama. Tindakan sepihak Arab Saudi tersebut praktis mengganggu aktivitas perekonomian negara-negara importir minyak tersebut; yang waktu itu hanya bergantung pada minyak Saudi Arabia. Dunia internasional kemudian menjadi sadar terhadap pentingnya menjaga pasokan agar tidak bergantung pada satu jenis sumber energi dan satu produsen energi.

Mengacu kepada konsep ketahanan energi yang didefinisikan oleh IEA di atas dan merujuk kepada teori dasar mikroekonomi, menurut penulis ada tiga komponen dasar dalam menjaga keberlangsungan pasokan energi, yaitu: (1) estimasi permintaan energi yang presisi sebagai dasar perencanaan penyediaan pasokan energi, (2) kehandalan (reliability) pasokan energi yang diusahakan oleh badan usaha, dan (3) harga energi yang menjadi sinyal bagi badan usaha untuk masuk dalam penyediaan energi. Harga energi menjadi begitu penting karena akan digunakan oleh pihak produsen dalam menghitung estimasi imbal hasil atas investasi yang dikeluarkan dalam penyediaan energi. Oleh karena itu, dalam kasus Pemerintah memberlakukan batasan atas harga energi pada level tertentu, tidak jarang investasi dalam pembangunan pembangkit listrik, kilang minyak, tambang batubara akan berkurang dan supply bahan bakar menghilang dari pasaran. Kebijakan Pemerintah diperlukan agar ketiga komponen tersebut direspon dengan baik oleh pelaku ekonomi (konsumen dan produsen) sehingga ketersediaan energi berada pada tingkat keseimbangan sesuai dengan kebutuhan konsumsi di dalam perekoonomian.

(10)

10

pada risiko operasional kehandalan infrastruktur atau sarana penyediaan energi sebagaimana yang dijabarkan oleh Chester (2010) dan dikutip dalam Singh (2012). Manajemen risiko terhadap keseluruhan operasional menjadi begitu krusial agar terputusnya pasokan energi tidak terjadi. Namun demikian, ketahanan energi juga mencakup upaya diversifikasi energi dalam mengurangi ketergantungan pasokan energi pada salah satu jenis bahan bakar. Diversifikasi juga dilakukan dalam memperbaiki bauran energi dengan memperhatikan potensi cadangan sumber energi yang dimiliki (Chester, 2010).

Dari sisi kebijakan, Pemerintah telah mengundangkan Peraturan Presiden (Perpres) No.5/2006 tentang Kebijakan Energi Nasional yang bertujuan untuk menjamin keamanan pasokan energi dalam negeri. Beberapa sasaran kebijakan yang secara rinci diatur dalamPerpres tersebut adalah pada tahun 2025 terwujudnya elastisitas energi di bawah 1 dan pengurangan porsi BBM dalam komposisi energi primer hingga 20% dan optimalisasi bahan bakar batubara dan gas masing-masing lebih dari 33% dan 30%, serta sisanya dengan menumbuhkan sumber energi baru terbarukan (EBT). Untuk mencapai sasaran tersebut, terdapat dua kebijakan, yaitu (i) kebijakan utama yang mengatur penyediaan, pemanfaatan, kebijakan harga dan konservasi alam; dan (ii) kebijakan pendukung, yang mengarah kepada pengembangan infrastruktur, kemitraan pemerintah dan swasta, serta pemberdayaan masyarakat.

(11)

11

Ju

ta

B

a

rr

e

l

Cadangan(L HS) Produksi (RHS)

380

360

340

320

300

280

260

240

220

7

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

200

Sumber: Kementerian ESDM, data diolah

(12)

12

primer yang cadangannya relatif masih besar seperti bahan bakar gas dan batubara diharapkan dapat mengurangi ketergantungan impor BBM sekaligus menurunkan biaya konsumsi energi dan meringankan belanja negara untuk subsidi energi.

Batubara merupakan sumber energi yang cadangannya relatif cukup besar. Berdasarkan data Kementerian ESDM, cadangan batubara diperkirakan sekitar 21 milyar ton, sementara produksinya mencapai 353 ribu ton sepanjang tahun 2011. Kurang lebih

77% produksi batubara tersebut diekspor ke luar negeri. Berdasarkan data tersebut, potensi batubara cukup besar untuk ditingkatkan dalam bauran energi nasional mengingat perbandingan antara cadangan dengan produksi batubara mencapai puluhan ribu kali lipat. Selain batubara, gas juga merupakan energi yang memiliki cadangan yang potensial untuk dikembangkan. Total cadangan gas alam yang dimiliki Indonesia mencapai 150,7 TCF, sedangkan produksi di tahun 2012 sebanyak 3,1 juta MMSCF dan sekitar 43% produksi gas alam tersebut diekspor ke luar negeri.

Pemerintah juga telah memberikan perhatian terhadap energi terbarukan sebagai sumber energi alternatif dalam Perpres No. 5/2006. Komposisi panas bumi dalam bauran energi nasional ditargetkan meningkat hingga mencapai 17% pada tahun 2025 begitu juga dengan energi terbarukan lainnya seperti biomasa, nuklir, tenaga surya dan tenaga angin. Optimalisasi energi terbarukan dianggap langkah strategis karena setidaknya ada dua argumen utama. Pertama, dari sisi sumber daya, potensi panas bumi Indonesia cukup besar yaitu mencapai 29.038 GWe dan yang dikembangkan baru sebesar 1.226 WW, sehingga masih ada potensi yang cukup besar untuk pengembangan energi panas bumi untuk kelistrikan nasional. Sedangkan potensi tenaga air diperkirakan sekitar 75.000

MW dengan kapasitas PLTA terpasang 5.711 MW. Selain itu, masih banyak potensi EBT yang lain, seperti: tenaga angin (bayu), bioenergi, dan tenaga surya. Kedua, energi terbarukan memiliki karakteristik khusus yang tidak dimiliki oleh energi fosil, yaitu dapat dihasilkan secara alamiah secara terus menerus sehingga risiko akan hilangnya sumber energi sangatlah kecil dan time frame untuk pengembangannya bisa tak terbatas.

(13)

13

Sebagaimana terlihat dalam Gambar-2, komposisi BBM dalam bauran energi nasional stabil sangat tinggi, mencapai 50%-60% sepanjang tahun 2000 hingga 2005. Dengan dikeluarkannya kebijakan energi nasional dalam Perpres No. 5/2006 tersebut, diharapkan Pemerintah dapat menyusun langkah-langkah strategis dan teknis untuk mengurangi porsi BBM dalam komposisi energy mix secara bertahap. Apabila kebijakan tersebut berjalan dengan baik, publik akan merasakan dampaknya berupa pengurangan ketergantungan terhadap minyak.

(14)

14

2

0

0

1

(15)

15

Salah satu target Perpres No. 5/2006 yang juga belum terlihat implementasinya adalah penyesuaian harga BBM menuju tingkat keekonomiannya. Dapat dikatakan bahwa kebijakan harga premium dan solar hanya bersifat responsif, yaitu disesuaikan ketika realisasi subsidi minyak jauh melampaui alokasi di APBN. Sejak diberlakukannya Perpres No. 5/2006 tercatat harga eceran premium dan solar telah beberapa kali mengalami perubahan. Sebagaimana terlihat pada Gambar-3 penyesuaian tersebut tidak hanya berupa kenaikan namun juga berupa penurunan harga eceran. Untuk merespon penurunan harga minyak dunia, dalam rentang waktu tahun 2008 hingga 2009

Pemerintah telah menurunkan harga eceran kedua BBM jenis tertentu tersebut sebanyak dua kali, yaitu dari Rp6.000/liter menjadi Rp4.500/liter untuk premium dan dari Rp5.500/liter menjadi Rp4.500/liter untuk minyak solar.

(16)

16

Tidak hanya memberatkan anggaran negara terkait membengkaknya subsidi energi(lihatGambar-4danGambar-5),juga terlihatmeningkatnya risiko BBMimpor yang semakinbesartidakhanya berasaldarifluktuasihargaminyaktetapijugadari fluktuasi nilai tukar. Premium memberikan kontribusi dominan dalam keseluruhan subsidi BBM. Besaran subsidi BBM dalamAPBNtermasuksubsidilistrrik yang juga sangat erat terkait dengan penggunaan BBM dalam pembangkitan listrik telah mencapai nilai yangsangatbesar. Secaratotal,subsidi energi (BBMdanlistrik)telahmencapai nilaiRp300 triliunpada tahun2012.Nilaiiniberpotensiuntukterusmeningkatjikatidak ada perubahandalam mekanisme harga BBM bersubsididanskema perhitungansubsidi listrik PLN sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.111/PMK.02/2007.

(17)

17

(18)

18

100.0 57.5

Gambar-5: Belanja Subsidi dalamAPBN

Rp 400triliun BBM Listrik NonEnergi

346.4 348.1 333.7

300

200

100

275.3

139.1

83.9

138.1

45.0

192.7

82.4

295.4

165.2

211.9 199.8 210,7

49.5 57.6 90.4 94.6

52.3 43.5 52.8 39.8 39.9 48.3 51.6 0

2008 2009 2010 2011 2012 2013 APBN-P

(19)

19

Dalammelaksanakan amanat

PerpresNo.5/2006terdapatbeberapatantangan yang perlu diantisipasioleh Pemerintah. Pertama, Pemerintah harus mengantisipasitingginya permintaan energinasional. Berdasarkan estimasi World Energy Outlook (2013), konsumsi energi Indonesiadiperkirakantumbuhsekitar 2,5% per tahundaritahun2011 hingga 2035. Konsumsi energi diperkirakan melonjak hampir dua kali lipat dalam rentangwaktutersebut dari196jutatonsetaraminyak(Mtoe) menjadi358Mtoe. Dalam proyeksitersebut,diperkirakanbauran energibelummencapaitarget yang sudah dicanangkan oleh Pemerintah. Konsumsi BBM masih menguasai 30% energy mix disusulolehbatubarasebanyak28%. Proyeksiinimenjadi cambukan bagi Pemerintah bahwatargetpenurunan BBMdan optimalisasibatubara yang disusun dalam PerpresNo.5/2006 belum dapatdiyakinikeberhasilannya.

Kedua, terkait denganoptimalisasibatubara,meskipun Pemerintahsudah melaksanakan Fast Track Project (FTP) Tahap1dansedang membangun FTPTahap 2, tingkatkehandalanpembangkitlistrikberbahan

bakarbatubaratersebutperludiujilebih lanjutmengingatmasih rendahnya capacity factor2 pembangkit FTP Tahap1.Akibatnya konversi energidaripembangkitlistriktenagadiesel yang lebihmahalkepadabatubara menjadi tidak tercapai. Tantangan lainnya adalah mengurangi ekspor batubara. Meskipunkebutuhan dalamnegeri saatini sangatjauh dariproduksitambangbatubara,

Pemerintahharusmenyadaribahwabatubarabukanmerupakan energi yang terbarukan, sehingga eksploitasiberlebihan atas cadangan tambangbatubara akan meningkatkan opportunity cost terhadappenggunaan batubaradimasa yang akan datang.

(20)

20

sentraindustrinasional. Selamaini pembangunanpipa gasselaluberorientasipada ekspordankurangmemperhatikan kawasanindustri,terutama yang berlokasididekatwilayah eksplorasigas alam. Salah satucontohnya ialah kasuskekurangangas yangterjadi pada pembangkitlistrikgasdi Belawan.Kurangnya pasokanharusnya tidakterjadi apabila daridulu Pemerintahtelah menetapkan rencana danstrategiuntukmenyambungkanpipa darilapangan gasArundi Aceh ke pembangkittersebut.

Selain pipanisasi, kebijakan pengangkutan gas juga harus mencakup pembangunankilang gas alam cairdanterminalregasifikasi yang berdekatandengan pusat industridanpembangkitlistrik.Misalnya pembangunanterminalregasifikasi terapung (FRSU)di JawaBaratdapatdikatakanterlambatdalammeresponkebutuhan

pembangkitlistrik PT PLN. Padahalbiayainput gasjauhlebihmurahdibandingkan bahan bakar lainnya. Hanya tenaga air yang biaya inputnya bisa mengalahkan gas. Kurangnya infrastrukturpengangkutangastersebutmenyebabkanhilangnyakesempatan memanfaatkan energi yangberbiayarendah.

Pemerintah juga harus menyelesaikan permasalahan yang menghalangi eksploitasi energiterbarukan.Beberapa permasalahantersebutmencakupperijinan pembangunan Pembangkit ListrikTenagaAirdan Pembangkit ListrikTenaga Panas Bumi yang dianggap dapatmerusaklingkunganterutamawilayah hutan. Insentif Pemerintahkepadapelakuusaha

(21)

21

energinasional sejak 2006, namundemikian progres selama periode tahun2006-2011menunjukkanbahwaprogresnyabelummenggembirakan. Sementara pada periode yang sama tekanan risiko ketahanan energi sebagai akibat terlalumenggantungkanpada sumber daya energiBBMmengalamipeningkatan. Ini menjadilampukuningbagi pembangunansektorkeenergiannasional. Sebagaitahap awalperlusegeradireformulasipolasubsidi BBM(termasuklistrik) yang ada;bukan hanyauntukmengurasi eksposurrisikosubsidi BBMnamunjuga untukmembuka jalan (necessary condition) penciptaan lingkungan yang kompetitif bagi pengembangan sumber energibaru-terbarukan.Menunda setiaplangkahkritisini hanya akan mengakumulasikan risiko atas ketahanan energiIndonesia di masa yang akan datang.

Perananenergisangatpenting artinyabagi peningkatankegiatanekonomi, sehingga pengelolaan energi yang meliputi penyediaan, pemanfaatan dan pengusahaannya harus dilaksanakan secara terpadu. Cadangan sumber daya energi bahan bakar fosil keberadaannya sangat terbatas, maka perlu adanya kegiatan diversifikasi sumber daya energi agar ketersediaan energi dimasa depan terjamin. Bahanbakarfosiljugamenghasilkan bahanpencemar yangmengganggu kesehatan, danmenurunkan kualitas lingkungan, seperti Pb(timbal), CO(Carbon monoksida) danCO2(Carbondioksida).

Situasi energi diIndonesia tidak lepas dari situasi energi dunia. Konsumsi energi dunia yang makin meningkat membuka kesempatan bagi Indonesia untuk mencari sumber energi alternatif untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Ketergantungan masyarakatIndonesiaterhadapbahanbakarminyaksangatlahbesar.

Berdasarkandataenergisumberdayamineral2006, bahwaminyakbumi sepertisolar, premium, minyak tanah, minyak diesel, dan minyak bakar mendominasi 52,5% pemakaian energi diIndonesia, gasbumi sebesar 19%,batu bara21,5%, air3,7%, panar bumi 3% dan energi terbarukan

(22)

22

menurut data ESDM 2006, cadangan minyak bumi Indonesia hanyasekitar9Mbarel/tahun danproduksiIndonesia hanyasekitar900jt barel/tahun. Jikaterusdikonsumsi dantidakditemukan cadangan minyak baruatau tidak ditemukan teknologi baru untuk meningkatkan recovery

minyak bumi diperkirakan cadangan minyak Indonesia habis dalam waktu 23 tahun mendatang. (Banun,MuhammadSyariful.2011).

Krisis energi dunia yang semakin sering terdengar. Sudah terasa dampaknya di tengah- tengah masyarakat dunia. Krisis bahan bakar berbasis fosil ini telah berdampak pada melonjaknya harga bahan bakar. Tidak berhenti di situ saja, akibat melonjaknya harga bahan bakar dengan berbagai macam produk turunannaya harga sembako ikut melambung. Akhirnya beban masyarakat semakin berat. Nasib masyarakat semakin menderita, isu krisis energi ini telah mengundang banyak negara untuk ikut berperan aktif mencari solusi. Salah satu solusi yang ditawarkan dunia adalah mencari sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar berbasis fosil. Tidak terkecuali dengan Indonesia. Negeri ini berupaya ikut berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan masalah krisis energi, yakni dengan mengembangkan energi alternatif berbasis nonfosil. Berbagai seminar digalakkan serta dana pengembangan energi altenatif berbahan baku nabati pun digelontorkan. Salah satu programnya adalah pengembangan bahan bakar biofuel dari tanaman-tanaman potensial. Mengingat ketersediaan bahan baku yang cukup melimpah di Indonesia, bagi pemerintah program ini dirasa layak untuk dikembangkan.

(23)

23

belum jelasnya sumber pendanaan dan besarnya subsidi yang mencapai ratusan milyar Rupiah, rendahnya sosialisasi kepada masyarakat yang justru sedang giat-giatnya memproduksi kompor murah berbahan bakar briket sesuaiprogram pemerintah sebelumnya, ketidaksiapan infrastruktur seperti stasiun pengisian dan depot LPG, hingga kaburnya kriteria pemilihan lokasi uji coba dan kelompok masyarakat penerima kompor dan tabung gas gratis. Sejak adanya kebijakan konversi itu, minyak tanah menghilang dari pasar. Kalaupun ada, harganya sangat tinggi, sehingga masyarakat tak sanggup membelinya. Sementara itu, kalau mau beli gas, masyarakat harus membeli 3 kg atau satu tabung yang harganya berkisar Rp 15 ribu. Kondisi ini tampaknya belum diperhatikan pemerintah. Bagi rakyat kecil, membeli bahan bakar Rp 15 ribu sangat memberatkan, karena penghasilan mereka tiap hari hanya cukup untuk makan sehari, bahkan terkadang kurang. Ini berbeda dengan minyak tanah yang bisa dibeli eceran, satu atau bahkan setengah liter sekalipun. Dari aspek ini, kebijakan konversi minyak tanah ke elpiji akan menimbulkan masalah seperti yang disebutkan di atas. Pemerintah kurang peka melihat kondisi masyarakat Indonesia yang sebagian besar. penghasilannya pas-pasan. Mestinya, kebijakan konversi minyak tanah ke elpiji dilakukan secara selektif. Masyarakat kecil tetap dibiarkan memilih untuk sementara waktu, apakah menggunakan minyak tanah atau elpiji, yang kedua-duanya disubsidi. Sementara itu, masyarakat yang mampu diharuskan memakai elpiji. Untuk itu, perlu ada pendataan penduduk miskin yang akurat di tiap-tiap wilayah agar pemberian subsidi tersebut tepat sasaran.

(24)

24

Penggantian jutaan kompor minyak tanah menjadi kompor gas tentu memerlukan biaya cukup besar. Apalagi jika itu akan diberikan secara cuma-cuma. Untuk jangka panjang strategi pembiayaan mutlak harus dipikirkan. Diusulkan agar biaya konversi pemakaian minyak tanah ini bisa diambilkan dari berbagai retribusi dan pendapatan negara bukan pajak lainnya (PNBP) yang jumlahnya cukup besar di sektor Migas. Sedangkan pengelolaanya dalam jangka panjang bisa saja di embankan kepada badanusaha tertentu atau dikembalikan ke Pertamina dengan menggunakan pola Public Service Obligation sehingga mengurangi rantai birokrasi dan dapat meringankan beban pemerintah ditengah keterbatasan sumber daya manusia yang ada saat ini.

Karena itu ukuran tabung gas dan kepastian rancangan kompor hendaklah dibuat sedemikian rupa sehingga memang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Khusus untuk ukuran tabung gas, kiranya perlu dipikirkan ulang secara seksama, hingga tidak terjadi salah persepsi nantinya bagi sebagian masyarakat miskin yang tentu juga memiliki tingkat pendidikan yang agak terbatas dibandingkan dengan masyarakat luas lainnya. Kedua hal ini sangat perlu diperhatikan untuk menghindarkan berbagai masalah sosial yang belum diantisipasi pemerintah pada saat ini.

Krisis energi saat ini sekali lagi mengajarkan kepada bangsa Indonesia bahwa usaha serius dan sistematis untuk mengembangkan dan menerapkan sumber energi terbarukan guna mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil perlu segera dilakukan. Penggunaan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan juga berarti menyelamatkan lingkungan hidup dari berbagai dampak buruk yang ditimbulkan akibat penggunaan BBM. Terdapat beberapa sumber energi terbarukan dan ramah lingkungan yang bisa diterapkan segera di tanah air, seperti bioethanol, biodiesel, tenaga panas bumi, tenaga surya, mikrohidro, tenaga angin, dan sampah/limbah.

(25)

25

diantaranya adalah :

1. Biodiesel, untuk menggantikan minyak solar, dipakai pada kendaraan dengan mesin diesel.Bisa dihasilkan oleh CPO, minyak jarak pagar, dll.

2. Bioethanol, untuk menggantikan bensin. Bisa dihasilkan oleh tebu, ubi kayu, shorgum dll

3. Biokerosin, untuk menggantikan minyak tanah.Bisa dihasilkan oleh jarak pagar Produk-produk Bio fuel komersial yang sudah ada diantaranya adalah : B-10 (10 % biodiesel dan 90 % solar ), B-5 (5 % biodiesel ), B-20, E-10 (10 % bioethanol dan 90 % premium ), E-5 (5 % bioethanol) dll.

Mendorong pemerintah untuk mengembangkan Gasified Petroleum Condensat (GPC). Sumber energi alternatif hasil penelitian PT Pertamina ini dapat digunakan masyarakat sebagai bahan bakar untuk menggantikan minyak tanah (kerosin) dan LPG (liquid petroleum gas). Dalam rangka diversifikasi energi dan penghematan BBM, GPC baik untuk dikembangkan. Selain lebih murah, nantinya pemerintah pun tidak perlu mengimpor LPG untuk menggantikan kerosin. Secara teknis, GPC memiliki keunggulan lebih dari bahan bakar lainnya. Di samping nilai kalori yang tidak kalah besarnya dengan LPG (10.000 – 12.000 cal/gram), kualitas api pembakarannya juga sama dengan kualitas api LPG biru. Dan tingkat efisiensi pemakaian GPC lebih tinggi dari bahan bakar lainnya. Untuk memanaskan air sampai mendidih dalam volume yang sama, dibutuhkan jumlah berat GPC yang lebih sedikit dibandingkan LPG atau kerosin.

(26)

26

kondensat sama dengan crude oil yaitu sekitar US$ 70/bbl, maka akan dihemat devisa sebesar US$ 108 juta per tahun. Karenanya, rencana pemerintah untuk mensubstitusi kerosin dengan LPG patut untuk ditinjau ulang. Subsidi kerosin yang diberikan pemerintah sebaiknya dialihkan untuk subsidi kompor GPC. Dengan demikian subsidi ke masyarakat hanya sekali saja, tidak terus menerus. Bila pemakaian GPC sudah dibudayakan untuk keperluan rumah tangga, penggunaan kerosin otomatis akan semakin berkurang. Kerosin untuk selanjutnya bisa dialihkan sebagai bahan bakar pabrik. Tentunya dengan harga yang mengikuti pasar.

Konversi ke batu bara diganti ke elpiji. Pergantian konversi secara tiba-tiba itu tidak hanya mengejutkan masyarakat yang sudah mulai bersiap-siap mengganti minyak tanah ke batu baru, tapi juga mengecewakan para perajin tungku batu bara dan para peneliti yang telah berhasil membuat tungku batu bara modern, yang bisa mengatur nyala api dan menghemat pemakaian batu bara. Di sejumlah pameran, misalnya, kreativitas masyarakat membuat tungku batu bara sudah mulai bermunculan guna menyambut era konversi minyak tanah ke batu bara itu. Beberapa peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan perguruan tinggi, seperti di Universitas Sriwijaya, Palembang, telah berhasil membuat alat sederhana untuk mencairkan batubara. Batu bara cair ini harganya lebih murah dari pada minyak tanah dan sangat mudah pemakaiannya, sama seperti pemakaian minyak tanah. Baiknya lagi, semua jenis batu bara, baik yang muda (kadar karbonnya rendah) maupun yang tua (kadar karbon tinggi), bisa dicairkan. Dan batu cair ini ternyata tidak hanya bisa dengan sedikit treatment kimia, batu bara cair pun bisa diubah jadi premium.

(27)

27

arang kayu-kayuan, arang batok, dan lain-lain. Tapi sayang, suasana yang sudah tepat itu tiba-tiba dibatalkan secara mendadak. Apa motif di balik pembatalan konversi minyak tanah ke batu bara memang perlu diselidiki untuk mengetahui kenapa kebijakan yang sudah positif itu dibatalkan. Konversi menimbulkan banyak masalah.

(28)

28

BAB III

KESIMPULAN

Energibersifat abstrakdan sukardibuktikan, tetapidapatdirasakan adanya.Menuruthukumkekekalan energi, energi tidak dapatdiciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, dapat dikonversikan atau berubah dari bentuk energiyangsatukebentukenergiyang lain,misalnyapadakompordidapur, energiyang tersimpandalamminyaktanahdiubahmenjadiapi.

Ada beberapa macam energi yang kita kenal, yaitu energi mekanik, energi listrik, energi kimia, energi nuklir, dan energi termal baik alami maupun buatan. Energipadaprinsipnyasudah adadialamisejak dahulu kala dan tidak dapat dimusnahkan. Energi hanya dapat ditransfer dan dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup umat manusia.

Sumberdayaalamyangdapatmenghasilkanenergi selamaini semakin terkuras,karenasebagianbesarsumberenergisaatiniberasal darisumberdaya alam yang tidak terbarukan. Sementara itu, konsumsi energiterus meningkat

(29)

29

berkembangansaatini adalahjumlahbahanbakarfosilyangsangatterbatas sementarakebutuhan terusmeningkatsehinggaterjadikrisis energi.

Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) No.5/2006 tentang Kebijakan Energi Nasional yang bertujuan untuk menjamin keamanan pasokan energi dalam negeri. Beberapa sasaran kebijakan yang secara rinci diatur dalamPerpres tersebut adalah pada tahun 2025 terwujudnya elastisitas energi di bawah 1 dan pengurangan porsi BBM dalam komposisi energi primer hingga 20% dan optimalisasi bahan bakar batubara dan gas masing-masing lebih dari 33% dan 30%, serta sisanya dengan menumbuhkan sumber energi baru terbarukan (EBT). Untuk mencapai sasaran tersebut, terdapat dua kebijakan, yaitu (i) kebijakan utama yang mengatur penyediaan, pemanfaatan, kebijakan harga dan konservasi alam; dan (ii) kebijakan pendukung, yang mengarah kepada pengembangan infrastruktur, kemitraan pemerintah dan swasta, serta pemberdayaan masyarakat.

Bila dilihat lebih lanjut, arah kebijakan energi nasional yang tertuang dalam Perpres No. 5/2006 adalah untuk mengoptimalkan penggunaan energi primer yang memiliki cadangan potensial dan menurunkan ketergantungan terhadap BBM. Dengan kecenderungan menipisnya cadangan minyak bumi dan menurunnya produksi minyak mentah, kondisi ketahanan energi minyak semakin rentan. Kerentanan atas produksi minyak juga terlihat dari terbatasnya kapasitas kilang minyak domestik dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri. Semakin bertambahnya jumlah penduduk dan semakin banyaknya pengguna energi dimuka bumi ini maka energi fosil yang tertimbun apabila di kuras terus menerus akan habis bila saatnya tiba.

(30)

30

lain nya, karna kita ketahui indonesia ditumbuhi oleh pepohonan-pepohonan yang sangat bermanfaat dan bisa digunakan sebagai energi alternatif dalam upaya pemenuhan kebutuhan yang terus meningkat dan harga yang semakin tinggi terhadap energi fosil seperti minyak bumi dan yang lainnya.

Energi terbarukan yang bisa dibuat dari tanaman ini sangatlah bagus dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat, karena masyarakat bisa memanfaatkan hasil alam yang sangat berlimpah di indonesia seperti kelapa sawit dan yang lainnya yang bisa digunakan dalam pembuatan energi terbarukan ini.

DAFTAR PUSTAKA

BAKOREN (1998) Kebijaksanaan Umum Bidang Energi (KUBE),BadanKoordinasi

Energi Nasional. DESDM(2003)

KebijakanPengembanganEnergiTerbarukandanKonservasiEnergi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.

DESDM(2003a)

PedomandanPolaTetapPengembanganIndustriKetenagalistrikan

Nasional 2003-2020, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.

DESDM(2004) KebijakanEnergiNasional2003-2020,Rancangan,DepartemenEnergi

dan Sumber Daya Mineral.

Dick,H(1980),TheOilPriceSubsidy,DeforestationandEquity,BIES,Vol.16.,No.3, p.32-60.

Dunn, W. N. (1994)Public Policy Analysis: An Introduction,Prentice Hall, New Jersey.

(31)

31

Challenges,

PusatInformasiEnergi(2002) PrakiraanEnergiIndonesia2020,DepartemenEnergidan Sumber Daya Mineral bekerja sama dengan Energy Analysis and

Policy Office.

Pusat Informasi Energi (2003) Statistik Ekonomi Energi Indonesia 2002, Departemen

Energi dan SumberDaya Mineral.

Said, U., Ginting, E., Horridge, M., Utami, N.S., Sutijastoto, dan Purwoto, H. (2001)

Kajian Dampak Ekonomi Kenaikan

BBM,LaporanAkhir,USAIDbekerjasama dengan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.

Sari, A.P. (2002) Life After Oil: Energi untuk Mendukung Pembangunan yang Berkelanjutan,http://w

Referensi

Dokumen terkait