• Tidak ada hasil yang ditemukan

optimaslisasi dan kelompok dan tani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "optimaslisasi dan kelompok dan tani"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

1

LAPORAN AKHIR PENELITIAN

PENELITIAN DOSEN MUDA

ANALISIS KONVERGENSI FUNGSI-FUNGSI KELOMPOK TANI TANAMAN

PANGAN PERKOTAAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KOTA

PADANG

Oleh

NURAINI BUDI ASTUTI, SP, MSi

NIDN 0019017803

Pembimbing

Dr. Ir.

FAIDIL TANJUNG

, MSi

NIDN.0011106706

Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Andalas Tahun Anggaran 2014, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian No. 14/UN.16/PL/DM/I/2014,

Tanggal 28 Mei 2014

JURUSAN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

(2)

2

PENELITIAN DOSEN MUDA

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Analisis Konvergensi Fungsi-Fungsi Kelompok Tani Tanaman Pangan dalam Pembangunan Pertanian Di Kota Padang

Kode/Nama Rumpun Ilmu : 186/Penyuluhan Pertanian

Ketua peneliti

a. Nama : Nuraini Budi Astuti, SP, MSi b. NIDN : 0019017803

c. Jabatan Fungsional : lektor d. Prodi : Agribisnis e. No HP : 085283292490

f. Alamat surel (email) : [email protected]

Biaya Penelitian : RP. 12.500.000

Padang, 12 November 2014 Ketua Peneliti

Nuraini Budi Astuti, SP, MSi Mengetahui

Dekan Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Ardi, MSc NIP. 195312161980031004

Dr. Ir. Faidil Tanjung, MSi NIP.19671011994121001 Menyetjui

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

(3)

3

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas terselesaikannya laporan akhir penelitian yang dibiayaai oleh dana DIPA Universitas Andalas ini. Ucapan terimakasih ditujukan kepada Bapak Dekan Fakultas Pertanian dan Pembimbing yaitu Bapak Dr. Ir. Faidil Tanjung, MSi, yang telah memfasilitasi peneliti dalam mendapatkan dana bantuan penelitian sehingga penelitian ini dapat terselenggara dengan baik. Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada semua responden atas kesediaan dan kerjasamanya dalam memberikan informasi yang dibutuhkan. Akhirnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penelitian ini, yang tidak mungkin disebutkan namanya satu persatu, penuliskan ucapkan terimakasih banyak. Semoga kegiatan ini tercatat sebagai amal ibadah bagi kita semua, amin.

Penelitian dengan tema dinamika kelompok tani ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan, khususnya Ilmu Penyuluhan. Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kelemahan dalam tulisan ini, oleh karena itu kritik dan masukan yang membangun sangat kami harapkan.

Padang, 12 November 2014

Ketua Tim penelitian

(4)

4

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Luaran penelitian ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Pembangunan Pertanian ... 4

B. Kelompok Tani ... 5

C. Penyuluhan Pertanian... 6

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 17

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 9

B. Metode Penelitian ... 9

C. Metode Pengambilan Sampel ... 9

D. Topik Data ... 9

E. Teknik Pengumpulan Data ... 11

F. Tekhnik Analisa data ... 13

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

(5)

5

B. Deskripsi Pelaksanaan Fungsi Kelompok Tani ... 15

C. Permasalahan dalam Pelaksanaan Fungsi Kelompok Tani dan Usulan Solusi... 24

BAB V PENUTUP ... 30

A. Kesimpulan ... 30

B. Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31

(6)

6

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kategori penilaian untuk pelaksanaan fungsi kelompok tani ... 12

Tabel 2. Luas daerah, jumlah dan kepadatan penduduk menurut

kecamatan di Kota Padang tahun 2013 ... 13

Tabel 3. Jenis komoditi, luas panen, produksi, produktifitas di Kota

Padang tahun 2012 ... 14

Tabel 4. Pelaksanaan fungsi kelompok tani di kelompok tani

tanaman pangan Kota Padang ... 22

Tabel 5. Masalah petani dan peran PT CNM dalam mengatasi masalah

(7)

7

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Grafik pelaksanaan kegiatan fungsi pembelajaran ... 17

Gambar 2. Grafik pelaksanaan kegiatan untuk fungsi kerjasama ... 19

Gambar 3. Grafik pelaksanaan kegiatan dalam fungsi produksi ... 21

(8)

8

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Peta Kota padang ... 33

Lampiran 2. Pelaksanaan kegiatan dalam fungsi pembelajaran pada kelompok

tani ... 34

Lampiran 3. Pelaksanaan kegiatan dalam fungsi kerjasama pada kelompok

tani ... 33

Lampiran 4. Pelaksanaan kegiatan dalam fungsi produksi pada kelompok

(9)

9

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan pertanian yang merupakan bagian dari pembangunan nasional menempatkan petani sebagai pelaku utama sesuai dengan amanat UU SP3K no 16 tahun 2006. Sebagai pelaku utama tentu saja petani menjadi faktor penentu dalam menyukseskan program-program dalam pertanian pertanian. oleh karena itu pembinaan dan pemberdayaan petani perlu terus dilakukan melalui kegiatan penyuluhan pertanian. Salah satu upaya yag dilakukan oleh pemerintah untuk memberdayakan petani adalah dengan mendorong petani untuk berkelompok atau membentuk kelompok-kelompok tani. Berbagai program pemerintah terutama dibidang pertanian hanya bisa diakses oleh petani melalui kelompok tani. Tidak hanya di Sumatera Barat kebijakan seperti ini telah diterapkan melalui kebijakan nasional.

Banyak hal positif yang bisa dicapai oleh petani melalui kelompok tani, salah satu yang paling penting adalah meningkatkan atau memperkuat posisi tawar petani. Jika petani memiliki organisasi yang kuat maka petani tidak saja hanya akan menjadi price taker namun akan menjadi price maker. Krisnamurti (2008) menambahkan bahwa petani atau kelompok petani yang memiliki jaringan komunikasi dan interaksi lebih luas dengan kelompok, maupun kelembagaan lain yang terkait, akan lebih sering terjadi pertukaran informasi sehingga mempunyai modal sosial tinggi dan mempunyai peluang untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraannya.

Hal tersebut di atas hanya akan bisa tercapai jika kelompok-kelompok tani yang ada telah dapat menjalankan fungsinya dengan efektif. Menurut Hariadi (2011), kelompok tani memainkan fungsi sebagai: wadah pembelajaran, unit produksi, unit kerjasama dan unit usaha. Keberhasilan kelompok tani dalam menjalankan fungsinya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal kelompok seperti motifasi, interaksi, kohesifitas, self efficacy, norma kelompok dan faktor kepemimpinan, namun faktor eksternal seperti pembinaan oleh petugas penyuluh dan pamong desa atau aparat pemerintahan juga turut mempengaruhinya.

(10)

10

berpusat kepada masyarakat atau petani. Tentu saja hal tersebut hanya bisa efektif apa bila petani melalui kelompok tani dapat berperan secara aktif dalam proses pembangunan. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui sudah sampai sejauh mana fungsi-fungsi kelompok tani dijalankan.

B. Rumusan Masalah

Sampai tahun 2013 Kota Padang telah terdaftar sebanyak 268 kelompok tani yang tersebar di sembilan kecamatan. Berbagai program pembangunan pertanian telah dilaksanakan dengan menjadikan kelompok tani sebagai penerima program seperti RPKPL, PUAP, GPP dan GERNAS Kakao. Beberapa kajian memperlihatkan data bahwa tidak semua program dapat berhasil dengan baik. Begitu juga dengan aktifitas kelompok tani hanya tampak ketika ada program saja. Secara umum dorongan pemerintah untuk terbentuknya kelompok tani masih tampak pada jumlah kelompok tani yang meningkat, namun secara kualitas belum bisa mendorong petani untuk aktif dalam kegiatan kelompok.

Hal di atas secara umum tergambar dari beberapa kelompok tani yang pernah diwawancarai. Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada saat prasurvei kepada ketua Gapoktan Indarung Sepakat mengatakan bahwa kelompok tani yang dipimpinnya telah mendapatkan begitu banyak bantuan dari pemerintah seperti dana PUAP namun pengembaliannya ternyata macet karena hampir semua anggota yang menerima dana tidak mengembalikan atau mencicil. Terakhir mereka mendapatkan bantuan bibit kakao melalui prgram Gernas Kakao, namun yang ditanam oleh anggota kelompok tidak sampai 100 batang, karena anggota kelompok tani beralasan mereka sibuk dengan pekerjaaan lain dan tidak ada dana dan tenaga untuk menanam. Kegiatan kelompok hanya terlihat pada saat ada program saja, jika program dari pemerintah tidak ada, maka kelompok menjadi fakum.

Permasalahan yang hampir sama dihadapi juga oleh Kelompok Tani Pulau Sakato di Kecamatan Lubuk Kilangan, wawancara dengan ketua kelompok menyatakan bahwa kelompok ini tiga bulan terakhir tidak mempunyai kegiatan apapun bahkan pertemuan rutin juga tidak. Ketua kelompok menjelaskan bahwa kelompok ini hanya aktif jika sedang ada program.

(11)

11

dijalankan? apa permasalahan yang dihadapi oleh kelompok tani? Apa rekomendasi yang cocok untuk mengoptimalkan fungsi kelompok tani di Kota Padang?

Berdasarkan permasalahan di atas perlu dilakukan penelitian untuk mencari tahu bagaimana kondisi kelompok tani yang sesungguhnya, sehingga bisa dirumuskan sebuah strategi penguatan kelompok untuk mengefektifkan fungsi kelompok agar dapat berperan banyak dalam pembangunan pertanian. Untuk itu perlu penelitian lebih dalam untuk mencari gambaran bagaimana kondisi sesungguhnya dari kelompok tani yang ada dikota Padang ini, sehingga kajian mengenai pelaksanaan dari fungsi kelompok ini menjadi penting. Oleh karena itu penelitian ini diberi judul “Analisis Konvergensi Fungsi-fungsi Kelompok Tani Tanaman Pangan Perkotaan dalam Pembangunan Pertanian di Kota Padang

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan pelaksanaan fungsi kelompok tani di Kota Padang 2. Menganalisis permasalahan dalam kelompok tani di Kota Padang

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk bidang kajian yang sejenis, penelitian ini memberikan tambahan informasi mengenai dinamika kelompok tani khususnya di Kota Padang. 2. Memberikan informasi kepada pemerintah yang dapat dijadikan sebagai

masukan dan pertimbangan dalam menyusun program-program pembangunan pertanian

E. Luaran Penelitian

1. Terbitnya artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal nasional atau prosiding pada seminar nasional

(12)

12

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembangunan Pertanian

Pembangunan pertanian adalah proses dinamis untuk meningkatkan kemampuan (sektor) pertanian dalam menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan masyarakat (pasar), dengan menggerakan segenap daya mampu manusia, modal, organisasi, teknologi dan pengetahuan untuk memanfaatkan sekaligus melestarikan sumber daya alam guna menamin kesejahteraan dan kelangsungan hidup petani dan bangsa (masyarakat nasional). dengan kata lain, pembangunan pertanian adalah usaha sadar untuk mentransformasikan pertanian tradisional menjadi pertanian maju, yang produktifitasnya terus-menerus meningkat (Sumintaredja, 2001)

Kebijaksanaan nasional pembangunan pertanian di suatu negara tentunya tidak lepas dari pengaruh faktor-faktor eksternal, apalagi dalam era globalisasi yang di cirikan adanya keterbukaan ekonomi dan perdagangan yang lebih bebas, akan sulit ditemukan adanya kebijaksanaan nasional pembangunan pertanian yang steril dari pengaruh-pengaruh faktor eksternal. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kebijaksanaan nasional pembangunan pertanian di Indonesia antara lain adalah; (i) kesepakatan-kesepakatan internasional, seperti WTO, APEC dan AFTA; (ii) kebijaksanaan perdagangan komoditas pertanian di negara-negara mitra perdagangan indonesia; (iii) lembaga-lembaga internasional yang memberikan bantuan kepada Indonesia terutama dalam masa krisis (Pranolo, 2000).

Perjalanan pembangunan pertanian di Indonesia mengalami pasang surut yang sangat dilematis. Indonesia sebagai negara agraris yang seharusnya mengedepankan pertanian sebagai fundamental pembangunan pertanian yang berkelanjutan, malah mengedepankan eksplorasi SDA dan pembangunan teknologi tingi dan melupakan pembangunan pertanian karena dianggap berkontribusi kecil pada produk domestik bruto (PDB) (Sukino, 2013)

Padahal menurut Kuznet dalam Sukino (2013) sektor pertanian dapat berkontribusi dalam mendukung pembanguan ekonomi suatu negara melalui:

1. Pemasok bahan pangan bagi penduduk dan bahan baku roduk manufaktur/industri rakyat.

(13)

13

3. Pasar yang besar bagi produk industri domestik, baik untuk konsumsi maupun untuk berusaha.

4. Penghasil devisa

Pendapat lain mengatakan bahwa pada hakekatnya pembangunan pertanian diimplementasikan dalam berbagai kegiatan. kegiatan-kegiatan tersebut antara lain mencakup: (1) penerapan berbagai pola pemberdayaan masyarakat sebagai elaku pembangunan agribisnis terutama petani, (2) fasilitasi terciptanya iklim yang kondusif bagi perkembangan kreativitas dan kegiatan ekonomi masyarakat, (3) penyediaan sarana dan prasarana fisik oleh pemerintah dengan fokus pemenuhan kebutuhan publik yang mendukung sektor pertanian serta lingkungan bisnis secara luas, dan (4) akselerasi pembangunan wilayah dan stimulasi tumbuhnya investasi masyarakat serta dunia usaha (Departemen Pertanian, 2002)

B. Kelompok Tani

Kelompoktani adalah kelembagaan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi dan sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggotanya. Kelompoktani ditumbuhkembangkan dari, oleh dan untuk petani yang saling mengenal, akrab, saling percaya, mempunyai kepentingan dalam berusahatani, kesamaan dalam tradisi/pemukiman/hamparan usahatani (Pusat Penyuluhan Pertanian, 2012).

Berdasarkan definisi di atas, maka kelompok tani memiliki ciri-ciri yaitu: 1. saling ,mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota

2. mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusaha tani

3. memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan dan ekologi

4. ada pembagian tugas dan tanggung jawab sama diantara sesama anggota

5. adanya kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama diantara para anggotanya

(14)

14

7. adanya kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh sekurang-kurangnya sebagian besar anggotanya

8. adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk menunjang program yang telah ditentukan.

Pembentukan kelompok Tani sendiri menurut Permentan No. 273 tahun 2007 Tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani mengamanatkan bahwa pembinaan kelompok Tani diarahkan pada penerapan sistem agribisnis, peningkatan peranan, peran serta petani dan anggota masyarakat desa lainnya dengan menumbuhkembangkan kerjasama antar petani dan pihak terkait lainnya.

Departemen Pertanian tahun 1997 dalam Hariadi 2011, menguraikan fungsi kelompok tani sebagai berikut:

A. Kelompok tani sebagai kelas belajar-mengajar atau unit belajar, pengetahuan, artinya kelompok tani merupan wadah beajar mengajar bagi anggotanya guna meningatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupannya lebih sejahtera.

B. Kelompok tani sebagai wahana atau unit kerjasama. Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antara kelompok serta pihak lain, melalui kerjasama ini diharapkan usaha taninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan.

C. Kelompok tani sebagai unit produksi, usahatani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota kelompok tani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.

C. Penyuluhan Pertanian

(15)

15

tinggi pada pembangunan pertanian maka aktivitas penyuluhan berkembang dengan sangat dinamis, dan sebaliknya ketika prioritas pembangunan pertanian tidak menjadi agenda utama maka penyuluhan pertanian mengalami masa suram dan stagnasi.

Tuntutan di lapangan semakin rumit sehingga jika penyuluhan pertanian sebagai penyedia public goods tidak bisa berperan dengan baik maka akan semakin ditinggalkan oleh penguna tradisionalnya. Pada saat ini penyuluh-penyuluh lapangan swasta yang juga merupakan pelayan teknis perusahaan sarana produksi nasional dan multinasional juga telah merambah ke desa-desa (Subejo, 2012).

Margono (2000) dalam Mardikato (2009) memaknai penyuluhan sebagai kegiatan pemberdayaan masyarakat. Istilah ini telah lazim digunakan oleh banyak pihak sejak Program Pengentasan Kemiskinan pada dasawarsa 1990-an. Terkait hal tersebut, selanjutnya Mardikanto (2009) merangkum kegiatan penyuluhan dari berbagai pemahaman, yaitu:

1. Penyebarluasan (informasi), penyuluhan sebagai terjemahan dari kata

“extention”, dapat diartikan sebagai proses penyebarluasan, dalam hal ini informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dihasilkan leh perguruan tinggi ke dalam praktek atau kegiatan teknis.

2. Penerangan/penjelasan, penyuluhan berasal dari kata ”sulu” atau obor,dapat diartikan sebagai kegiatan penerangan atau memberikan terang bagi yang dalam kegelapan.

3. Pendidikan non-formal (luar sekolah),

4. Perubahan perilaku, penyuluhan adalaah proses aktif yang memerlukan interaksi antara penyuluh dan yang disuluh agar terbangun “perubahan

perilaku” yang merupakan perwujudan dari: pengethuan, sikap dan keterampilan.

(16)

16

7. Perubahan sosial, penyuluhan dalam jangka panjang diharapan mampu menciptakan pilihan-pilihan baru untuk memperbaiki kehidupan masyarakatnya.

8. Pemberdayaan masyarakat, penyuluhan bertujuan untuk mrwujudkan masyarakat madani dan mandiri dalam pengertian dapat mengambil keputusan (yang terbaik) bagi kesejahteraannya sendiri.

(17)

17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian akan dilakukan di Kota Padang (Lampiran 1) dengan pertimbangan bahwa ini adalah kajian tentang kelompok tani perkotaan sehingga Kota Padang yang merupakan Ibu Kota Provinsi Sumatera Barat dimana areal pertanian padi sawah masih cukup luas yaitu sekitar 6812 Ha (S. Rizal dalam shnews.co, 2013), memenuhi kriteria tersebut. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April hingga Bulan Oktober 2014.

B. Metode penelitian

Penelitian ini menggunakan Metode Survei. Menurut Fowler (1988) dalam Creswell (1994) disain survei memberikan uraian kuantitatif maupun numerik sejumlah pecahan populasi – sampel – melalui proses pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan pada orang.

Disain survei dalam penelitian ini memungkinkan penarikan kesimpulan secara umum mengenai pelaksanaan fungsi kelompok tani di Kota Padang dan permasalahan yang mereka hadapi. Disain survei dipilih karena keunggulannya dalam hal: penghematan disain, kecepatan dalam pengumpulan data dan kemampuan untuk mengidenifikasi sifat-sifat suatu populasi dari sekelompok kecil indvidu atau sampel Babbie (2004) dan Creswell (1994).

C. Metode Pengambilan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah semua kelompok tani tanaman pangan yang masih aktif di Kota Padang, yaitu sebanyak 194. Dengan menggunakan sistem

quota sampling, sampel diambil sebanyak 30 kelompok yaitu dengan teknik simple random sampling.

D. Topik Data

(18)

18

1. Fungsi pembelajaran, dengan indikator:

a. melaksanakan pertemuan rutin secara teratur

b. mengundang narasumber, baik petugas pertanian, swasta, koperasi maupun lembaga perkreditanannya

c. mengunjungi Balai Penyuluhan Pertanian, Balai Pelatihan untuk mendapatkan informasi

d. mengikuti berbagai kursus atau pelatihan yang diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berusaha tani

e. mengikuti pameran, temu usaha baik yang diselenggarakan oleh petani sendiri, pemerintah maupun swasta

f. mengikutsertakan wanita dan pemuda dalam kegiatan kelompok tani

g. mengembangkan kader kepemimpinan dengan cara memberikan kesempatan

2. Fungsi kerjasama

a. memiliki aturan kelompok yang disepakati b. memiliki pembagian tugas yang jelas c. memiliki kas kelompok

d. melaksanakan administrasi kelompok dengan tertib yang berkaitan dengan pencatatan: data anggota kelompok, aset/kekayaan kelompok, hasil

e. mengembangkan kegiatan untuk saling membantu seperti: simpan pinjam f. bekerjasama dengan kelompok lain

g. bekerjasama dengan kemitraan dengan perusahaan swasta, BUMN ataupun BUMD

3. Fungsi produksi

a. mempunyai rencana bersama untuk menetapkan pola usaha tani mencakup, pola tanam, jenis usahatani dan lain-lain

b. menyusun rencana usaha tani misalnya: Rencana Definitif Kelompok, Rencana Definitf Kebutuhan Kelompok, rencana permodalan, rencana pemasaran dan lain-lain.

(19)

19

d. mengadakan kegiatan untuk kepentingan bersama seperti pengadaan sarana produksi,

e. penyediaan fasilitas untuk kepentingan bersama seperti: pengolahan lahan kelompok, kadang ternak bersama, tempat berkumpul bersama (seperti pondok, sekretariat kelompok)

f. menganalisis dan menilai usahatani yang dilaksanakan secara bersama dan merumuskan perbaikan bersama

4. Fungsi Bisnis

a. menganalisis potensi pasar dan peluang pengembangan komoditas yang lebih menguntungkan

b. menganalisis potensi yang dimiliki untuk mengembangkan komoditi sesuai dengan permintaan pasar

c. mengelola usaha tani secara komersial dan berkelanjutan d. menjalin kerjasama dengan lembaga permodalan

Untuk Topik data dari tujuan kedua yaitu menganalisis permasalahan dalam kelompok tani, akan diturun sesuai dengan temuan penelitian dari tujuan satu. Permasalahan akan digali dari fungsi-fungsi yang tidak dijalankan oleh kelompok tani. Sementara solusi akan diberikan berdasarkan masalah yang ditemui.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan teknik triangulasi yaitu dengan menggabungkan beberapa cara yaitu:

1. Observasi merupangan kegiatan pengamatan langsung ke lokasi penelitian yang bertujuan untuk melihat secara langsung kodisi real objek penelitian. 2. Wawancara terstruktur, dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner

yang ditujukan kepada sample yaitu kelompok tani yang diwakili oleh pengurus.

(20)

20 F. Tekhnik analisa data

Data yang diperoleh dari penelitian selanjutnya akan dianalisa secara deskriptif kualitatif. Untuk tujuan pertama semua indikator yang telah dicantumkan pada topik data akan dicek pelaksanaannya ke kelompok tani dengan menggunakan daftar checklist dengan menggunakan dua kategori yaitu melaksanakan atau tidak melaksanakan. Selanjutnya akan ditabulasi dan dipersentasekan. Hasil persentase akan dinilai dengan kategori sebagai berikut:

Tabel 1. Kategori penilaian untuk pelaksanaan fungsi kelompok tani

No Kategori Pelaksanaan

1 Optimal 66 – 100%

2 Kurang optimal 33 – 65%

3 Tidak optimal 0 – 32%

Analisa data untuk tujuan ke dua adalah dengan mengelompokan alasan dan masalah dari ketidak berfungsian kelompok tani. Selanjutnya akan dirumuskan upaya untuk perbaikan. Secara keseluruhan langkah-langkah dalam analisa data adalah sebagai berikut

1. Mengumpulkan data sesuai tujuan penelitian dan topik data 2. Editing, pengelompokan dan reduksi data

3. Data ditampilkan dalam bentuk tabulasi, presentase dan uraian 4. Analisis dengan konsep dan teori yang relevan

(21)

21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Kota Padang

 Batas Utara : Kabupaten Padang Pariaman

 Batas Selatan : Kabupaten Pesisir Selatan

 Batas Timur : Selat Mentawai

 Batas Barat : Kabupaten Solok

Kondisi ketinggian Kota Padang sangat bervariasi, yaitu antara 0 – 1853 m dpl dengan rata-rata curah hujan 384,85 mm/bulan den rata-rata hari hujan 15 hari. Suhu kota Padang berkisar antara 22,60 – 31,70 C dengan kelembaban 77 – 94% (BPS, 2014). Kondisi ini cocok untuk budidaya tanaman padi.

2. Kondisi Demografis

(22)

22 Sumber: Badan Pusat Statis Kota Padang tahun 2014

3. Kondisi Pertanian

No Jenis komoditi luas panen (Ha) Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan Kehutanan Kota Padang,

tahun 2013

(23)

23

produktifitas dari tahun secara umum juga memperlihatkan kecenderungan peningkatan kecuali dari tahun 2011 ke 2012 mengalami sedikit penerunan. Diantara komoditi di atas, padi sawah memiliki produksi yang paling tinggi tahun 2012, namun untuk produktifitas lahan, maka komoditi ubi kayu adalah yang paling tinggi.

B. Deskripsi Pelaksanaan Fungsi Kelompok Tani

Secara sosial ekonomi, pendekatan kelompok dilakukan karena keterbatasan sumberdaya (modal usaha, lahan pertanian, dan sebagainya) yang dimiliki oleh petani secara individual. Secara sosio budaya, pendekatan kelompok dilakukan karena karena kenyataan masyarakat Indonesiakebanyakan berorientasi kelompok dalam setiap kehidupannya. Aktivitas masyarakat sangat banyak ditentukan melalui keputusan-keputusan kelompok, terlebih pada masyarakat agraris (Hariadi, 2011).

Pengembangan kerjasama kelompok dan organisasi di tingkat petani bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan kelembagaan petani dan mendorong petani dalam kegiatan dan program pembangunan pertanian. Bunch (1991) dalam Anantanyu (2009) menyebutkan kelembagaan diperlukan karena tiga alasan: Pertama, banyak permasalahan pertanian yang hanya dapat dipecahkan oleh suatu lembaga. Kelembagaan petani dapat menjadi perantara antara petani dengan kelembagaan lain. Kelembagaan petani dapat menyediakan jasa pelayanan untuk petni sendiri sehingga memungkinkan untuk belajar. Kelembagaan dapat memberikan kelanggengan pada usaha petani karena memungkinkan adanya pengembangan teknologi secara terus-menerus. Kemampuan kerjasama petani sama pentingnya dengan perolehan pengetahuan teknis. Ketiga, kelembagaan adalah adalah upaya untuk menghadapi persaingan dengan dunia luar.

Seiring perkembangannya ternyata pembentukan kelompok-kelompok pada masyarakat petani juga didorong oleh kepentingan pemerintah dalam menjalankan program-program pembangunan pertanian, terutama untuk memudahkan kontrol dan koordinasi. Keterbatasan tenaga penyuluh pertanian yang tidak mungkin menjangkau petani satu-persatu juga menjadi alasan lain diterapkannya pendekatan kelompok dalam kegiatan penyuluhan.

Berikut ini adalah pelaksanaan fungsi-fungsi kelompok tersebut:

(24)

24

Fungsi kelompok Tani yang pertama adalah fungsi pembelajaran. Agar fungsi kelompok sebagai kelas belajar dapat berjalan dengan baik, maka kelompok diarahkan untuk melakukan kegiatan sebagai berikut:

a. Melaksanakan pertemuan rutin

Dari 30 kelompok yang disurvey 87% telah melakukan kegiatan ini. Tema yang dibahas beragam seperti membahas tentang saluran irigasi, penyusunan RDKK ( Rencana Definitif Kerja Kelompok), pemberantasan hama dan lain-lain.

b. Mengundang nara sumber

Kegaitan ini ternyata belum banyak dilakukan oleh kelompok tani. Terlihat dari jumlah kelompok yang pernah mengundang narasumber hanya 37% saja.

Kegiatan ini sebenarnya bertujuan agar terjadi alih informasi dari “luar” ke “dalam”

maksudnya informasi yang berasal orang-orang yang berkompeten dan terkait dengan sektor pertanian diharapkan bisa sampai ke petani. Namun sayangnya belum banyak dari kelompok tani yang melaksanakan kegiatan ini

c. Mengunjungi Balai Penyuluhan Pertanian

Balai penyuluhan pertanian (BPP) merupakan salah satu sumber dimana teknologi dan informasi pertanian bisa diakses. Penyululuh pertanian diharapkan dapat mengarahkan agar kelompok tani melalui perwakilannya dapat mencari informasi ke BPP sehingga pengetahun petani mengenai pertanian dapat terus ditingkatkan. Sayangnya sangat sedikit kelompok yang memanfaatkan BPP sebagai sumber informasi yaitu hanya 6,7% saja.

d. Mengikuti berbagai kursus

Kursus tani bertujuan untuk meningkatkan keterampilan petani dalam menjaankan usahataninya. Jumah kelompok tani yang mengikuti kursus atau pelatihan adalah sebanyak 67%, angka ini sebenarnya menunjukan bahwa kursus atau pelatihan yang diselenggarakan sudah cukup optimal.

e. Melaksanakan kegiatan yang berguna seperti pameran, temu usaha

Keterlibatan kelompok dalam pameran atau temu usaha biasanya bertujuan agar petani dapat menambah wawasannya mengenai kondisi usaha tani di luar lingkungannya sehingga bisa saling berbagai pengalaman. Sayangnya sangat sedikit yang pernah mengikuti kegiatan ini yaitu hanya 10% saja.

(25)

25

Keterlibatan wanita dalam kelompok menjadi penting terutama untuk kelompok tanaman pangan karena tanaman pangan masih merupakan domainnya perempuan dimana keterlibatan perempuan dalam aktifitas usaha tani tanaman pangan sangat intensif jadi tentu saja perempuan sangat berkepentingan dengan semua kegiatan yang bertujuan untuk peningkatan kemampuan petani dalam berusaha tani. Sebanyak 97% kelompok tani telah mengikut sertakan perempuan dan pemuda dalam kegiatan kelompok.

g. Mengembangkan kader kepemimpinan

Pengembangan kader kepemimpinan telah dilakukan yaitu sebanyak 53% dengan indikator adanya pergantian pemimpin/ketua kelompok secara berkala dalam kelompok.

Rangkuman dari persentase jumlah kegiatan yang dilaksanakan dan tidak dilaksanakan tercakup dalam fungsi pembelajaran adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Grafik pelaksanaan kegiatan fungsi pembelajaran

Jika dianalisa dengan menggabungkan keseluruhan kegitan dalam fungsi pembelajaran, dari 7 kegiatan yang harus dilakukan oleh kelompok agar fungsi pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, maka rata-ratanya adalah 3,6 (51%) (Lampiran 2), artinya kelompok tani tanaman pangan hanya melaksanakan 3 – 4 kegiatan saja. Angka tersebut dinillai kurang optimal.

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

a b c d e f g

melaksanakan

(26)

26 2. Fungsi Kerjasama

Agar fungsi kerjasama dapat berjalan dengan baik, maka kegiatan yang harus dilakukan oleh kelompok adalah sebagai berikut:

a. Menetapkan aturan yang jelas dalam kelompok

Aturan berfungsi untuk mengarahkan perilaku anggota dalam mencapaii tujuan kelompok. Sayangnya hanya 2% saja kelompok yang telah memiliki aturan yang jelas dan disepakati oleh para anggotanya.

b. Adanya pembagian tugas yang jelas

Pembagian tugas yang jelas masih menjadi hal yang sangat sedikit dimiliki oleh kelompok tani, terbukti hanya 10% kelompok yang memiliki pembagian tugas yang jelas. Semua responden yang memiliki pembagian tugas yang jelas menyatakan pembagian tugas tersebut telah dinyatakan dalam SK pengesahan kelompok.

c. Menghimpun dana untuk kegiatan rutin/kas kelompok

Salah satu aspek yang dapat memperlancar aktivitas kelompok adalah adanya dana untuk penyelenggaraan kegiatan tersebut. Oleh karena itu penting bagi kelompok untuk dapat menghimpun dana atau memiliki kas kelompok. Terdapat 63% kelompok tani yang telah melaksanakan kegiatan penghimpunan dana ini.

d. Memiliki administrasi kelompok yang tertib

Secara umum administrasi dalam kelompok baru sampai pengarsipan daftar nama-nama anggota kelompok, Sk pengesahan kelompok dan beberapa diantaranya memiliki catatan buku tamu dan dokumentasi piagam penghargaan. Berkaitan dengan ha ini sebanyak 90% kelompok telah melakukannya. Namun belum ada dokumentasi yang berkaitan dengan pencatatan hasil pertemuan. Dengan kata lain sebanyak 87% kelompok yang selalu mengadakan pertemuan rutin tidak satupun yang mendokumentasikan pertemuan tersebut dalam bentuk catatan hasil pertemuan.

(27)

27

f. Melaksanakan kegiatan kerjasama dengan kelompok lain

Aktifitas kerjasama dengan kelompok lain juga termasuk kegatan yang jarang dilakukan oleh kelompok, tercatat hanya 6,7% kelompok yang pernah bekerjasama dengan dengan kelompok lain.

g. Melaksanakan kerjasama kemitraan dengan perusahaan swasta, BUMN atau BUMD atau kerjasam dengan pihak ke tiga

Kerjasama dengan pihak ketiga tampaknya masih sangat jarang dilakukan. Hanya ada 6,7% yang memiliki hubungan kerjasama dengan pihak ketiga, itupun buka hubungan kemitraan. Satu kelompok bekerjasama dengan PT Semen Padang dalam hal permodalan dan satu kelompok lagi bekerjasama sama dengan koperasi juga dalam hal permodalan.

Keseluruhan kegiatan yang menunjang fungsi kerjasama dalam kelompok dapat digambarkan dalam grafik berikut ini:

Gambar 2. Grafik pelaksanaan kegiatan untuk fungsi kerjasama

Jika dianalisa dengan menggabungkan keseluruhan kegiatan dalam fungsi kerjasama, dari 7 kegiatan yang harus dilakukan oleh kelompok agar fungsi kerjasama dapat berlangsung dengan baik, maka rata-ratanya adalah 2,3 (31,9%) (Lampiran 3) artinya kelompok tani tanaman pangan Kota Padang hanya melaksanakan 2 – 3 kegiatan saja. Angka ini termasuk kategori tidak optimal.

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

a b c d e f g

Melakukan

(28)

28 3. Fungsi Produksi

Agar fungsi kelompok sebagai unit produksi dapat berjalan dengan baik, maka kelompok tani di arahkan untuk melakuka kegiatan sebagai berikut:

a. Menetapka pola usahatani yang menguntungkan

Aktifitas penetapan pola usahatani baru pada kesepakatan memulai musim tanam secara serentak yaitu sebanyak 67% kelompok tani tanaman pangan di Kota Padang. Kelompok tani yang menerapkan pola tanam serentak semua beralasan karena pola serentak lebih memudahkan dalam pemberantasan hama. Sementara kegiatan yang berkaitan dengan kesepakatan untuk menanam komoditas tertentu belum ada. Sedangkan kelompok tani yang tidak menerapkan pola tanam serentak beralasan karena terkendala oleh keterbatasan ketersediaan air.

b. Menyusun rencana usahatani

Sebanyak 87% kelompok tani mempunyai rencana usahatani karena data itu diperlukan untuk penyusunan RDKK. Sementara rencana yang berkaitan dengan permodalan dan pemasaran secara bersama belum ada.

c. Menerapkan teknologi tepat guna yang disepakati bersama

Jumlah kelompok tani yang telah menerapkan tekknologi tertentu adalah sebanyak 83%. Tenologi yang mereka terapkan adalah teknologi padi tanam sebatang (PTS), pembuatan kompos secara bersama dan pengolahan tanah dengan menggunakan hand tractor.

d. Pengadaan sarana produksi bersama

Sarana produksi yang dimiliki secara bersama (berkelompok) adalah rumah kompos (3%) dan hand tractor (74%), jadi total kelompok tai yang telah menyediakan sarana produsi secara berkelompok adalah sebanyak 77%, sementara sarana lain seperti alat untuk pemberantasan hama dan panen dimiliki secara pribadi.

e. Fasilitas untuk kepentingan bersama

Fasilitas bersama yang dimiliki oleh kelompok adalah kantor sekretariat tempat diselenggarakannya pertemuan rutin atau pertemuan dengan penyuluh pertanian. Sekretariat ini dimiliki oleh 47% kelompok tani. Sementara kelompok yang tidak memiliki sekretariat melaksanakan pertemuan rutin di rumah pengurus kelompok tani atau salah seorang anggota.

(29)

29

Aktifitas ini hanya dilakukan oleh 3% saja (1 kelompok tani). Kelompok tani (pengurus kelompok) merasa bahwa aktivitas mereka dalam berusahatani atau cara mereka bertani sudah baik sehingga tidak perlu lagi ada upaya perbaikan.

Keseluruhan kegiatan kelompok tani yang menunjang fungsi produksi dapat digambarkan dalam grafik berikut ini:

Gambar 3. Grafik pelaksanaan kegiatan dalam fungsi produksi

Dari grafik diatas terlihat bahwa dari 6 kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh kelompok tani dalam menjalankan fungsinya sebagai unit produksi terdapat 4 kegiatan yang kegiatannya telah dilakukan oleh lebih dari 50% kelompok tani yang disurvei. Jika dirata-ratakan maka setiap kelompok telah melaksanakan rata-rata 3,5 dari 6 kegiatan atau 58,3% (Lampiran 4). Angka ini masuk dalam kategori kurang optimal.

Pelaksanaan kegiatan dari ketiga fungsi kelompok tani per kelompok tani secara keseluruhan adalah sebagai berikut:

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

a b c d e f

Melakukan

(30)

30

Tabel 4. Pelaksanaan fungsi kelompok tani di kelompok tani tanaman pangan Kota Padang

No Fungsi kelompok Tani Pelaksanaan

skor penilaian 1 Pembelajaran 51% kurang optimal 2 Kerjasama 32% tidak optimal 3 Produksi 58,3% kurang optimal

Rata-rata 50,16% kurang optimal

Data pada tabel di atas menunjukan bahwa kelompok tani tanaman pangan di Kota Padang belum berfungsi secara optimal atau kurang optimal. Ini tentu saja dapat menjadi penghambat dalam upaya menyukseskan pembangunan pertanian, mengingat petani yang tergabung dalam kelompok tani adalah pelaku utama dalam pembangunan pertanian. Bahkan Mosher (1965) mengatakan bahwa kegiatan bersama oleh para petani (group action) adalah salah satu faktor pelancar dalam pembangunan pertanian.

Agar kelompok tani di Kota Padang dapat berperan dengan baik dalam pembangunan pertanian, tentu diperlukan pembenahan-pembenahan dan pengembangan kelompok. Berkaitan dengan hal tersebut Madarisa (2013) menyebutkan tiga alasan penting pengembangan kelompok yaitu: Pertama, kelompok merupakan jalan (masuk) untuk melakukan kerjasama dalam pembangunan. Kedua, Sumatera Barat telah mengambil kebijakan yang terpadu bagi pembangunan pertanian, semenjak tahun 2010 yang memerlukan dukungan dari dan proses penguatan asosiasi dan kelompok tani. Ketiga, kelompok dan asosiasi merupakan wadah untuk berbagi.

(31)

31

Gambar 4. Petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian

Peningkatan kapital manusia dapat dicapai jika fungsi pembelajaran dalam kelompok tani bisa berjalan dengan baik. Artinya jika semua kegiatan yang tercakup dalam fungsi ini dilakukan oleh kelompok tani, maka kelompok bisa menjadi sarana bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam mengelola usahataninya. Peningkatan pengetahuan dimungkinkan karena kegiatan dalam fungsi pembelajaran akan membuat petani memiliki wadah untuk saling berbagi informasi sehingga sesama petani dapat saling berbagi ilmu. Begitu juga kegiatan dalam fungsi

pembelajaran memungkinkan transfer ilmu dan teknologi dari “pihak luar” kepada

petani.

(32)

32

penyuluhan dan pertanian. Pertemuan rutin bisa menjadi wadah difusi informasi antar petani dimana sesama petani bisa bertukar informasi atau pengalaman. Sedangkan nara sumber dan BPP merupakan sumber informasi dari luar kelompok yang dapat menambah pengetahuan petani melalui proses tranfer informasi/teknologi. Dari hasil penelitian sayangnya kegiatan mengudang narasumber dan kunjungan ke BPP masih sangat kurang dilakukan dimana jumlah kelompok tani yang melaksanakan kegiatan ini hanya 37% dan 6,7% saja.

Peningkatan keterampilan petani dapat diupayakan melalui kegiatan kursus atau pelatihan. Kegiatan ini sudah dilaksankan oleh 67% kelompok tani artinya sebagian besar kelompok telah memainkan perannya dalam meningkatkan keterampilan petani/anggota kelompok.

Fungsi kerjasama dan produksi akan mendorong berkembangnya kapital sosial karena kegiatan-kegiatan dalam kedua fungsi ini bertujuan untuk mewadahi baik antar petani anggota kelompok maupun petani dengan “pihak luar” untuk saling bekerjasama demi tercapainya pengelolaan usahatani yang lebih baik dan peningkatan produktivitas pertanian. Sayangnya peran kelompok dalam melakukan kegiatan kerjasama masih rendah yaitu 31,9% saja. Ini berarti upaya kelompok untuk memupuk modal sosial melalui aktifitas kerjasama masih rendah. Sedangkan kegiatan dalam fungsi produksi sudah cukup lumayan yaitu sebesar 58,33% namun angka ini masih menunjukan bahwa kelompok belum melaksanakan fungsinya sebagai unit produksi secara optimal.

Berkembangnya modal sosial dan modal manusia akan meningkatkan kualitas petani. Petani yang berkualitas tentunya akan dapat memainkan peran yang aktif dan efektif dalam menyukseskan setiap program pembangunan.

C. Permasalahan dalam Pelaksanaan Fungsi Kelompok Tani dan Usulan Solusi

Kelompok tani akan dapat berfungsi dengan baik jika kelompok dapat memainkan perannya dalam mewadahi berbagai kegiatan yang bermanfaat bagi petani sesuai dengan fungsinya. Permasalahan disini diangkat dari kegiatan yang paling sedikit dilakukan oleh kelompok tani. Berikut ini permasalahan dalam pelaksanaan fungsi kelompok:

(33)

33

a. Rendahnya tingkat kunjungan ke BPP karena petani merasa bahwa informasi yang mereka perlukan sudah cukup ditanyakan saja kepada petugas penyuluh pertanian yang rutin atau sering mengunjungi kelompok. Sementara itu meskipun terdapat 6,7% pengurus kelompok yang pernah melakukan kunjungan ke BPP, hal itu bukanlah berasal dari inisitif mereka sendiri namun karena diundang untuk datang ke BPP. I penjelasan tersebut terlihat bahwa petani belum memahami atau merasakan pentingnya BPP sebagai pusat atau sumber informasi. Karena tidk semua informasi yang ada di BPP dapat disampaikan secara lengkap oeh peugas penyuluh pertanian, misalnya informasi yang erkaitan dengan tanaman dalam bentuk demplot. Ini tentu sebaiknya disaksikan langsung oeh petani agar petani dapat melihat sendiri dan membuat perbandingan. Upaya mengundang petani ke BPP merupakan salah satu langkah yang bisa ditempuh untuk mendorong petani agar mau mengunjungi BPP. Disamping itu tentu petugas penyuluh pertanian

sebaiknya selalu menginformasikan atau “mempromosikan” apa saja

informasi penting yang bermanfaat bagi petani yang tersedia di BPP untuk memotivasi petani mengunjungi BPP.

b. Kegiatan mengikuti pameran atau temu usaha masih rendah. Hal ini bisa jadi karena kegiatan ini juga tidak sering ada. Selain itu petani merasa bahwa mereka tidak tahu apa perlunya mengikuti kegiatan tersebut. Penyuluh pertanian dapat memberikan penjelasan bahwa pameran bisa dijadikan ajang

bagi petani untuk “mempromosikan” produk mereka. Sedangkan kegiatan temu usaha adalah ajang pertemuan antara petani dengan pihak swasta. Ini bisa menjadi jalan kerjasama kemitraan bagi petani. Penyuluh sebaiknya memberikan informasi jika ada kegiatan pameran atau temu usaha kepada kelompok tani dan mendorong petani untuk mengikutinya.

(34)

34

pertanian sangat kompleks. Hal ini bisa di atasi jika nara sumber yang berkompeten bisa dihadirkan ke tengah petani. Penyuluh pertanian dapat menjaankan fungsinya sebagai fasilitator yang menjad penghubung antara petani dengan pihak lain karena bisa dimaklumi jika petani tidak memiliki relasi dengan peneliti atau akademisi maupun pihak lain.

d. Pengembangan kader kepemimpinan yang belum optimal. Meskipun telah terdapat 53% kelompok yang sudah melakukan pergantian ketua dan memiliki aturan tentang masa kepemimpinan, namun angka tersebut masih belum optimal. Masih banyak kelompok yang tidak memili aturan mengenai masa kepemimpinan/kepengurusan kelompok dan tidak menganti ketua kelompok. Hal ini disebabkan karena ketua yang sekarang masih ada dan tidak perlu diganti. Alasan lain karena tidak ada anggota yang bersedia menjadi ketua. Ini bisa menjadi masalah karena umunya ketua yang sekarang sudah berumur lanjut tentu saja berpengaruh kepada kreatifitasnya dalam mencari informasi guna kemajuan kelompok. Penyuluh sebaiknya memberikan latihan tentang kepemimpinan terutama bagi anggota kelompok yang masih muda dan mendorong kelompok untuk memiliki aturan yang jelas mengenai masa kepemimpinan sehingga pemilihan ketua dapat dilakukan secara berkala.

2. Permasalahan dalam pelaksanaan fungsi kerjasama

(35)

35

keterlibatan anggota serta aturan yang jelas agar kelompok dapat berperan dengan baik.

b. Kurangnya peran kelompok dalam membangun kegiatan saling membantu antar sesama anggota dalam kelompok. Kelompok dapat memfasilitasi pembentukan kegiatan kerjasama atau kegatan yang saling menguntung antar sesama anggota kelompok. Kegiatan tersebut seperti simpan pinjam, kegiatan ini dapat menolong petani dalam mengatasi masalah modal usaha atau kebutuhan uang tunai bagi petani. Kegiatan ini bisa di upayakan jika kelompok memiliki kegiatan penghimpunan dana yang dilakukan secara rutin, disamping itu juga diperlukan aturan yang jelas dalam pengelolaan dana. Beberapa kelompok telah melaksanakan hal ini dalam bentuk kegiatan arisan. Kegiatan lain yang bisa difasilitasi oleh kelompok adalah kegiatan

“julo-julo karajo” atau arisan tenaga kerja. Kegiatan ini sama dengan arisan biasa namun yang dipergilirkan bukan penerimaan sejumlah uang, namun giliran kerja di lahan-lahan anggota. Kegiatan ini dapat mengurangi pengeluaran petani untuk membayar buruh tani, terutama untuk kegatan penanaman dan panen.

c. Tidak ada atau sedikit sekali kelompok yang melakukan kerjasama dengan kelompok lain. Kerjasama dengan kelompok lain bertujuan untuk memperkuat posisi tawar petani terutama dibidang pemasaran. Jika petani memiliki satu sub terminal yang menampung hasil produksi secara bersama dalam satu kawasan, maka harga produk pertanian tentu tidak hanya ditentukan oleh pedagang pengumpul saja namun secara bersama-sama petani juga bisa menaikan posisi tawar mereka. Untuk membentuk hal ini terlebih dulu petanii tentu harus diupayakan terlepas dari jeratan hutang (biasanya petani berhutang ke pedagang pengumpul dengan jaminan hasil panen). Selanjutnya penyuluh harus menjalankan peran aktif sebagai penghubung antar kelompok tani.

d. Kurangnya kegiatan kemitraan atau kerjasam dengan pihak swasta ataupun BUMN

(36)

36

petani harus dibantu, selanjutnya harus ada motivasi terus-menerus dari penyuluh dan ketua kelompok untuk menumbuhkan kesadaran bersama guna memelihara fasilitas bersama tersebut.

3. Permasaahan dalam kegiatan yang berkaitan dengan fungsi produksi

a. Hampir semua kelompok tidak pernah memfasilitasi pertemuan anggota untuk melakukan penilaian kegiatan usahatani, serta merumuskan perbaikan. Sebagian besar beralasan karena keberhasilan maupun kegagalan usahatani yang dilakukan menjadi urusan masing-masing petani. Alasan lain karena mereka merasa bahwa hasil yang mereka perleh saat ini kurang lebih sama saja dari tahun sebelumnya, sehingga petani merasa tidak ada yang perlu diperbaiki. Kalau ada permasalahan maka biasanya hal tersebt dibicarakan pada saat pertemuan rutin. Penyuluh sebaiknya membuka kesadaran petani bahwa kondisi yang dihadapi oleh petani saat ini masih memungkinkan untuk menjadi lebih baik dengan cara menginformasikan teknologi baru yang menjanjikan peningkatan produksi. Jadi penyuluh bisa mendorong anggota kelompok untuk melakukan pertemuan ini.

(37)

37

milik bersama sehingga petani kedepannya tidak perlu mengeluarkan biaya untuk menyewanya.

Dari paparan di atas, terlihat bahwa kurang optimalnya fungsi kelompok tani karena kelompok belum mampu memfasilitasi berbagai kegiatan yang dapat menggalang partisipasi para sehingga anggota kelompok bisa berinteraksi dengan lebih intensif. Hal ini sesuai dengan temuan Hariadi (2011) yang menyatakan bahwa faktor yang sangat signifikan mempengaruhi keberhasilan fungsi kelompok tani adalah interaksi. Sementara untuk fungsi kerjasama dan pembelajaran selain dipengaruhi oleh interaksi juga dipengaruhi oleh kegiatan enyuluhan pertanian.

Seperti yang disampaikan oleh Sumardjo (2009) dalam Sumardjo (2012) fokus utama penyuluhan adalah pengembangan kapital manusia (human capital) sebagai bagian dari sistem sosial dan kelembagaan, sehingga menjadi kapital sosial (social capital) yang kondusif bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat pertanian.

(38)

38 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kelompok tani belum berfungsi secara optimal, dimana rata-rata setiap kelompok tani baru melaksanakan 51% fungsi pembelajaran, 329% fungsi kerjasama dan 58,3% fungsi produksi.

2. Belum optimalnya fungsi kelompok baik sebagai wadah pembelajaran, wadah kerjasama maupun unit produksi dikarenakan masih banyak kegiatan-kegiatan dalam fungsi tersebut yang tidak dilaksanakan oleh kelompok. 3. Optimalisasi fungsi kelompok diperlukan untuk mendorong berkembangnya

modal sosial dan modal manusi ditingkat petani sehingga kualitas petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian dapat ditingkatkan.

B. Saran

1. Perlu bimbingan dan pengarahan oleh penyuluh pertanian untuk mengoptimalkan fungsi kelompok tani.

2. Sebaiknya penyuluh memfasilitasi terbentuknya jaringan kerjasama antar kelompok tani dan antara petani dengan pihak swasta.

(39)

39

DAFTAR PUSTAKA

Babbie, Earl. 2004. The Practice of Social Research. Wardswrth/Thomson Learning 10 Davis drive Belmont, Ca 94002-3098 USA

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Padang. 2013 Badan Pusat Statistik Kota Padang. 2014. Profil Kota Padang

S. Rizal. 2013. Luas Areal Persawahan padang Berkurang. diperoleh dari

http://m.shnews.co.php/web/read/18356/luas-areal-persawahan-padang-berkurang.html; internet: diunduh tanggal 18 januari 2014

Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan Kehutanan Kota Padang, 2013.

Produksi, Luas Tanam dan Produktifitas Palawija dan Padi Kota Padang. BPS Kota Padang

Hariadi, Sunarru Samsi. 2011. Dinamika Kelompok. Penerbit Sekolah Pas padangca Sarjana UGM. Jogjakarta

Creswell, Jonh W. 1994. Research Desighn. Pnerbit KIK Press Jakarta

Krisnamurti, B. 2008. “Agenda Pemberdayaan Petani dalam Rangka Pemantapan

Ketahanan Pangan Nasional”. Jurnal Ekonomi Rakyat Th. 11 No. 7 [Jurnal On-Line]; Diperoleh dari: http://www.ekonomirakyat.org/edisi19/artikel 3.htm; Internet; diunduh tanggal 23 Agustus 2013.

Madarisa Fuad. 2013. Perspektif Pembangunan Peternakan rakyat. Andalas University Press. Padang

Mardikato, Totok. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Solo

Pranolo, Tito. 2000. Pembangunan Pertanian dan Liberalisasi Perdagangan.

Makalah, disampaikan pada Konpernas XIII Perhepi, Jakarta 12 Pebruari 2000

Pusat Penyuluhan Pertanian. Kelompok Tani Sebagai Wahana Kerjasama. Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. Kementrian Pertanian. Jakarta

(40)

40

Sumardjo, 2012. Kelembagaan Masyarakat Tani dalam Merevolusi Revolusi Hijau. Pemikiran Guru Besar IPB. IPB Press. Bogor Sumintaredja, Samedi. 2001.

(41)

41

(42)

42 Lampiran 2. Pelaksanaan kegiatan dalam fungsi pembelajaran pada kelompok tani

NO KLP TANI kegiatan dalam fungsi pembelajaran kegiatan Jumlah

(43)

43

Lampiran 3. Pelaksanaan kegiatan dalam fungsi kerjasama pada kelompok tani

(44)

44

Lampiran 4. Pelaksanaan fungsi produksi pada kelompok tani

Gambar

Tabel 1. Kategori penilaian untuk pelaksanaan fungsi kelompok tani
Tabel 2. Luas daerah, jumlah dan kepadatan penduduk menurut kecamatan di Kota Padang tahun 2013
Tabel 2. Sambungan...
Gambar 1. Grafik pelaksanaan kegiatan fungsi pembelajaran
+5

Referensi

Dokumen terkait

Mengandungi sepuluh soalan objektif merangkumi topik elektrolisis dalam akues, leburan dan industri. Dalam bahagian ini, para responden diberi empat pilihan jawapan iaitu

Hasil penelitian yang diperoleh bahwa masih banyak siswa yang memiliki kesulitan belajar pada materi perkalian ini, dari keenam siswa yang dijadikan sampel

Permasalahan dalam penelitian ini adalah guru masih menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran dan belum maksimalnya penggunaan media pembelajaran, oleh

ABSTRAKSI Nur Cholifah, 201310225183, Fakultas Teknik Informatika Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, dengan Judul skripsi “Perancangan Aplikasi Monitoring Terapi Anak

Kondisi intervensi B saat di berikan perlakuan perilaku meninggalkan tempat duduk yang di analisis dalam kondisi meliputi panjang kondisi 8 kali pengamatan, estimasi

Namun dikarenakan adanya surat edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2020 tentang pembelajaran jarak jauh (Daring) maka

Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa ditengah pesat dan majunya dunia elektronik yakni kompter dengan segala piranti yang memadai, maka dapat mempermudah