• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Yuridis Terhadap Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 Tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan (Studi Kasus Kelurahan Deli Tua)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Yuridis Terhadap Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 Tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan (Studi Kasus Kelurahan Deli Tua)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

19

A. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 disebutkan pengertian desa

adalah, kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau

hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam Pasal 4 Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 desa bertujuan yaitu

sebagai berikut:

1. memberikan pengakuan dan penghormatan atas desa yang sudah ada

dengan keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

2. memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa dalam sistem

ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi

seluruh rakyat Indonesia.

3. melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat Desa;

4. mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk

(2)

5. membentuk Pemerintahan Desa yang profesional, efisien dan efektif,

terbuka, serta bertanggung jawab;

6. meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna

mempercepat perwujudan kesejahteraan umum;

7. meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna

mewujudkan masyarakat Desa yang mampu memelihara kesatuan sosial

sebagai bagian dari ketahanan nasional;

8. memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan

pembangunan nasional; dan

9. memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek pembangunan.

Pembentukan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) huruf a

merupakan tindakan mengadakan Desa baru di luar Desa yang ada. Pembentukan

Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan prakarsa masyarakat Desa, asal usul,

adat istiadat, kondisi sosial budaya masyarakat Desa, serta kemampuan dan

potensi Desa. Pembentukan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

memenuhi syarat:

1. batas usia Desa induk paling sedikit 5 (lima) tahun terhitung sejak

pembentukan;

2. jumlah penduduk, yaitu:

a. wilayah Jawa paling sedikit 6.000 (enam ribu) jiwa atau 1.200 (seribu

(3)

b. wilayah Bali paling sedikit 5.000 (lima ribu) jiwa atau 1.000 (seribu)

kepala keluarga;

c. wilayah Sumatera paling sedikit 4.000 (empat ribu) jiwa atau 800

(delapan ratus) kepala keluarga;

d. wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara paling sedikit 3.000 (tiga

ribu) jiwa atau 600 (enam ratus) kepala keluarga;

e. wilayah Nusa Tenggara Barat paling sedikit 2.500 (dua ribu lima ratus)

jiwa atau 500 (lima ratus) kepala keluarga;

f. wilayah Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara,

Gorontalo, dan Kalimantan Selatan paling sedikit 2.000 (dua ribu) jiwa

atau 400 (empat ratus) kepala keluarga;

g. wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,

dan Kalimantan Utara paling sedikit 1.500 (seribu lima ratus) jiwa atau

300 (tiga ratus) kepala keluarga;

h. wilayah Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Maluku Utara paling

sedikit 1.000 (seribu) jiwa atau 200 (dua ratus) kepala keluarga; dan

i. wilayah Papua dan Papua Barat paling sedikit 500 (lima ratus) jiwa

atau 100 (seratus) kepala keluarga.

3. wilayah kerja yang memiliki akses transportasi antarwilayah;

4. sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan hidup bermasyarakat

sesuai dengan adat istiadat Desa;

5. memiliki potensi yang meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia,

(4)

6. batas wilayah Desa yang dinyatakan dalam bentuk peta Desa yang telah

ditetapkan dalam peraturan Bupati/ Walikota;

7 sarana dan prasarana bagi Pemerintahan Desa dan pelayanan publik; dan

8 tersedianya dana operasional, penghasilan tetap, dan tunjangan lainnya bagi

perangkat Pemerintah Desa sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Dua Desa atau lebih yang berbatasan dapat digabung menjadi Desa baru

berdasarkan kesepakatan Desa yang bersangkutan dengan memperhatikan

persyaratan yang ditentukan dalam Undang-Undang ini.

Dalam Pasal 11 disebutkan Desa dapat berubah status menjadi kelurahan

berdasarkan prakarsa Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa melalui

Musyawarah Desa dengan memperhatikan saran dan pendapat masyarakat Desa.

Seluruh barang milik Desa dan sumber pendapatan Desa yang berubah menjadi

kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi kekayaan/aset

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang digunakan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat di kelurahan tersebut dan pendanaan kelurahan

dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengubah status kelurahan

menjadi Desa berdasarkan prakarsa masyarakat dan memenuhi persyaratan yang

ditentukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kelurahan

yang berubah status menjadi Desa, sarana dan prasarana menjadi milik Desa dan

(5)

Pendanaan perubahan status kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.

Pembentukan, penghapusan, penggabungan, dan/atau perubahan status

Desa menjadi kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10,

dan Pasal 11 atau kelurahan menjadi Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12

ditetapkan dalam Peraturan Daerah.

Rancangan Peraturan Daerah tentang pembentukan, penghapusan,

penggabungan, dan/atau perubahan status Desa menjadi kelurahan atau kelurahan

menjadi Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 yang telah mendapatkan

persetujuan bersama Bupati/Walikota dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

diajukan kepada Gubernur. Gubernur melakukan evaluasi Rancangan Peraturan

Daerah tentang pembentukan, penghapusan, penggabungan, dan/atau perubahan

status Desa menjadi kelurahan atau kelurahan menjadi Desa sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) berdasarkan urgensi, kepentingan nasional, kepentingan

daerah, kepentingan masyarakat Desa, dan/atau peraturan perundang-undangan.

Gubernur menyatakan persetujuan terhadap Rancangan Peraturan Daerah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 paling lama 20 (dua puluh) hari setelah

menerima Rancangan Peraturan Daerah. Dalam hal Gubernur memberikan

persetujuan atas Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melakukan penyempurnaan dan

penetapan menjadi Peraturan Daerah paling lama 20 (dua puluh) hari. Dalam hal

Gubernur menolak memberikan persetujuan terhadap Rancangan Peraturan

(6)

tersebut tidak dapat disahkan dan tidak dapat diajukan kembali dalam waktu 5

(lima) tahun setelah penolakan oleh Gubernur.

Dalam hal Gubernur tidak memberikan persetujuan atau tidak memberikan

penolakan terhadap Rancangan Peraturan Daerah yang dimaksud dalam Pasal 15

dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati/Walikota dapat

mengesahkan Rancangan Peraturan Daerah tersebut serta sekretaris daerah

mengundangkannya dalam Lembaran Daerah. Dalam hal Bupati/Walikota tidak

menetapkan Rancangan Peraturan Daerah yang telah disetujui oleh Gubernur,

Rancangan Peraturan Daerah tersebut dalam jangka waktu 20 (dua puluh) hari

setelah tanggal persetujuan Gubernur dinyatakan berlaku dengan sendirinya.

Peraturan Daerah Kabupaten/Kota tentang pembentukan, penghapusan,

penggabungan, dan perubahan status Desa menjadi kelurahan atau kelurahan

menjadi Desa diundangkan setelah mendapat nomor registrasi dari Gubernur dan

kode Desa dari Menteri. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) disertai lampiran peta batas wilayah Desa.

B. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006

Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa,

adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam

sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kelurahan adalah

(7)

Kecamatan.Pembentukan desa bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik

guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

Dalam Pasal 3 disebutkan Syarat-syarat Pembentukan desa yaitu sebagai

berikut:

1. jumlah penduduk, yaitu:

a. wilayah Jawa dan Bali paling sedikit 1500 jiwa atau 300 KK;

b. wilayah Sumatera dan Sulawesi paling sedikit 1000 jiwa atau 200 KK;

dan

c. wilayah Kalimantan, NTB, NTT, Maluku, Papua paling sedikit 750

jiwa atau 75 KK.

2. luas wilayah dapat dijangkau dalam meningkatkan pelayanan dan

pembinaan masyarakat;

3. wilayah kerja memiliki jaringan perhubungan atau komunikasi antar dusun;

4 sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan antar umat beragama dan

kehidupan bermasyarakat sesuai dengan adat istiadat setempat;

5 potensi desa yang meliputi sumber daya alam dan sumber daya manusia;

6 batas desa yang dinyatakan dalam bentuk peta desa yang ditetapkan dengan

peraturan

daerah; dan

7 sarana dan prasarana yaitu tersedianya potensi infrastruktur pemerintahan

(8)

Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal usul

desa, adat istiadat dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Pembentukan

desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan setelah mencapai usia

penyelenggaraan pemerintahan desa paling sedikit 5 (lima) tahun.

Dalam Pasal 5 disebutkan Tatacara Pembentukan Desa adalah sebagai

berikut:

1 Adanya prakarsa dan kesepakatan masyarakat antuk membentuk desa;

2 Masyarakat mengajukan usul pembentukan desa kepada BPD dan Kepala

Desa;

3 BPD mengadakan rapat bersama Kepala Desa untuk membahas usul

masyarakat tentang pembentukan desa, dan kesepakatan rapat dituangkan

dalam Berita Acara Hasil Rapat BPD tentang Pembentukan Desa;

4 Kepala Desa mengajukan usul pembentukan Desa kepada Bupati/Walikota

melalui Camat, disertai Berita Acara Hasil Rapat BPD dan rencana

wilayah administrasi desa yang akan dibentuk;

5 Dengan memperhatikan dokumen usulan Kepala Desa, Bupati/Walikota

menugaskan Tim Kabupaten/Kota bersama Tim Kecamatan untuk

melakukan observasi ke Desa yang akan dibentuk, yang hasilnya menjadi

bahan rekomendasi kepada Bupati/Walikota;

6 Bila rekomendasi Tim Observasi menyatakan layak dibentuk desa baru,

Bupati/ Walikota menyiapkan Rancangan Peraturan Daerah tentang

(9)

7 Penyiapan Rancangan Peraturan Daerah tentang pembentukan desa

sebagaimana dimaksud pada huruf f, harus melibatkan pemerintah desa,

BPD, dan unsur masyarakat desa, agar dapat ditetapkan secara tepat

batas-batas wilayah desa yang akan dibentuk;

8 Bupati/Walikota mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang

Pembentukan Desa hasil pembahasan pemerintah desa, BPD, dan unsur

masyarakat desa kepada DPRD dalam forum rapat Paripurna DPRD;

9 DPRD bersama Bupati/Walikota melakukan pembahasan atas Rancangan

Peraturan Daerah tentang pembentukan desa, dan bila diperlukan dapat

mengikutsertakan Pemerintah Desa, BPD, dan unsur masyarakat desa;

10 Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Desa yang telah

disetujui bersama oleh DPRD dan Bupati/Walikota disampaikan oleh

Pimpinan DPRD kepada Bupati/Walikota untuk ditetapkan menjadi

Peraturan Daerah;

11 Peryampaian Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Desa

sebagaimana dimaksud pada huruf j, disampaikan oleh Pimpinan DPRD

paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama;

12 Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Desa sebagai:ana

dimaksud pada huruf k, ditetapkan oleh Bupati/Walikota paling lambat 30

(tiga puluh) hari terhitung sejak rancangan tersebut disetujui bersama; dan

13 Dalam hal sahnya Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan

(10)

pada huruf 1, Sekretaris Daerah mengundangkan Peraturan Daerah

tersebut di dalam Lembaran Daerah.

Dalam pasal 9 disebutkan perubahan status desa menjadi kelurahan adalah

sebagai berikut:

1 Desa dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi Kelurahan

berdasarkan prakarsa Pemerintah Desa bersama BPD dengan

memperhatikan aspirasi masyarakat setempat.

2 Aspirasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetujui paling

sedikit 2/3 (dua per tiga) penduduk Desa yang mempunyai hak pilih.

3 Perubahan status Desa menjadi Kelurahan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) harus memenuhi syarat:

a. luas wilayah tidak berubah;

b. jumlah penduduk paling sedikit 4500 jiwa atau 900 KK untuk wilayah

Jawa dan Bali serta paling sedikit 2000 jiwa atau 400 KK untuk diluar

wilayah Jawa dan Bali;

c. prasarana dan sarana pemerintahan yang memadai bagi terselenggaranya

pemerintahan Kelurahan;

d. potensi ekonomi berupa jenis, jumlah usaha jasa dan produksi serta

keanekaragaman mata pencaharian;

e. kondisi sosial budaya masyarakat berupa keanekaragaman status

penduduk dan perubahan nilai agraris ke jasa dan industri; dan

(11)

Tatacara pengajuan dan penetapan perubahan status Desa menjadi

Kelurahan adalah sebagai berikut:

1. Adanya prakarsa dan kesepakatan masyarakat untuk merubah status Desa

menjadi Kelurahan; .

2 Masyarakat mengajukan usul perubahan status Desa menjadi Kelurahan

kepada BPD dan Kepala Desa;

3 BPD mengadakan rapat bersama Kepala Desa untuk membahas usul

masyarakat tentang perubahan status Desa menjadi Kelurahan, dan

kesepakatan rapat dituangkan dalam Berita Acara Hasil Rapat BPD tentang

Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan;

4 Kepala Desa mengajukan usul perubahan status Desa menjadi Kelurahan

kepada Bupati/Walikota melalui Camat, disertai Berita Acara Hasil Rapat

BPD;

5 Dengan memperhatikan dokumen usulan Kepala Desa, Bupati/Walikota

menugaskan Tim Kabupaten/Kota bersama Tim Kecamatan untuk

melakukan observasi ke Desa yang akan diubah statusnya menjadi

Kelurahan, yang hasilnya menjadi bahan rekomendasi kepada Bupati

/Walikota;

6 Bila rekomendasi Tim Observasi menyatakan layak untuk merubah status

Desa menjadi Kelurahan, Bupati/Walikota menyiapkan Rancangan

(12)

7 Bupati/Walikota mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang

Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan kepada DPRD dalam forum

rapat Paripurna DPRD;

8 DPRD bersama Bupati/Walikota melakukan pembahasan atas Rancangan

Peraturan Daerah tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan, dan

bila diperlukan dapat mengikutsertakan Pemerintah Desa, BPD, dan unsur

masyarakat desa;

9 Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan Status Desa Menjadi

Kelurahan yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan Bupati/Walikota

disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada Bupati/Walikota untuk

ditetapkan menjadi Peraturan Daerah;

10 Penyampaian Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan Status Desa

Menjadi Kelurahan sebagaimana dimaksud pada huruf i, disampaikan oleh

Pimpinan DPRD paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal

persetujuan bersama;

11 Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan Status Desa Menjadi

Kelurahan sebagaimana dimaksud pada huruf j, ditetapkan oleh

Bupati/Walikota paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak

rancangan tersebut disetujui bersama; dan

12 Dalam hal sahnya Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan Status

Desa Menjadi Kelurahan yang telah ditetapkan oleh Bupati/Walikota

sebagaimana domaksud pada huruf k, Sekretaris Daerah mengundangkan

(13)

Berubahlihnya status Desa menjadi Kelurahan, seluruh kekayaan dan

sumber-sumber pendapatan Desa menjadi kekayaan Dacrah Kabupaten/ Kota.

Kekayaan dan sumber-sumber pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dikelola oleh Kelurahan bersangkutan untuk kepentingan masyarakat setempat.

C. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005

Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul

desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Pembentukan desa

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat :

a. jumlah penduduk;

b. luas wilayah;

c. bagian wilayah kerja;

d. perangkat; dan

e. sarana dan prasarana pemerintahan.

Pembentukan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa

penggabungan beberapa desa, atau bagian desa yang bersandingan, atau

pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau lebih, atau pembentukan desa di

luar desa yang telah ada. Pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau lebih

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan setelah mencapai paling

sedikit 5 (lima) tahun penyelenggaraan pemerintahan desa. Desa yang kondisi

masyarakat dan wilayahnya tidak lagi memenuhi persyaratan sebagaimana

(14)

Ketentuan lebih lanjut mengenai Pembentukan, Penghapusan dan

Penggabungan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diatur dengan

Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dengan berpedoman pada Peraturan Menteri.

Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

mengakui dan menghormati hak asal-usul, adat istiadat dan sosial budaya

masyarakat setempat.

Dalam Pasal 5 disebutkan Desa dapat diubah atau disesuaikan statusnya

menjadi kelurahan berdasarkan prakarsa Pemerintah Desa bersama BPD dengan

memperhatikan saran dan pendapat masyarakat setempat. Perubahan status desa

menjadi kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memperhatikan

persyaratan :

a.luas wilayah;

b.jumlah penduduk;

c.prasarana dan sarana pemerintahan;

d.potensi ekonomi; dan

e.kondisi sosial budaya masyarakat.

Desa yang berubah menjadi Kelurahan, Lurah dan Perangkatnya diisi dari

pegawai negeri sipil. Ketentuan lebih lanjut mengenai perubahan status desa

menjadi kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3)

diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dengan berpedoman pada

Peraturan Menteri. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud

pada ayat (4) wajib mengakui dan menghormati hak asal-usul, adat istiadat desa

(15)

Desa yang berubah statusnya menjadi Kelurahan, kekayaannya menjadi

kekayaan daerah dan dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan untuk

kepentingan masyarakat setempat. Pendanaan sebagai akibat perubahan status

desa menjadi kelurahan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah kabupaten/kota

.

D. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014

Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,

selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,

dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Pemerintah Desa adalah kepala Desa atau yang disebut

dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara

Pemerintahan Desa. Pembentukan Desa diprakarsai oleh Pemerintah dan

pemerintah daerah kabupaten/kota.

Pembentukan Desa oleh pemerintah daerah kabupaten/kota dapat berupa:

1 pemekaran dari 1 (satu) Desa menjadi 2 (dua) Desa atau lebih; atau

2 penggabungan bagian Desa dari Desa yang bersanding menjadi 1 (satu)

(16)

Pembentukan Desa melalui penggabungan beberapa Desa menjadi 1 (satu)

Desa baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b dilakukan berdasarkan

kesepakatan Desa yang bersangkutan. Kesepakatan Desa sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dihasilkan melalui mekanisme:

1 Badan Permusyawaratan Desa yang bersangkutan menyelenggarakan

musyawarah Desa;

2 hasil musyawarah Desa dari setiap Desa menjadi bahan kesepakatan

penggabungan Desa;

3 hasil kesepakatan musyawarah Desa ditetapkan dalam keputusan bersama

Badan Permusyawaratan Desa;

4 keputusan bersama Badan Permusyawaratan Desa ditandatangani oleh

para kepala Desa yang bersangkutan; dan

5 para kepala Desa secara bersama-sama mengusulkan penggabungan Desa

kepada bupati/walikota dalam 1 (satu) usulan tertulis dengan melampirkan

kesepakatan bersama.

Dalam Pasal 20 disebutkan Perubahan status Desa meliputi:

1 Desa menjadi kelurahan;

2 Kelurahan menjadi Desa; dan

3 Desa adat menjadi desa.

Dalam Pasal 21 disebutkam Perubahan status Desa menjadi kelurahan

harus memenuhi syarat:

(17)

2 jumlah penduduk paling sedikit 8.000 (delapan ribu) jiwa atau 1.600

(seribu enam ratus) kepala keluarga untuk wilayah Jawa dan Bali serta

paling sedikit 5.000 (lima ribu) jiwa atau 1.000 (seribu) kepala keluarga

untuk di luar wilayah Jawa dan Bali;

3 sarana dan prasarana pemerintahan bagi terselenggaranya pemerintahan

kelurahan;

4 potensi ekonomi berupa jenis, jumlah usaha jasa dan produksi, serta

keanekaragaman mata pencaharian;

5 kondisi sosial budaya masyarakat berupa keanekaragaman status

penduduk dan perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri

dan jasa; dan

6 meningkatnya kuantitas dan kualitas pelayanan .

Perubahan status Desa menjadi kelurahan dilakukan berdasarkan prakarsa

Pemerintah Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa dengan memperhatikan

saran dan pendapat masyarakat Desa setempat. Prakarsa sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dibahas dan disepakati dalam musyawarah Desa. Kesepakatan hasil

musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dituangkan ke dalam

bentuk keputusan.

Keputusan hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

disampaikan oleh kepala Desa kepada bupati/walikota sebagai usulan perubahan

status Desa menjadi kelurahan. Bupati/walikota membentuk tim untuk melakukan

kajian dan verifikasi usulan kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (4).

(18)

bagi bupati/walikota untuk menyetujui atau tidak menyetujui usulan perubahan

status Desa menjadi kelurahan.

Dalam hal bupati/walikota menyetujui usulan perubahan status Desa

menjadi kelurahan, bupati/walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah

kabupaten/kota mengenai perubahan status Desa menjadi kelurahan kepada dewan

perwakilan rakyat daerah kabupaten/kota untuk dibahas dan disetujui bersama.

Pembahasan dan penetapan rancangan peraturan daerah kabupaten/kota mengenai

perubahan status Desa menjadi kelurahan dilakukan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Kepala Desa, perangkat Desa, dan anggota Badan Permusyawaratan Desa

dari Desa yang diubah statusnya menjadi kelurahan diberhentikan dengan hormat

dari jabatannya. Kepala Desa, perangkat Desa, dan anggota Badan

Permusyawaratan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberi penghargaan

dan/atau pesangon sesuai dengan kemampuan keuangan pemerintah daerah

kabupaten/kota. Pengisian jabatan lurah dan perangkat kelurahan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) berasal dari pegawai negeri sipil dari pemerintah daerah

kabupaten/kota bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dan pada akhirnya telah dibuat suatu program aplikasi database sederhana yang akan dapat membantu dalam pengolahan data-data korban yang lebih mudah dalam penggunaannya dan

Watermarking digital sebagai salah satu solusi yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah ini, dihadapkan pada permasalahan ketahanan terhadap distorsi yang mungkin terjadi

[r]

Pireksia yang tidak diketahui asalnya menyertai persalinan Hipermisis (muntah yang berlebihan dalam kehamilan) KEADAAN TERTENTU PD MASA PERINATAL Cidera lahir cidera pada bayi

Guru juga telah memaksimalkan metode dan model yang digunakan dalam penelitian sehingga materi dapat diterima siswa dengan baik yang mengakibatkan hasil belajar

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI PELAKSANAAN PERIZINAN KEGIATAN

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan antara ukuran komite audit terhadap timelines dari suatu laporang