• Tidak ada hasil yang ditemukan

LP & Askep AML

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LP & Askep AML"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada

An “L” dengan AML di ruang 7B anak

RS Dr. Saiful anwar

Malang

Oleh :

ZAKY S A

NIM. 0810720078

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2012

LEMBAR PENGESAHAN

(2)

MALANG

Mahasiswa

Pembimbing Klinik

____________________

Pembimbing Akademik

_____________________

LAPORAN PENDAHULUAN

AKUT MIEOBLASTIK LEUKEMIA

1. DEFINISI AML

(3)

pada orang dewasa. Manifestasi klinis berkaitan dengan berkurangnya atau tidak adanya sel

hematopoietik (Clarkson, 1983).

2. ETIOLOGI AML

Penyebab leukemia sampai sekarang belum jelas, tapi beberapa faktor diduga menjadi penyebab,

antara lain :

1) Genetik

(1) Keturunan

1. Adanya Penyimpangan Kromosom

Insidensi leukemia meningkat pada penderita kelainan kongenital, diantaranya pada

sindroma Down, sindroma Bloom, Fanconi’s Anemia, sindroma Wiskott-Aldrich,

sindroma Ellis van Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma von

Reckinghausen, dan neurofibromatosis (Wiernik, 1985; Wilson, 1991). Kelainan-kelainan

kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan informasi gen, misal pada

kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola kromosom yang tidak stabil, seperti pada

aneuploidy.

2. Saudara kandung

Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar identik dimana

kasus-kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama kelahiran. Hal ini berlaku juga pada

keluarga dengan insidensi leukemia yang sangat tinggi (Wiernik,1985).

(2) Faktor Lingkungan

Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan kromosom dapatan,

misal : radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang dihubungkan dengan insiden yang meningkat

pada leukemia akut, khususnya ANLL (Wiernik,1985; Wilson, 1991).

2) Virus

Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus menyebabkan

leukemia pada hewan termasuk primata.

Penelitian pada manusia menemukan adanya RNA dependent DNA polimerase pada

sel-sel leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel-sel-sel normal dan enzim ini berasal dari virus tipe C

yang merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia pada hewan. (Wiernik, 1985). Salah

satu virus yang terbukti dapat menyebabkan leukemia pada manusia adalah Human T-Cell

Leukemia . Jenis leukemia yang ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia. Virus ini

ditemukan oleh Takatsuki dkk (Kumala, 1999).

(4)

1) Bahan Kimia

Paparan kromis dari bahan kimia (misal : benzen) dihubungkan dengan peningkatan insidensi

leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang sering terpapar benzen. (Wiernik,1985; Wilson,

1991)

Selain benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML, antara lain :

produk – produk minyak, cat , ethylene oxide, herbisida, pestisida, dan ladang elektromagnetik

(Fauci, et. al, 1998).

2) Obat-obatan

Obat-obatan anti neoplastik (misal : alkilator dan inhibitor topoisomere II) dapat

mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML. Kloramfenikol,

fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum tulang yang

lambat laun menjadi AML (Fauci, et. al, 1998).

4) Radiasi

Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia (ANLL) ditemukan pada pasien-pasien

anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan pada kasus lain seperti peningkatan

insidensi leukemia pada penduduk Jepang yang selamat dari ledakan bom atom. Peningkatan

resiko leukemia ditemui juga pada pasien yang mendapat terapi radiasi misal : pembesaran

thymic, para pekerja yang terekspos radiasi dan para radiologis .

5) Leukemia Sekunder

Leukemia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit malignansi lain disebut Secondary Acute

Leukemia ( SAL ) atau treatment related leukemia. Termasuk diantaranya penyakit Hodgin,

limphoma, myeloma, dan kanker payudara. Hal ini disebabkan karena obat-obatan yang digunakan

termasuk golongan imunosupresif selain menyebabkan dapat menyebabkan kerusakan DNA .

3. KLASIFIKASI AML

Berdasarkan klasifikasi French American British (FAB)

AML terbagi menjadi 8 tipe :

-

Mo ( Acute Undifferentiated Leukemia )

Merupakan bentuk paling tidak matang dari AML, yang juga disebut sebagai AML dengan

diferensiasi minimal.

(5)

Merupakan leukemia mieloblastik klasik yang terjadi hampir seperempat dari kasus AML.

Pada AML jenis ini terdapat gambaran azurophilic granules dan Auer rods. Dan sel

leukemik dibedakan menjadi 2 tipe, tipe 1 tanpa granula dan tipe 2 dengan granula, dimana

tipe 1 dominan di M1.

-

M2 ( Akut Myeloid Leukemia )

Sel leukemik pada M2 memperlihatkan kematangan yang secara morfologi berbeda, dengan

jumlah granulosit dari promielosit yang berubah menjadi granulosit matang berjumlah lebih

dari 10 %. Jumlah sel leukemik antara 30–90 %. Tapi lebih dari 50 % dari jumlah sel-sel

sumsum tulang di M2 adalah mielosit dan promielosit.

-

M3 ( Acute Promyelocitic Leukemia )

Sel leukemia pada M3 kebanyakan adalah promielosit dengan granulasi berat, stain

mieloperoksidase + yang kuat. Nukleus bervariasi dalam bentuk maupun ukuran,

kadang-kadang berlobul . Sitoplasma mengandung granula besar, dan beberapa promielosit

mengandung granula berbentuk seperti debu. Adanya Disseminated Intravaskular

Coagulation (DIC) dihubungkan dengan granula-granula abnormal ini .

-

M4 ( Acute Myelomonocytic Leukemia )

Terlihat 2 (dua) type sel, yakni granulositik dan monositik, serta sel-sel leukemik lebih dari

30 % dari sel yang bukan eritroit. M4 mirip dengan M1, dibedakan dengan cara 20% dari sel

yang bukan eritroit adalah sel pada jalur monositik, dengan tahapan maturasi yang

berbeda-beda.

Jumlah monosit pada darah tepi lebih dari 5000 /uL. Tanda lain dari M4 adalah peningkatan

proporsi dari eosinofil di sumsum tulang, lebih dari 5% darisel yang bukan eritroit, disebut

dengan M4 dengan eoshinophilia. Pasien–pasien dengan AML type M4 mempunyai respon

terhadap kemoterapi-induksi standar.

-

M5 ( Acute Monocytic Leukemia )

Pada M5 terdapat lebih dari 80% dari sel yang bukan eritroit adalah monoblas, promonosit,

dan monosit. Terbagi menjadi dua, M5a dimana sel monosit dominan adalah monoblas,

sedang pada M5b adalah promonosit dan monosit. M5a jarang terjadi dan hasil

perawatannya cukup baik.

-

M6 ( Erythroleukemia )

Sumsum tulang terdiri lebih dari 50% eritroblas dengan derajat berbeda dari gambaran

morfologi Bizzare. Eritroblas ini mempunyai gambaran morfologi abnormal berupa bentuk

multinukleat yang raksasa. Perubahan megaloblastik ini terkait dengan maturasi yang tidak

(6)

sejalan antara nukleus dan sitoplasma . M6 disebut Myelodisplastic Syndrome ( MDS )

jika sel leukemik kurang dari 30% dari sel yang bukan eritroit . M6 jarang terjadi dan

biasanya kambuhan terhadap kemoterapi-induksi standar.

-

M7 ( Acute Megakaryocytic Leukemia )

Beberapa sel tampak berbentuk promegakariosit/megakariosit.

( Yoshida, 1998; Wetzler dan Bloomfield, 1998 ).

4. MANIFESTASI KLINIS AML

Gejala klinis yang paling sering dijumpai adalah :

-

Anemia : pucat, mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas.

-

Leukopenia (karena penurunan fungsi) : infeksi lokal atau umum (sepsis) dengan gejala panas

badan (Demam) dan penurunan keadaan umum.

-

Trombositopeni : Perdarahan kulit, mukosa dan tempat- tempat lain.

Akibat infiltrasi ke organ lain :

-

Nyeri tulang.

-

Pembesaran kelenjar getah bening.

-

Hepatomegali dan splenomegali

(Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Unair & RSUD dr

Soetomo Surabaya,1994).

Gejala lain seperti Purpura, epistaksis ( sering ), hematoma, infeksi oropharingeal, pembesaran

nodus limfatikus, lemah ( weakness ), faringitis, gejala mirip flu ( flu like syndrome ) yang

merupakan manifestasi klinis awal, limfadenopati, ikterus kejang sampai koma (Cawson 1982; De

Vita Jr,1985, Archida, 1987, Lister, 1990, Rubin,1992).

5. PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS MEDIS LEUKEMIA AKUT

Penegakan diagnosa leukemia akut dilakukan dengan berdasarkan pada anamnesa,

pemeriksaan klinis, pemeriksaan darah dan pemeriksaan sumsum tulang pada beberapa kasus.

Pada pemeriksaan darah, sel darah putih menunjukkan adanya kenaikan jumlah, penurunan jumlah,

maupun normal.

Pemeriksaan trombosit menunjukkan penurunan jumlah.

Pemeriksaan hemoglobin menunjukkan penurunan nilai

Adanya sel leukemik sejumlah 5 % cukup untuk mendiagnosa kelainan darah sebagai leukemia, tapi

sering dipakai nilai yang mencapai 25 % atau lebih

(7)

Pemeriksaan dengan pewarnaan Sudan Black, PAS, dan mieloperoksidase untuk pembedaan AML

dan ALL.

Hapusan darah : normokrom, normositer, hampir selalu dijumpai blastosit abnormal.

Sumsum tulang hiperseluler, hampir selalu penuh dengan blastosit abnormal, sistem hemopoitik

normal terdesak.

(Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Unair & RSUD dr

Soetomo Surabaya,1994).

6. PENATALAKSANAN MEDIS

Perbaiki keadaan umum :

-

Anemia : transfusi sel darah merak padat (PRC) 10 ml/kg BB/dosis, hingga Hb 12 g/dl.

-

Perdarahan hebat : transfusi darah sesuai jumlah yang hilang, bila perlu dapat diberi transfusi

trombosit (biasanya diperlukan bila jumlah trombosit < 10.000/mm

3

).

-

Infeksi sekunder : bila dapat lakukan biakan kuman (dari bisul, air kemih, darah, cairan serebro

spinal) dan segera mulai dengan antibiotika spektrum luas/dosis tinggi, sesuai dengan dugaan

kuman penyebab.

-

Status gizi perlu diperhatikan/diperbaiki.

Pengobatan sfesifik :

Protokol untuk AML :

Untuk jenis AML, protokol yang dipakai bervariasi, terdiri dari bermacam-macam kombinasi obat,

seperti :

Sitosin arabinosid + daunomisin + 6 tioguanin.

Prednison + vinkristin + metotreksat + merkaptopurin.

7. KOMPLIKASI

Penyulit yang paling sering didapatkan adalah :

Perdarahan.

(8)

Konsep asuhan keperawatan pada pasien AML

1. PENGKAJIAN

Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak

a.

Faktor Keturunan

; yaitu faktor gen yang diturunkan dari kedua orang tuanya.

b. Faktor Hormonal

; banyak hormon yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangan anak, namun yang paling berperan adalah Growth Hormon (GH).

c.

Faktor Gizi ; Setiap sel memerlukan makanan atau gizi yang baik. Untuk mencapai

tumbuh kembang yang baik dibutuhkan gizi yang baik.

d. Faktor Lingkungan; Terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan biologi dan lingkungan

psikososial.

e.

Tahap perkembangan anak menurut Teori Psikososial Erik Erikson.

Erikson mengemukakan bahwa dalam tahap-tahap perkembangan manusia mengalami 8

fase yang saling terkait dan berkesinambungan

TUGAS PERKEMBANAGAN

BILA TUGAS

PERMKEMBANGAN

TIDAK TERCAPAI

Bayi (0 - 1 tahun)

Rasa percaya mencapai harapan,

Dapat menghadapi frustrasi dalam jumlah

kecil

Mengenal ibu sebagai orang lain dan berbeda

dari diri sendiri.

Tidak percaya

Usia bermain (1 - 3 Tahun)

Perasaan otonomi.

Mencapai keinginan

Memulai kekuatan baru

Menerima kenyataan dan prinsip kesetiaan

Malu dan ragu-ragu

Usia pra sekolah ( 3 - 6 Tahun)

Perasaan inisiatif mencapai tujuan

(9)

Menyatakan diri sendiri dan lingkungan

Membedakan jenis kelamin.

Usia sekolah ( 6 - 12 Tahun)

Perasaan berprestasi

Dapat menerima dan melaksanakan tugas dari

orang tua dan guru

Rasa rendah diri

Remaja ( 12 tahun lebih)

Rasa identitas

Mencapai kesetiaan yang menuju pada

pemahaman heteroseksual.

Memilih pekerjaan

Mencapai keutuhan kepribadian

Difusi identitas

Remaja akhir dan dewasa muda

Rasa keintiman dan solidaritas

Memperoleh cinta.

Mampu berbuat hubungan dengan lawan jenis.

Belajar menjadi kreatif dan produktif.

Isolasi

Dewasa

Perasaan keturunan

Memperoleh perhatian.

Belajar keterampilan efektif dalam

berkomunikasi dan merawat anak

Menggantungkan minat aktifitas pada

keturunan

Absorpsi diri dan stagnasi

Dewasa akhir

Perasaan integritas

Mencapai kebijaksanaan

keputusasaan

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

(10)

sekunder

2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan Kehilangan

berlebihan, mis ; muntah, perdarahan

3. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan agen fiscal ; pembesaran organ / nodus limfe,

sumsum tulang yang dikmas dengan sel leukaemia.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

Dx 1 : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan

sekunder

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam tidak terjadi infeksi

Kriteria hasil :

Suhu normal 36,5-37,5

°

C

Tanda-tanda inflamasi (tumor, rubor, kolor, dolor, funtio lesa) tidak terjadi

Pasien tidak gelisah

Rencana tindakan :

1. Tempatkan anak pada ruang khusus. Batasi pengunjung sesuai indikasi.

Rasional : Melindungi anak dari sumber potensial patogen / infeksi.

2. Berikan protocol untuk mencuci tangan yang baik untuk semua staf petugas.

Rasional : Mencegah kontaminasi silang / menurunkan risiko infeksi.

3. Awasi suhu. Perhatikan hubungan antara peningkatan suhu dan pengobatan chemoterapi.

Observasi demam sehubungan dengan tachicardi, hiertensi.

Rasional : Hipertermi lanjut terjadi pada beberapa tipe infeksi dan demam terjadi pada

kebanyakan pasien leukaemia.

4. Dorong sering mengubah posisi, napas dalam, batuk.

Rasional : Mencegah statis secret pernapasan, menurunkan resiko atelektasisi/

pneumonia.

5. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut secara periodic. Gunakan sikat gigi

halus untuk perawatan mulut.

Rasional : Rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme

patogen.

6. Awasi pemeriksaan laboratorium : WBC, darah lengkap

Rasional : Penurunan jumlah WBC normal / matur dapat diakibatkan oleh proses

penyakit atau kemoterapi.

(11)

Rasional : Dapat diberikan secara profilaksis atau mengobati infeksi secara khusus.

Dx : 2 Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan

berlebihan, mis ; muntah, perdarahan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam cairan dalam tubuh seimbang

Kriteria hasil Volume

cairan tubuh adekuat

dehidrasi tidak ada

mual muntah berkurang sampai normal

haluaran urine normal dan stabil

Rencana Tindakan :

1. Awasi masukan dan pengeluaran. Hitung pengeluaran tak kasat mata dan keseimbangan

cairan. Perhatikan penurunan urine pada pemasukan adekuat. Ukur berat jenis urine dan

pH Urine.

Rasional : Penurunan sirkulasi sekunder terhadap sel darah merah dan pencetusnya pada

tubulus ginjal dan / atau terjadinya batu ginjal (sehubungan dengan

peningkatan kadar asam urat) dapat menimbulkan retensi urine atau gagal

ginjal.

2. Timbang BB tiap minggu.

Rasional : Mengukur keadekuatan penggantian cairan sesuai fungsi ginjal. Pemasukan

lebih dari keluaran dapat mengindikasikan memperburuk / obstruksi ginjal.

3. Awasi Tekanan Darah dan frekuensi jantung.

Rasional : Perubahan dapat menunjukkan efek hipovolemik (perdarahan/dehidrasi).

4. Inspeksi kulit / membran mukosa untuk petike, area ekimotik, perhatikan perdarahan

gusi, darah warna karat atau samar pada feces atau urine; perdarahan lanjut dari sisi

tusukan invesif.

Rasional : Supresi sumsum dan produksi trombosit menempatkan pasien pada resiko

perdarahan spntan tak terkontrol.

5. Evaluasi turgor kulit, pengiisian kapiler dan kondisi umum membran mukosa.

Rasional : Indikator langsung status cairan / dehidrasi.

6. Berikan diet halus.

Rasional : Dapat membantu menurunkan iritasi gusi.

7. Berikan cairan IV sesuai indikasi.

Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan / elektrolit pada tak adanya

pemasukan melalui oral; menurunkan risiko komplikasi ginjal.

(12)

8. Berikan sel darah Merah, trombosit atau factor pembekuan.

Raional : Memperbaiki jumlah sel darah merah dan kapasitas O2 untuk memperbaiki

anemia. Berguna mencegah / mengobati perdarahan.

Dx 3 :Nyeri ( akut ) berhubungan dengan agen fiscal ; pembesaran organ / nodus limfe,

sumsum tulang yang dikmas dengan sel leukaemia.

Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan 30 menit nyeri berkurang sampai hilang

Kriteria Hasil :

Skala nyeri berkurang (1-10)

Pasien tidak mengeluh kesakitam

Pasien bisa istirahat dengan tenang

Rencana Tindakan :

1. Awasi tanda-tanda vital, perhatikan petunjuk nonverbal,rewel, cengeng, gelisah.

Rasional : Dapat membantu mengevaluasi pernyatan verbal dan ketidakefektifan

intervensi.

2. Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan stress.

Rasional : Meingkatkan istirahat.

3. Tempatkan pada posisi nyaman dan sokong sendi, ekstremitas denganan bantal.

Rasional : Menurunkan ketidak nyamanan tulang/ sensi.

4. Ubah posisi secara periodic dan berikan latihan rentang gerak lembut.

Rasional : Memperbaiki sirkulasi jaringan dan mobilisasi sendi.

5. Berikan tindakan ketidaknyamanan; mis : pijatan, kompres.

Rasional : Meminimalkan kebutuhan atau meningkatkan efek obat.

6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesic

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan).

Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit buku

Kedokteran EGC. Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2, (terjemahan).

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan

Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas Kedokteran UI :

Media Aescullapius. Jakarta.

Matondang, Corry S. (2000) Diagnosis Fisis Pada Anak. Edisi ke 2, PT. Sagung Seto. Jakarta.

Ngastiyah (1997). Perawatan Anak Sakit. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Sumijati M.E, dkk, (2000). Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim Terjadi Pada

(14)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK “A” DENGAN ACUTE MYELOBLASTIC LEUKEMIA

DI RUANG HND RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG

I. PENGKAJIAN A. Identitas Klien

Nama : An. A

Usia : 4,5th

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Ponggok- Blitar

B. Status Kesehatan Saat Ini

1. Keluhan saat MRS : perut membesar, pucat, lebam-lebam di kaki dan nyeri sendi diikuti dengan panas, batuk, pilek dan

penurunan nafsu makan

2. Keluhan saat Pengkajian : mual-muntah,sariawan, nyeri sendi dan panas

3. Riwayat Penyakit Sekarang : pas . 4. Diagnosa Medis :  AML  Pneumoni  Febrile neurotropenia C. RIWAYAT KESEHATAN TERDAHULU

1. Penyakit yang pernah dialami :

Tempat Praktik : R. HND Anak Tgl Praktik : 18-Juni- 2012 Nama Mahasiswa :

NIM :

Tgl.MRS :29 juni 2012

Tgl Pengkajian :18 Juni 2012 Sumber informasi :Orangtua Keluarga yang bisa dihubungi

 Ayah : Tn. K

 Ibu : Ny. M

Ibu klien mengatakan anaknya sakit panas, muntah, kembung ± 1 bulan, lalu diperiksakan ke dokter atau pelayanan kesehatan, makin hari gak kunjung sembuh, dan perutnya makin besar, nyeri sendi dan penurunan nafsu makan lalu pasien dibawa ke RS Mardi Waluyo-Blitar pada tgl 25-05-2012 dengan keluhan perut membesar, pucat, dan nyeri sendi diikuti dengan panas, batuk, pilek dan penurunan nafsu makan, di Mardi waluyo di diagnosa Anemia. Pasien lalu dirujuk ke RSSA pada tgl 29-05-2012 dan kemudian MRS di 7B ruang hematologi selama 4 hari untuk melakukan terapi kemoterapi. Saat kemoterapi pasien muntah-muntah dan tidak mau makan serta diare bercampur darah (berwarna kehitaman) pasien lalu dipindah ke HND sampai sekarang. Saat dilakukan pengkajian orang tua mengatakan klien muntahnya sudah berkurang tapi masih nyeri sendi dan sariawan. Klien dipuasakan karena direncanakan untuk usg abdomen besok. Klien tampak lemah dan terpaang IVFD, NGT dan O2 via NC 2 lpm. Klien kadang terlihat merengek kesakitan sambil menunjuk ke kaki

(15)

Ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah mengalami masalah kesehatan yg serius sebelumnya, anaknya hanya sakit batuk pilek.

2. Kecelakaan (Bayi/anak: termasuk Kecelakaan Lahir/Persalinan, Bila pernah: Jenis dan Waktu, siapa Penolong kelahirannya.) :

3. Operasi (Jenis dan Waktu) :tidak pernah 4. Penyakit kronis/akut

:-

Kronis:-5. Imunisasi :keluarga mengatakan imunisasi klien lengkap (BCG, hepatitis B, campak, DPT, polio)

D. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

1. Penyakit yang pernah diderita keluarga:

Keluarga mengatakan bahwa dalam keluarganya (neneknya) ada yang menderita kencing manis dan hipertensi. Keluarga hanya pernah sakit batuk, pilek dan panas yang sembuh dengan diberikan obat di warung.

2. Lingkungan rumah dan komunitas:

Pasien tinggal di daerah ponggok yang jauh dari pabrik, dekat dengan kandang ayam. Lingkungan sekitar dan keadaan rumah cukup bersih dan medapat cahaya matahari yang cukup serta ventilasi yang baik.

3. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan:

Keluarga pasien jarang berobat ke pelayanan kesehatan ketika ada anggota keluarga yang sakit. Biasanya diobati seadanya dahulu dan jika sudah lama tidak sembuh-sembuh baru dibawa ke dokter, bidan, ataupun puskesmas.

4. Persepsi keluarga terhadap penyakit anak:

Keluarga sudah mengetahui tentang penyakit anaknya, keluarga menyerahkan semua pada tenaga kesehatan asalkan anaknya cepat sembuh.

E. POLA NUTRISI-METABOLIK

Pasien lahir pada tanggal 17 desember 2008 dengan persalinan normal, penolong Bidan, dengan berat badan lahir 2600 gram

(16)

Item Deskripsi

di Rumah di Rumah Sakit Jenis diet/makanan/

Komposisi menu

Nasi, sayur, tahu, tempe, daging

Diit cair

D5-1/2 NS

Frekuensi/pola 3x sehari Tiap 3 jam

Porsi/jumlah Makan habis 1/2 porsi 15-20cc

Pantangan Mengurangi makanan

yang mengandung MSG

-Nafsu makan Menurun Menurun

Peningkatan/Penurunan BB 6 bulan terakhir

Menurun Menurun

Sukar menelan Tidak Ya

F. POLA ELIMINASI

Item di Rumah Deskripsi di Rumah Sakit BAB

Frekuensi/pola 2-3 hr sekali 1 hr 2-3 kali

Konsistensi Lembek Cair

Warna/bau Kuning kecoklatan Kekuningan bercampur darah sedikit

Kesulitan -

-Upaya mengatasi -

-BAK

Frekuensi/pola 4-5 kali/hari ± 285cc

Konsistensi Cair Cair

Warna/bau Kuning jernih/bau khas Kuning jernih/bau khas

Kesulitan -

-Upaya mengatasi -

-. RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

 BB saat ini : 13 kg

 BBI : 15 kg

 % BBI : 85%

 BB saat pertama masuk RS : 14 kg

 BB lahir : 2600 gr

 LK : 44,5cm

(17)

 Pengkajian Perkembangan DDST

Klien berusia 4 tahun 5 bulan, banyak tugas perkembangan sudah dapat dilewati klien

Motorik kasar

Klien sudah dapat berjalan dengan baik,bisa mengangkat dengan 1 kaki

 Bahasa

Klien sudah bisa menyusun kata-kata  Adaptif-motorik halus

Klien sudah bisa menyusun menara dan bisa mencoret-coret  Personal sosial

Klien sudah bisa memakai baju dan membantu dirumah

 Tahap Perkembangan psikososial (erickson): Tahap Perkembangan Psikosexual(freud): Usia pra sekolah ( 3 - 6 Tahun)

Pasien sudah mampu mengungkapkan perasaannya pada saat mengeluh kesakitan , sudah bisa embedakan jenis kelamin laki-laki dan perempuan,

H. GENOGRAM Keterangan : ::perempuan H. PEMERIKSAAN FISIK

 Keadaaan Umum : lemah

 Kesadaran : composmentis  GCS : 456  TD : 100/70 mmHg  Nadi : 100x/menit  Suhu : 37,9 oc  RR : 28x/menit 1. Kepala:

Normal, rambut tipis, warna kemerahan, masaa (-), lesi (-) 2. Mata :

(18)

Bentuk normal, simetris, lesi (-), warna sama dengan wajah, tidak ada pengeluaran sekret, tidak ada pernapasan cuping hidung, terpasang NGT, menggunakan nasal kanul

4. Mulut dan Tenggorokan:

Mukosa bibir kering,stomatitis (+) lidah berwarna putih, gigi kotor, hipersalifa (+)

5. Telinga:

Simetris, tidak terdapat lesi, tidak ada pengeluaran sekret 6. Leher:

Warna kulit merata, trakhea berada ditengah, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran tiroid. 7. Dada

Inspeksi

Bentuk thorak normal, simetris, tidak ada retraksi dada Palpasi Pergerakan dada simetris antara dextra dan

sinistra,tak teraba massa, ktrepitasi (-) Vocal fremitus Tidak ada

Perkusi Sonor

Auskultasi Paru

Suara Nafas Deskripsi

o

Bronkial Normal, simetris pada paru

kanan & kiri

o

Bronkovesikuler Normal, simetris pada paru

kanan & kiri

o

Vesikuler Normal, simetris pada paru

kanan & kiri

Suara Ucapan Dextra Sinistra

o

Bronkoponi/Pectoryloquy/Egophoni -

-Suara Tambahan Dextra Sinistra

o

Rales/Rhonchi/Wheezing/Pleural Friction Rh (+) Weezing (-) Rh (+) Wh (-)

Batuk dengan sputum/tidak Batuk (+)sputum putih

kehijauan Pemeriksaaan Jantung

Inspeksi dan Palpasi Prekordium

Area Aorta-Pulmonum Tidak ada pulsasi

Area tricuspid-Ventrikel kanan

(19)

teraba pulsasi (+) Perkusi

Batas jantung Apek , basal

Suara Dullness

Auskultasi Bunyi Jantung I (+) tunggal

Bunyi Jantung II (+) tunggal Bunyi Jantung III (-) tidak ada Bunyi Jantung IV (-) tidak ada

Keluhan tidak ada (sulit di evaluasi)

8. Punggung:

Tidak terdapat iritasi pada daerah punggung 9. Mamae dan Axila:

Tidak ada benjolan/massa dan nyeri 10. Abdomen

Inspeksi Ο Lesi (-) Ο Scar (-) Ο Massa (-) Ο Distensi (+) Ο Asites (-)

Auskultas i

Peristalstik 20 x/menit Palpasi Ο Pembesaran Hati (+) dan Limpa (-) Perkusi Ο timpani Lain-lain (-) 11. Genetalia Pengkajia n Data/Gejala Deskripsi

Inspeksi Ο Lesi(-) Ο Scar Ο Massa Ο Distensi

Tidak ada lesi, scar, massa dan distensi

Palpasi Nyeri tekan

Ο Ada Ο Tidak Ada

Tidak ada nyeri tekan Keluhan

o

Ada Ο Tidak Ada Tidak ada keluhan Lain-lain

12 Ekstremitas

Atas

Ο Lesi Ο Scar Ο Kontraktur Ο Deformitas Ο Edema Ο Nyeri Ο Clubbing finger

Tidak ada lesi, scar, kontraktur, deformitas edema, nyeri dan clubbing finger

(20)

Bawah

Ο Lesi Ο Scar Ο Kontraktur Ο Deformitas Ο Edema Ο Nyeri Tidak ada lesi, scar, kontraktur, deformitas edema, nyeri dan clubbing finger

Kekuatan Otot

Ο Ekstremitas Atas : lesi (-), edema (-),tonus otot 5/5 Ο Ekstremitas Bawah : lesi (-), edema (-),tonus otot 5/5

13.METABOLISME/INTEGUMEN Kulit

Warna : Pucat (-), Sianotik (-), Abu-abu (-), Ikterik(-) Suhu : normal, 37,1oc akral hangat

Turgor : baik, CRT < 2 detik

Edema : Tidak ada

Memar : Tidak ada

Kemerahan : Tidak ada Pruritus : tidak ada 14.

NEUROSENSORI

1) Reaksi pupil terhadap cahaya

Saat pupil (kanan dan kiri) diberi cahaya maka pupil mengecil/meiosis (isokor) 2) Reflek-reflek a. Menghisap (+) b. Menoleh (+) c. Menggenggam (+) d. Kejang (-) 15.

DATA PENUNJANG (EKG,EEG,Pemeriksaan Radiologi, Laboratorium, dan lain-lain )

Hasil Lab saat pengkajian Sumsum tulang

Selularitas hiperseluler

Rasio M:E 100:1

Eritropoisis aktivitas menurun

Granulopoisis aktivitas sangat meningkat terdiri dari myeloblast ± 80%

Megakoriopoisis aktivitas sangat menurun

Kesimpulan : Dari gambaran darah tepi dan sumsum tulang menunjukkan suatu Acute Myeoloblastic Leukemia with maturation (AML, M2)

e. Babinsky (+) f. Patella (+)

(21)

KIMIA KLINIK Pemeriksaan ginjal As. Urat 1,7 (2,6) Elektrolit Calsium 8,3 (7,6-11,6) Phosphor 3,3 Elektrolit serum Na 132 (136-145) K 4,45 (3,5-5,6) Clor 112 (98-106)

Hematologi tanggal 15 juni 2012

Hb 11,70 (11,4-15,1) Erit 4,24 (4.0-5,0) Leuko 1,02 (4,7-11,3) Trombosit 11 (142-424) Hitung jenis Eosinofil 3,9% (0-4) Basofil 0,0 (0-1) Neutrofil 18,7 (51-67) Limfosit 63,7 (25-33) Monosit 10,8 (2-5) Foto thorax - Hepatomegali : hepar = 1/3 – 1/3

Lien = tidak ada pembesaran 16.

TERAPI tanggal 18 juni 2012 02 nasal canul 2 lpm IVFD D 12,5% (+) Nacl 3% 20 cc; kcl 7,4% 4 cc : 20 Injeksi  Aminosteril 60%  Ceftriaxone 2x750 mg  Ranitidine 1x15 mg  Fluconazole 1x40 mg Per oral:  Sucrlatfat 2x3 cc  Lactulosa 3x4 cc  Colistin 2x450 10 10  Neomisin 4x 100gZn s04 1x20 mg  Condistatin 3x0,3cc  Oralit 130cc/diare Nebul PZ + forbiven/6jam

ANALISIS DAN SINTESIS DATA

(22)

1. DS:ibu klien mengatakan kalau buang air besar keluar darah

DO:

Stomatitis pada area bibir (+) Trombosit : 11

CRT < 2

Stem cell

Sel blas

(mieloblast)

Proliferasi SDP

imatur

Hematopoesis

terganggu

Trombositopenia

Resiko

perdarahan

Resiko perdarahan 2. DS: keluraga mengatakan klien terkadang

keskitan dan masih nyeri sendi DO:

k/u lemah

kesadaran composmentis

skala nyeri 2-4

grimace (+)

pasien tampak merengek kesekitan sambil menunjuk kaki

TTV: TD : 100/70 mmHg N : 100x/menit S : 37,9oc RR : 28x/menit

Stem cell

Sel

blas(mieloblast)

Proliferasi SDP

imatur

Akumulasi sel

infilrasi

tulang

Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran kelenjar limfe, efek sekunder pemberian anti leukemic agents

(23)

makan menurun DO:

Bibir kering

Stomatitis (+)

Hipersaliva (+)

Hepatomegali (+)

BB saat MRS 14 kg

BB sekarang 13 Kg

IMT : 13%

Lemak subkutan tipis

Mual(+)

Muntah(+)

Turgor < 2 detik

Proliferasi SDP

imature

Akumulasi sel

Hematomegali

Menekan rongga

abdomen

Penurunan nafsu

makan

Nutrisi kurang

dari kebutuhan

berhubungan dengan penurunan nafsu makan, stomatitis 4. DS: keluarga mengatakan anaknya masih lemah dan hanya berbaring di tempat tidur saja DO:

k/u lemah

kes : compos mentis

px bedrest

kebutuhan harian dibantu keluarga sepenuhnya

tonus otot 5/5/5/5

aktivitas di tempat tidur Stem cell

Proliferasi SDP

terganggu

hematopoesis

terganggu

O2 dalam darah

berkurang

Intoleransi akivitas 5. DS : ibu mengatakan suhu tubuh anaknya sering naik dan kadang terasa panas DO:

Proliferasi SDP

immature

Mekanisme imun

terganggu

Resiko infeksi

(24)

Leukosit : 1,02 (N : 4,7-11,3)

Neutrofil 18,7

Limfosit 63,7

Monosit 10,8

Resiko infeksi

6.

DS: ibu klien mengatakan anaknya mual, muntah dan diare DO:

Mual-muntah (+)

mukosa bibir kering pecah-pecah

hipersalifasi (+)

BAb 2x warna

hijau mulai ada ampas.

BAK 285 cc

Turgor kulit normal

Stem cell

Proliferasi SDP

imature

Akumulasi sel

Hematomegali

Menekan rongga

abdomen

mual muntah

Resiko kehilangan volume cairan

7.

DS: ibu klien mengatakan anaknya batuk DO:

Sekret (+)

Warna sputum : putih agak kehijauan

Ronchi(+) Wheezing(-)

RR: 28x/menit

Stem cell

Mieloblas

Proliferasi SDP

imature

Mekanisme imun

terganggu

Tidak efektifnya bersihan jalan nafas

(25)

Daftar prioritas masalah keperawatan:

1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret, sekret kental

2. Resiko perdarahan b.d trombositopeni

3. Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran kelenjar limfe, efek sekunder pemberian anti leukemic agents

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual-muntah, stomatitis

5. Resiko kehilangan volume cairan berhubungan dengan diare

6. Intoleransi aktivitas b.d intake nutrisi tidak adekuat, perjalanan proses penyakit

7. Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tubuh inadekuat

INTERVENSI 1 DX.KEP

Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret, sekret kental Tujuan: setelah dilakukan perawatan 2x24 jam bersihan jalan klien dapat teratasi

Kriteria hasil : Tidak ada sputum

Batuk yang efektif dan mengeluarkan sekret

Intervensi Rasional

1.

kaji

/ pantau frekuensi

pernafasan. Catat rasio

inspirasi dan ekspirasi

2. Auskultasi bunyi nafas

dan catat adanya bunyi

nafas

3. Bantu tindakan untuk

efektifan upaya batuk

4. Kolaborasi dengan tim

medis dlm pemberian

1.

Tachipneu biasanya ada pada beberapa derajat dapat ditemukan pada

penerimaan atau selama

stress/proses infeksi akut. Pernafasn melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi

2.

Derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat atau tidak dimanifestasikan adanya bunyi nafas

(26)

INTERVENSI 2 DX.KEP

Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran kelenjar limfe, efek sekunder pemberian anti leukemic agents

Tujuan:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24jam diharapkan nyeri berkurang atau teradaptasi

Kriteria hasil :

1.

Skala nyeri berkurang (1-10)

2.

Melaporkan nyeri berkurang atau hilang

3.

Memperlihatkan perilaku positif dalam mengatasi nyeri

4.

Pasien merasa tenang

5.

Pasien tidak merintih kesakitan

Intervensi Rasional

1.

Kaji tingkat nyeri, gunakan skala 1 – 10

2.

Monitor vital signs, catat reaksi non verbal

3.

Ciptakan lingkungan yang tenang dan kurangi stimulus

4.

Berikan posisi yang nyaman

5.

Evaluasi mekanisme koping

klien

6.

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian : Analgetik

4.

Berguna mengkaji kebutuhan

intervensi , bisa berindikasi perkembangan komplikasi

5.

Berguna dalam validasi verbal dan

mengevaluasi keefektifan

intervensi

6.

Meningkatkan kemampuan istrahat dan memperkuat kemampuan koping

7.

Menurunkan gangguan pada tulang dan sendi

8.

Penggunaan persepsi pribadi untuk mengatasi nyeri dapat membantu klien memiliki koping yang lebih efektif

9.

Membantu mngurangi nyeri dengan blokade mediator nyeri

INTERVENSI 3 DX.KEP

Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan nafsu makan, stomatitis

(27)

TUJUAN:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam nutrisi klien dapat terpenuhi

Kriteria hasil

BB meningkat

Mual, muntah (-)

Porsi makan habis

Nafsu makan meningkat

Intervensi Rasional

1.

Kaji kemampuan klien dalam menelan, batuk dan adanya secret

Faktor-faktor tersebut menentukan kemampuan menelan klien dan klien harus dilindungi dari resiko aspirasi

2.

Auskultasi bowel sounds,

amati penurunan atau

hiperaktivitas suara bpowell

Fungsi gastro intestinal tergantung pula pada kerusakan otak, bowelll sounds menentukan respon feeding atau terjadinya komplikasi misalnya illeus

3.

Timbang berat badan sesuai indikasi

Untuk megevaluasi efektifitas dari asupan makanan

4.

Berikan makanan dengan cara meninggikan kepala

Menurunkan resiko regurgitasi atau aspirasi

5.

Pertahankan lingkungan tenang dan anjurkan keluarga atau orang terdekat untuk memberikan makanan pada klien

Membuat klien merasa aman sehingga asupan dapat dipertahankan

INTERVENSI 4 DX.KEP

Resiko kehilangan volume cairan berhubungan dengan diare,muntah

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam cairan dalam tubuh seimbang

Kriteria hasil Volume

cairan tubuh adekuat

dehidrasi tidak ada

mual muntah berkurang sampai normal

haluaran urine normal dan stabil

Intervensi Rasional

1.

Obervasi intake dan oupu

(28)

2.

Timbang BB tiap hari.

3.

Inspeksi kulit / membran mukosa untuk petike, area

ekimotik, perhatikan

perdarahan gusi,

4.

Evaluasi turgor kulit, pengiisian kapiler dan kondisi umum membran mukosa.

5.

Kolaborasi dengan ahli gizi

untuk diet halus.

dan / atau terjadinya batu ginjal (sehubungan dengan peningkatan

kadar asam urat) dapat

menimbulkan retensi urine atau gagal ginjal.

2.

Mengukur keadekuatan penggantian cairan sesuai fungsi ginjal. Pemasukan lebih dari keluaran dapat mengindikasikan memperburuk / obstruksi ginjal.

3.

Perdarahan spntan tak terkontrol.

4.

Indikator langsung status cairan /

dehidrasi

5.

Dapat membantu menurunkan iritasi gusi.

IMPLEMENTASI

TGL,JAM DX.KEP TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF

18 juni

2012 Nyeri akutberhubunga n dengan pembesaran kelenjar limfe, efek sekunder pemberian anti leukemic agents

1.

Mengevaluasi tingkat nyeri dan intensitas nyeri

2.

Mengukur TTV, mengamati dan

mencatat reaksi verbal (keluhan subjektif) dan non

verbal(grimace)

3.

Memberikan lingkungan yang tenang (membatasi jumlah pengunjung) dan mengurangi stimulus

4.

Memberikan posisi yang nyaman (miring ke kiri) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubunga n dengan mual-muntah, stomatitis

1.

Mengkaji kemampuan klien dalam menelan, mencatat adanya batuk dan produksi secret

2.

Mengauskultasi abdomen dan mencatat frekuensi bising usus

3.

Mengobservasi kondisi pasien dan

mencatat adanya muntah

4.

Menganjurkan keluarga memberikan asupan nutrisi D5-1/2NS,

5.

Kolaborasi : diit cair Resiko kehilangan volume cairan berhubunga n dengan diare

1.

Mengobservasi tetesan cairan infuse

2.

Mencatat produksi bak

3.

Mencatat adanya diare dan muntah

4.

Mengobservasi adanya mukosa

(29)

EVALUASI TGL JAM DX.K EP CATATAN PARAF

19

/0

6/

12

08.

00

1

S: ibu klien mengatakan anaknya masih batuk

O:

Sekret (+)

Warna sputum : putih agak kehijauan

Ronchi (+)

Wheezing

RR: 30x/menit

A : Masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi 1-4

19

ju

ni

20

12

07.

00

2

S :

keluraga mengatakan klien terkadang keskitan dan masih nyeri sendi

o :

k/u lemah

kesadaran composmentis

skala nyeri 2-4

grimace (+)

pasien tampak merengek kesekitan sambil menunjuk kaki

TTV:

TD : 100/70 mmHg N : 100x/menit S : 37,9oc

RR : 30x/menit

A : masalah teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5,6

3

S :

keluarga mengatakan anak mual muntah, nafsu makan menurun

O :

Bibir kering

Stomatitis (+)

Hipersaliva (+)

BB saat MRS 14 kg

BB sekarang 13 Kg

IMT : 13%

Lemak subkutan tipis

(30)

Muntah(+)

A : masalah teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5

4

S: ibu klien mengatakan anaknya mual,

muntah dan diare O:

Mual-muntah (+)

mukosa bibir kering pecah-pecah

hipersalifasi (+)

BAb 2x warna hijau mulai ada ampas.

BAK 285 cc

Turgor kulit normal

A: Masalah teratasi sebagia

P: lanjutkan intervensi

20

/0

6/

12

08.

00

1

S: ibu klien mengatakan anaknya masih batuk, dan sekretnya sulit keluar

O:

Sekret (+)

Warna sputum : putih agak kehijauan

Ronchi (+)

Wheezing

RR: 26x/menit

A : Masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi

2

S :

keluraga mengatakan klien terkadang keskitan dan masih nyeri sendi

o :

k/u lemah

kesadaran composmentis

skala nyeri 2-4

grimace (+)

pasien tampak merengek kesekitan sambil menunjuk kaki

TTV:

TD : 100/70 mmHg N : 100x/menit S : 37,9oc

RR : 26x/menit

A : masalah teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5,6

3

S :

keluarga mengatakan anak mual muntah, nafsu makan menurun

(31)

Stomatitis (+)

Hipersaliva (+)

BB saat MRS 14 kg

BB sekarang 13 Kg

IMT : 13%

Lemak subkutan tipis

Mual(+)

Muntah(+)

A : masalah teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5

4

S: ibu klien mengatakan anaknya mual,

muntah dan diare berkurang O:

Mual-muntah (+)

mukosa bibir kering pecah-pecah

hipersalifasi (+)

BAb 2x warna hijau ada ampas.

Turgor kulit normal

A: masalah teratasi sebagian

P: kanjutkan intervensi

21

/0

6/

12

08.

00

1

S: ibu klien mengatakan anaknya masih batuk tapi sudah berkurang

O:

Sekret (+)

Warna sputum : putih agak kehijauan

Ronchi (-)

Wheezing (-)

RR: 26x/menit

A : Masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi 1-4

2

S :

keluraga mengatakan klien terkadang keskitan dan masih nyeri sendi

o :

k/u lemah

kesadaran composmentis

skala nyeri 2-4

grimace (+)

pasien tampak merengek kesekitan sambil menunjuk kaki

TTV:

TD : 100/70 mmHg N : 100x/menit S : 37,9oc

(32)

P : intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5,6

3

S :

keluarga mengatakan anak mual muntah berkurang,

O :

Bibir kering

Stomatitis (+)

Hipersaliva (+)

BB saat MRS 14 kg

BB sekarang 13 Kg

IMT : 13%

Lemak subkutan tipis

Mual(+)

Muntah(+)

A : masalah teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5

4

S: ibu klien mengatakan anaknya mual,

muntah berkurang dan sudah tidak diare DO:

Mual-muntah 1x/hari

mukosa bibir kering pecah-pecah

hipersalifasi (+)

BAb 3x warna kuning kehijauan ada ampas.

(33)

Referensi

Dokumen terkait