• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Ekspresi Reseptor Progesteron Dengan Diferensiasi Sel dan Stadium Karsinoma Endometrium Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Ekspresi Reseptor Progesteron Dengan Diferensiasi Sel dan Stadium Karsinoma Endometrium Chapter III V"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif rancangan cross-sectional dengan analisa inferensial dimana dilakukan pemeriksaan imunohistokimia terhadap parafin blok jaringan karsinoma endometrium kemudian akan dianalisa secara analitik untuk melihat hubungan ekspresi reseptor progesteron dengan diferensiasi sel dan stadium karsinoma endometrium.

3.2.

Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP H. Adam Malik Medan. Pemeriksaan imunohistokimia reseptor progesteron dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi USU.

Waktu penelitian dimulai dari Mei 2016 sampai Januari 2017. 3.3. Subyek Penelitian

(2)

3.4. Sampel Penelitian73

n = Zα 2 P Q d2 dimana :

n = besar sampel minimum

Zα = nilai baku normal dari tabel Z yang besarnya bergantung pada nilai α yang ditentukan. Nilai α = 0,05Zα = 1,96

P = proporsi ekspresi reseptor progesteron positif pada karsinoma endometrium =0,874

Q = 1-P

d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir = 0,1 Q = 1-P = 0,2

n = 61,4 dibulatkan menjadi 65 orang.

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.5.1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:

1. Blok parafin jaringan adenokarsinoma endometrium tipe I, yang

dibuktikan dengan hasil pemeriksaan histopatologi.

2. Data rekam medis lengkap

3.5.2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah sediaan blok parafin

tidak dapat dilabel (blok parafin tidak ditemukan) dan tidak dapat

dilakukan pemeriksaan imunohistokimia untuk pemeriksaan ekspresi

(3)

3.6. Cara kerja dan teknik pengumpulan data

1. Setelah mendapat persetujuan dari komisi etik untuk melakukan penelitian, penelitian dimulai dengan mengumpulkan data dari rekam medik mengenai identitas lengkap, karakteristik pasien dan diagnosa pasien (sesuai kriteria inklusi dan eksklusi).

2. Setelah data diambil, dilakukan pencarian blok parafin hasil pemeriksaan histopatologi dari departemen Patologi Anatomi RSUP HAM, pasien dengan karsinoma endomterium yang telah dilakukan pembedahan (laparotomy surgical staging). Blok parafin yang diambil adalah jaringan endometrium.

3.

Dilakukan peminjaman sediaan blokparafin.

4. Dilakukan pemeriksaan immunohistokimia di Laboratorium Patologi Anatomi FK USU. Pada blok parafin dilakukan pemeriksaan imunohistokimia reseptor progesteron. Pemeriksaan imunohistokimia adalah pemeriksaan jaringan yang telah dilabel dengan antibodi spesifik untuk melihat ekspresi protein antigen spesifik dengan mikroskop.

5. Pembacaan hasil pemeriksaan imunohistokimia dilakukan oleh dua dokter spesialis Patologi Anatomi.

6. Hasil interpretasi sediaan tersebut dilakukan analisis statistik.

3.7. Prosedur Pemeriksaan Imunohistokimia

3.7.1. Alat dan Bahan Penelitian

(4)

Bahan-bahan yang diperlukan untuk penelitian ini adalah xylene, alkohol absolut 70%, alkohol absolut 80%, akuades, target retrieval solution (TRS), wash buffer (WB), Dako FLEXtm peroxidase,Dako FLEXtm Diamino Benzidine (DAB), phosphate buffer saline (PBS), hematoxylin, mounting medium, Antibodi primer: Monoclonal Mouse Anti-Human Progesteron Receptor, clone PgR 636.

3.7.2. Cara kerja

Tahapan pewarnaan reseptor progesteron tercantum pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.1.Tahapan Pewarnaan Reseptor Progesteron

Deparafinisasi slide (Xylol 1, Xylol 2, Xylol 3 5 menit Rehidrasi (Alkohol absolut,alcohol 96%, 80%, 70%) 4 menit

Bilas dengan air mengalir (keran) 5 menit

Masukkan slide ke dalam PT Link Dako Epitope Retrieval : set up Preheat 65ºC, Running time 98 ºC selama 15 menit

1 jam

Pap pen Segera masukan dalam Trias Buffered Saline (TBS) pH 7,4

5 menit

Blocking dengan peroxidase block 5-10 menit Cuci dalam Tri Buffered Saline (TBS) pH 7,4 5 menit Blocking dengan Normal horse Serum (NHS) 3% 15 menit Cuci dalam Tri Buffered Saline (TBS) pH 7,4 5 menit Inkubasi dengan Antibodi primer : Monoclonal Mouse

Anti-Human Progesteron Receptor, clone PgR 636

1 jam

Cuci dalam Tri Buffered Saline (TBS) pH 7,4 5 menit

Dako Real envision Rabbit 20 menit

Cuci dalam Tri Buffered Saline (TBS) pH 7,4 5 menit DAB + Substrat Chromogen solution dengan penegenceran 20

µl DAB : 1000 µl substrat (tahan 5 hari di suhu 2-8 ºC setelah di mix

5 menit

Cuci dengan air mengalir 10 menit

Hematoxylin 10 menit

Bilas dengan air mengalir (keran) 5 menit

(5)

Cuci dengan air mengalir 5 menit Rehidrasi (Alkohol absolut,alcohol 96%, 80%, 70%) 4 menit Clearing (Xylol 1, Xylol 2, Xylol 3 5 menit

Mounting medium dan coverslip 5 menit

Pengamatan di bawah mikroskop

3.8. Instrumen Penilaian

Penilaian ekspresi imunuhistokimia reseptor progesteron menggunakan Allred Score yang merupakan penjumlahan Proportion Score (PS) dan Intensity Score (IS).

Tabel 3.2.Penilaian Allred Score Pada Ekspresi Reseptor Progesteron58 Proportion Score (PS) Score Intensity Score (IS)

Tidak ada nukleus yang terwarnai 0 Tidak terwarnai

<1% nukleus yang terwarnai 1 Intensitas pewarnaan lemah 1-10% nukleus yang terwarnai 2 Intensitas pewarnaan sedang 11-33% nukleus yang terwarnai 3 Intensitas pewarnaan kuat 34-66% nukleus yang terwarnai 4

> 66% nukleus yang terwarnai 5

Skor Total = Proportion Score (PS) + Intensity Score (IS)58 Tabel 3.3.Interpretasi Penilaian Allred Score 73

Skor Total Interpretasi

0-2 Negatif

> 3 Positif

(6)

3.9. Definisi Operasional

Pada penelitian ini digunakan batasan sebagai berikut:

No Variabel Definisi Cara dan Alat Ukur Kategori Skala Ukur

1. Karsinoma

(laparotomy surgical staging)1,75

reseptor progesteron

dengan menggunakan Receptor, clone PgR 63647,48

Pewarnaan

Imunohistokimia

yang diamati oleh

dua orang observer

dan kemudian

dilakukan interpretasi

dengan skor Allred.

Skor Allred

0-2 (negatif)

≥ 3 (positif)

Kategorik

3. Usia Usia yang terhitung

sejak dilahirkan hingga

saat penelitian

Indeks massa tubuh

berdasarkan kriteria

WHO tahun 200477

Alat pengukur berat

badan dalam satuan

kilogram serta alat

pengukur tinggi

badan dalam satuan

(7)

Obesitas :

>30 kg/m2

5. Diferensiasi Deskripsi pada tumor

berdasarkan pada

seberapa abnormal sel

tumor dan jaringan

tumor yang terlihat di

bawah mikroskop yang

diklasifikasikan

berdasarkan FIGO

210215

Histopatologi Baik, sedang,

buruk

Kategorik

6. Stadium

karsinoma

endometrium

Derajat keparahan dan

penyebaran karsinoma

endometrium yang

diklasifikasikan

berdasarkan FIGO (The

Federation of

Gynecology and

Obstetrics)15,38

(8)

3.10. Analisa Data

Data akan dianalisa secara deskriptif untuk melihat distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik. Kemudian akan dianalisa secara iferensial dengan menggunakan uji chi-square untuk melihat hubungan ekspresi reseptor progesteron dengan diferensiasi sel dan stadium karsinoma endometrium.

Untuk menganalisa perbedaan akurasi dua observer akan dihitung nilai kappa, dimana jika validitas >75% maka tidak ditemukan perbedaan bermakna antara kedua pengamatan observer.

3.11. Alur Penelitian

Sampel Blok Parafin Karsinoma endometrium

tipe 1

Pemeriksaan imunohistokimia reseptor progesteron

Analisis Data Kriteria Inklusi/Eksklusi

(9)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. KarakteristikSubyekPenelitian

Penelitian ini menggunakansediaan blok parafin jaringan pasien karsinoma endometrium paska pembedahan di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP. H. Adam Malik Medansebanyak 65 buah.

(10)

Karakteristik subyek penelitian digambarkan pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Ditribusi frekuensi berdasarkan karateristik subjek penelitian

Karakteristik Karsinoma Endometrium

n %

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa subyek penelitian karsinoma endometrium terbanyak dengan usia > 50 tahun (67.7%). Dari hasil tersebut, menunjukkan bahwa karsinoma endometrium umumnya dijumpai pada usia lanjut. Hal ini sesuai dengan penelitian Tulumang et al yang diperoleh bahwa kasus karsinoma endometrium terbanyak pada usia > 51 tahun.1

Hasil penelitian yang sama oleh Holman et aldanSalom et al didapatkan mayoritas wanita yang didiagnosa karsinoma endometrium adalah wanita dengan rentang usia 55-64 tahun.18,19

(11)

rendahnya P4. Kondisi ini terjadi secara konstan sehingga hal inilah yang dikatakan unopposed estrogen pada perimenopause. Selain itu, hal ini berkaitan dengan penggunaan terapi estrogen untuk mengatasi gejala-gejala menopausenya. Peningkatan resiko ini berhubungan dengan durasi penggunaan.8

Berdasarkan indeks massa tubuh, sebagian besar kasus karsinoma endometrium termasuk dalam kategori overweight sebanyak 29 sampel (44.6%) dan obesitas sebanyak 22 sampel (33.8%). Seperti yang kita ketahui bahwa kondisi overweight dan obesitas mempengaruhi produksi peptida (seperti insulin dan IGF-I, SHBG) dan hormon steroid (seperti estrogen, progesteron, androgen). Obesitas pada menopause menyebabkan kelebihan produksi estrogen karena androgen yang diproduksi oleh kelenjar adrenal dan ovarium dikonversi menjadi estron oleh enzim aromatase di kelenjar adiposa.2 Hasil ini sesuai dengan penelitian Salom et al, Goodman, dan Chiang yang menyatakan bahwa peningkatan indeks massa tubuh akan meningkatkan resiko untuk terjadinya karsinoma endometrium baik pada wanita premenopause atau postmenopause. Hal ini berhubungan dengan produksi estrogen endogen yang berlebihan karena aromatisasi androgen menjadi estradiol dan konversi androstenedion menjadi estron pada jaringan adipose perifer.Selain itu, wanita premenopause yang gemuk lebih mungkin untuk mengalami anovulasi kronis.17,18,21

(12)

merupakan progresifitas dari hiperplasia endometrium dan memiliki prognosis yang lebih baik.9 Hal ini juga sesuai dengan Binder yang menyatakan bahwa patologi karsinoma endometrium yang paling banyak adalah adenokarsinoma endometrioid dengan diferensiasi baik.78 Menurut The Cancer Genome Atlas (TCGA) bahwa karsinoma endometrium tipe I merupakan tumor dengan low copy number yang umumnya dengan mutasi PTEN dan berhubungan dengan diferensiasi sel yang baik.59

Berdasarkan stadium, sebagian besar kasus karsinoma endometrium adalah stadium III (41.5%). Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian oleh Holman et al dan Salom et al yang menyatakan bahwa sebagian besar karsinoma endometrium didiagnosa pada stadium awal (75%).10,17 Hal ini juga bertentangan dengan data dari SEER tahun 2003-2009, bahwa 68% karsinoma endometrium didiagnosa pada stadium awal, selebihnya (32%) terdiagnosa pada stadium akhir setelah terjadi penyebaran lokal atau penyebaran lebih jauh. Kasus yang terdiagnosa pada stadium akhir kemungkinan karena terlambatnya diagnosa atau jenis histologi lain yang lebih agresif.78 Dari hasil penelitian ini didapati bahwa kasus terbanyak dijumpai pada stadium lebih lanjut kemungkinan karena tingkat pengetahuan pasien yang rendah dalam mengenali gejala dan tidak adanya skrinning baku dalam mendeteksi karsinoma endometrium. Namun perlu adanya penelitian yang lebih lanjut untuk menyimpulkan hal ini.

4.2 Ekspresi Reseptor Progesteron pada Sediaan Karsinoma

Endometrium

(13)

Tabel 4.2. Ekspresi reseptor progesteron pada karsinoma endometrium

Ekspresi Karsinoma Endometrium

n %

Positif 30 46.2

Negatif 35 53.8

Total 65 100.0

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kelompok karsinoma endometrium yang memiliki ekspresi reseptor progesteron negatif lebih banyak bila dibandingkan dengan kelompok karsinoma endometrium yang memiliki ekspresi reseptor progesteron positif (53.8%), namun persentasenya tidak jauh berbeda. Hal ini sesuai dengan penelitian Xie et al dan Yang S et al yang menyatakan bahwa ekspresi reseptor progesteron akan menurun selama perjalanan karsinoma endometrium yang menyebabkan hilangnya inhibisi pertumbuhan yang diregulasi oleh progesteron. Hilangnya ekspresi reseptor progesteron ini dapat disebabkan karena dua hal yaitu tidak adanya reseptor progesteron atau terjadinya down-regulasi reseptor progesteron. Pada karsinoma endometrium terjadi fosforilasi dan ubiquinasasi reseptor progesterone oleh proteasome.46,59

Hasil penelitian yang sama oleh Kreizman-Shefer et al yang menyatakan bahwa ekspresi PR menurun sampai menghilang pada karsinoma endometrium. 14

4.3 Hubungan Ekspresi Reseptor Progesteron dengan Diferensiasi Sel

Pada Karsinoma Endometrium

(14)

Tabel 4.3.Hubungan Ekspresi Reseptor Progesteron dengan Diferensiasi Sel Pada Karsinoma Endometrium

Ekspresi

Diferensiasi Sel

Nilai p

Baik Sedang Buruk Total

n % n % n % n %

Positif 22 73.3% 8 26.7% 0 .0% 30 100.0%

0.000 Negatif 7 20.0% 8 22.9% 20 57.1% 35 100.0%

*Uji Fischer Exact

Tabel 4.3 menjelaskan bahwa sebagian besar karsinoma endometrium dengan ekspresi reseptor progesteron positif memiliki diferensiasi sel baik (73.3%) dan sebaliknya, sebagian besar karsinoma endometrium dengan ekspresi reseptor progesteron negatif memiliki memiliki diferensiasi sel buruk (57.1%). Hubungan antara penilaian ekspresi reseptor progesteron dengan diferensiasi sel karsinoma endometrium dinilai secara statistik dengan uji fischer-exact didapatkan nilai p=0.000 (p<0.05) yang berarti adanya hubungan yang signifikan antara ekspresi reseptor progesteron dengan diferensiasi sel pada karsinoma endometrium.

Diferensiasi sel (derajat histologi) pada karsinoma endometrium dibagi berdasarkan klasifikasi FIGO 2012 yaitu G1 (diferensiasi sel baik), G2 (diferensiasi sel sedang), dan G3 (diferensiasi sel buruk). Semakin tinggi derajat histologi maka semakin buruk diferensiasi sel.15

Tabel 4.4 Korelasi ekspresi reseptor progesteron dengan diferensiasi sel

Variabel r p

Diferensiasi Sel -0.659 0.000

*Uji Spearman

(15)

nilai r = - 0.659 yang berarti terdapat korelasi terbalik dengan kekuatan korelasi yang erat. Dapat disimpulkan bahwa semakin lemah ekspresi reseptor progesteron, maka semakin tinggi derajat histologi sel (diferensiasi buruk/G3) pada karsinoma endometrium.

Hal ini sesuai dengan penelitian Kreizman-Shefer et al yang menyatakan bahwa PR pada sel karsinoma endometrium berkorelasi dengan diferensiasi sel, histologi, penyebaran ke adneksa, dan rekurensi. Ekspresi PR menurun hingga negatif pada karsinoma endometrium. Ekspresi PR semakin menurun dengan meningkatnya derajat histologi sel dan berkorelasi terbalik dengan invasi miometrium. Hal ini disebabkan karena penurunan ekspresi E-chaderin dan peningkatan EMT. Adanya progesteron juga berhubungan dengan respon terapi.14

Seperti halnya penelitian yang dilakukanAi et al danKobel et aldalam menilai hubungan ekspresi reseptor progesteron dengan angka ketahanan hidup. Dari penelitian ini didapatkan bahwa pasien dengan karsinoma endometrium resiko tinggi memiliki status reseptor progesteron negatif. Angka ketahanan hidup lebih tinggi pada pasien dengan status reseptor progesteron positif dengan LVSI negatif. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa status reseptor progesteron dapat digunakan sebagai faktor resiko untuk menilai apakah pasien perlu dilakukan terapi adjuvan.63,64

(16)

yang umumnya merupakan ekspresi yang kuat. Demikian halnya pada karsinoma endometrioid derajat tinggi menunjukkan ekspresi PR yang rendah.79

Dari beberapa penelitian ini dapat disimpulkan bahwa reseptor progesteron merupakan salah satu faktor prognostik molekuler pada karsinoma endometrium. Adanya PR erat kaitannya dengan kesuksesan terapi endokrin dan angka ketahanan hidup, sedangkan hilangnya PR dikaitkan dengan resistensi progestin dan meningkatkan progresifitas karsinoma endometrium.78

4.4 Hubungan Ekspresi Reseptor Progesteron dengan Stadium

Karsinoma Endometrium

Hubungan ekspresi reseptor progesteron dengan stadium karsinoma endometrium yang dinilai secara statistik dengan uji chi-square dapat dilihat pda tabel 4.5.

Tabel 4.5.Hubungan Ekspresi Reseptor Progesteron dengan Stadium Pada Karsinoma Endometrium

Ekspresi

Diferensiasi Sel Nilai p

Stadium I Stadium II Stadium III Total

n % n % n % n %

Positif 12 40.0% 12 40.0% 6 20.0% 30 100.0%

0.003 Negatif 9 25.7% 5 14.3% 21 60.0% 35 100.0%

*Uji chi-square

(17)

didapatkan nilai p= 0.003 (p<0.005) yang memberi makna bahwa ada hubungan yang signifikan antara ekspresi reseptor progesteron dengan stadium karsinoma endometrium.

Tabel 4.6 Korelasi Ekspresi Reseptor Progesteron dengan Stadium

Variabel r p

Stadium -0.428 0.003

*Uji Spearman

Korelasi antara ekspresi reseptor progesteron dengan stadium karsinoma endometrium dinilai secara statistik dengan uji Spearman didapatkan nilai r = -0.428 yang berarti terdapat korelasi terbalik dengan kekuatan sedang. Dapat disimpulkan bahwa semakin lemah ekspresi reseptor progesteron, maka semakin tinggi stadium karsinoma endometrium.

Berdasarkan tinjauan pustaka, hilangnya ekspresi reseptor progesteron dikaitkan dengan penyakit stadium akhir dimana tumor tidak lagi memberikan respon terhadap terapi progesteron. Dalam penelitian Hanekamp et al yang mengaitkan regulasi in vitro progesteron dari beberapa gen yang diseleksi, yang memiliki potensi untuk terlibat dalam invasi dan metastasis, dengan perubahan in vivo pada ekspresi protein yang terkait selama progresi karsinoma endometrium.48

Penelitian oleh Van der Horst et al menyimpulkan bahwa hilangnya ekspresi reseptor progesteron berkorelasi dengan peningkatan EMT pada karsinoma endometrium. Dengan adanya sel kanker akan menyebabkan infiltrasi limfosit T ke daerah lesi sebagai antikanker. Proses EMT diaktivasi

(18)

penanda epitel seperti E-cadherin dan meningkatnya penanda mesenkim seperti vimentin.58Tomica et al dan Saito, et al pada penelitiannya menilai ekspresi reseptor estrogen dan reseptor progesteron pada sel kanker dan miometrium dan hubungannya dengan faktor prognostik pada karsinoma endometrium. Dari penelitian ini didapatkan bahwa hilangnya ekspresi reseptor progesteron juga berkorelasi dengan diferensiasi sel yang buruk, LVSI positif, dan stadium lanjut (III dan IV). Dalam hal ini, ekspresi reseptor progesteron merupakan marker yang lebih baik dalam menilai agresifitas karsinoma.65,66

(19)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Jumlah kelompok ekspresi reseptor progesteron positif dan negatif

hampir sama banyaknya pada karsinoma endometrium.

2. Ada hubungan yang signifikan antara ekspresi reseptor progesteron

dengan diferensiasi sel pada karsinoma endometrium. Semakin lemah

ekspresi reseptor progesteron, maka semakin tinggi derajat histologi

sel (diferensiasi buruk/G3) pada karsinoma endometrium.

3. Ada hubungan yang signifikan antara ekspresi reseptor progesteron

dengan stadium. Semakin lemah ekspresi reseptor progesteron, maka

semakin tinggi stadium karsinoma endometrium.

5.2 Saran

1. Pemeriksaan ekspresi reseptor progesteron dapat menjadi langkah

awal dalam menentukan prognosis pasien-pasien karsinoma

endometrium sehingga dapat ditentukan apakah pasien tersebut

membutuhkan terapi adjuvan yaitu radiasi.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam jangka waktu yang lebih

panjang mengenai hubungan ekspresi reseptor progesteron dengan

survival rate

dan

disease-free survival

dalam menilai prognosis

Gambar

Tabel 3.1.Tahapan Pewarnaan Reseptor Progesteron
Tabel 3.2.Penilaian Allred Score Pada Ekspresi Reseptor Progesteron58
Tabel 4.1 Ditribusi frekuensi berdasarkan karateristik subjek penelitian
Tabel 4.2. Ekspresi reseptor progesteron pada karsinoma endometrium
+2

Referensi

Dokumen terkait

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah besaran komite audit, aktivitas pertemuan komite audit, independensi komite audit, kualifikasi komite

Lokus penelitian ini di Kota Serang Provinsi Banten dengan menggunakan teknis survei literatur akademis di bidang keilmuan pelayanan publik untuk memperoleh

Oleh karena F2 memiliki aktivitas antibakteri paling tinggi dan berada dalam jumlah paling besar, maka penentuan MIC dilakukan terhadap senyawa yang terdapat di

8 Pengasahan batu akik harus memakai APD dalam bekerja 9 Meskipun bekerja singkat anda tetap memakai APD 10 Pemakaian APD sangat bermanfaat dalam proses. pengasahan batu akik

KEBIMBANGAN KAUM-KAUM BUKAN CINA Persahabatan erat dengan Negara China boleh menimbulkan ketakutan atau sekurang-kurangnya kebimbangan dari kaum-kaum bukan-China kerana

Kepadatan penduduk dengan kualitas biologi air sumur tidak terdapat korelasi yang berarti kenaikan jumlah penduduk tidak diikuti dengan kenaikan jumlah bakteri

Belok kiri langsung sedapat mungkin digunakan bila ruang jalan yang tersedia mencukupi untuk belok kiri melewati antrian lalu lintas lurus dari pendekat yang

1. Harun Joko Prayitno,M.Hum, selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.