Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada
An “L” dengan AML di ruang 7B anak
RS Dr. Saiful anwar
Malang
Oleh :
ZAKY S A
NIM. 0810720078
JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
LEMBAR PENGESAHAN
MALANG
Mahasiswa
Pembimbing Klinik
____________________
Pembimbing Akademik
_____________________
LAPORAN PENDAHULUAN
AKUT MIEOBLASTIK LEUKEMIA
1. DEFINISI AML
pada orang dewasa. Manifestasi klinis berkaitan dengan berkurangnya atau tidak adanya sel
hematopoietik (Clarkson, 1983).
2. ETIOLOGI AML
Penyebab leukemia sampai sekarang belum jelas, tapi beberapa faktor diduga menjadi penyebab,
antara lain :
1) Genetik
(1) Keturunan
1. Adanya Penyimpangan Kromosom
Insidensi leukemia meningkat pada penderita kelainan kongenital, diantaranya pada
sindroma Down, sindroma Bloom, Fanconi’s Anemia, sindroma Wiskott-Aldrich,
sindroma Ellis van Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma von
Reckinghausen, dan neurofibromatosis (Wiernik, 1985; Wilson, 1991). Kelainan-kelainan
kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan informasi gen, misal pada
kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola kromosom yang tidak stabil, seperti pada
aneuploidy.
2. Saudara kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar identik dimana
kasus-kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama kelahiran. Hal ini berlaku juga pada
keluarga dengan insidensi leukemia yang sangat tinggi (Wiernik,1985).
(2) Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan kromosom dapatan,
misal : radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang dihubungkan dengan insiden yang meningkat
pada leukemia akut, khususnya ANLL (Wiernik,1985; Wilson, 1991).
2) Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus menyebabkan
leukemia pada hewan termasuk primata.
Penelitian pada manusia menemukan adanya RNA dependent DNA polimerase pada
sel-sel leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel-sel-sel normal dan enzim ini berasal dari virus tipe C
yang merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia pada hewan. (Wiernik, 1985). Salah
satu virus yang terbukti dapat menyebabkan leukemia pada manusia adalah Human T-Cell
Leukemia . Jenis leukemia yang ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia. Virus ini
ditemukan oleh Takatsuki dkk (Kumala, 1999).
1) Bahan Kimia
Paparan kromis dari bahan kimia (misal : benzen) dihubungkan dengan peningkatan insidensi
leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang sering terpapar benzen. (Wiernik,1985; Wilson,
1991)
Selain benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML, antara lain :
produk – produk minyak, cat , ethylene oxide, herbisida, pestisida, dan ladang elektromagnetik
(Fauci, et. al, 1998).
2) Obat-obatan
Obat-obatan anti neoplastik (misal : alkilator dan inhibitor topoisomere II) dapat
mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML. Kloramfenikol,
fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum tulang yang
lambat laun menjadi AML (Fauci, et. al, 1998).
4) Radiasi
Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia (ANLL) ditemukan pada pasien-pasien
anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan pada kasus lain seperti peningkatan
insidensi leukemia pada penduduk Jepang yang selamat dari ledakan bom atom. Peningkatan
resiko leukemia ditemui juga pada pasien yang mendapat terapi radiasi misal : pembesaran
thymic, para pekerja yang terekspos radiasi dan para radiologis .
5) Leukemia Sekunder
Leukemia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit malignansi lain disebut Secondary Acute
Leukemia ( SAL ) atau treatment related leukemia. Termasuk diantaranya penyakit Hodgin,
limphoma, myeloma, dan kanker payudara. Hal ini disebabkan karena obat-obatan yang digunakan
termasuk golongan imunosupresif selain menyebabkan dapat menyebabkan kerusakan DNA .
3. KLASIFIKASI AML
Berdasarkan klasifikasi French American British (FAB)
AML terbagi menjadi 8 tipe :
-
Mo ( Acute Undifferentiated Leukemia )
Merupakan bentuk paling tidak matang dari AML, yang juga disebut sebagai AML dengan
diferensiasi minimal.
Merupakan leukemia mieloblastik klasik yang terjadi hampir seperempat dari kasus AML.
Pada AML jenis ini terdapat gambaran azurophilic granules dan Auer rods. Dan sel
leukemik dibedakan menjadi 2 tipe, tipe 1 tanpa granula dan tipe 2 dengan granula, dimana
tipe 1 dominan di M1.
-
M2 ( Akut Myeloid Leukemia )
Sel leukemik pada M2 memperlihatkan kematangan yang secara morfologi berbeda, dengan
jumlah granulosit dari promielosit yang berubah menjadi granulosit matang berjumlah lebih
dari 10 %. Jumlah sel leukemik antara 30–90 %. Tapi lebih dari 50 % dari jumlah sel-sel
sumsum tulang di M2 adalah mielosit dan promielosit.
-
M3 ( Acute Promyelocitic Leukemia )
Sel leukemia pada M3 kebanyakan adalah promielosit dengan granulasi berat, stain
mieloperoksidase + yang kuat. Nukleus bervariasi dalam bentuk maupun ukuran,
kadang-kadang berlobul . Sitoplasma mengandung granula besar, dan beberapa promielosit
mengandung granula berbentuk seperti debu. Adanya Disseminated Intravaskular
Coagulation (DIC) dihubungkan dengan granula-granula abnormal ini .
-
M4 ( Acute Myelomonocytic Leukemia )
Terlihat 2 (dua) type sel, yakni granulositik dan monositik, serta sel-sel leukemik lebih dari
30 % dari sel yang bukan eritroit. M4 mirip dengan M1, dibedakan dengan cara 20% dari sel
yang bukan eritroit adalah sel pada jalur monositik, dengan tahapan maturasi yang
berbeda-beda.
Jumlah monosit pada darah tepi lebih dari 5000 /uL. Tanda lain dari M4 adalah peningkatan
proporsi dari eosinofil di sumsum tulang, lebih dari 5% darisel yang bukan eritroit, disebut
dengan M4 dengan eoshinophilia. Pasien–pasien dengan AML type M4 mempunyai respon
terhadap kemoterapi-induksi standar.
-
M5 ( Acute Monocytic Leukemia )
Pada M5 terdapat lebih dari 80% dari sel yang bukan eritroit adalah monoblas, promonosit,
dan monosit. Terbagi menjadi dua, M5a dimana sel monosit dominan adalah monoblas,
sedang pada M5b adalah promonosit dan monosit. M5a jarang terjadi dan hasil
perawatannya cukup baik.
-
M6 ( Erythroleukemia )
Sumsum tulang terdiri lebih dari 50% eritroblas dengan derajat berbeda dari gambaran
morfologi Bizzare. Eritroblas ini mempunyai gambaran morfologi abnormal berupa bentuk
multinukleat yang raksasa. Perubahan megaloblastik ini terkait dengan maturasi yang tidak
sejalan antara nukleus dan sitoplasma . M6 disebut Myelodisplastic Syndrome ( MDS )
jika sel leukemik kurang dari 30% dari sel yang bukan eritroit . M6 jarang terjadi dan
biasanya kambuhan terhadap kemoterapi-induksi standar.
-
M7 ( Acute Megakaryocytic Leukemia )
Beberapa sel tampak berbentuk promegakariosit/megakariosit.
( Yoshida, 1998; Wetzler dan Bloomfield, 1998 ).
4. MANIFESTASI KLINIS AML
Gejala klinis yang paling sering dijumpai adalah :
-
Anemia : pucat, mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas.
-
Leukopenia (karena penurunan fungsi) : infeksi lokal atau umum (sepsis) dengan gejala panas
badan (Demam) dan penurunan keadaan umum.
-
Trombositopeni : Perdarahan kulit, mukosa dan tempat- tempat lain.
Akibat infiltrasi ke organ lain :
-
Nyeri tulang.
-
Pembesaran kelenjar getah bening.
-
Hepatomegali dan splenomegali
(Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Unair & RSUD dr
Soetomo Surabaya,1994).
Gejala lain seperti Purpura, epistaksis ( sering ), hematoma, infeksi oropharingeal, pembesaran
nodus limfatikus, lemah ( weakness ), faringitis, gejala mirip flu ( flu like syndrome ) yang
merupakan manifestasi klinis awal, limfadenopati, ikterus kejang sampai koma (Cawson 1982; De
Vita Jr,1985, Archida, 1987, Lister, 1990, Rubin,1992).
5. PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS MEDIS LEUKEMIA AKUT
Penegakan diagnosa leukemia akut dilakukan dengan berdasarkan pada anamnesa,
pemeriksaan klinis, pemeriksaan darah dan pemeriksaan sumsum tulang pada beberapa kasus.
Pada pemeriksaan darah, sel darah putih menunjukkan adanya kenaikan jumlah, penurunan jumlah,
maupun normal.
Pemeriksaan trombosit menunjukkan penurunan jumlah.
Pemeriksaan hemoglobin menunjukkan penurunan nilai
Adanya sel leukemik sejumlah 5 % cukup untuk mendiagnosa kelainan darah sebagai leukemia, tapi
sering dipakai nilai yang mencapai 25 % atau lebih
Pemeriksaan dengan pewarnaan Sudan Black, PAS, dan mieloperoksidase untuk pembedaan AML
dan ALL.
Hapusan darah : normokrom, normositer, hampir selalu dijumpai blastosit abnormal.
Sumsum tulang hiperseluler, hampir selalu penuh dengan blastosit abnormal, sistem hemopoitik
normal terdesak.
(Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Unair & RSUD dr
Soetomo Surabaya,1994).
6. PENATALAKSANAN MEDIS
Perbaiki keadaan umum :
-
Anemia : transfusi sel darah merak padat (PRC) 10 ml/kg BB/dosis, hingga Hb 12 g/dl.
-
Perdarahan hebat : transfusi darah sesuai jumlah yang hilang, bila perlu dapat diberi transfusi
trombosit (biasanya diperlukan bila jumlah trombosit < 10.000/mm
3).
-
Infeksi sekunder : bila dapat lakukan biakan kuman (dari bisul, air kemih, darah, cairan serebro
spinal) dan segera mulai dengan antibiotika spektrum luas/dosis tinggi, sesuai dengan dugaan
kuman penyebab.
-
Status gizi perlu diperhatikan/diperbaiki.
Pengobatan sfesifik :
Protokol untuk AML :
Untuk jenis AML, protokol yang dipakai bervariasi, terdiri dari bermacam-macam kombinasi obat,
seperti :
Sitosin arabinosid + daunomisin + 6 tioguanin.
Prednison + vinkristin + metotreksat + merkaptopurin.
7. KOMPLIKASI
Penyulit yang paling sering didapatkan adalah :
Perdarahan.
Konsep asuhan keperawatan pada pasien AML
1. PENGKAJIAN
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
a.
Faktor Keturunan
; yaitu faktor gen yang diturunkan dari kedua orang tuanya.
b. Faktor Hormonal
; banyak hormon yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak, namun yang paling berperan adalah Growth Hormon (GH).
c.
Faktor Gizi ; Setiap sel memerlukan makanan atau gizi yang baik. Untuk mencapai
tumbuh kembang yang baik dibutuhkan gizi yang baik.
d. Faktor Lingkungan; Terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan biologi dan lingkungan
psikososial.
e.
Tahap perkembangan anak menurut Teori Psikososial Erik Erikson.
Erikson mengemukakan bahwa dalam tahap-tahap perkembangan manusia mengalami 8
fase yang saling terkait dan berkesinambungan
TUGAS PERKEMBANAGAN
BILA TUGAS
PERMKEMBANGAN
TIDAK TERCAPAI
Bayi (0 - 1 tahun)
Rasa percaya mencapai harapan,
Dapat menghadapi frustrasi dalam jumlah
kecil
Mengenal ibu sebagai orang lain dan berbeda
dari diri sendiri.
Tidak percaya
Usia bermain (1 - 3 Tahun)
Perasaan otonomi.
Mencapai keinginan
Memulai kekuatan baru
Menerima kenyataan dan prinsip kesetiaan
Malu dan ragu-ragu
Usia pra sekolah ( 3 - 6 Tahun)
Perasaan inisiatif mencapai tujuan
Menyatakan diri sendiri dan lingkungan
Membedakan jenis kelamin.
Usia sekolah ( 6 - 12 Tahun)
Perasaan berprestasi
Dapat menerima dan melaksanakan tugas dari
orang tua dan guru
Rasa rendah diri
Remaja ( 12 tahun lebih)
Rasa identitas
Mencapai kesetiaan yang menuju pada
pemahaman heteroseksual.
Memilih pekerjaan
Mencapai keutuhan kepribadian
Difusi identitas
Remaja akhir dan dewasa muda
Rasa keintiman dan solidaritas
Memperoleh cinta.
Mampu berbuat hubungan dengan lawan jenis.
Belajar menjadi kreatif dan produktif.
Isolasi
Dewasa
Perasaan keturunan
Memperoleh perhatian.
Belajar keterampilan efektif dalam
berkomunikasi dan merawat anak
Menggantungkan minat aktifitas pada
keturunan
Absorpsi diri dan stagnasi
Dewasa akhir
Perasaan integritas
Mencapai kebijaksanaan
keputusasaan
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
sekunder
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan Kehilangan
berlebihan, mis ; muntah, perdarahan
3. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan agen fiscal ; pembesaran organ / nodus limfe,
sumsum tulang yang dikmas dengan sel leukaemia.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx 1 : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
sekunder
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil :
Suhu normal 36,5-37,5
°C
Tanda-tanda inflamasi (tumor, rubor, kolor, dolor, funtio lesa) tidak terjadi
Pasien tidak gelisah
Rencana tindakan :
1. Tempatkan anak pada ruang khusus. Batasi pengunjung sesuai indikasi.
Rasional : Melindungi anak dari sumber potensial patogen / infeksi.
2. Berikan protocol untuk mencuci tangan yang baik untuk semua staf petugas.
Rasional : Mencegah kontaminasi silang / menurunkan risiko infeksi.
3. Awasi suhu. Perhatikan hubungan antara peningkatan suhu dan pengobatan chemoterapi.
Observasi demam sehubungan dengan tachicardi, hiertensi.
Rasional : Hipertermi lanjut terjadi pada beberapa tipe infeksi dan demam terjadi pada
kebanyakan pasien leukaemia.
4. Dorong sering mengubah posisi, napas dalam, batuk.
Rasional : Mencegah statis secret pernapasan, menurunkan resiko atelektasisi/
pneumonia.
5. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut secara periodic. Gunakan sikat gigi
halus untuk perawatan mulut.
Rasional : Rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme
patogen.
6. Awasi pemeriksaan laboratorium : WBC, darah lengkap
Rasional : Penurunan jumlah WBC normal / matur dapat diakibatkan oleh proses
penyakit atau kemoterapi.
Rasional : Dapat diberikan secara profilaksis atau mengobati infeksi secara khusus.
Dx : 2 Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan
berlebihan, mis ; muntah, perdarahan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam cairan dalam tubuh seimbang
Kriteria hasil Volume
cairan tubuh adekuat
dehidrasi tidak ada
mual muntah berkurang sampai normal
haluaran urine normal dan stabil
Rencana Tindakan :
1. Awasi masukan dan pengeluaran. Hitung pengeluaran tak kasat mata dan keseimbangan
cairan. Perhatikan penurunan urine pada pemasukan adekuat. Ukur berat jenis urine dan
pH Urine.
Rasional : Penurunan sirkulasi sekunder terhadap sel darah merah dan pencetusnya pada
tubulus ginjal dan / atau terjadinya batu ginjal (sehubungan dengan
peningkatan kadar asam urat) dapat menimbulkan retensi urine atau gagal
ginjal.
2. Timbang BB tiap minggu.
Rasional : Mengukur keadekuatan penggantian cairan sesuai fungsi ginjal. Pemasukan
lebih dari keluaran dapat mengindikasikan memperburuk / obstruksi ginjal.
3. Awasi Tekanan Darah dan frekuensi jantung.
Rasional : Perubahan dapat menunjukkan efek hipovolemik (perdarahan/dehidrasi).
4. Inspeksi kulit / membran mukosa untuk petike, area ekimotik, perhatikan perdarahan
gusi, darah warna karat atau samar pada feces atau urine; perdarahan lanjut dari sisi
tusukan invesif.
Rasional : Supresi sumsum dan produksi trombosit menempatkan pasien pada resiko
perdarahan spntan tak terkontrol.
5. Evaluasi turgor kulit, pengiisian kapiler dan kondisi umum membran mukosa.
Rasional : Indikator langsung status cairan / dehidrasi.
6. Berikan diet halus.
Rasional : Dapat membantu menurunkan iritasi gusi.
7. Berikan cairan IV sesuai indikasi.
Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan / elektrolit pada tak adanya
pemasukan melalui oral; menurunkan risiko komplikasi ginjal.
8. Berikan sel darah Merah, trombosit atau factor pembekuan.
Raional : Memperbaiki jumlah sel darah merah dan kapasitas O2 untuk memperbaiki
anemia. Berguna mencegah / mengobati perdarahan.
Dx 3 :Nyeri ( akut ) berhubungan dengan agen fiscal ; pembesaran organ / nodus limfe,
sumsum tulang yang dikmas dengan sel leukaemia.
Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan 30 menit nyeri berkurang sampai hilang
Kriteria Hasil :
Skala nyeri berkurang (1-10)
Pasien tidak mengeluh kesakitam
Pasien bisa istirahat dengan tenang
Rencana Tindakan :
1. Awasi tanda-tanda vital, perhatikan petunjuk nonverbal,rewel, cengeng, gelisah.
Rasional : Dapat membantu mengevaluasi pernyatan verbal dan ketidakefektifan
intervensi.
2. Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan stress.
Rasional : Meingkatkan istirahat.
3. Tempatkan pada posisi nyaman dan sokong sendi, ekstremitas denganan bantal.
Rasional : Menurunkan ketidak nyamanan tulang/ sensi.
4. Ubah posisi secara periodic dan berikan latihan rentang gerak lembut.
Rasional : Memperbaiki sirkulasi jaringan dan mobilisasi sendi.
5. Berikan tindakan ketidaknyamanan; mis : pijatan, kompres.
Rasional : Meminimalkan kebutuhan atau meningkatkan efek obat.
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesic
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan).
Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2, (terjemahan).
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas Kedokteran UI :
Media Aescullapius. Jakarta.
Matondang, Corry S. (2000) Diagnosis Fisis Pada Anak. Edisi ke 2, PT. Sagung Seto. Jakarta.
Ngastiyah (1997). Perawatan Anak Sakit. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sumijati M.E, dkk, (2000). Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim Terjadi Pada
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK “A” DENGAN ACUTE MYELOBLASTIC LEUKEMIA
DI RUANG HND RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG
I. PENGKAJIAN A. Identitas Klien
Nama : An. A
Usia : 4,5th
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ponggok- Blitar
B. Status Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan saat MRS : perut membesar, pucat, lebam-lebam di kaki dan nyeri sendi diikuti dengan panas, batuk, pilek dan
penurunan nafsu makan
2. Keluhan saat Pengkajian : mual-muntah,sariawan, nyeri sendi dan panas
3. Riwayat Penyakit Sekarang : pas . 4. Diagnosa Medis : AML Pneumoni Febrile neurotropenia C. RIWAYAT KESEHATAN TERDAHULU
1. Penyakit yang pernah dialami :
Tempat Praktik : R. HND Anak Tgl Praktik : 18-Juni- 2012 Nama Mahasiswa :
NIM :
Tgl.MRS :29 juni 2012
Tgl Pengkajian :18 Juni 2012 Sumber informasi :Orangtua Keluarga yang bisa dihubungi
Ayah : Tn. K
Ibu : Ny. M
Ibu klien mengatakan anaknya sakit panas, muntah, kembung ± 1 bulan, lalu diperiksakan ke dokter atau pelayanan kesehatan, makin hari gak kunjung sembuh, dan perutnya makin besar, nyeri sendi dan penurunan nafsu makan lalu pasien dibawa ke RS Mardi Waluyo-Blitar pada tgl 25-05-2012 dengan keluhan perut membesar, pucat, dan nyeri sendi diikuti dengan panas, batuk, pilek dan penurunan nafsu makan, di Mardi waluyo di diagnosa Anemia. Pasien lalu dirujuk ke RSSA pada tgl 29-05-2012 dan kemudian MRS di 7B ruang hematologi selama 4 hari untuk melakukan terapi kemoterapi. Saat kemoterapi pasien muntah-muntah dan tidak mau makan serta diare bercampur darah (berwarna kehitaman) pasien lalu dipindah ke HND sampai sekarang. Saat dilakukan pengkajian orang tua mengatakan klien muntahnya sudah berkurang tapi masih nyeri sendi dan sariawan. Klien dipuasakan karena direncanakan untuk usg abdomen besok. Klien tampak lemah dan terpaang IVFD, NGT dan O2 via NC 2 lpm. Klien kadang terlihat merengek kesakitan sambil menunjuk ke kaki
Ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah mengalami masalah kesehatan yg serius sebelumnya, anaknya hanya sakit batuk pilek.
2. Kecelakaan (Bayi/anak: termasuk Kecelakaan Lahir/Persalinan, Bila pernah: Jenis dan Waktu, siapa Penolong kelahirannya.) :
3. Operasi (Jenis dan Waktu) :tidak pernah 4. Penyakit kronis/akut
:-
Kronis:-5. Imunisasi :keluarga mengatakan imunisasi klien lengkap (BCG, hepatitis B, campak, DPT, polio)
D. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
1. Penyakit yang pernah diderita keluarga:
Keluarga mengatakan bahwa dalam keluarganya (neneknya) ada yang menderita kencing manis dan hipertensi. Keluarga hanya pernah sakit batuk, pilek dan panas yang sembuh dengan diberikan obat di warung.
2. Lingkungan rumah dan komunitas:
Pasien tinggal di daerah ponggok yang jauh dari pabrik, dekat dengan kandang ayam. Lingkungan sekitar dan keadaan rumah cukup bersih dan medapat cahaya matahari yang cukup serta ventilasi yang baik.
3. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan:
Keluarga pasien jarang berobat ke pelayanan kesehatan ketika ada anggota keluarga yang sakit. Biasanya diobati seadanya dahulu dan jika sudah lama tidak sembuh-sembuh baru dibawa ke dokter, bidan, ataupun puskesmas.
4. Persepsi keluarga terhadap penyakit anak:
Keluarga sudah mengetahui tentang penyakit anaknya, keluarga menyerahkan semua pada tenaga kesehatan asalkan anaknya cepat sembuh.
E. POLA NUTRISI-METABOLIK
Pasien lahir pada tanggal 17 desember 2008 dengan persalinan normal, penolong Bidan, dengan berat badan lahir 2600 gram
Item Deskripsi
di Rumah di Rumah Sakit Jenis diet/makanan/
Komposisi menu
Nasi, sayur, tahu, tempe, daging
Diit cair
D5-1/2 NS
Frekuensi/pola 3x sehari Tiap 3 jam
Porsi/jumlah Makan habis 1/2 porsi 15-20cc
Pantangan Mengurangi makanan
yang mengandung MSG
-Nafsu makan Menurun Menurun
Peningkatan/Penurunan BB 6 bulan terakhir
Menurun Menurun
Sukar menelan Tidak Ya
F. POLA ELIMINASI
Item di Rumah Deskripsi di Rumah Sakit BAB
Frekuensi/pola 2-3 hr sekali 1 hr 2-3 kali
Konsistensi Lembek Cair
Warna/bau Kuning kecoklatan Kekuningan bercampur darah sedikit
Kesulitan -
-Upaya mengatasi -
-BAK
Frekuensi/pola 4-5 kali/hari ± 285cc
Konsistensi Cair Cair
Warna/bau Kuning jernih/bau khas Kuning jernih/bau khas
Kesulitan -
-Upaya mengatasi -
-. RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
BB saat ini : 13 kg
BBI : 15 kg
% BBI : 85%
BB saat pertama masuk RS : 14 kg
BB lahir : 2600 gr
LK : 44,5cm
Pengkajian Perkembangan DDST
Klien berusia 4 tahun 5 bulan, banyak tugas perkembangan sudah dapat dilewati klien
Motorik kasar
Klien sudah dapat berjalan dengan baik,bisa mengangkat dengan 1 kaki
Bahasa
Klien sudah bisa menyusun kata-kata Adaptif-motorik halus
Klien sudah bisa menyusun menara dan bisa mencoret-coret Personal sosial
Klien sudah bisa memakai baju dan membantu dirumah
Tahap Perkembangan psikososial (erickson): Tahap Perkembangan Psikosexual(freud): Usia pra sekolah ( 3 - 6 Tahun)
Pasien sudah mampu mengungkapkan perasaannya pada saat mengeluh kesakitan , sudah bisa embedakan jenis kelamin laki-laki dan perempuan,
H. GENOGRAM Keterangan : ::perempuan H. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaaan Umum : lemah
Kesadaran : composmentis GCS : 456 TD : 100/70 mmHg Nadi : 100x/menit Suhu : 37,9 oc RR : 28x/menit 1. Kepala:
Normal, rambut tipis, warna kemerahan, masaa (-), lesi (-) 2. Mata :
Bentuk normal, simetris, lesi (-), warna sama dengan wajah, tidak ada pengeluaran sekret, tidak ada pernapasan cuping hidung, terpasang NGT, menggunakan nasal kanul
4. Mulut dan Tenggorokan:
Mukosa bibir kering,stomatitis (+) lidah berwarna putih, gigi kotor, hipersalifa (+)
5. Telinga:
Simetris, tidak terdapat lesi, tidak ada pengeluaran sekret 6. Leher:
Warna kulit merata, trakhea berada ditengah, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran tiroid. 7. Dada
Inspeksi
Bentuk thorak normal, simetris, tidak ada retraksi dada Palpasi Pergerakan dada simetris antara dextra dan
sinistra,tak teraba massa, ktrepitasi (-) Vocal fremitus Tidak ada
Perkusi Sonor
Auskultasi Paru
Suara Nafas Deskripsi
o
Bronkial Normal, simetris pada parukanan & kiri
o
Bronkovesikuler Normal, simetris pada parukanan & kiri
o
Vesikuler Normal, simetris pada parukanan & kiri
Suara Ucapan Dextra Sinistra
o
Bronkoponi/Pectoryloquy/Egophoni --Suara Tambahan Dextra Sinistra
o
Rales/Rhonchi/Wheezing/Pleural Friction Rh (+) Weezing (-) Rh (+) Wh (-)Batuk dengan sputum/tidak Batuk (+)sputum putih
kehijauan Pemeriksaaan Jantung
Inspeksi dan Palpasi Prekordium
Area Aorta-Pulmonum Tidak ada pulsasi
Area tricuspid-Ventrikel kanan
teraba pulsasi (+) Perkusi
Batas jantung Apek , basal
Suara Dullness
Auskultasi Bunyi Jantung I (+) tunggal
Bunyi Jantung II (+) tunggal Bunyi Jantung III (-) tidak ada Bunyi Jantung IV (-) tidak ada
Keluhan tidak ada (sulit di evaluasi)
8. Punggung:
Tidak terdapat iritasi pada daerah punggung 9. Mamae dan Axila:
Tidak ada benjolan/massa dan nyeri 10. Abdomen
Inspeksi Ο Lesi (-) Ο Scar (-) Ο Massa (-) Ο Distensi (+) Ο Asites (-)
Auskultas i
Peristalstik 20 x/menit Palpasi Ο Pembesaran Hati (+) dan Limpa (-) Perkusi Ο timpani Lain-lain (-) 11. Genetalia Pengkajia n Data/Gejala Deskripsi
Inspeksi Ο Lesi(-) Ο Scar Ο Massa Ο Distensi
Tidak ada lesi, scar, massa dan distensi
Palpasi Nyeri tekan
Ο Ada Ο Tidak Ada
Tidak ada nyeri tekan Keluhan
o
Ada Ο Tidak Ada Tidak ada keluhan Lain-lain12 Ekstremitas
Atas
Ο Lesi Ο Scar Ο Kontraktur Ο Deformitas Ο Edema Ο Nyeri Ο Clubbing finger
Tidak ada lesi, scar, kontraktur, deformitas edema, nyeri dan clubbing finger
Bawah
Ο Lesi Ο Scar Ο Kontraktur Ο Deformitas Ο Edema Ο Nyeri Tidak ada lesi, scar, kontraktur, deformitas edema, nyeri dan clubbing finger
Kekuatan Otot
Ο Ekstremitas Atas : lesi (-), edema (-),tonus otot 5/5 Ο Ekstremitas Bawah : lesi (-), edema (-),tonus otot 5/5
13.METABOLISME/INTEGUMEN Kulit
Warna : Pucat (-), Sianotik (-), Abu-abu (-), Ikterik(-) Suhu : normal, 37,1oc akral hangat
Turgor : baik, CRT < 2 detik
Edema : Tidak ada
Memar : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada Pruritus : tidak ada 14.
NEUROSENSORI
1) Reaksi pupil terhadap cahaya
Saat pupil (kanan dan kiri) diberi cahaya maka pupil mengecil/meiosis (isokor) 2) Reflek-reflek a. Menghisap (+) b. Menoleh (+) c. Menggenggam (+) d. Kejang (-) 15.
DATA PENUNJANG (EKG,EEG,Pemeriksaan Radiologi, Laboratorium, dan lain-lain )
Hasil Lab saat pengkajian Sumsum tulang
Selularitas hiperseluler
Rasio M:E 100:1
Eritropoisis aktivitas menurun
Granulopoisis aktivitas sangat meningkat terdiri dari myeloblast ± 80%
Megakoriopoisis aktivitas sangat menurun
Kesimpulan : Dari gambaran darah tepi dan sumsum tulang menunjukkan suatu Acute Myeoloblastic Leukemia with maturation (AML, M2)
e. Babinsky (+) f. Patella (+)
KIMIA KLINIK Pemeriksaan ginjal As. Urat 1,7 (2,6) Elektrolit Calsium 8,3 (7,6-11,6) Phosphor 3,3 Elektrolit serum Na 132 (136-145) K 4,45 (3,5-5,6) Clor 112 (98-106)
Hematologi tanggal 15 juni 2012
Hb 11,70 (11,4-15,1) Erit 4,24 (4.0-5,0) Leuko 1,02 (4,7-11,3) Trombosit 11 (142-424) Hitung jenis Eosinofil 3,9% (0-4) Basofil 0,0 (0-1) Neutrofil 18,7 (51-67) Limfosit 63,7 (25-33) Monosit 10,8 (2-5) Foto thorax - Hepatomegali : hepar = 1/3 – 1/3
Lien = tidak ada pembesaran 16.
TERAPI tanggal 18 juni 2012 02 nasal canul 2 lpm IVFD D 12,5% (+) Nacl 3% 20 cc; kcl 7,4% 4 cc : 20 Injeksi Aminosteril 60% Ceftriaxone 2x750 mg Ranitidine 1x15 mg Fluconazole 1x40 mg Per oral: Sucrlatfat 2x3 cc Lactulosa 3x4 cc Colistin 2x450 10 10 Neomisin 4x 100g Zn s04 1x20 mg Condistatin 3x0,3cc Oralit 130cc/diare Nebul PZ + forbiven/6jam
ANALISIS DAN SINTESIS DATA
1. DS:ibu klien mengatakan kalau buang air besar keluar darah
DO:
Stomatitis pada area bibir (+) Trombosit : 11
CRT < 2
Stem cell
Sel blas
(mieloblast)
Proliferasi SDP
imatur
Hematopoesis
terganggu
Trombositopenia
Resiko
perdarahan
Resiko perdarahan 2. DS: keluraga mengatakan klien terkadangkeskitan dan masih nyeri sendi DO:
k/u lemah
kesadaran composmentis
skala nyeri 2-4
grimace (+)
pasien tampak merengek kesekitan sambil menunjuk kaki
TTV: TD : 100/70 mmHg N : 100x/menit S : 37,9oc RR : 28x/menitStem cell
Sel
blas(mieloblast)
Proliferasi SDP
imatur
Akumulasi sel
infilrasi
tulang
Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran kelenjar limfe, efek sekunder pemberian anti leukemic agentsmakan menurun DO:
Bibir kering
Stomatitis (+)
Hipersaliva (+)
Hepatomegali (+)
BB saat MRS 14 kg
BB sekarang 13 Kg
IMT : 13%
Lemak subkutan tipis
Mual(+)
Muntah(+)
Turgor < 2 detikProliferasi SDP
imature
Akumulasi sel
Hematomegali
Menekan rongga
abdomen
Penurunan nafsu
makan
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
berhubungan dengan penurunan nafsu makan, stomatitis 4. DS: keluarga mengatakan anaknya masih lemah dan hanya berbaring di tempat tidur saja DO:
k/u lemah
kes : compos mentis
px bedrest
kebutuhan harian dibantu keluarga sepenuhnya
tonus otot 5/5/5/5
aktivitas di tempat tidur Stem cellProliferasi SDP
terganggu
hematopoesis
terganggu
O2 dalam darah
berkurang
Intoleransi akivitas 5. DS : ibu mengatakan suhu tubuh anaknya sering naik dan kadang terasa panas DO:Proliferasi SDP
immature
Mekanisme imun
terganggu
Resiko infeksi
Leukosit : 1,02 (N : 4,7-11,3)
Neutrofil 18,7
Limfosit 63,7
Monosit 10,8Resiko infeksi
6.
DS: ibu klien mengatakan anaknya mual, muntah dan diare DO:
Mual-muntah (+)
mukosa bibir kering pecah-pecah
hipersalifasi (+)
BAb 2x warnahijau mulai ada ampas.
BAK 285 cc
Turgor kulit normalStem cell
Proliferasi SDP
imature
Akumulasi sel
Hematomegali
Menekan rongga
abdomen
mual muntah
Resiko kehilangan volume cairan7.
DS: ibu klien mengatakan anaknya batuk DO:
Sekret (+)
Warna sputum : putih agak kehijauan
Ronchi(+) Wheezing(-)
RR: 28x/menitStem cell
Mieloblas
Proliferasi SDP
imature
Mekanisme imun
terganggu
Tidak efektifnya bersihan jalan nafasDaftar prioritas masalah keperawatan:
1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret, sekret kental
2. Resiko perdarahan b.d trombositopeni
3. Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran kelenjar limfe, efek sekunder pemberian anti leukemic agents
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual-muntah, stomatitis
5. Resiko kehilangan volume cairan berhubungan dengan diare
6. Intoleransi aktivitas b.d intake nutrisi tidak adekuat, perjalanan proses penyakit
7. Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tubuh inadekuat
INTERVENSI 1 DX.KEP
Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret, sekret kental Tujuan: setelah dilakukan perawatan 2x24 jam bersihan jalan klien dapat teratasi
Kriteria hasil : Tidak ada sputum
Batuk yang efektif dan mengeluarkan sekret
Intervensi Rasional
1.
kaji/ pantau frekuensi
pernafasan. Catat rasio
inspirasi dan ekspirasi
2. Auskultasi bunyi nafas
dan catat adanya bunyi
nafas
3. Bantu tindakan untuk
efektifan upaya batuk
4. Kolaborasi dengan tim
medis dlm pemberian
1.
Tachipneu biasanya ada pada beberapa derajat dapat ditemukan padapenerimaan atau selama
stress/proses infeksi akut. Pernafasn melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi
2.
Derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat atau tidak dimanifestasikan adanya bunyi nafasINTERVENSI 2 DX.KEP
Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran kelenjar limfe, efek sekunder pemberian anti leukemic agents
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24jam diharapkan nyeri berkurang atau teradaptasi
Kriteria hasil :
1.
Skala nyeri berkurang (1-10)2.
Melaporkan nyeri berkurang atau hilang3.
Memperlihatkan perilaku positif dalam mengatasi nyeri4.
Pasien merasa tenang5.
Pasien tidak merintih kesakitanIntervensi Rasional
1.
Kaji tingkat nyeri, gunakan skala 1 – 102.
Monitor vital signs, catat reaksi non verbal3.
Ciptakan lingkungan yang tenang dan kurangi stimulus4.
Berikan posisi yang nyaman5.
Evaluasi mekanisme kopingklien
6.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian : Analgetik4.
Berguna mengkaji kebutuhanintervensi , bisa berindikasi perkembangan komplikasi
5.
Berguna dalam validasi verbal danmengevaluasi keefektifan
intervensi
6.
Meningkatkan kemampuan istrahat dan memperkuat kemampuan koping7.
Menurunkan gangguan pada tulang dan sendi8.
Penggunaan persepsi pribadi untuk mengatasi nyeri dapat membantu klien memiliki koping yang lebih efektif9.
Membantu mngurangi nyeri dengan blokade mediator nyeriINTERVENSI 3 DX.KEP
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan nafsu makan, stomatitis
TUJUAN:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam nutrisi klien dapat terpenuhi
Kriteria hasil
BB meningkat
Mual, muntah (-)
Porsi makan habis
Nafsu makan meningkatIntervensi Rasional
1.
Kaji kemampuan klien dalam menelan, batuk dan adanya secretFaktor-faktor tersebut menentukan kemampuan menelan klien dan klien harus dilindungi dari resiko aspirasi
2.
Auskultasi bowel sounds,amati penurunan atau
hiperaktivitas suara bpowell
Fungsi gastro intestinal tergantung pula pada kerusakan otak, bowelll sounds menentukan respon feeding atau terjadinya komplikasi misalnya illeus
3.
Timbang berat badan sesuai indikasiUntuk megevaluasi efektifitas dari asupan makanan
4.
Berikan makanan dengan cara meninggikan kepalaMenurunkan resiko regurgitasi atau aspirasi
5.
Pertahankan lingkungan tenang dan anjurkan keluarga atau orang terdekat untuk memberikan makanan pada klienMembuat klien merasa aman sehingga asupan dapat dipertahankan
INTERVENSI 4 DX.KEP
Resiko kehilangan volume cairan berhubungan dengan diare,muntah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam cairan dalam tubuh seimbang
Kriteria hasil Volume
cairan tubuh adekuat
dehidrasi tidak ada
mual muntah berkurang sampai normal
haluaran urine normal dan stabilIntervensi Rasional
1.
Obervasi intake dan oupu2.
Timbang BB tiap hari.3.
Inspeksi kulit / membran mukosa untuk petike, areaekimotik, perhatikan
perdarahan gusi,
4.
Evaluasi turgor kulit, pengiisian kapiler dan kondisi umum membran mukosa.5.
Kolaborasi dengan ahli giziuntuk diet halus.
dan / atau terjadinya batu ginjal (sehubungan dengan peningkatan
kadar asam urat) dapat
menimbulkan retensi urine atau gagal ginjal.
2.
Mengukur keadekuatan penggantian cairan sesuai fungsi ginjal. Pemasukan lebih dari keluaran dapat mengindikasikan memperburuk / obstruksi ginjal.3.
Perdarahan spntan tak terkontrol.4.
Indikator langsung status cairan /dehidrasi
5.
Dapat membantu menurunkan iritasi gusi.IMPLEMENTASI
TGL,JAM DX.KEP TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF
18 juni
2012 Nyeri akutberhubunga n dengan pembesaran kelenjar limfe, efek sekunder pemberian anti leukemic agents
1.
Mengevaluasi tingkat nyeri dan intensitas nyeri2.
Mengukur TTV, mengamati danmencatat reaksi verbal (keluhan subjektif) dan non
verbal(grimace)
3.
Memberikan lingkungan yang tenang (membatasi jumlah pengunjung) dan mengurangi stimulus4.
Memberikan posisi yang nyaman (miring ke kiri) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubunga n dengan mual-muntah, stomatitis1.
Mengkaji kemampuan klien dalam menelan, mencatat adanya batuk dan produksi secret2.
Mengauskultasi abdomen dan mencatat frekuensi bising usus3.
Mengobservasi kondisi pasien danmencatat adanya muntah
4.
Menganjurkan keluarga memberikan asupan nutrisi D5-1/2NS,5.
Kolaborasi : diit cair Resiko kehilangan volume cairan berhubunga n dengan diare1.
Mengobservasi tetesan cairan infuse2.
Mencatat produksi bak3.
Mencatat adanya diare dan muntah4.
Mengobservasi adanya mukosaEVALUASI TGL JAM DX.K EP CATATAN PARAF
19
/0
6/
12
08.
00
1
S: ibu klien mengatakan anaknya masih batukO:
Sekret (+)
Warna sputum : putih agak kehijauan
Ronchi (+)Wheezing
RR: 30x/menitA : Masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi 1-4
19
ju
ni
20
12
07.
00
2
S :
keluraga mengatakan klien terkadang keskitan dan masih nyeri sendio :
k/u lemah
kesadaran composmentis
skala nyeri 2-4
grimace (+)
pasien tampak merengek kesekitan sambil menunjuk kaki
TTV:TD : 100/70 mmHg N : 100x/menit S : 37,9oc
RR : 30x/menit
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5,6
3
S :
keluarga mengatakan anak mual muntah, nafsu makan menurunO :
Bibir kering
Stomatitis (+)
Hipersaliva (+)
BB saat MRS 14 kg
BB sekarang 13 Kg
IMT : 13%
Lemak subkutan tipis
Muntah(+)A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5
4
S: ibu klien mengatakan anaknya mual,muntah dan diare O:
Mual-muntah (+)
mukosa bibir kering pecah-pecah
hipersalifasi (+)
BAb 2x warna hijau mulai ada ampas.
BAK 285 cc
Turgor kulit normalA: Masalah teratasi sebagia
P: lanjutkan intervensi
20
/0
6/
12
08.
00
1
S: ibu klien mengatakan anaknya masih batuk, dan sekretnya sulit keluar
O:
Sekret (+)
Warna sputum : putih agak kehijauan
Ronchi (+)Wheezing
RR: 26x/menitA : Masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi
2
S :
keluraga mengatakan klien terkadang keskitan dan masih nyeri sendio :
k/u lemah
kesadaran composmentis
skala nyeri 2-4
grimace (+)
pasien tampak merengek kesekitan sambil menunjuk kaki
TTV:TD : 100/70 mmHg N : 100x/menit S : 37,9oc
RR : 26x/menit
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5,6
3
S :
keluarga mengatakan anak mual muntah, nafsu makan menurun
Stomatitis (+)
Hipersaliva (+)
BB saat MRS 14 kg
BB sekarang 13 Kg
IMT : 13%
Lemak subkutan tipis
Mual(+)
Muntah(+)A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5
4
S: ibu klien mengatakan anaknya mual,muntah dan diare berkurang O:
Mual-muntah (+)
mukosa bibir kering pecah-pecah
hipersalifasi (+)
BAb 2x warna hijau ada ampas.
Turgor kulit normalA: masalah teratasi sebagian
P: kanjutkan intervensi
21
/0
6/
12
08.
00
1
S: ibu klien mengatakan anaknya masih batuk tapi sudah berkurang
O:
Sekret (+)
Warna sputum : putih agak kehijauan
Ronchi (-)Wheezing (-)
RR: 26x/menitA : Masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi 1-4
2
S :
keluraga mengatakan klien terkadang keskitan dan masih nyeri sendio :
k/u lemah
kesadaran composmentis
skala nyeri 2-4
grimace (+)
pasien tampak merengek kesekitan sambil menunjuk kaki
TTV:TD : 100/70 mmHg N : 100x/menit S : 37,9oc
P : intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5,6
3
S :
keluarga mengatakan anak mual muntah berkurang,O :
Bibir kering
Stomatitis (+)
Hipersaliva (+)
BB saat MRS 14 kg
BB sekarang 13 Kg
IMT : 13%
Lemak subkutan tipis
Mual(+)
Muntah(+)A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5
4
S: ibu klien mengatakan anaknya mual,muntah berkurang dan sudah tidak diare DO: