• Tidak ada hasil yang ditemukan

BOOK Mediamorfosa Hanna N Dua Sisi Mata Uang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BOOK Mediamorfosa Hanna N Dua Sisi Mata Uang"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Facebook sebagai Inovasi Teknologi

dan Kuasa Politik

Hanna Nurhaqiqi Universitas Gadjah Mada

hannanurhaqiqi@yahoo.com

Pendahuluan

Facebook merupakan media sosial yang sangat populer di berbagai kalangan usia. Hal ini menjadikannya sebagai media paling dominan dalam tersebarnya arus informasi yang bergulir pada masa modern ini. Melihat pada gambar di bawah menunjukkan bahwa Facebook memiliki visi yang sangat kuat dalam mengembangkan inovasi teknologi. Dalam melakukan akses Facebook, para pengguna tidak dikenakan biaya alias gratis. Sehingga semakin banyak pengguna-pengguna baru yang berbondong untuk membuat akun dan membagi informasi- informasi terbaru kehidupan pribadinya. Atau memanfaatkannya sebagai sarana komunikasi kepada kolega, keluarga, dan kawan lainnya. Semakin mudah akses dan itur Facebook dikembangkan secara cuma-Cuma, semakin tinggi pula para pengguna baru yang menggunakan Facebook.

(2)

Perkembangan laju informasi masa modern kini tidak terlepas dari peran teknologi informasi yang terus mengalami inovasi. Ruang publik pada masa abad pertengahan lampau masih terbatas pada warung-warung kopi pinggir jalan atau pusat-pusat keramaian. Hal tersebut mengalami pergeseran, seiring dengan berkembangnya teknologi informasi dari masa ke masa. Kini ruang publik tidak hanya hadir di dunia nyata, namun telah hadir di dunia virtual.

Dunia virtual ini menyajikan sebuah ruang publik yang lebih luas dan dinamis. Karena didalamnya memberikan ruang yang lebih aksesibel, baik dari segi waktu, kecepatan interaksi, dan lebih spesiik mengenai isu yang dibahas, karena ruang yang ditawarkan pun begitu beragam.

Ruang publik pada ranah virtual kini yang semakin dinamis ialah media sosial. Diantara berbagai macam aplikasi media sosial yang muncul, Facebook dianggap yang paling bisa bertahan menerpa goncangan tren dan mampu melakukan inovasi-inovasi untuk terus memutakhirkan iturnya. Hal ini dilakukan Facebook dalam mempertahankan eksistensinya sebagai ruang publik di ranah virtual. Berawal dari kelahiran Facemash yang diluncurkan oleh Mark Zuckerberg pada 28 Oktober 2003 yang pada saat itu menginjak tahun kedua sebagai mahasiswa Harvard. Kemudian mengalami respon yang sangat kuat hampir sebagian mahasiswa Harvard. Meski dianggap melanggar hak privasi oleh pihak kampus karena menampilkan prol-proil pribadi. Namun dalam perjalanannya, Facebook terbukti mampu menjawab kebutuhan interaksi para netizen. Bahkan terus meluas ke seluruh penjuru dunia dalam waktu yang sangat cepat. Maka fenomena pergeseran ruang publik ini perlu menjadi sorotan sebagai fenomena komunikasi. Baik secara fungsional serta dampak laten yang tanpa disadari memberikan kontrol dibawah sadar kepada para penggunanya melalui agenda setting politik yang terjadi.

(3)

hegemoni informasi ekonomi politik akan lebih jauh diulas dalam bahasan selanjutnya melalui pemikiran Graham Murdock dan Peter Golding dalam “Political Economy of Media”.

Analisis Masalah : Ekonomi Politik dalam Kuasa Informasi Facebook

New Media - Rather than starting with the technology and asking what is its likely impact, critical analysis starts from the prevailing distribution of power and inequality and asks whose interests will be best served by these new potentialities. (Wasko, dkk, 2011:5).

Melalui pintu strukturasi, tulisan ini mencoba mengulik lebih dalam mengenai tindakan kuasa informasi yang dilakukan oleh Facebook. Menurut Murdock (2011), keberadaan media baru akan memberikan efek berbeda secara signiikan jika dibandingkan dengan media konvensional. Karena dengan kecanggihan teknologi dan akses informasi yang tidak berbatas, maka semakin tidak kentara siapa yang paling diuntungkan karena sifatnya yang cuma-cuma.

Tidak hanya itu, dalam pintu strukturasi juga perlu memahami keberadaan Facebook sebagai media sosial yang telah mengglobal secara masif. Hal ini perlu dipahami bahwa dalam memandang ekonomi politik suatu fenomena, juga tidak terlepas dari sisi ekonomi moral (Murdock, 2011). Memperkenalkan ekonomi moral dimana dalam setiap transaksi ataupun aktivitas ekonomi tidak akan terlepas dari hubungan sosial dan tanggungjawab sosial. Sehingga dinamika ekonomi yang terjadi akan memberikan dampak kepada sosial dan berpengaruh pada tanggungjawab sosial yang melekat pada entitas tersebut, yakni Facebook.

(4)

Berdasarkan fenomena Facebook, Giddens memaparkan bahwa peran struktur besar yang terjadi terdiri atas enam unsur, Agen, Agensi; Agensi dan Kekuasaan; Struktur, Strukturasi; Dualitas Struktur; Bentuk-Bentuk Insitusi; dan Waktu, Tubuh, Perjumpaan (Giddens, 2011:1-46). Perusahaan Facebook sebagai agen dalam hegemoni ruang publik. Agensi mengacu bukan pada maksud-maksud yang dimiliki orang dalam melakukan sesuatu, melainkan pada kemampuannya melakukan hal-hal itu yang menyiratkan kekuasaan dan memberi efek (Giddens, 2011).

Dominasi memiliki peran utama dalam menciptakan hegemoni. Facebook memberikan inovasi itur yang terus berkembang, untuk dapat bersaing dengan pemain-pemain baru seperti Instagram, Path, Whatsapp, Telegram, dan lain sebagainya. Dilansir melalui laman berita nasional online1, Facebook telah mengakuisisi lebih dari 40 perusahaan diantaranya ialah Whatsapp dan Instagram. Perusahaan lain yang dibeli Facebook, rata-rata merupakan perusahaan Bigdata yang memiliki kapasitas dalam mengakses data proil serta akses informasi. Perspektif dan realitas yang diciptakan Facebook memberikan jejaring yang luas ke seluruh dunia.

Melalui akun resminya, Mark Zuckerberg mengakui bahwa ia juga mengagumi buku Mukaddimah yang ditulis oleh Ibnu Khaldun, sosiolog muslim terkemuka pada abad 14 Masehi2. Perkembangan dunia sebagai tempat tersebarkan dan terkumpulkannya informasi menjadi kunci penting dalam membidik rencana strategis pembaruan hegemoninya Ibnu Khaldun memaparkan bahwa dalam sebuah peradaban yang jaya, pada masa itu ialah Andalusia, akan

mengalami keruntuhan jika terjerumus dalam kemewahan3. Pemikiran

Ibnu Khaldun cukup relevan jika dikaitkan dengan carut-marutnya perkembangan globalisasi yang semakin hegemoni. Relasi kuasa yang menguat dan fokus pada target, menjadikan sebuah perusahaan dapat kokoh dan terus berjaya. Hingga pada saatnya nanti, jika mengalami transisi idealisme perusahaan maka tidak dipungkiri, perusahaan sebesar Facebook dapat runtuh. Akan tetapi Mark Zuckerberg memberi ruang releksi Mukaddimah dalam pemikirannya.

1 www.liputan6.com/bisnis/read/2014624/5-perusahaan-yang-pernah-dibeli-facebook-dengan-biaya-mahal diakses pada 10 Juli 2017

2 www.facebook.com/zuck/posts/10102158767549321 diakses pada 10 Juli 2017 3 Dalam diskusi “Jatuh Bangunnya Peradaban: Muqaddimah Ibnu Khaldun”

(5)

Dalam riset “Social Media, Delinguistiication and Colonization of Lifeworlds: Changing Faces of Facebook” Rob Heyman dan Jo Pierson (2015) menganalisis perbaruan wajah yang dialami Facebook, yakni EdgeRank, Advertising dan Sponsored Stories, dan Gatekeeper. Konsep EdgeRank yang dimaksud ialah kemampuan Facebook dalam algoritmanya. Fitur media sosial ini secara jitu mampu menebak sekaligus menyajikan kebutuhan informasi yang diperlukan oleh para penggunanya. Tanpa melakukan usaha keras oleh para pengguna akun Facebook, dengan sendiri secara otomatis Facebook mampu menyajikan berita, video, dan informasi lainnya sesuai dengan proil yang dibagi oleh para pengguna. Semakin pengguna Facebook aktif dan “terbuka” memberikan akses pribadinya pada Facebook, maka EdgeRank pada Facebook semakin berfungsi dengan baik. Kemudian Facebook sebagai laman iklan dan sponsor berbayar sesuai dengan karakter penggunanya. Menariknya, Facebook juga menjadi Gatekeeper. Seperti halnya jurnalisme sebagai kontrol atas pemerintah dan menjadi wajah dari publik. Pun Facebook memiliki peran strategis sebagai “anjing penjaga”, ruang publiknya yang begitu luas dan bebas menjadi begitu buas ketika terjadi gejolak sosial ataupun ekonomi.

Pemamparan di atas menjelaskan peran Facebook sebagai media sosial yang terlihat. Kemudian melalui pintu masuk Strukturasi mencoba memahami perkembangan ekonomi politik Facebook yang tersirat dalam perkembangannya sebagai media global yang sangat pesat dan strategis. Facebook mengalami dualisme struktur, dimana Facebook sejak tahun 2003 mengalami Dualisme struktur, ia mengalami bias dalam fungsi struktur nya. Facebook sebagai aplikasi media sosial yang juga memiliki kuasa atas informasi yang terkumpul didalamnya. Apakah kemudian Facebook memiliki peran dalam agenda-setting pergerakan politik, ekonomi dan sosial dalam ruang publik yang diciptanya akan menjadi pembahasan selanjutnya dalam paper ini.

Faktor Non-Moneter: Ekonomi Reputasi dan Ekonomi Perhatian

(6)

yang menyediakan itur video langsung kepada dua pengguna sesame Facebook, serta yang paling mutakhir ialah Facebook Drone4. Drone

ini memiliki keunggulan dalam memberikan sinyal internet khusus untuk Facebook di wilayah-wilayah yang susah mendapatkan sinyal internet dari satelit swasta lainnya. Hal ini menunjukkan kesungguhan Facebook dalam mencapai para pengguna-pengguna baru dan memperbanyak akses gratis informasi kepada siapapun, dimanpun, dan kapanpun.

Dalam dunia yang kaya dengan informasi, kekayaan informasi berarti berkurangnya sesuatu yang lain: kelangkaan dari apa pun yang dikonsumsi oleh informasi itu. Apa yang dikonsumsi oleh informasi

sudah jelas: informasi mengonsumsi perhatian dari para penerimanya. Jadi kekayaan informasi menciptakan kemiskinan perhatian. (Simon dalam Anderson, 2010)

Seperti yang diungkapkan oleh Simon, melimpahnya informasi menciptakan kelangkaan perhatian. Maka dengan kata lain, melimpahnya informasi yang ada di Facebook justru menciptakan peluang ada kemiskinan perhatian di kalangan para penggunanya. Sekarang mari kita lihat pada logika sesame pengguna Facebook.

Anderson (2010) memaparkan bahwa kemiskinan perhatian ini memunculkan faktor moneter bukan lagi satu-satunya hal yang dicari oleh para pengguna. Melainkan perhatian dan reputasi. Mengapa begitu? Sekarang kita lihat, ketika arus informasi di Facebook begitu deras dan melimpahnya, mengapa banyak pengguna yang masih banyak bertahan untuk memproduksi dan mengonsumsi informasi yang bersamaan di dalamnya. Ketika banyak orang menawarkan jasa dengan harga miring atau bahkan gratis. Saat ini semakin banyak produk dan jasa yang ditawarkan secara gratis. Pelatihan dan sekolah online gratis beserta bahan pembelajaran yang menjanjikan kualitasnya. Hal ini mengakibatkan para pengguna aktif internet semakin berduyun-duyun dalam mengakses internet untuk mendapatkan produk dan jasa yang diinginkannya secara gratis.

Lantas apa yang menjadikan aktivitas gratis ini sebagai tren ekonomi yang paling dominan di internet khususnya Facebook? Hal ini 4 Diakses pada

(7)

terjadi karena orang-orang tidak lagi mencari uang isik didalamnya. Hal itu disebabkan karena para pengguna mencari reputasi atau image yang berupaya dihadirkan dalam akunnya. Tentu saja ini bisa berlaku dalam penjualan suatu produk, dan ingat bahwa produk itu tidak hanya berbatas pada benda isik saja. Bisa jadi pengguna menjadikan dirinya sebagai produk untuk dikenalkan kepada publik.

Facebook sebagai media sosial, namun dalam perkembangannya Facebook menjadi media global yang telah mengakuisisi berbagai perusahaan informasi strategis. Menggunakan pintu masuk Teori Strukturasi Anthony Giddens, dalam memahami pergerakan ekonomi politik yang terjadi dalam perkembangannya kini. Facebook mengalami dualisme struktur, yakni keberadaan fungsi struktur Facebook sebagai media sosial telah mengalami bias. Adanya ambigu yang mulai muncul dalam perkembangannya yang semakin pesat. Pergerakannya tidak hanya sebatas sebagai ruang publik bagi pemilik akun Facebook. Namun menjadi ruang sosial aktif yang dapat memberikan pengaruh cukup signiikan sesuai dengan target yang disasar. Kebenaran tidak lagi soal siapa yang berbicara, akan tetapi kebenaran ialah seberapa banyak kebenaran itu sendiri mulai banyak diperbincangkan individu dan kelompok. Konsep ini sudah jauh berbeda dengan media mainstream yang sudah dianggap tidak lagi relevan dalam menyuarakan aspirasi publik. Tendensi dan konglomerasi media bukan lagi menjadi hal tabu di kalangan khalayaknya.

Namun hegemoni yang dilakukan Facebook terlalu ideal jika direspon secara positif. Dampak laten dari berpindahnya ruang publik di dunia nyata bergeser pada dunia maya menjadikan, isik-isik individu harus diperkenalkan kepada komputer yang dilakukan dengan pemberian data proil pribadi kepada komputer. Hal inilah yang perlu menjadi sorotan khusus yang layak untuk ditinjau ulang. Apakah terdapat kontrol yang lebih kuat di atas kontrol yang dilakukan oleh Facebook itu sendiri dalam mengakses informasi pribadi para pengguna? Ataukah justru, baik dari pemerintahan dan perusahaan-perusahaan turut mengakses informasi melalui Facebook dalam rangka sebagai relasi jaringan yang strategis dan lebih leksibel?

(8)

imbangan yang sesuai. Perbandingan diperlukan untu mengurangi kepercayaan yang semakin menguat. Selama beberapa tahun terakhir, aplikasi-aplikasi yang hampir menyaingi Facebook justru diakuisisi dan secara konten mengalami perbaruan itur yng terintegrasi. Hasilnya, Facebook semakin menguat tanpa batas. Seperti halnya FOX Inc. yang pada tahun 1985 mulai didirikan dengan saluran kabelnya. Kelahirannya yang hanya sebagai televisi berlangganan tidaklah di anggap sebagai pesaing, oleh tiga saluran televisi ternama di amerika pada saat itu. Yakni CBS, Viacom dan Filmways (Kimmel, 2004). Justru hanya dalam kurun waktu tiga tahu, Fox mampu mengungguli pada acara-acara primetime show. Kimmel menuliskan bahwa Fox sebagai “he Fourth Network” , bagaimana secara bertahap dan efektif Fox mampu menduduki posisi yang sama sebagai saluran televisi yang baru muncul di tengah-tengah tiga saluran televisi dominan di Amerika pada saat itu. Kemampuan persaingan yang ajaib seperti ini, tentunya diperlukan dalam persaingan yang lebih ideal. Khususnya Facebook, dalam aplikasi media sosial yang mampu memberikan daya saing baru tanpa mendapatkan pengaruh akuisisi dari Facebook itu sendiri.

Facebook pada dasarnya telah memberikan batasan yang begitu leluasa dalam memberikan akses informasi bagi penggunanya. Lantas bagian mana lagi yang dapat diimbangi oleh pengaruh kuat dari Facebook. Dalam berkembangnya suatu media yang semakin dominan, diperlukannya tiga pendekatan khusus dalam mengatasinya yakni kekuasaan (power), partisipasi (participation), dan regulasi (policy) (Manyozo, 2012). Melalui tiga pendekatan tersebut, kekuasaan dan partisipasi telah secara dominan dimiliki oleh Facebook. Memiliki kuasa atau pengaruh sekaligus memberikan ruang partisipasi di dalamnya yang membuatnya semakin kuat. Pendekatan regulasi menjadi peran sentral dalam mengimbangi gerak cepat Facebook ini.

Dengan konteks Indonesia, melalui Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik No.11 tahun 2008 masih belum memberikan batasan yang jelas dalam melakukan akses informasi pada media sosial. Justru UU lebih berfokus untuk melindungi kepentingan Negara, swasta, dan publik dari kejahatan siber (cyber crime)55. Tetapi kini alih-alih melindungi kepentingan publik, UU ITE menjadi sarana dalam

(9)

mengkriminalisasikan kebebasan beropini di ruang publik duni maya, baik itu media sosial, blog, dan laman online lainnya. Dapat disimpulkan bahwa hingga hari ini, belum ada regulasi yang mengatur secara spesiik mengenai Facebook di Indonesia. Bisa jadi hal ini ditengarai karena pemerintah menganggap Facebook “hanya” sebagai media sosial, dan bukan pada sisi lain yang potensi ekonomi politik yang siap membobardir kuasa dan akses informasi kepada seluruh rakyat Indonesia. Pun dalam perubahan UU ITE yang resmi luncur pada tahun 2016 No 19 belum memberkan efek yang signiikan dalam memberikan ruang akses informasi yang lebih dewasa dan eisien.

Awal pada suatu akhir, tidak dapat dipungkiri Facebook memiliki hegemoni yang begitu dominan baik di Indonesia maupun di dunia, kecuali negara yang membatasi akses Facebook seperti Cina, Arab Saudi, Kongo dan beberapa negara konlik. Clay Shirky (2008) memberikan pemikirannya yang begitu cemerlang, bahwa keberadaan internet tidak bisa tidak akan memberikan ombak informasi yang begitu dahsyat. Lantas apa yang menjadi peluang sekaligus solusi? Disinilah istimewanya, internet dan didalamnya terdapat Facebook menjadikan polarisasi massa sebagai peluang kuat dalam memberikan pengaruh yang signiikan bertahan atau tidaknya suatu program di internet. Revolution doesn’t happen when society adopts new technology, it happens when society adopts new behaviors (Shirky, 2008) subjudul pada buku Shirky memberi penjelasan bahwa individu atau netizen justru bagian dari media itu sendiri. Membiarkan Facebook sebagai ranah publik virtual yang kemudian memberikan kesadaran baru kepaa netizen bahwa tsunami informasi yang terjadi tidak hanya memberikan berita positif. Namun pada akhirnya akan memberikan kejenuhan nyata dan tindakan baru. Mencari alternatif gerakan dalam memberikan kritik dan diskusi publik yang terus menerus berkembang.

Kesimpulan

Facebook : Siapa Menang, Siapa Kalah?

(10)

serta penguasaan opini publik di dalamnya. Melalui 65 perusahaan informasi strategis di seluruh penjuru dunia, menjadikan Facebook sebagai media sosial yang begitu adidaya.

Seperti dalam Prisoner’s Dillemma, untuk mengukur siapa yang akan diuntungkan dan dirugikan antara Mark sebagai pemilik Facebook dengan para pengguna. Dalam hal ini, para pengguna berada dibawah teritori pemerintah. Sehingga secara tidak langsung yang berhadapan ialah pemerintah dengan Facebook. Facebook melakukan akses informasi secara bebas di berbagai penjuru dunia. Khsususnya di Indonesia, belum ada aturan pembatasan akses atas Facebook sehingga ini merupakan peluang besar bagi Mark atau Facebook untuk melebarkan sayap dalam mengumpulkan informasi demi informasi. Lantas apa yang terjadi dengan terkumpulnya informasi? Maka merunut pada konsep Anderson (2011), jika melimpahnya informasi itu menciptakan kelangkaan perhatian. Maka kelangkaan perhatian itu akan berada di bawah arus informasi Facebook. Jika hal itu terjadi, maka sudah menjadi hal yang lazim ketika arus opini publik mudah dilakukan di Facebook.

Facebook menjadi pihak yang menang, sedangkan pemerintah dengan para pengguna sebagai turunannya sebagai pihak yang kalah. Karena semakin para pengguna tidak menyadari bahwa akses informasinya sangat menguntungkan bagi Facebook secara gratis maka semakin menunjukkan bahwa para pengguna sangat dirugikan tanpa disadari.

User Consciousness

(11)

memanfaatkannya kepada hal-hal yang bermanfaat dan pengembangan diri yang lebih baik.

(12)

Datar Pustaka

Buku

Anderson, Chris ( 2010). Gratis: Harga Radikal yang Mengubah Masa Depan. Jakarta, Gramedia

Coyne, Christopher J dan Leeson, Peter T. ( 2009). Media, Development, and Institutional Change. UK, Edward Elgar Publishing Ltd

Giddens, Anthony (2011) Teori Strukturasi untuk Analisis Sosial. Yogyakarta, Topprint

Golding, P. dan Murdock, G (1997). he Political Economy of Media Vol.2. UK, Edward Elgar Publishing Ltd.

Kimmel, D.M. (2004). he Fourth Network: How Fox Broke the Rules and Reinvented Television. Chicago, Ivan R. Dee.

Manyozo, Linje. (2012) Media, Communication and Development. UK, Sage Publication

Mosco, Vincent. (2009) he Political Economy (2nd ed.) .Sage Publication

Shirky, Clay (2008). Here Comes Everybody. USA, Penguin Books

Wasko, J., Murdock, G. dan Souse, H. (2011). he Handbook of Political Economy of Communications. USA, Blackwell Publishing.

Jurnal

Aiello, G dan Pauwels, L (2014). Special Issue: Diference and Globalization. Sage Publication

Bolario, C dan Vieira, E (2015). he Political Economy of the Internet: Social Networking Sites and a Reply to Fuchs. SAGE Publication

Cottle, Simon (2014) Rethinking Media and Disasters in a Global Age: What’s Changed and Why It Matters. Sage Publication

De Feyter, dkk (2013). Facebook: A Literature Review. SAGE Publication

Ellison, dkk (2010) Connection strategies: Social capital implications of Facebook-enabled communication practices. SAGE Publication

Friedlander, Larry (2011) Friending the Virgin: Some houghts on the Prehistory of Facebook. SAGE Publication

(13)

Hofmann, dkk (2016) “Making the world more open and connected”: Mark Zuckerberg and the discursive construction of Facebook and its users. SAGE Publication

Inayati, A.A. (2015) Epitemologi Ekonomi Islam: Studi Pemikiran Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah. Artikel Publikasi Ilmiah. Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jordan, Tim (2015) Why I Joined Facebook and Still Regret It. SAGE Publication

Wilson, dkk (2012) A Review of Facebook Research in the Social Sciences. SAGE Publication

Website :

Liputan6 (2014) www.liputan6.com/bisnis/read/2014624/5-perusahaan-yang-pernah-dibeli- facebook-dengan-biaya-mahal diakses pada 21 Maret 2017

Zuckerberg, Mark (2015) www.facebook.com/zuck/ posts/10102158767549321 diakses pada 21 Maret 2017

Diskusi :

Referensi

Dokumen terkait

disimpulkan bahwa, perbedaan kandungan asam sitrat yang terdapat dalam jeruk nipis, jeruk buah dan jeruk purut mempengaruhi nilai pH pada kerang hijau, semakin

Papan partikel yang dibuat dari TKS dengan menggunakan perekat kulit akasia atau gambir memberikan kecenderungan yang sama yaitu semakin bertamb ahnya komposisi

Perkembangan digital dalam globalisasi sangat berpengaruh pada roda ekonomi termasuk pasar ritel. Pasar ritel yang beberapa waktu sebelumnya mencoba untuk

Indikator self-efficacy berpikir krtiis yang muncul pada S, dan AE adalah merasa berminat, merasa optimis, merasa yakin, dapat meningkatkan upaya, memiliki

Peningkatan konsentrasi hormon estrogen dan progesteron pada masa kehamilan mempunyai efek bervariasi pada jaringan, di antaranya pelebaran pembuluh

Menurut opini kami, laporan kcuangan terlarnpir menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT Sumber Energi Andalan Tbk 3l Maret 2014, sena

Berdasarkan sifat tahanan jenisnya, Desa Santandung, Walenrang memiliki zona lapisan bijih besi magnetit berada pada resistivitas ρ < 40 Ω.m, zona pelapukan

Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap tumbuhnya minat belajar siswa di SD Islam Athirah