• Tidak ada hasil yang ditemukan

BELAJAR TENTANG VALIDITY SHEET

N/A
N/A
bima anggutar

Academic year: 2024

Membagikan "BELAJAR TENTANG VALIDITY SHEET"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

VALIDITY SHEET

Preliminary Report and Nursing Care by Bima Ariyu Putra Anggutar with NIM P17211217137 has been reviewed and approved for collection

Malang, Malang,

Main Supervisor Clinical Instructor

Marsaid., S.Kep., Ns, M.Kep Ns. Lusia Titik Andayani, S. Kep LAPORAN PENDAHULUAN

(2)

PRAKTIK KLINIK KMB I : ACUTE LYMPHOBLASTIC LEUKEMIA I. Konsep Dasar

a. Pengertian

Leukemia adalah salah satu jenis kanker yang disebabkan oleh proliferasi berlebih sel darah putih di sumsum tulang (Tarigan et al, 2019). Proliferasi berlebih ini menyebabkan jumlah sel darah putih di tubuh melebihi batas normal sehingga sel darah putih kehilangan fungsi utamanya. Selain itu, sel darah putih yang berlebih juga membuat sel – sel lain dalam tubuh tersingkirkan sehingga tubuh tidak dapat bekerja secara optimal.

Leukemia limfoblastik akut merupakan keganasan yang dapat ditandai dengan terdapatnya limfoblas dalam darah maupun sumsum tulang (Lubis et al, 2020).

Seseorang dapat dikatakan mengidap leukemia limfoblastik akut apabila kadar limfoblas yang ditemukan dalam sumsum tulang >30%.

Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) adalah suatu keganasan pada sel-sel prekursor limfoid, yakni sel darah yang nantinya akan berdiferensiasi menjadi limfosit T dan limfosit B. LLA ini banyak terjadi pada anak-anak yakni 75%, sedangkan sisanya terjadi pada orang dewasa. Lebih dari 80% dari kasus LLA adalah terjadinya keganasan pada sel T, dan sisanya adalah keganasan pada sel B.

b. Etiologi

Kanker adalah salah satu jenis penyakit degeneratif yang disebabkan adanya pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Leukimia adalah suatu keadaan dimana terjadi pertumbuhan yang bersifat irreversible dari sel induk dari darah. Sel – sel ini akan membelah dengan cepat dan tidak terkontrol sehingga akan membanjiri aliran darah sehingga membuat suatu sel spesifik dapat dijumpai dalam jumlah yang banyak. Sebagai akibat dari proloferasi berlebih ini akan menimbulkan kompetisi metabolik yang dapat membuat penderita mengalami anemia maupun trombositopenia.

Penyebab pasti terjadinya leukemia belum diketahui, tetapi terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya leukemia, antaralain:

1. Genetik

a) Adanya persimpangan kromosom

(3)

Leukemia beresiko lebih besar terjadi pada seseorang dengan kelainan kongenital seperti pada penderita down syndrome, bloom syndrome, Wiskott- Aldrich syndrome, hingga neurofibromatosis. Kelainan ini berhubungan dengan perubahan informasi pada gen, contohnya kromosom 21.

b) Saudara kembar

Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar identik dimana kasus-kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama kelahiran. Hal ini berlaku juga pada keluarga dengan insidensi leukemia yang sangat tinggi

c) Faktor lingkungan

Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan kromosom dapatan, misal : radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada leukemia akut, khususnya ALL.

d) Virus

Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus menyebabkan leukemia pada hewan termasuk primata. Penelitian pada manusia menemukan adanya RNA dependent DNA polimerase pada sel-sel leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini berasal dari virus tipe C yang merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia pada hewan. (Wiernik, 1985). Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan leukemia pada manusia adalah Human T-Cell Leukemia . Jenis leukemia yang ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia.

2. Bahan Kimia dan Obat – obatan a) Bahan Kimia

Paparan kromis dari bahan kimia (misal : benzen) dihubungkan dengan peningkatan insidensi leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang sering terpapar benzen. Selain benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML, antara lain : produk – produk minyak, cat , ethylene oxide, herbisida, pestisida, dan ladang elektromagnetik

b)Obat-obatan

Obat-obatan anti neoplastik (misal : alkilator dan inhibitor topoisomere II) dapat mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML.

(4)

Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum tulang yang lambat laun menjadi AML

c) Radiasi

Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia (ANLL) ditemukan pada pasien-pasien anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan pada kasus lain seperti peningkatan insidensi leukemia pada penduduk Jepang yang selamat dari ledakan bom atom. Peningkatan resiko leukemia ditemui juga pada pasien yang mendapat terapi radiasi misal : pembesaran thymic, para pekerja yang terekspos radiasi dan para radiologis .

d)Leukemia Sekunder

Leukemia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit malignansi lain disebut Secondary Acute Leukemia ( SAL ) atau treatment related leukemia.

Termasuk diantaranya penyakit Hodgin, limphoma, myeloma, dan kanker payudara. Hal ini disebabkan karena obat-obatan yang digunakan termasuk golongan imunosupresif selain menyebabkan dapat menyebabkan kerusakan DNA

c. Klasifikasi

1. Leukemia Limfositik Akut (ALL)

Leukemia Limfosistik Akut (LLA/ALL) merupakan Jenis leukemia dengan karakteristik adanya proliferasi dan akumulasi sel-sel dari sistem limfopoetik yang menyebabkan organomegali (pembesaran organ dalam). ALL lebih sering di temukan pada anak-anak 80 dari pada umur dewasa 18.

Leukemia limfoblastik akut diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu L1, L2, dan L3.

L1 ditandai dengan sel-sel limfoblas kecil, serupa dengan kromatin homogen, anak inti umumnya tidak tampak dan sitoplasma sempit. L2 ditandai dengan limfoblas yang lebih besar tetapi ukurannya bervariasi, kromatin lebih kasar dengan satu atau lebih anak inti. L3 ditandai dengan sel limfoblas besar, homogen, dengan kromatin dengan bercak, banyak ditemukan anak inti serta sitoplasma yang basofilik dan bervakuolisasi (Tarigan et al, 2019).

2. Leukemia Mieloid Akut (LMA)

Leukemia Mieloid Akut (LMA) dicirikan oleh infiltrasi darah, sumsum tulang, dan jaringan lainnya oleh sel-sel sistem hematopoietik yang proliferatif, klonal, dan tidak berdiferensiasi. Faktor herediter, radiasi, kimia, paparan lingkungan kerja, dan

(5)

obat-obatan tertentu berperan dalam terjadinya LMA. Usia rata-rata kejadian LMA adalah 67 tahun, namun studi-studi terbaru menunjukkan insiden terbanyak dimulai dari 50 tahun (Ming Yi et al, 2020).

3. Leukemia Limfositik Kronik (LLK)

Merupakan suatu gangguan klonal limfosit B (Jarang ada limfosit T) Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan akumulasi progresif yang berjalan lambat dari limfosit kecil yang berumur panjang. LLK memengaruhi limfosit yang biasanya ditemukan dalam kelenjar getah bening, sumsum tulang, dan darah.

4. Leukemia Granulositik Kronik (LGK)

Leukemia granulositik kronik adalah kelainan myeloproliferatif darah dari klonal sel pluripoten hematopoetik yang ditandai dengan pertumbuhan leukosit yang berlebihan dari satu sel induk pembentuk sel darah yang dipicu translokasi resiprokal antara kromosom 9 dan 22 yang menghasilkan kromosom Philadelphia dan fusi gen BCR dan ABL yang selanjutnya menghasilkan protein BCR-ABL.

Protein ini memiliki aktivitas tirosin kinase yang menghasilkan peningkatan proliferasi, diferensiasi, dan penghambatan apoptosis atau perpanjangan masa hidup sel myeloid sehingga bermanifestasi klinik berupa leukositosis dengan granulositosis dan granulositik imatur, trombositosis, splenomegali, dan anemia (Rinaldi &

Reksodiputro, 2020).

d. Patofisiologi

Komponen sel darah terdiri atas eritrosit atau sel darah merah (RBC) dan leukosit atau sel darah putih (WBC) serta trombosit atau platelet. Seluruh sel darah normal diperoleh dari sel batang tunggal yang terdapat pada seluruh sumsum tulang. Sel batang dapat dibagi ke dalam lymphpoid dan sel batang darah (myeloid), dimana pada kebalikannya menjadi cikal bakal sel yang terbagi sepanjang jalur tunggal khusus.

Proses ini dikenal sebagai hematopoiesis dan terjadi di dalam sumsum tulang tengkorak, tulang belakang., panggul, tulang dada, dan pada proximal epifisis pada tulang-tulang yang panjang.

Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel leukemi memblok produksi sel darah

(6)

normal, merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan.

Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Translokasi kromosom mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal, dan otak.

(7)

e. Tanda dan Gejala

1. Anemia, perdarahan, dan infeksi yang dapat ditandai dengan a) Demam

b) Keletihan c) Pucat d) Anoreksia

e) Petekie/Perdarahan f) Nyeri sendi dan tulang g) Nyeri abdomen

h) Penurunan berat badan i) Organomegali

2. Peningkatan tekanan intracranial dengan ciri – ciri a) Nyeri

b) Sakit kepala c) Letargi d) Muntah e) Koma

3. Kelemahan ekstremitas bawah 4. Kesulitan berkemih

f. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Diagnostik Hasil

Pemeriksaan darah lengkap Leukositosis biasanya >50 x 109/L dan terkadang >500 x 109/L. Peningkatan basofil yang bersirkulasi. Anemia normositik normokrom. Jumlah trombosit dapat meningkat (paling sering), normal, atau menurun.

Pemeriksaan sumsum tulang Dari pemeriksaan sum-sum tulang akan ditemukan gambaran yang monoton yaitu hanya terdiri dari sel lomfopoetik patologis sedangkan sistem yang lain terdesak.

Biopsi Limpa Peningkatan leukosit dapat terjadi

(20.000-200.000 / µl) tetapi dalam

(8)

bentuk sel blast / sel primitive g. Penatalaksanaan

1. Radioterapi dan Kemoterapi

Dilakukan ketika sel leukemia sudah terjadi metastasis, kemoterapi dilakukan juga pada fase induksi remisi yang bertujuan mempertahankan remisi selama mungkin.

2. Terapi modlitas

Untuk mencegah komplikasi, karena adanya pansitopenia, anemia, perdarahan, infeksi. Pemberian antibiotik dan mungkin transfusi dapat diberikan.

3. Pencegahan terpaparnya mikroorganisme dengan isolasi.

4. Transplantasi sum-sum tulang

Transplantasi sum-sum tulang merupakan alternatif terbaik dalm penanganan leukemia. Terapi ini juga biasa dilakukan pada pasien dengan limphoma, anemia aplastic.

(9)

II. Konsep Asuhan Keperawatan a. Pengkajian

1) Data Subjektif

 Mengeluh energi tidak pulih walaupun telah tidur

 Merasa kurang tenaga

 Merasa lelah 2) Data Objektif

 Tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin

 Tampak lesu b. Diagnosa Keperawatan

1) Aktual

a) Keletihan (D.0057)

b) Nyeri Akut (D.0077)

c) Perfusi Perifer Tidak Efektif (D. 0009) d) Gangguan Rasa Nyaman (D.0074) e) Pola Napas Tidak Efektif (D.0005)

f) Defisit Nutrisi (D.0019)

2) Resiko

a) Resiko Perdarahan (D.0012)

b) Resiko Infeksi (D.0142)

c. Rencana Keperawatan

N O

Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan

Kriteria Hasil Intervensi Rasional 1. Keletihan Setelah

dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka tingkat

keletihan menurun

Manajemen Energi (I.05178)

Observasi

 Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan

 Monitor kelelahan fisik dan emosional

 Mengetahui penyebab kelelahan

 Mengetahui kelelahan yang dialami pasien

(10)

dengan kriteria hasil:

1. Verbali sasi

kepulihan energi meningkat

2. Tenaga

meningkat

3. Kema

mpuan melakukan aktivitas rutin meningkat 4. Verbali

sasi Lelah menurun 5. Lesu

menurun

 Monitor pola dan jam tidur

 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas

Terapeutik

 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis:

cahaya, suara, kunjungan)

 Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif

 Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan

 Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan

Edukasi

 Anjurkan tirah baring

 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang

 Mengetahui pola istirahat tidur pasien

 Mengetahui tempat

ketidaknyamana n yang dirasakan pasien

 Memberikan lingkungan yang nyaman

 Membantu pasien untuk dapat

beraktivitas secara mandiri

 Mengurangi kelelahan yang dirasakan

 Mengurangi resiko ulkus dekubitus

 Mengurangi penggunaan energi pasien

 Membantu pasien beraktivitas secara dini

 Mengetahui sejauh mana

(11)

 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan Kolaborasi

 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

kelelahan yang dirasakan pasien

 Mengurangi kelelahan pasien

 Meningkatkan asupan makanan agar dapat memenuhi kebutuhan energi

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Ariyati, R., Purnamasari, E. R. W., & Istiani, H. G. (2023). Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Penyakit Leukemia Limfoblastik Akut dan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Ruang IKA 2 RSPAD Gatot Soebroto. Jurnal Masyarakat Sehat Indonesia, 2(01), 26-36.

Irawan, C., Steven, R., Gunarsa, R. G., & Tenggara, J. B. (2022). Outcome Result of Acute Myeloid Leukemia Undergoing Treatment in Semi-Isolation Chemotherapy Ward. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 9(3), 5.

Lubis, I. T., Lubis, B., Sembiring, T., Rosdiana, N., Nafianti, S., & Siregar, O. R. (2020).

Menilai Status Nutrisi Pasien Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) Anak. Cermin Dunia Kedokteran, 47(2), 139-142.

Ming Yi, Anping Li, Linghui Zhou, Qian Chu, Yongping Song, Kongming Wu. The global burden and attributable risk factor analysis of acute myeloid leukemia in 195 countries and territories from 1990 to 2017: estimates based on the global burden of disease study 2017. J Hematol Oncol. 2020;13:72

Rinaldi, I., & Reksodiputro, A. H. (2020). Prognosic Factors Related to The Complete Hematologic Response (CHR) in 3 Months in Leukemia Granulositic Patients Administered with Imatinib Mesylate. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(3), 7.

Sabudi, N. G., Oka, A. A. G., & Duarsa, G. W. K. (2020). Priapismus iskemik dengan leukemia granulositik kronis. Medicina, 51(1).

Tarigan, A. D. T., Ariawati, K., & Widnyana, P. (2019). Prevalensi dan karakteristik anak dengan leukemia limfoblastik akut tahun 2011-2015 di RSUP Sanglah Denpasar. Medicina, 50(2).

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Wanjari, M., Mendhe, D., & Joshi, R. (2021). Guillain Barre Syndrome: A Case Report and Literature Review. Journal of Pharmaceutical Research International, 158-161.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian didapat bahwa faktor jasmani, faktor psikologis, faktor lingkungan keluarga, dan faktor lingkungan sekolah dapat dikategorikan berpengaruh terhadap

Dengan kumpulan kelima jurnal itu, penilitian ini akan mengarahkan tulisan kepada dampak dan faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan lingkungan terjadi secara lebih rinci

1) faktor sosial, yang terdiri dari: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. 2) faktor non sosial, yang meliputi keadaan dan letak

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan siswa terisolir, seperti faktor ekonomi, lingkungan dan bahkan faktor keluarga, dan terkadang juga sifat egois bisa menyebabkan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) faktor yang menyebabkan maraknya kenakalan remaja di kabupaten Takalar adalah faktor lingkungan; faktor keluarga; faktor pendidikan

Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar diantaranya adalah fasilitas belajar, lingkungan keluarga, dan

Yaitu faktor- faktor yang ada di lingkungan diri pelajar yang meliputi lingkungan sosial dan lingkungan non sosial. Lingkungan sosial yaitu keluarga, guru dan

didik, saat individu memiliki lingkungan keluarga yang kondusif maka akan memberikan hasil belajar yang lebih tinggi dari pada individu yang memiliki lingkungan keluarga kurang kondusif