TUGAS TERSTRUKTUR TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN
KOMODITAS KEDELAI
Oleh :
Abdullah Mujahid
: 115040201111159
Achmad Eka S.
: 115040200111108
Agung Wicaksono
: 115040200111083
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
KELAS B
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
Lembar Persetujuan
Judul laporan
: Praktikum Teknologi produksi Tanaman Kedelai
Nama dan NIM
: 1. Abdullah Mujahid
: 115040201111159
2. Achmad Eka S.
: 115040200111108
3. Agung Wicaksono
: 115040200111083
Program Studi
: AGROEKOTEKNOLOGI
Menyetujui,
Asisten Kelas
Asisten Lapang
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kedelai merupakan tanaman pangan yang penting sebagai sumber protein nabati.
Permintaan dan kebutuhan masyarakat, sedangkan produksi dalam negri belum
mencukupi, untuk mengatasinya pemerintah masih mengimpor. Impor ini pun dari tahun
ke tahun terus meningkat. Hal ini disebabkan karena produksi yang masih rendah untuk
itu diupayakan penelitian terus-menerus untuk meningkatkan produktivitas
Kedelai dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan protein murah bagi masyarakat
dalam upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia. Sejalan dengan
pertambahan jumlah penduduk maka permintaan akan kedelai semakin meningkat. Untuk
itu diperlukan program khusus peningkatan produksi kedelai dalam negri.
Praktikum teknologi produksi tanaman (TPT) ini dilakukan karena melihat
pembudidayaan tanaman kedelai yang cukup mudah dan memiliki harga ekonomis tinggi
seperti yang dijelaskan pada paragraf diatas, sehingga peluang bisnisnya cukup
menjanjikan. Selain itu, kedelai juga digemari oleh pasar dalam negeri maupun luar negeri
sehingga pemasaran dari hasil tanaman sangatlah baik dan menjanjikan. Selain itu
praktikum ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan dan bekal kepada mahasiswa
agar kelak ketika sudah lulus sarjana bisa mengembangkan budidaya tanaman terutama
tanaman kedelai.
1.2.
Tujuan
a) Untuk mengetahui teknologi produksi tanaman kedelai dari segi budidaya pertanian
b) Untuk mengetahui syarat tumbuh dari tanaman kedelai
c) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas tanaman kedelai
d) Dengan adanya praktikum Teknologi Produksi Tanaman ini, dapat diketahui
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi
2.1.1 Klasifikasi
Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedalai juga ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulau- pulau lainnya.
Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja dan Soja max. Namun pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill. Klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta Classis : Dicotyledoneae Ordo : Rosales
Familia : Papilionaceae Genus : Glycine
Species : Glycine max (L.) Merill
2.1.2 Morfologi
Tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak, dan merupakan tanaman semusim. Morfologi tanaman kedelai didukung oleh komponen utamanya, yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji sehingga pertumbuhannya bisa optimal.
Akar
Akar kedelai mulai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di sekitar misofil. Calon akar tersebut kemudian tumbuh dengan cepat ke dalam tanah, sedangkan kotiledon yang terdiri dari dua keping akan terangkat ke permukaan tanah akibat pertumbuhan yang cepat dari hipokotil.
Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang dan akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Selain itu kedelai juga seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Pada umumnya, akar adventif terjadi karena cekaman tertentu, misalnya kadar air tanah yang terlalu tinggi.
(Hidayat, 1985)
Batang dan cabang
Gambat Bunga dan batang.
(Hidayat, 1985)
Daun
Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Daun mempunyai stomata, berjumlah antara 190-320 buah/m2. Umumnya, daun mempunyai bulu dengan warna cerah.
(Hidayat, 1985)
Bunga
Bunga kedelai menyerupai kupu-kupu. Tangkai bunga umumnya tumbuh dari ketiak tangkai daun yang diberi nama rasim. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 2-25 bunga, tergantung kondisi lingkungan tumbuh dan varietas kedelai. Bunga pertama yang terbentuk umumnya pada buku kelima, keenam, atau pada buku yang lebih tinggi.
Setiap ketiak tangkai daun yang mempunyai kuncup bunga dan dapat berkembang menjadi polong disebut sebagai buku subur. Tidak setiap kuncup bunga dapat tumbuh menjadi polong, hanya berkisar 20-80%. Jumlah bunga yang rontok tidak dapat membentuk polong yang cukup besar. Rontoknya bunga ini dapat terjadi pada setiap posisi buku pada 1-10 hari setelah mulai terbentuk bunga.
Periode berbunga pada tanaman kedelai cukup lama yaitu 3-5 minggu untuk daerah subtropik dan 2-3 minggu di daerah tropik, seperti di Indonesia. Jumlah bunga pada tipe batang determinate umumnya lebih sedikit dibandingkan pada batang tipe indeterminate. Warna bunga yang umum pada berbagai varietas kedelai hanya dua, yaitu putih dan ungu.
(Hidayat, 1985)
Polong kedelai pertama kali terbentuk sekitar 7-10 hari setelah munculnya bunga pertama. Panjang polong muda sekitar 1 cm. Jumlah polong yang terbentuk pada setiap ketiak tangkai antara 1-10. Pada setiap tanaman, jumlah polong dapat mencapai lebih dari 50, bahkan ratusan.
gambar polong kedelai
Di dalam polong terdapat biji yang berjumlah 2-3 biji Bentuk biji bervariasi, tergantung pada varietas tanaman, yaitu bulat, agak gepeng, dan bulat telur. Namun demikian, sebagian besar biji berbentuk bulat telur.
Biji kedelai terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu kulit biji dan janin (embrio). Pada kulit biji terdapat bagian yang disebut pusar (hilum) yang berwarna coklat, hitam, atau putih. Pada ujung hilum terdapat mikrofil, berupa lubang kecil yang terbentuk pada saat proses pembentukan biji. Warna kulit biji bervariasi, mulai dari kuning, hijau, coklat, hitam, atau kombinasi campuran dari warna-warna tersebut.
(Hidayat, 1985)
Bintil akar dan Fiksasi Nitrogen
semakin banyak volume akar yang terbentuk, semakin besar pula kemungkinan jumlah bintil akar atau nodul yang terjadi.
Kemampuan memfikasi N2 ini akan bertambah seiring dengan bertambahnya umur tanaman, tetapi maksimal hanya sampai akhir masa berbunga atau mulai pembentukan biji. Setelah masa pembentukan biji, kemampuan bintil akar memfikasi N2 akan menurun bersamaan dengan semakin banyaknya bintil akar yang tua dan luruh. Di samping itu, juga diduga karena kompetisi fotosintesis antara proses pembentukan biji dengan aktivitas bintil
akar. (Prasastyawati, 1980)
Gambar 3. Bintil akar kedelai
2.2. syarat Tumbuh
Tanah dan iklim merupakan dua komponen lingkungan tumbuh yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman kedelai. Pertumbuhan kedelai tidak bisa optimal bila tumbuh pada lingkungan dengan salah satu komponen lingkungan tumbuh optimal. Hal ini dikarenakan kedua komponen ini harus saling mendukung satu sama lain sehingga pertumbuhan kedelai bisa optimal.
Tanah
dengan ketersediaan air untuk mendukung pertumbuhan, tetapi juga terkait dengan faktor lingkungan tumbuh yang lain.
Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan pertanaman kedelai yaitu kedalaman olah tanah yang merupakan media pendukung pertumbuhan akar. Artinya, semakin dalam olah tanahnya maka akan tersedia ruang untuk pertumbuhan akar yang lebih bebas sehingga akar tunggang yang terbentuk semakin kokoh dan dalam. Pada jenis tanah yang bertekstur remah dengan kedalaman olah lebih dari 50 cm, akar tanaman kedelai dapat tumbuh mencapai kedalaman 5 m. Sementara pada jenis tanah dengan kadar liat yang tinggi, pertumbuhan akar hanya mencapai kedalaman sekitar 3 m.
(Suprapto, H. 1998.)
Iklim
Tanaman kedelai sangat peka terhadap perubahan faktor lingkungan tumbuh, khususnya tanah dan iklim.
a. Suhu
Suhu tanah yang optimal dalam proses perkecambahan yaitu 30°C. Bila tumbuh pada suhu tanah yang rendah (<15°C), proses perkecambahan menjadi sangat lambat, bisa mencapai 2 minggu. Hal ini dikarenakan perkecambahan biji tertekan pada kondisi kelembaban tanah tinggi. Sementara pada suhu tinggi (>30°C), banyak biji yang mati akibat respirasi air dari dalam biji yang terlalu cepat.
Bila suhu lingkungan sekitar 40°C pada masa tanaman berbunga, bunga tersebut akan rontok sehingga jumlah polong dan biji kedelai yang terbentuk juga menjadi berkurang. Suhu yang terlalu rendah (10°C), seperti pada daerah subtropik, dapat menghambat proses pembungaan dan pembentukan polong kedelai. Suhu lingkungan optimal untuk pembungaan bunga yaitu 24 -25°C.
b. Panjang hari (photoperiode)
bunganya menjadi pendek, yaitu dari umur 50 – 60 hari menjadi 35 – 40 hari setelah tanam. Selain itu, batang tanaman pun menjadi lebih pendek dengan ukuran buku subur juga lebih pendek.
Perbedaan di atas tidak hanya terjadi pada pertanaman kedelai yang ditanam di daerah tropik dan subtropik, tetapi juga terjadi pada tanaman kedelai yang ditanam di dataran rendah (<20 m dpl) dan dataran tinggi (>1000 m dpl). Umur berbunga pada tanaman kedelai yang ditanam di daerah dataran tinggi mundur sekitar 2-3 hari dibandingkan tanaman kedelai yang ditanam di datarn rendah.
Kedelai yang ditanam di bawah naungan tanaman tahunan, seperti kelapa, jati, dan mangga, akan mendapatkan sinar matahari yang lebih sedikit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa naungan yang tidak melebihi 30% tidak banyak berpengaruh negatif terhadap penerimaan sinar matahari oleh tanaman kedelai.
c. Distribusi curah hujan
pada umumnya kebutuhan air pada tanaman kedelai berkisar 350 – 450 mm selama masa pertumbuhan kedelai. Kebutuhan air paling tinggi terjadi pada saat masa berbunga dan pengisian polong. Kondisi kekeringan menjadi sangat kritis pada saat tanaman kedelai berada pada stadia perkecambahan dan pembentukan polong. Untuk mencegah terjadinya kekeringan pada tanaman kedelai, khususnya pada stadia berbunga dan pembentukan polong, dilakukan dengan waktu tanam yang tepat, yaitu saat kelembaban tanah sudah memadai untuk perkecambahan. Selain itu, juga harus didasarkan pada pola distribusi curah hujan yang terjadi di daerah tersebut kekeringan maksimal 50% dari kapasitas lapang atau kondisi tanah yang optimal.
(Suprapto, H. 1998.) 2.3 Teknik Budidaya
Tanaman kedelai dapat tumbuh di berbagai agroekosistem dengan jenis tanah, kesuburan tanah, iklim, dan pola tanam yang berbeda sehingga kendala satu agroekosistem akan berbeda dengan agroekosistem yang lain. Hal ini akan mengindikasikan adanya spesifikasi cara bertanam kedelai. Oleh karena itu, langkah-langkah utama yang harus diperhatikan dalam bertanam kedelai yaitu pemilihan benih, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan.
Agar dapat memberikan hasil yang memuaskan, harus dipilih varietas kedelai yang sesuai dengan kebutuhan, mampu beradaptasi dengan kondisi lapang, dan memenuhi standar mutu benih yang baik. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan varietas yaitu umur panen, ukuran dan warna biji, serta tingkat adaptasi terhadap lingkungan tumbuh yang tinggi.
a. Umur panen
Varietas yang akan ditanam harus mempunyai umur panen yang cocok dalam pola tanam pada agroekosistem yang ada. Hal ini menjadi penting untuk menghindari terjadinya pergeseran waktu tanam setelah kedelai dipanen.
b. Ukuran dan warna biji
Ukuran dan warna biji varietas yang ditanam harus sesuai dengan permintaan pasar di daerah sekitar sehingga setelah panen tidak sulit dalam menjual hasilnya.
c. Bersifat aditif
Untuk daerah sentra pertanaman tertentu, misalnya di tanah masam, hendaknya memilih varietas kedelai unggul yang mempunyai tingkat adaptasi tinggi terhadap tanah masam sehingga akan diperoleh hasil optimal, contohnya varietas Tanggamus. Demikian pula bila kedelai ditanam di daerah banyak terdapat ham ulat grayak maka pemilihan varietas tahan ulat grayak amat menguntungkan, contohnya varietas Ijen. Selain itu, varietas yang ditanam tersebut harus sudah bersifat aditif dengan kondisi lahan yang akan ditanami sehingga tidak mengalami hambatan dalam pertumbuhannya.
(Suprapto, H. 1998.)
Persiapan Lahan
Tanaman kedelai biasanya ditanam pada tanah kering (tegalan) atau tanah persawahan. Pengolahan tanah bagi pertanaman kedelai di lahan kering sebaiknya dilakukan pada akhir musim kemarau, sedangkan pada lahan sawah, umumnya dilakukan pada musim kemarau.
drainase selebar 25 cm - 30 cm, dengan kedalaman 30 cm. Setelah didiamkan selama 7-10 hari, tanah siap ditanami.
Jika areal penanaman kedelai yang digunakan berupa lahan kering atau tegalan, sebaiknya dilakukan pengolahan tanah terlebih dahulu. Tanah dicangkul atau dibajak sedalam 15 cm – 20 cm. Di sekeliling lahan dibuat parit selebar 40 cm dengan kedalaman 30 cm. Selanjutnya, dibuat petakan-petakan dengan panjang antara 10 cm – 15 cm, lebar antara 3 cm – 10 cm, dan tinggi 20 cm – 30 cm. Antara petakan yang satu dengan yang lain (kanan dan kiri) dibuat parit selebar dan sedalam 25 cm. Antara petakan satu dengan petakan di belakangnya dibuat parit selebar 30 cm dengan kedalaman 25 cm. Selanjutnya, lahan siap ditanami benih. Apabila lahan yang digunakan termasuk tanah asam (memiliki pH<5,0), bersamaan dengan pengolahan tanah dilakukan pengapuran. Dosis pengapuran disesuaikan dengan pH lahan. Lahan sawah supra insus dianjurkan diberi kapur sebanyak 300 kg/ha. Kapur disebarkan merata, kemudian tanah dibalik sedalam 20 cm – 30 cm dan disiram hingga cukup basah.
Sebelum dilakukan kegiatan penanaman, terlebih dulu diberi pupuk dasar. Pupuk yang digunakan berupa TSP sebanyak 75 kg – 200 kg/ha, KCl 50 kg – 100 kg/ha, dan Urea 50 kg/ha. Dosis pupuk dapat pula disesuaikan dengan anjuran petugas Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP) setempat. Pupuk disebar secara merata di lahan, atau dimasukkan ke dalam lubang di sisi kanan dan kiri lubang tanam sedalam 5 cm.
Untuk jenis kedelai manis (edamame), jarak tanam 40 cm x 40 cm. Tanaman kedelai edamame dan koratame diberi pupuk dasar berupa Urea sebanyak 600 kg – 800 kg, TSP 600 kg – 800 kg, dan KCl 400 kg per hektar. Pupuk disebar merata pada lahan tanam. Untuk menghindari hama lalat bibit, sebaiknya pada saat penanaman benih diberikan pula Furadan, Curater, atau Indofuran ke dalam lubang tanam.
Penanaman
tanam memakai tugal dengan kedalaman antara 1,5 – 2 cm.
Setiap lubang tanam diisi sebanyak 3 – 4 biji dan diupayakan 2 biji yang bisa tumbuh. Kebutuhan benih yang optimal dengan daya tumbuh lebih dari 90% yaitu 50 – 60 kg/ha. Penanaman ini dilakukan dengan jarak tanam 40 cm x 10 – 15 cm. Pada lahan subur, jarak dalam barisan dapat diperjarang menjadi 15 – 20 cm.
Populasi tanaman yang optimal berkisar 400.000-500.000 tanaman per hektar. Penempatan arah tanam di daerah tropik tidak menunjukkan perbedaan antara ditanam arah timur-barat dengan utara-selatan. Hal yang terpenting yaitu arah tanam harus sejajar dengan arah saluran irigasi atau pematusan sehingga air tidak menggenang dalam petakan. (Sumarno dan Harnoto. 1983.)
Pemeliharaan
Untuk mengurangi penguapan tanah pada lahan, dapat digunakan mulsa berupa jerami kering. Mulsa ditebarkan di antara barisan tempat penanaman benih dengan ketebalan antara 3 cm – 5 cm.
Satu minggu setelah penanaman, dilakukan kegiatan penyulaman. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih kedelai yang mati atau tidak tumbuh. Keterlambatan penyulaman akan mengakibatkan tingkat pertumbuhan tanaman yang jauh berbeda.
Tanaman kedelai sangat memerlukan air saat perkecambahan (0 – 5 hari setelah tanam), stadium awal vegetatif (15 – 20 hari), masa pembungaan dan pembentukan biji (35 – 65 hari). Pengairan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Pengairan dilakukan dengan menggenangi saluran drainase selama 15 – 30 menit. Kelebihan air dibuang melalui saluran pembuangan. Jangan sampai terjadi tanah terlalu becek atau bahkan kekeringan.
Pada saat tanaman berumur 20 – 30 hari setelah tanam, dilakukan kegiatan penyiangan. Penyiangan pertama dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemupukan susulan. Penyiangan kedua dilakukan setelah tanaman kedelai selesai berbunga. Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma yang tumbuh menggunakan tangan atau kored. Selain itu, dilakukan pula penggemburan tanah. Penggemburan dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak perakaran tanaman.
barisan tanaman kedelai, selanjutnya ditutup dengan tanah. Bagi kedelai Jepang, pupuk susulan yang digunakan adalah Urea, TSP, dan KCl masing- masing sebanyak 200 kg/ha.
Untuk meningkatkan hasil produksi kedelai, dapat digunakan pula ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) dan PPC (Pupuk Pelengkap Cair). Dosis yang digunakan disesuaikan dengan dosis anjuran. (Rukmana, Dkk. 1996.)
2.4
Hubungan Perlakuan yang Digunakan dengan Komoditas (berisi penjelasan tentang pengaruh perlakuan yang di gunakan terhadap pertumbuhan dan hasil komoditas masing2
pemilihan benih
benih yang di pilih adalah varietas anjasmoro karena Varietas unggul kedelai Anjasmoro berbiji besar, toleran terhadap penyakit karat, tahan rebah, mempunyai sifat polong tidak mudah pecah.
persiapan lahan
lahan di buat bedengan dengan ukuran 3 X 0,75 m. dan di gemburkan setelah itu di diamkan selama satu minggu agar organisme mendiami lahan. Kemudian di tambahkan pupuk kandang sebagai pupuk organik.
penanaman
penanaman di lakukan sore hari dengan menugal tanah dengan jarak tanam 15 X15 cm. setiap lubang di isi 3 benih kedelai varietas anjasmoro. Kemudian tutup lubang agar tidak di makan oleh hama.
pemeliharaan.
DAFTAR PUSTAKA
Evika Sandi Savitri, 2011. Seleksi Toleransi Kekeringan Perkecambahan Beberapa Varietas Kedelai (Glycine Max L. Merr) Menggunakan Peg (Polyethylene Glycol) 6000 Jurusan Biologi Fak. Sains & Teknologi UIN Maliki Malang
Hidayat, O. D. 1985. Morfologi Tanaman Kedelai. Hal 73-86. Dalam S. Somaatmadja
et al. (Eds.). Puslitbangtan. Bogor.
Prasastyawati, D. dan F. Rumawas. 1980. Perkembangan bintil akar Rhizobium javonicum pada kedelai. Bul. Agron. 21(1): 4.
Rukmana, S. K. dan Y. Yuniarsih. 1996. Kedelai, Budidaya Pasca Panen. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 92 hal.
Sumarno dan Harnoto. 1983. Kedelai dan cara bercocok tanamnya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Buletin Teknik 6:53 hal.
Suprapto, H. 1998. Bertanam kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta.
BAB III
BAHAN DAN METODELOGI
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Dalam praktikum yang dilaksanakan selama tiga bulan yaitu bulan September hingga
Desember 2012. Penanaman dilaksanakan pada 25 September 2012. Pengamatan
dilaksanakan setiap hari Senin dan akhir pengamatan pada 26 November 2012. Tempat
praktikum yang dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
di Kepuharjo, Kab. Malang.
3.2 Alat, Bahan dan Fungsi
a. Alat :
1. Tugal
: Untuk membuat lubang
2. Gembor
: Untuk menyiram
3. Tali Raffia : Untuk mengukur dan membatasi bedengan
4. Kayu
: Untuk pembatas bedengan
5. Meteran
: Untuk mengukur panjang dan tinggi bedengan
6. Cangkul
: Untuk menggemburkan tanah
b. Bahan :
1. Pupuk Urea
: Untuk menambah unsur hara N pada tanah
2. Pupuk Sp36
: Untuk menambah unsur hara P pada tanah
3. Tanah
: Sebgai media tanam
4. Benih kedelai
: Sebagai bahan tanam (Varietas Grobogan)
5. Pupuk Kandang
: Untuk menambah unsur hara organik pada tanah
6. Pupuk KCl
: Untuk menambah unsur hara K pada tanah
7. Air
: Untuk menyiram tanaman
Perlakuan Kelas B:
a) Tinggi bedengan
: 20 cm
b) Jumlah benih tiap lubang
: 2 biji per lubang
c) Jarak tanam
: 40 cm x 15 cm
d) Ukuran bedengan
: 0,9 m x 4,5 m
e) Pemupukan:
Pupuk Urea
: 22,5 gram
Pupuk SP36
: 67,5 gram
Pupuk KCl
: 45 gram
f) Varietas
: Anjasmoro
3.3 Cara Kerja
Cara Kerja
a. Pengolahan lahan dan penanaman benih
Siapkan alat dan bahan
Ukur petak yang sudah ditentukan,
yaitu 4,5 m x 0,9 m dengan
menggunakan tali rafia
Gemburkan tanah dengan menggunakan
cangkul. Apabila tanah kering, basahi
dengan menggunakan air secukupnya jangan
terlalu basah
b. Pemeliharaan
c. Pemupukan
Seminggu setelah pengolahan lahan, buat lubang tanam
dengan jarak tanam 40 x 15 cm. Isi tiap lubang dengan
2-3 benih dan kemudian tutup lubang tanam.
Siapkan alat seperti gembor, cangkul,
dan sekop.
Ambil air dari irigasi air, masukkan dalam gembor.
Siram tanah, jangan terlalu basahdan jangan terlalu
kering. Air harus sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Gunakan cangkul atau sekop untuk
menggemburkan tanah apabila masih ada tanah
yang keras.
Apabila sudah muncul gulma, cabuti gulma dengan
menggunakan tangan atau sekop.
Siapkan pupuk yang akan digunakan, urea, SP36
dan KCl. Sebelumnya hitung kebutuhan
masing-masing pupuk per petak.
Buat lubang dengan jarak dari tanaman ± 5-10 cm.
benamkan pupuk dengan lubang yang berbeda
untuk tiap jenis pupuk.
3.4 Analisa Perlakuan
Dalam mempersiapkan lahan untuk menanam kedelai yang dilakukan adalah membersihkan
areal lahan dan membuat petakan tanah (bedengan) yang berukuran 0,9 m x 4,5 m yang terdapat
45 lubang tanam dimana terdapat 3 baris dan setiap baris terdapat 15 lubang tanam. Bedengan
dibuat dengan cara menggunakan tali raffia yang diikatkan pada kayu yang berada pada pojok
bedengan. Benih kedelai yang ditanam yaitu dengan jumlah 2 benih setiap lubang. Namun,
setelah benih tumbuh menjadi tanaman, satu tanaman dapat dicabut untuk menyulam tanaman
yang mati, sehingga jumlah tanaman menjadi satu tanaman setiap lubang.
Penyulaman dilakukan memiliki tujuan untuk mengganti tanaman yang mati atau sudah
tidak dapat berproduksi dengan maksimal. Bibit diambil pada tanaman kedelai yang memiliki
dua tanaman dalam satu lubang tanam. Pemberian pupuk organik dilakukan hanya satu kali,
dengan pupuk kandang pada tanah yang yang kurang subur. Pemupukan organik dilakukan pada
minggu ketiga bulan oktober, tepatnya tanggal 17 September 2012. Pemberian pupuk oraganik
dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah dan menyediakan unsur bagi tanah.
Pembubunan merupakan suatu kegiatan menaikkan tanah, hal ini dimaksudkan untuk
memperluas pergerakan akar pada tanah. Pemberian pupuk dilakukan hanya satu kali, yaitu
pemberian pupuk urea, pupuk KCl, dan SP36
dosis pemberian pupuk urea harus sesuai dengan
kadarnya.
Menggunakan gembor, dilakukan dua hari sekali pada waktu sore hari karena pada sore hari
temperatur udara mulai turun sehingga evapotranspirasi rendah. Bila hari hujan, penyiraman
tidak perlu dilakukan. Pemanenan dilakukan pada saat tanaman sudah mulai menguning
daunnya. Pemanenan dilakukan dengan cara memangkas bagian bawah batang kemudian diambil
polongnya. Lalu polong pada tanaman sampel, hasil panen ditimbang beratnya.
Untuk prosedur pada perlakuan varietas lain adalah sama dengan hanya membedakan
varietas saja. Dan varietas yang di gunakan adalah varietas Anjasmoro, Varietas Tanggamus dan
varietas Grobogan. Sehingga akan di peroleh hasil yang berbeda
KOMODITAS KEDELAI VARIETAS ANJASMORO KELAS B AGROEKOTEKNOLOGI
BAB IV Hasil dan Pembahasan
No
Kategori
Tabel Pengamatan Pertama
Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 3 Tanaman 4 Tanaman 5 Tanaman 6 Tanaman 7 Tanaman 8 Tanaman 9 Tanaman 10
1
Tinggi
Tanaman
14 cm 18 cm
9 cm
9 cm
17 cm 14 cm 19 cm
15 cm
19 cm
16 cm
2
Jumlah
Cabang
Produtif
10
7
5
5
7
7
11
6
12
10
3
Jumlah
daun
30
25
10
12
10
20
38
19
32
31
4
Jumlah
Polong
No
Kategori
Tabel Pengamatan Kedua
Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 3 Tanaman 4 Tanaman 5 Tanaman 6 Tanaman 7 Tanaman 8 Tanaman 9 Tanaman 101
Tinggi
Tanaman
26 cm 21 cm 12 cm
12 cm
27 cm 20 cm 30 cm
18 cm
29 cm
22 cm
2
Jumlah
Cabang
Produtif
13
10
8
5
9
9
15
7
13
13
3
Jumlah
daun
41
36
17
14
22
23
45
22
45
46
4
Jumlah
Polong
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
No
Kategori
Tabel Pengamatan Ke tiga
Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 3 Tanaman 4 Tanaman 5 Tanaman 6 Tanaman 7 Tanaman 8 Tanaman 9 Tanaman 10
Tanaman
2
Jumlah
Cabang
Produtif
20
20
13
11
12
12
21
10
15
17
3
Jumlah
daun
60
60
39
33
35
36
63
30
48
61
4
Jumlah
Polong
15
15
0
0
17
12
24
0
13
15
No
Kategori
Tabel Pengamatan Ke Empat
Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 3 Tanaman 4 Tanaman 5 Tanaman 6 Tanaman 7 Tanaman 8 Tanaman 9 Tanaman 10
1
Tinggi
Tanaman
29 cm 42 cm 24 cm
21 cm
35 cm 27 cm 40 cm
29 cm
41 cm
35 cm
2
Jumlah
Cabang
Produtif
22
25
19
18
19
13
23
18
16
19
3
Jumlah
daun
4
Jumlah
Polong
18
18
3
3
20
15
27
3
16
18
1. Jumlah Daun
4. Jumlah Polong
4.3 Dokumentasi
No
Jenis
DOKUMENTASI PERTAMA
2
Tanaman 2
3
Tanaman 3
4
Tanaman 4
6
Tanaman 6
7
Tanaman 7
9
Tanaman 9
No
Jenis
DOKUMENTASI KE DUA
2
Tanaman 2
3
Tanaman 3
5
Tanaman 5
6
Tanaman 6
8
Tanaman 8
10
Tanaman 10
No
Jenis
DOKUMENTASI KETIGA
Abdullah Mujahid
1
Tanaman 1
3
Tanaman 3
5
Tanaman 5
7
Tanaman 7
9
Tanaman 9
No
Jenis
DOKUMENTASI KE EMPAT
1
Tanaman 1
2
Tanaman 2
4
Tanaman 4
6
Tanaman 6
8
Tanaman 8
4.2 PEMBAHASAN
Pada praktikum teknologi produksi tanaman yang telah dilakukan di
lapang,diperoleh data dengan empat varietas dan kedelai varietas Tanggamus (kelas H)
serta kedelai varietas Grobokan (Kelas A), Kedelai yang mana dua varietas yang sama
yaitu kedelai varietas Anjasmoro (kelas B dan Kelas F). Namun dari ke tiga perlakuan ini
memiliki perawatan yang sama.
Menurut literatur varietas anjasmoro memiliki keunggulan produksi tinggi 2.25 ton/ha,
tahan terhadap virus CPMMV (Cowpea mild mottle virus) apabila di silangkan dengan
var MLGG 0021 sehingga varietas ini cocok di tanam di lahan yang rawan peyakit,
toleran genangan, dan berbiji besar sehingga cocok di gunakan sebagai bahan baku
pembuatan tempe..
Pada pengamatan kelas A menggunakan perlakuan varietas grobogan. Pada saat
pengamatan memiliki rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah cabang produktif
di bawah perlakuan menggunakan varietas anjasmoro namun ternyata untuk jumlah
polong memiliki jumlah tertinggi karena menurut literatur varietas ini memiliki
keunggulan berumur genjah yaitu 72 hari, berproduksi baik pada kondisi lingkungan
setempat dan dapat berproduksi hingga 2.77 ton/ha pertumbuhan batang cepat. Sehingga
pada waktu pengamatan tanaman sudah memiliki jumlah polong yang banyak.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan di lahan Ngijo, Kepuharjo diperoleh
parameter pengamatan jumlah daun, jumlah polong, tinggi tanaman, jumlah cabang produktif
dan jumlah polongdari perbandingan antara varietas Grobogan (Kelas A),varietas tanggamus
(kelas H), varietas Anjasmoro (kelas B) dan varietas Anjasmoro (Kelas F)
Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa dari perbandingan ke tiga
perlakuan yaitu Varietas Anjasmoro, Varietas grobogan dan Varietas tanggamus. Jumlah daun,
tinggi tanaman dan jumlah cabang produktif tertinggi adalah pada perlakuan Penggunaan
Kedelai varietas Anjasmoro karena varietas ini adaptif terhadap lahan sawah, tahan genangan,
ukuran biji besar dan tahan rebah sehiingga pertumbuhan vegetatif cepat dan optimal. Namun
memilki masa panen agak lama yaitu 82 -90 hari.
Untuk jumlah polong tertinggi adalah pada varietas grobogan karena varietas ini
memiliki keunggulan berumur genjah yaitu 72 hari, berproduksi baik pada kondisi lingkungan
setempat dan dapat berproduksi hingga 2.77 ton/ha. Sehingga pada waktu pengamatan tanaman
sudah memiliki jumlah polong yang banyak.