• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Waktu Hidrolisis pada Sintesis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Waktu Hidrolisis pada Sintesis"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

Rencana Penulisan Proposal PKM-P

Pengaruh Waktu Hidrolisis pada Sintesis

Nanokristalin Selulosa dari Limbah Tongkol

Jagung

Disusun oleh :

DEVI ASRIANTI

Sebagai Syarat Mengikuti Ujian Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Kimia

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ANDALAS

(2)

RINGKASAN

Komposisi serat tongkol jagung adalah 23,74% lignin, 65,96% selulosa, dan 10,82% hemiselulosa. Besarnya komponen selulosa pada tongkol jagung membuatnya berpotensi sebagai bahan penguat pada matriks polimer. Nanokristalin selulosa memiliki banyak kelebihan, seperti dimensi dengan skala nano, kekuatan tinggi yang spesifik dan modulus, daerah permukaan yang tinggi, dan lain-lain. Serat berukuran nano ini merupakan material baru yang dapat digunakan sebagai bahan penguat pada matriks. Aplikasinya dapat ditambahkan pada polimer untuk membuat komposit untuk otomotif elektronik, bahan bangunan, serta alat-alat rumah tangga. Keunggulan lainnya dari selulosa yaitu selain memiliki sifat mekanik yang baik, densitas yang rendah, ramah lingkungan, kelimpahan yang banyak, tidak mahal, tidak beracun, mudah didegradasi, dan termasuk kedalam sumber daya alam yang dapat diperbaharui.

(3)

JUDUL : Pengaruh Waktu Hidrolisis pada Sintesis Nanokristalin Selulosa dari Limbah Tongkol Jagung

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Jagung merupakan tanaman pangan kedua komoditas nasional setelah padi yang tumbuh di hampir semua wilayah di Indonesia, dan produksinya makin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data dari badan pusat statistis (BPS) dari tahun 2008 sampai dengan 2012 produksi jagung di wilayah Indonesia memiliki tren kenaikan. Dengan kenaikan produksi jagung tersebut maka akan terjadi juga kenaikan dari biomassa atau bagian tanaman jagung yang tidak dimanfaatkan. Salah satu bagian tanaman jagung yang belum dimanfaatkan ialah tongkol jagung.

Kebutuhan jagung saat ini mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari segi produksi dimana permintaan pasar domestik ataupun internasional yang sangat besar untuk kebutuhan pangan dan pakan. Besarnya kebutuhan akan jagung tidak dapat dipungkiri bahwa limbah yang dihasilkan juga meningkat. Salah satunya yaitu tongkol jagung. tongkol jagung hanya dianggap sebagai sesuatu yang tidak berguna. Kebanyakan masyarakat hanya mengambil biji jagung yang menempel di tongkol jagung, kemudian tongkol jagung dibuang atau dibakar.

Komposisi serat tongkol jagung adalah 23,74% lignin, 65,96% selulosa, dan 10,82% hemiselulosa (Meryandini dkk., 2009). Besarnya komponen selulosa pada tongkol jagung membuatnya berpotensi sebagai bahan penguat pada matriks polimer. Hal ini disebabkan karena mikrofibril selulosa dalam rantai molekul yang tersusun rapi memiliki keteguhan lentur (Modulus Young) sekitar 138 GPa dan keteguhan tarik (Tensile Strength) lebih dari 2 Gpa.

Sifat mekanik ini menyamai serat aramid yang dikenal sebagai serat sintetis yang sangat kuat. Keunggulan lainnya dari selulosa yaitu selain memiliki sifat mekanik yang baik, densitas yang rendah, ramah lingkungan, kelimpahan yang banyak, tidak mahal, tidak beracun, mudah didegradasi, dan termasuk kedalam sumber daya alam yang dapat diperbaharui (Subiyanto, 2009).

(4)

diolah sebagai bahan baku nano. Perkembangan nanoteknologi saat ini masih berupa embrio, yang artinya peluang untuk mengembangkan teknologi ini masih terbuka lebar, baik dikalangan akademisi, peneliti, maupaun industri.

Nanokristalin selulosa atau sering disebut sebagai mikrokristal, whiskers, nanokristal, nanopartikel, microcrystalite, atau nanofibers, memiliki banyak kelebihan, seperti dimensi dengan skala nano, kekuatan tinggi yang spesifik dan modulus, daerah permukaan yang tinggi, dan lain-lain. Serat berukuran nano ini merupakan material baru yang dapat digunakan sebagai bahan penguat pada matriks Aplikasinya dapat ditambahkan pada polimer untuk membuat komposit untuk otomotif elektronik, bahan bangunan, serta alat-alat rumah tangga. Sampai saat ini proses pembuatan nanokristalin selulosa masih terus diteliti didunia untuk mendapatkan proses yang lebih cepat, hemat energi, murah, dan bisa menghasilkan nanokristalin dalam jumlah yang besar sehingga layak untuk dibuat dalam bidang industrinya.

Terkait dengan sifat unggul dari nanokristalin selulosa dan pemanfaatan tongkol jagung sebagai sumber selulosa, maka akan dilakukan penelitian mengenai sintesis nanokristalin selulosa dan pengaruhnya dengan waktu hidrolisis. Nanokristalin ini nantinya akan bermanfaat dalam biopolimer yang biodegradable, ringan, kuat, dan ramah lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, disapatkan beberapa rumusan masalah, yaitu:

1. Bagaimana pengaruh waktu hidrolisis terhadap nanokristalin selulosa dari limbah tongkol jagung?

2. Bagaimana karakteristik dari nanokristalin selulosa yang dihasilkan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas penelitian ini bertujuan :

1. Mengetahui potensi alternative penghasil nanokristalin selulosa yang dihasilkan dari limbah tongkol jagung

2. Mengetahui pengaruh waktu optimum hidrolisis asam pada sintesis nanokristalin selulosa dari limbah tongkol jagung

1.4 Manfaat Penelitian

(5)

dengan bahan polimer dan bentuk upaya untuk mereduksi dampak pencemaran lingkungan.

1.5 Luaran yang Diharapkan

Luaran dari penelitian ini adalah ditemukannya teknologi alternatif yang dapat memaksimalkan potensi nanokristalin selulosa dalam berbagai bidang.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jagung

Tanaman jagung termasuk jenis tanaman pangan yang diketahui banyak mengandung serat kasar dimana tersusun atas senyawa kompleks lignin, hemiselulosa dan selulosa (lignoselulosa), dan masing-masing merupakan senyawa-senyawa yang potensial dapat dikonversi menjadi senyawa lain secara biologi. Selulosa merupakan sumber karbon yang dapat digunakan mikroorganisme sebagai substrat dalam proses fermentasi untuk mengahsilkan produk yang mempunyai nilai ekonomi tinggi (Suprapto dan Rasyid, 2002).

Komposisi serat tongkol jagung adalah 23,74% lignin, 65,96% selulosa, dan 10,82% hemiselulosa (Meryandini dkk., 2009). Tongkol memiliki sifat-sifat seperti salah satu bagiannya keras dan sebagian bersifat menyerap (absorben), juga sifat-sifat yang merupakan gabungan beberapa sifat, seperti: tidak terjadi reaksi kimia bila dicampur dengan zat kimia lain (inert), dapat terurai secara alami dan ringan sehingga tongkol jagung berupakan bahan ideal campuran pakan, bahan campuran insektisida dan pupuk. serta dapat digunakan sebagai alas hewan peliharaan karena alami, bersih dan dapat mengurangi bau tidak sedap.

2.2 Selulosa

(6)

Selulosa cukup stabil dan tidak mudah larut. Gugus hidroksil pada residu glukosa dari satu rantai membentuk ikatan hidrogen dengan molekul oksigen pada rantai lain. Ikatan hidrogen antar rantai ini membentuk jaringan rantai-rantai dengan sangat kuat dan membentuk mikrofibril-mikrofibril dengan kekuatan tarik yang tinggi. Kekuatan inilah yang berperan penting di dalam dinding sel, yang berfungsi sebagai pengikat matriks karbohidrat, sekaligus membuat sel tumbuhan menjadi kaku. Mikrofibril umumnya memiliki diameter sekitar 20-30 nm dan mengandung 2000 molekul selulosa.

Secara kimiawi, selulosa dapat dipecah menjadi unit-unit glukosa jika diberi asam pekat pada temperatur tinggi. Sel tumbuhan tersusun dari satu jaringan mikrofibril selulosa yang menyatu dalam matriks dari hemiselulosa, lignin, pectin dan unsur-unsur lain, juga mengandung air dalam kadar yang cukup tinggi.

Selulosa merupakan biopolimer yang berlimpah di alam, dapat diperbaharui, mudah terurai, dan juga non toksik. Sebagai materi yang dapat diperbaharui, selulosa dan turunannya dapat dipelajari dengan baik. Bahan dasar selulosa telah digunakan lebih dari 150 tahun dalam berbagai macam aplikasi, seperti makanan, produksi kertas, biomaterial, dan dalam bidang kesehatan (Ridwan, 2008).

2.3 Nanokristalin selulosa

Nanoteknologi mempunyai peluang sangat besar di dunia, dan secara khusus di Indonesia. Karena Indonesia memiliki sumber daya alam lokal yang sangat besar untuk diolah sebagai bahan baku nano. Perkembangan nanoteknologi saat ini masih berupa embrio, yang artinya peluang untuk mengembangkan teknologi ini masih terbuka lebar, baik dikalangan akademisi, peneliti, maupaun industri.

Nanopartikel merupakan bagian dari teknologi nano yang banyak menarik peneliti untuk melakukan riset. Nanopartikel memiliki sifat sangat spesifik dan baru sama sekali (Novel). Selain sifat-sifat baru teknologi nanopartikel memiliki peluang positif bagi perkembangan ilmiah dan industri.

(7)

permukaannya. Selanjutnya dikatakan pula, nanopartikel menyediakan building block yang fundamental untuk bermacam-macam aplikasi nanoteknolgi.

Dalam pengembangannya, material nano diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu: material nano berdimensi nol (nano particle), material nano berdimensi satu(nanowire), dan material nano berdimensi dua (thin films).

Nanopartikel dapat terdiri dari bahan konstituen tunggal atau menjadi gabungan dari beberapa bahan. Nanopartikel di alam sering ditemukan dengan bahan aglomerasi dengan berbagai komposisi, sedangkan komposisi bahan murni tunggal dapat dengan mudah disintesis dengan berbagai metode. Berdasarkan sifat kimia dan elektromagnetik, nanopartikel dapat tersebar seperti aerosol, suspensi/koloid, atau dalam keadaan menggumpal. Sebagai contoh, nanopartikel magnetik cenderung mengelompok, membentuk sebuah aglomerat, kecuali permukaan mereka dilapisi dengan bahan non-magnetik, dan dalam keadaan menggumpal, nanopartikel dapat berperilaku sebagai partikel yang lebih besar, tergantung pada ukuran aglomerat tersebut (Buzea, et al., 2007).

Nanokristalin selulosa atau sering disebut sebagai mikrokristal, whiskers, nanokristal, nanopartikel, microrystalite, atau nanofibers, memiliki banyak kelebihan, seperti dimensi dengan skala nano, kekuatan tinggi yang spesifik dan modulus, daerah permukaan yang tinggi, dan lain-lain. Serat berukuran nano ini merupakan material baru yang dapat digunakan sebagai bahan penguat pada matriks polimer (L. Suryanegara et al.,2010). Aplikasinya dapat ditambahkan pada polimer untuk membuat komposit untuk otomotif (Marsh, 2003, Suddell dan Evans, 2005), elektronik, bahan bangunan, serta alat-alat rumah tangga. Sampai saat ini proses pembuatan nanokristalin selulosa masih terus diteliti didunia untuk mendapatkan proses yang lebih cepat, hemat energi, murah, dan bisa menghasilkan nanokristalin dalam jumlah yang besar sehingga layak untuk dibuat dalam bidang industrinya.

Nanokristalin selulosa dapat dibuat melalui reaksi kimiawi yakni dengan hidrolisis asam kuat. Sebuah hidrolisis asam dikendalikan mudah merusak daerah amorf dari mikrofibril selulosa, yang akan meninggalkan segmen kristalin yang utuh dan mengarah pada pembentukan kristal tunggal (Berglund et al, 2010). Sumber utama serat selulosa yang telah banyak digunakan yakni bubur kayu atau kapas.

(8)

Analisis ini didasarkan pada analisis dari panjang gelombang puncak-puncak karakteristik dari suatu sampel. Panjang gelombang puncak-puncak tersebut menunjukkan adanya gugus fungsi tertentu yang ada pada sampel, karena masing-masing gugus fungsi memiliki puncak karakteristik yang spesifik untuk gugus fungsi tertentu.

Sensitivitas FTIR adalah 80-200 kali lebih tinggi dari instrumentasi dispersi standar karena resolusinya lebih tinggi (Kroschwitz,1990). Spektroskopi FTIR digunakan untuk: 1.Mendeteksi sinyal lemah

2.Menganalisis sampel dengan konsentrasi rendah 3.Analisis getaran.

2.5 X-Ray Diffraction (XRD)

Salah satu teknik yang digunakan untuk menentukan struktur suatu padatan kristalin adalah metode difraksi sinar-X serbuk (X-raypowder diffraction). Sampel berupa serbuk padatan kristalin yang memiliki ukuran kecil dengan diameter butiran kristalnya sekitar 107– 104 m ditempatkan pada suatu plat kaca. Sinar-X diperoleh dari elektron yang keluar dari filamen panas dalam keadaan vakum pada tegangan tinggi, dengan kecepatan tinggi menumbuk permukaan logam, biasanya tembaga (Cu).

Sinar-X tersebut menembak sampel padatan kristalin, kemudian mendifraksikan sinar ke segala arah dengan memenuhi Hukum Bragg. Detektor bergerak dengan kecepatan sudut yang konstan untuk mendeteksi berkas sinar-X yang didifraksikan oleh sampel. Pola hamburan sinar-X juga dapat memberikan informasi tentang konfigurasi rantai dalam kristalit, ukuran kristalit, perbandingan daerah kristalin dengan amorf dalam sampel polimer.

2.6 Scanning Electron Microscopy (SEM)

Scanning Electron Microscopy (SEM) merupakan sejenis mikroskop yang menggunakan elektron sebagai pengganti cahaya untuk melihat benda dengan resolusi tinggi. Analisis SEM bermanfaat untuk mengetahui mikrostruktur (termasuk porositas dan bentuk retakan) benda padat. Berkas sinar elektron dihasilkan dari filamen yang dipanaskan, disebut electron gun.

Terdapat tiga tahap persiapan cuplikan, antara lain :

1. Pelet dipotong menggunakan gergaji intan. Seluruh kandungan air, larutan dan semua benda yang dapat menguap apabila divakum, dibersihkan.

(9)

3.Cuplikan non logam harus dilapisi dengan emas tipis. Cuplikan logam dapat langsung dimasukkan dalam ruang cuplikan.

2.7 TGA

Thermogravimetri adalah teknik untuk mengukur perubahan berat dari suatu senyawa sebagai fungsi dari suhu ataupun waktu. Hasilnya biasanya berupa rekaman diagram yang kontinu. Serat selulosa mengalami penurunan lignin diantara suhu 200oC, dan polisakarida yang lain, terutama selulosa teroksidasi yang turun pada suhu tinggi (Akita dan Kase, 1967).

Salah satu kaedah yang digunakan untuk mengkaji sifat-sifat panas dari bahan polimer adalah adalah analisis termal termogravimetri (TGA). Data termogravimetri menunjukan sejumlah urutan dari lengkungan panas, kehilangan berat bahan di dalam setiap tahapan, suhu awal penurunan, dan lain-lain (Mc Neill, 1989).

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Material Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas dari Bulan Januari 2015 sampai Juni 2015. Karakterisasi dilakukan di tempat yang memiliki peralatan XRD, SEM, TEM seperti di Batan Serpong dan PPLG Bandung.

3.2 Alat

Peralatan yang digunakan meliputi beberapa peralatan gelas, magnetic stirrer, timbangan, oven, Ph indicator. Instrumen yang digunakan diantaranya ialah FT-IR (Jasco FT-IR 460 PLUS), SEM (Jeol JSM 6510 LA), XRD (Philipp PW 1710), TGA.

3.3 Bahan yang digunakan

Bahan-bahan yang digunakan antara lain tongkol jagung yang telah dikeringkan, NaOH 8%, Asam asetat glasial 10%, akuades, akuabides, NaCl, H2SO4 64%, NaOCl 6%, Natrium disulfit.

3.4 Pembuatan nanokristalin selulosa dari limbah tongkol jagung 3.4.1 Preparasi Serbuk Tongkol Jagung

(10)

Setelah kering, dilakukan proses penghancuran untuk memperkecil ukuran tongkol jagung agar proses penggilingan semakin mudah. Selanjutnya, tongkol jagung diayak dengan ukuran ±40 mesh.

3.4.2 Isolasi selulosa dari tongkol jagung

Bubuk tongkol jagung yang diperoleh selanjutnya diisolasi selulosanya dengan menggunakan metode Hutomo (2012). Sebanyak 25 gram bubuk tongkol jagung dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 1000 ml lalu ditambahkan 500 ml NaOH 8%. Campuran dimasak dalam waterbath dengan suhu 100oC selama 3 jam. Setelah proses pemasakan selesai, dilakukan pencucian dan penyaringan menggunakan air bersih. Selanjutnya ditambahkan 5 ml asetat glasial 10% dan 10 gram NaCl. Proses dilanjutkan dengan penyaringan dan pencucian dengan air bersih.

Tahap berikutnya ialah pemasakan slurry dengan penambahan 125 ml NaOCl 6% dan 500 ml aquades pada 60oC selama 3 jam. Setelah itu dicuci dan disaring untuk menghilangkan sisa NaOCl. Hasil penyaringan ditambahkan Na disulfit 3% dan akuades masing-masing sebanyak 250 ml. Campuran dipanaskan pada suhu 60oC selama 3 jam. Selanjutnya disaring dan dicuci dengan air bersih. Selulosa basah yang didapatkan kemudian dikeringkan di cabinet dryer suhu 70oC selama 24 jam. Setelah kering digiling dengan grinder dan diayak dengan ayakan 60 mesh. Selulosa yang didapatkan dikarakterisasi kadar air, kadar selulosa, rendemen, dan ikatan gugus kimia dengan FTIR.

3.4.3 Pembuatan nanokristalin selulosa

Sebanyak 1,0 gram bubuk selulosa dicampurkan dengan asam sulfat 64% (b/v) sebanyak 8,75 ml. Campuran kemudian distirrer pada suhu 45oC. Dilakukan variasi durasi hidrolisis selama 10, 20, 30 menit, 1 dan 5 jam. Campuran kemudian dihentikan dengan penambahan aquabides sebanyak 50 ml. Campuran yang dihasilkan disentrifugasi pada 3.500 rpm selama 30 menit.

(11)

IV. PELAKSANAAN PROGRAM 4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2014 di laboratorium Material, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat.

4.2 Tahapan Pelaksanaan/Jadwal Faktual Pelaksanaan

Adapun tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

No. Nama Kegiatan Bulan Ke-

I II III IV V VI

3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 1. Persiapan Alat dan Bahan

2. Preparasi tongkol jagung

3. Isolasi Selulosa

4. Pembuatan nanokristalin 5. Karakterisasi FT-IR,

XRD, SEM

6. Karakterisasi TGA

7. Analisis data

8. Penyusunan Laporan

9. Seminar dan Publikasi

4.3 Rekapitulasi Rancangan dan Realisasi Biaya

No. Jenis Pengeluaran Biaya yang diusulkan (Rp)

1. Peralatan Penunjang 1.560.000,-

2. Bahan Habis Pakai 4.420.000,-

3. Karakterisasi Sampel 2.800.000,-

4. Pengeluaran lainnya (dokumentasi, pembuatan laporan, penelusuran pustaka, fotokopi, penjilidan, administrasi, ATK, publikasi dan biaya pengiriman sampel)

1.000.000,-

(12)

DAFTAR PUSTAKA

1. Berglund, L.A. (2004) Cellulose Based Nanocomposites. In: Mohanty (Ed.): Natural Fibers, Biopolymers and Their Biocomposites. CRC Press LCC. pp.807-832.

2. Habibi Youssef., Lucian A., Lucia, and Orlando J. Rojas. Cellulose Nanocrystals: Chemistry, Self-Assembly, and Applications. Journal of American Society(2009)

3. Meryandini, A., Widosari, W., Maranatha, B.,Sunarti, T. C., Rachmania, N., dan Satria,H, 2009, Isolasi Bakteri Selulolitik dan Karakteristik Enzimnya, Makara Sains,13, 33-38 4. Hutomo, G. S. 2012. Sintesis dan Karakterisasi Turunan Selulosa dari Pod Husk Kakao

(Theobroma cacao L.). Disertasi. Ilmu Pangan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 5. Marsh, G. 2003. Next Step for Automotive Materials. Materialstoday, April 2003, Elsevier

Science Ltd. pp. 36-43.

6. Sari, Ketut. (2009) Produksi Alkohol dari Rumput Gajah Secara Kimia. Jurnal Teknik Kimia Vol.4 (No.1).

7. Syarif, Rahman. Skripsi : Analisis pengaruh komposisi terhadap karakteristik komposit polipropilena- serbuk kayu. Skripsi. Jakarta: Fakultas Teknik, Universitas Indonesia (2008)

8. Subiyanto, B., L. Suryanegara, H. Yano. (2009) Peranan Bio-nanokomposit dalam Industri di Masa Depan. Bogor : Balai Penelitian dan Pengembangan Biomateril, LIPI.

9. Suddell, B.C. and Evans, W.J. 2005. Natural Fiber Composites in Automotive Applications. In: Mohanty, Misra, Drzal (Eds.): Natural Fibers, Biopolymers, and Biocomposites. CRC Press. pp. 231-260.

10. Suprapto, H.S. dan Rasyid, M.S. (2002) Bertanam Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta. 11. X. M. Dong, J.-F. Revol, and D. G. Gray, “Effect of microcrystallite preparation

(13)

Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pembimbing

1. Nama Lengkap Devi Asrianti

2. Jenis Kelamin Perempuan

3. Program Studi Kimia

4. NIM 1110412058

5. Tempat dan Tanggal Lahir Jakarta, 26 April 1993

6. E-mail deviasrianti@gmail.com

7. Nomor Telepon/Hp 082123080535

SD SMP SMA

Nama Institusi SDN Sumber Jaya 05 SMPN 5 Tambun Selatan

SMAN 1 Tambun Selatan

Jurusan - - IPA

Tahun Masuk-Lulus 1999-2005 2005-2008 2008-2011

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hokum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Proposal Program Kreativitas Mahasiswa-Penelitian.

Padang, 8 Juni 2014 Pengusul,

(14)

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan

No. Jenis Pengeluaran Biaya yang diusulkan (Rp)

1. Peralatan Penunjang

(15)

3. Pengukuran sampel

- Pengukuran dengan FT-IR - Pengukuran dengan XRD - Pengukuran dengan SEM - Pengukuran dengan TGA

Sub Total

500.000,- 800.000,- 1.000.000,- 500.000,-

2.800.000,-

5. Pengeluaran lain-lain (dokumentasi, pembuatan laporan, penelusuran pustaka, fotokopi, penjilidan, administrasi, ATK, publikasi dan biaya pengiriman sampel)

1.000.000,-

Total 9.780.000,-

(16)

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas

No. Nama/NIM Program Studi

Bidang Ilmu

Alokasi Waktu (jam/minggu)

Uraian Tugas

1. Devi Asrianti 1110412058

Kimia Kimia

Material

12 jam 2. Devi Asrianti

1110412058

Kimia Kimia

Material

12 jam 3. Devi Asrianti

1110412058

Kimia Kimia

Material

(17)

Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti/Pelaksana Lampiran 5. Skema Kerja

1. Isolasi selulosa

Tongkol Jagung

- Dicuci dan dibersihkan dari kotoran

- Dikeringkan di bawah sinar matahari selama 23 jam

- Dihaluskan

- Diayak dengan ukuran 40 mesh

Bubuk Tongkol Jagung

- Ditambahkan 500 ml NaOH 8%

- Dipanaskan pada suhu 100oC selama 3 jam

- Dicuci dan disaring dengan air bersih Endapan

- Ditambahkan asam asetat glasial 10%

- Ditambahkan 10 gram NaCl

- Disaring dan dicuci Slurry

- Ditambahkan NaOCl 125 ml NaOCl 6%

- ditambahkan 500 ml aquades

- dipanaskan pada 60oC selama 3 jam.

- dicuci dan disaring

- ditambahkan Na metabisulfit 3% 250 ml

- ditambahkanakuades sebanyak 250 ml

- dipanaskan pada suhu 60oC selama 3 jam.

- disaring dan dicuci dengan air bersih.

- dikeringkan di cabinet dryer suhu 70oC selama 24 jam.

- digiling dengan grinder dan diayak dengan ayakan 60 mesh Bubuk Tongkol Jagung

- Dikarakterisasi dengan FT-IR

(18)

2. Pembuatan nanokristalin selulosa

1,0 gram bubuk selulosa

- Ditambahkan asam sulfat 64% (b/v) sebanyak 8,75 ml - Distirrer pada suhu 45oC

- Dilakukan variasi hidrolisis pada waktu 10, 20, 30 menit dan 1 dan 5 jam

- Ditambahkan aquades sebanyak 50 ml Campuran

- Disentrifugasi pada 3.500 rpm selama 30 menit. - Ditambahkan sebanyak 50 mL air

- Disonikasi selama 5 menit. Proses sentrifugasi/sonikasi ini diulang enam kali. Setelah itu

- Dimasukkan ke dalam membran dialisis - Direndam dalam 100 ml aquabides

- Diamkan selama 4 hari sambil distirer. Kemudian

-

Aquabidest diuapkan pada suhu 70oC.

Nanokristalin selulosa

Referensi

Dokumen terkait

Dalam proyek ini Gudang memakai rangka atap yang terdiri dari baja Ringan yang dikerjakan setelah pekerjaan cor balok dan kolom–kolom selesai dikerjakan, rangka atap

Tujuan dari inventarisasi terhadap padi-padi lokal adalah untuk memperoleh donor gen dalam perakitan varietas tahan terhadap cekaman biotik (hama dan penyakit)

Jika dianalisa dengan menggabungkan keseluruhan kegiatan dalam fungsi kerjasama, dari 7 kegiatan yang harus dilakukan oleh kelompok agar fungsi kerjasama dapat

SPP Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-TU adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan tambahan uang persediaan

This is a literature study by exploring the national library of the republic of Indonesia to locate resources relating to uniqueness of Indonesian students’ learning

This article will discuss the cause of labor turnover both in general and in particular, and systematically analyze the method to reduce the labor turnover and the effect to

2. Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi siswa melalui berbagai sumber; 3. Mmemfasilitasi siswa melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar