• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kenakalan remaja dalam komunitas geng motor (studi kasus pada remaja geng motor P-Dox Duren Sawit Jakarta Timur)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kenakalan remaja dalam komunitas geng motor (studi kasus pada remaja geng motor P-Dox Duren Sawit Jakarta Timur)"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

Sawit Jakarta Timur)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh: Irvan Matondang NIM. 106032201107

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i Irvan Matondang

Kenakalan Remaja dalam Komunitas Geng Motor (Study Kasus Pada Remaja Geng Motor P-dox Duren sawit Jakarta Timur).

Skripsi dengan judul “Kenakalan Remaja Dalam Komunitas Geng Motor (Studi Kasus Pada Remaja Geng Motor P-dox Duren Sawit Jakarta Timur)”, dilatarbelakangi dengan menjamurnya geng motor di Jakarta. Geng motor yang diisi oleh kalangan remaja, sering melakukan perilaku negatif atau menyimpang dari norma-norma sosial di masyarakat. Kenakalan atau perilaku menyimpang yang ditunjukkan oleh para remaja geng motor, seperti balapan liar, narkoba, berjudi, tawuran antar geng motor, perusakan fasilitas umum, dan sek bebas, yang sangat meresahkan masyarakat dan menyimpang dari norma-norma.

Ada dua konsep utama yang akan digunakan dalam skripsi ini yaitu geng motor dan kenakalan remaja. Geng motor ialah kelompok remaja yang anggotanya selalu bersama-sama secara teratur, dan mereka menentukan sendiri kriteria keanggotaannya. Kenakalan Remaja ialah prilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda yang memiliki gejala sakit (patologi) secara sosial pada anak remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga hal itu membentuk tingkah laku yang menyimpang. Selain itu skripsi ini juga akan menggambarkan fenomena geng motor dengan teori anomi dan tindakan non konformitas, serta teori fungsi dan disfungsi dari Robert King Merton, dimana suatu institusi tidak harus selalu berfungsi atau tidak berfungsi tetapi berfungsi untuk sekelompok orang tertentu dan tidak berfungsi bagi kelompok orang yang lain. Teori anomi Merton adalah kemacetan dalam struktur kebudayaan, yang terjadi terutama pada saat ada ketidaksesuaian antara norma kebudayaan dan norma tujuan untuk bertindak sesuai dengan keinginan mereka.

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriftif. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara komunitas geng motor P-dox.

(6)

ii

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt atas segala rahmat dan hidayah-Nya, serta tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Saw dan keluarganya serta para sahabatnya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Kenakalan Remaja Dalam Komunitas Geng motor (Study Kasus Pada Remaja Geng Motor P-dox

Duren Sawit Jakarta Timur).”

Skripsi ini tidak akan bisa rampung tanpa bantuan, bimbingan, arahan, dukungan dan kontribusi banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1 Ibu Dzuriyatun Thoyibah, Msi selaku dosen pembimbing, juga sebagai dosen pembimbing utama, terimakasih atas bimbingan dan arahan yang diberikan. Terimakasih atas waktu yang sudah diluangkan, sehingga penulis dapat merampungkan skripsi ini.

2 Bapak Saifudin Asrori, Msi selaku dosen pembimbing atas kesabaran, kritik dan saran-saran yang diberikan kepada penulis selama menyusun skripsi ini.

(7)

iii

motivasi, ilmu pengetahuan, bimbingan, wawasan dan pengalaman yang mendorong penulis selama menempuh studi.

5 Keluargaku tercinta dan tersayang, tiada yang lebih indah dan menyenangkan apabila berada di kediaman kita sendiri. Penulis sangat berterima kasih kepada Ayahanda H. Mardan Matondang dan Ibunda Hj. Yusrani Nasution atas segala kepercayaan, pendidikan, semangat, kesabaran pengorbanan dan segala doa yang mereka panjatkan untuk penulis, agar penulis sukses dan berhasil dalam penulisan skripsi ini dengan nilai yang baik. Terimakasih untuk Abangku tercinta Rizal Matondang atas segala fasilitas yang diberikan selama menempuh perkuliahan, kakak-ku Halimah Matondang Amd, Irma Matondang SKM Farida Matondang SPd, yang selalu memberikan motifasi kepada penulis, kemudian Adik-ku tersayang Fitriyani Matondang dan Sarah Matondang yang rela berkorban untuk menggantikan segala pekerjaan yang seharusnya dilakukan penulis. Kebersamaan dalam keluarga Matondang yang selalu membuat penulis tersenyum dan bahagia.

(8)

iv

menghibur penulis dengan canda tawanya, Febri saudara satu suku dari penulis. Nana, Erfan, Fina, Azharina, Rahmi, Betty, Rizkiyah, Dijah, Budiman, Pebri, Fajar, Fuad, Hamidah, Syofah, Yandi, penulis akan selalu merindukan kebersamaan dengan kalian.

7 Kawanku di lingkungan rumah Ari Ramadhan, Maulana Yusuf dan Muhammad Farhan yang selalu menemani kemanapun dan kapanpun penulis inginkan, kalian adalah kawan terbaikku. Seluruh remaja geng motor P-dox terutama saudara Zajuli dan Didi, Handiyansah, Bowo, Komarudin, Qinay, Engkus, dan para remaja anggota geng motor P-dox lainnya, terimakasih telah menerima dan memberikan informasinya kepada penulis.

8 Semua pihak yang telah membentu dalam penyelesaiaan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis sadari tidak ada sesuatu yang sempurna kecuali Allah Swt. Begitu pula dengan skripsi ini, karena itu saran dan kritik dari para pembaca untuk perbaikan di masa mendatang sangat penulis harapkan.

Jakarta, 12 September 2011

(9)

v

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... V BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Tinjauan Pustaka ... 5

C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 7

E. Metodologi Penelitian ... 8

A. Jenis Penelitian... 8

B. Teknik Pengumpulan Data ... 8

C. Instrumen Pengumpulan Data ... 10

D. Sumber Data ... 10

E. Waktu Dan Tempat Penelitian ... 10

F. Pengolahan Dan Analisis Data ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB 2 KAJIAN TEORI A. Geng Motor ... 13

B. Kenakalan Remaja ... 17

1. Bentuk Kenakalan Remaja ... 19

2. Teori Sebab Terjadinya Kenakalan Remaja ... 20

a. Teori Sosiogenis………... 20

(10)

vi

C. Teori Anomi dan Tindakan Non-Konformitas ... 25 BAB 3 GAMBARAN UMUM GENG MOTOR P-DOX

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 29 B. Profil Geng Motor P-dox ………... 32

BAB 4 TEMUAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kenakalan Remaja Dalam Komunitas Geng Motor P-dox... 45 B. Faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja Dalam Komunitas

Geng Motor P-dox ... 75 C. Dampak Dari Kenakalan Remaja Dalam Komunitas Geng

Motor P-dox ... 87 BAB 5 PENUTUP

A. Kesimpulan ... 93 B. Saran-saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA……….. 98

(11)

1 A. Latar Belakang Masalah

Persoalan kenakalan yang dilakukan oleh geng motor merupakan persoalan yang cukup serius. Hal ini dianggap serius karena menggangu ketertiban umum dan mengarah kepada tindakan krimninal. Belakangan tindakan yang dilakukan geng motor selalu berkaitan dengan pelanggaran terhadap norma-norma yang berlaku di masyarakat. Berdasarkan data dari artikel terkait teridentifikasi beberapa kasus kenakalan yang dilakukan oleh geng motor seperti balap liar di jalan umum, tawuran antargeng, mencuri, menjarah, perusakan fasilitas umum, dan penyerangan terhadap kantor kepolisian. Geng motor yang menjadi pelakunya, antara lain, geng bonek Surabaya, geng BRIGEZ (Bandung), geng Binter Mercy (Bandung), GBR (Bandung), XTC (Bandung), dan Geng Motor Jakarta.

Table 1. Bentuk-bentuk kenakalan Geng Motor

No Nama Daerah Bentuk kenakalan

1 Bonek Surabaya - Balap liar Sumber: diolah dari berbagai sumber (Post Kota, http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2010/06/09/polisi-buru-geng-motor-bunuh-takmir-mesjid, http://news.okezone.com/read/2010/07/25/338/356236/dua-geng-motor-bentrok-di-monas, dan lain)

1

Erva Kurniawan, “Geng Motor di Bandung.” Artikel diakses dari http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2010/06/09/polisi-buru-geng-motor-bunuh-takmir-masjid pada tanggal 1 Februari 2011.

2

News Okezone, “Dua geng motor bentrok di monas” artikel diakses dari

(12)

Dari data tersebut persoalan kenakalan geng motor nampaknya telah mengarah kepada tindakan melanggar hukum atau kegiatan kriminal sebagai masalah sosial yang terjadi di kalangan generasi muda. Sebagaimana dijelaskan oleh Soekanto, masalah generasi muda pada umumnya ditandai oleh dua ciri yang berlawanan, yakni keinginan untuk melawan dan sikap apatis. Beberapa sikap melawan, misalnya, dalam bentuk radikalisme dan delinkuensi. Sedangkan sikap apatis seperti penyesuaian yang membabibuta terhadap ukuran moral. Persoalan ini dialami oleh kelompok usia remaja, yakni suatu kelompok yang jika dilihat secara fisik bisa disebut telah matang, tetapi belum bisa disebut matang bila dilihat secara sosial. Kelompok ini perlu banyak belajar mengenai nilai dan norma-norma masyarakatnya.3

Sesuai dengan pemaparan Dariyo, remaja (adolescence) memiliki makna “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan.” Kata tersebut berasal dari bahasa Latin adolescere. Dengan kata lain, Dariyo menyatakan bahwa remaja (adolescence) adalah masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa remaja ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial. Dengan mengutip Thornburg, ia menggolongkan remaja kedalam tiga tahap, yaitu remaja awal (usia 13-14 tahun), remaja tengah (usia 15-17 tahun), remaja akhir (18-21 tahun). Remaja tidak memiliki tempat yang jelas, mereka tidak termasuk dalam kategori anak-anak dan tidak juga dikatakan dalam kategori dewasa4.

Demikian juga Ali dan Asrori menyatakan:

Masa remaja merupakan golongan yang tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk dalam golongan dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa, oleh karena itu remaja sering kali dikenal dengan fase “mencari jati diri”. Hal tersebut menyebabkan tidak sedikit remaja-remaja menyalurkan dengan media yang salah dalam bentuk kenakalan remaja. Beberapa bentuk dari kenakalan remaja yang terjadi seperti tawuran antar pelajar, perusakan fasilitas umum, dan juga mencoret dinding sekolah ataupun tempat umum. Hal ini sangat mengkhawatirkan para orang tua yang memiliki anak remaja. Kenakalan remaja

3

Soerjono Sukanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada 1999), h. 413-414. 4

(13)

bukan hanya terjadi pada keluaga menengah ke bawah, tetapi juga melanda pada keluarga menengah ke atas5.

Geng motor merupakan salah satu fenomena masalah sosial yang berhubungan erat dengan persoalan kesulitan remaja dalam melakukan adaptasi dengan modernisasi baik dari aspek kemunculannya, karakter anggotanya, maupun dari jenis kegiatannya. Derasnya arus modernisasi mempengaruhi semua aspek yang ada di remaja, baik itu karakter, perkembangan prilaku, sifat, dan lingkungan pergaulannya.

Dari aspek kemunculannya geng motor berawal dari rasa kesetiakawanan yang tinggi antar sesama anggota yang sebagian besar adalah remaja, yang disayangkan kesetiakawanan yang berkembangan pada komunitas geng motor adalah mengarah pada kegiatan dan tindakan negatif para anggotanya. Adapun karakter anggotanya bahwa mayoritas dari anggota geng motor adalah remaja laki-laki. Para remaja ini tertarik untu masuk geng motor karena beberapa faktor seperti: keinginan untuk diakui oleh teman-teman sebayanya, terutama oleh teman dalam satu geng motor. Geng motor kemudian berkembang untuk menjadi jagoan yang diakui oleh geng lainnya, geng motor merupakan sarana dalam penyaluran ekspresi para remaja, geng motor juga merupakan sarana menampilkan eksistensi diri atau kelompoknya. Geng motor juga membuat remaja merasa aman dan nyaman bergaul.6

Ada beberapa alasan yang menyebabkan remaja, terlebih khusus laki-laki termotifasi untuk masuk dan bergabung di komunitas geng motor seperti yang jabarkan oleh Santrock, menjadi anggota geng motor dapat memenuhi beberapa kebutuhan. Pertama kebutuhan membuktikan diri sebagai laki-laki sejati, hal ini dibuktikan dengan pernyataan, setelah

5

Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja, ( Jakarta: 2006), h. 9. 6

Lulu Riszeki Yuliani. “Profil Perilaku Maskulinitas Agresif Pada Remaja Laki-laki Anggota Geng Motor”,. Studi Kasus Terhadap tiga orang Remaja Laki-laki Anggota geng motor. Skripsi Jurusan Bimbingan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Artikel diakses pada tanggal 1 februari 2011 dari

(14)

bergabung dengan geng motor merasa menjadi hebat. Kedua adalah kebutuhan sosialisasi dengan teman sebaya.7

Selain itu, geng motor merupakan salah satu sarana atau cara bagi para remaja dalam mengisi waktu luangnya (setelah lelah dengan kegiatan sekolah atau mengisi waktu yang memang selalu luang bagi mereka anggota yang tidak bersekolah atau bekerja). Dengan bergabung dalam geng motor, remaja merasa mendapatkan segala sesuatu yang bisa menghilangkan beban dalam pikiran mereka. Mereka bisa mendapatkan status, aksi-aksi bersama, ikatan persahabatan, simpati, kasih sayang, prestise, harga diri, dan rasa aman terlindung.

Namun demikian, sebagaimana ditunjukan dalam data di awal geng motor sangat dekat dengan masalah kenakalan remaja. Para remaja idealnya adalah generasi muda yang seharusnya mempunyai aktifitas dalam bentuk yang positif. Sayang ketika mereka bergabung dalam komunitas geng motor perilaku mereka cenderung mengarah pada perilaku negatif.

Hal ini juga yang terjadi di daerah Duren Sawit Jakarta Timur pada komunitas geng motor P-dox. Geng Motor P-dox didirikan oleh Komarudin (komandan), pada tahun 1995. Geng motor ini berawal dari teman sepermainan yang berkumpul bersama dan tumbuh besar menjadi seorang remaja dalam lingkungan yang sama. Dimulai dari masa anak-anak lalu tumbuh menjadi anak remaja, para remaja meluangkan waktu senggang, dengan berkumpul bersama atau yang biasa disebut dengan istilah”Nongkrong”. Kebersamaan yang berlangsung lama ini memupuk rasa kesetiakawanan yang tinggi para anggotanya sampai saat ini.

Namun, demikian ada indikasi dimana para remaja ini melakukan kenakalan-kenakalan yang meresahkan masyarakat sekitar, seperti balap liar, perjudian, meminum minuman keras,

7

Lulu Riszeki Yuliani. “Profil Perilaku Maskulinitas Agresif Pada Remaja Laki-laki Anggota Geng Motor”, Studi Kasus Terhadap Tiga Orang Remaja Laki-laki Anggota Geng Motor. Skripsi Jurusan Bimbingan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Artikel diakses pada tanggal 1 februari 2011 dari

(15)

seks bebas, dan yang paling memprihatinkan ialah menggunakan narkoba, hal ini berdampak pada lingkungan dimana mereka tinggal baik secara sosiologis maupun sikologis.

Melihat permasalahan ini penulis tertarik untuk mengangkat skripsi yang berjudul: “Kenakalan Remaja Dalam Komunitas Geng Motor” (Studi Kasus Pada Remaja Geng

Motor P-Dox Duren Sawit Jakarta Timur).

B. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang didapatkan oleh penulis, ada beberapa skripsi yang membahas, terkait dengan penelitian ini. Diantaranya adalah:

Pertama, penelitian yang berjudul “Kenakalan Remaja: Studi Kasus Remaja Delinkuensi di MTSN Tanggerang 2 Pamulang.”8 Skripsi ini ditulis oleh Kartini, mahasiswi Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi, 2009. Berdasarkan kesimpulannya faktor-faktor penyebab seorang menjadi delinkuensi adalah kontrol diri yang lemah masalah keluarga, komunitas atau lingkungan keluarga yang tidak baik, untuk itu perlu adanya nilai-nilai agama yang juga sangat berpengaruh memperkokoh mental dan spiritual seorang anak dimulai dari lingkungan keluarga dengan menanamkan dan menjunjung tinggi norma agama. Lingkungan yang tidak baik juga sangat mempengaruhi terhadap tumbuh kembang anak, seorang anak juga harus selektif dalam memilih teman agar tidak salah dalam bergaul. Seorang anak juga sangat membutuhkan peran serta orang tua untuk mendidik dan membimbingnya dalam menjalani setiap proses ketika remaja menjadi dewasa.

Kedua, penelitian yang berjudul Fungsi Keluarga Dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja (Studi Kasus Kenakalan Remaja Di KotaMadya Jakarta Timur).9 Penelitian ini ditulis oleh Isak Sawo, Program Pasca Sarjana Studi Sosiologi Universitas Indonesia, yang

8

Kartini, “Kenakalan Remaja: Studi Kasus RemajaDelinkuensi Di MTSN Tanggerang 2 Pamulang,” (Skripsi S1Fakultas Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2009).

9

(16)

membahas masalah kenakalan remaja bagaimana keluarga dapat mencegah timbulnya anak melakukan kenakalan. Keluarga merupakan bentuk institusi sosial yang menentukan remaja untuk bertingkah laku. Hal ini karena lingkungan keluarga sebagai tempat untuk sosialisasi bagi anak. Fungsi keluarga diharapkan agar remaja tidak melakukan tindakan menyimpang yang berimplikasi terhadap kenakalan remaja. Fungsi atau peranan keluarga diharapkan dapat meminimalisasi kenakalan remaja. Menurut Isak Sawo faktor internal terjadinya adalah untuk mengaktualisasikan dirinya, rasa aman yang didapatkan ketika berada diluar lingkungan keluarga, menjaga kesetiakawanannya, takut tidak mempunyai teman, memenuhi rasa puas terhadap apa yang dilakukannya serta kebebasan yang didapatkan. Faktor eksternalnya adalah karena lingkungan keluarga (broken home) dan lingkungan pergaulan (kesetiakawanan).

Ketiga, penelitian yang berjudul Profil Perilaku Maskulinitas Agresif pada remaja

laki-laki Anggota Geng Motor: Studi Kasus Terhadap Tiga Orang Remaja Laki-laki-laki Anggota

Geng Motor.10 Skripsi ini ditulis oleh Lulu Riszeki Yuliani, mahasiswi Bimbingan Konseling membahas motifasi bergabungnya pada tiga anak remaja kebutuhan untuk diterima dalam suatu kelompok. Di Bandung geng motor memiliki reputasi negatif bagi masyarakat, namun bagi ketiga orang remaja ini menjadi simbol keberanian dan kekuatan. Dengan begitu ketiga orang remaja ini mau melakukan orientasi anggota baru dan serangkaian kegiatan geng agar dapat diterima dalam kelompok. Penyebab lainnya adalah ketidaknyamanan tiga anak remaja dalam keluarga, dikarenakan kurangnya keterbukaan dan komunikasi antara orang tua dan anak.

Berdasarakan tinjauan pustaka diatas, terlihat bahwa penelitian di atas membahas kenakalan remaja yang telah dikaji dari berbagai perspektif, akan tetapi kajian mengenai kenakalan remaja dalam geng motor sangat penting dan menarik untuk dikaji dalam

10

Lulu Riszeki Yuliani. “Profil Perilaku Maskulinitas Agresif Pada Remaja Laki-laki Anggota Geng Motor”, Studi Kasus Terhadap Tiga Orang Remaja Laki-laki Anggota Geng Motor. Skripsi Jurusan Bimbingan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Artikel diakses pada tanggal 1 februari 2011 dari

(17)

kenakalan remaja yang dilakukan oleh komunitas dalam geng motor. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk mengkaji kenakalan remaja yang terjadi dalam komunitas geng motor dox. Peneliti akan melihat kenakalan-kenakalan yang dilakukan para remaja Geng Motor P-dox, faktor-faktor penyebabnya kenakalan remaja, serta apa saja dampak kenakalan dan aktifitas yang dilakukan oleh komunitas Geng Motor P-dox bagi remaja itu sendiri, keluarga, dan masyarkat sekitar.

C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang masalah diatas, guna memperjelas, lebih spesifik dan memudahkan pembahasan masalah penelitian yang diangkat, penulis membatasi masalah pada kenakalan yang dilakukan remaja dalam komunitas geng motor P-dox di daerah Duren Sawit Jakarta Timur. Maka penulis merumuskan pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Bagaimana gambaran umum kenakalan remaja dalam komuitas geng motor P-dox Duren Sawit Jakarta Timur?

2. Apa saja faktor penyebab terjadinya kenakalan yang dilakukan remaja geng motor P-dox Duren Sawit Jakarta Timur?

3. Apa saja dampak dari kenakalan dan aktifitas yang dilakukan para remaja geng motor P-dox bagi remaja, keluarga, dan masyarakat sekitar?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan peneliti dalam hal ini adalah

(18)

2. Untuk menjelaskan apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya kenakalan yang dilakukan oleh para remaja geng P-dox.

3. Untuk mengetahui apa saja dampak dari kenakalan dan aktifitas yang dilakukan oleh para pelaku geng motor.

Manfaat dari penelitian ini adalah

1. Sebagai literatur yang memberikan gambaran tentang kenakalan remaja pada geng motor, faktor-faktor penyebab dan dampaknya bagi masyarakat.

2. Sebagai prasyarat untuk meraih gelar sarjana pada jurusan sosiologi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

E. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut Kirk dan Miller, penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristiwanya.11 Sedangkan metode penelitian deskriptif yaitu penelitian yang diarahkan untuk memberikan gambaran, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Ada beberapa istilah dalam

11

(19)

penelitian kualitatif seperti studi kasus, fenomenologi, etnomonologi, dan etnografi. Dalam penelitian menggunakan pendekatan studi kasus, dengan melakukan penyelidikan intensif terhadap kenakalan komunitas geng motor P-dox

2. Subjek Penelitian

Informan utama dalam penelitian kenakalan remaja dalam komunitas geng motor P-dox terdiri dari 5 informan laki-laki dan 2 orang informan wanita dengan jumlah keseluruhan 22 orang. Dari kelima orang tersebut salah satunya adalah pemimpin dari geng motor P-dox dan memiliki peran yang sangat penting dalam setiap kegiatan yang dilakukan.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data lapangan, dalam penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan ini dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa. Metode observasi sebagai alat pengumpul data, dapat dikatakan berfungsi ganda, sederhana, dan dapat dilakukan tanpa menghabiskan biaya. Namun demikian, dalam melakukan observasi peneliti dituntut memiliki keahlian dan penguasaan kompetensi tertentu.12

Dalam penelitian ini menggunakan observasi langsung yaitu dengan mengamatii, menyaksikan kegiatan yang dilakukan oleh komunitas geng motor P-dox secara langsung bersama subjek yang akan diamati. Kegiatan yang diamati oleh penulis seperti balap motor, mengkonsumsi minuman keras, narkoba, dan perjudian yang dilakukan oleh komunitas geng motor P-dox.

12

(20)

b. Wawancara (interview)

Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi verbal dengan tujuan untuk mendapatkan informasi penting yang diinginkan. Dalam kegiatan wawancara terjadi hubungan antara dua orang atau lebih, dimana keduanya berperilaku sesuai dengan status dan peranan mereka masing-masing. Wawancara ialah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari wawancara adalah adanya kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi (interviewer) dan sumber informasi (interviewe).13 Teknik wawancara merupakan salah satu elemen penting dalam proses penelitian. Wawancara (interview) dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi (data) dari responden dengan cara bertanya langsung secara tatap muka (face to face).14

Jadi di dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara secara langsung dengan informan guna mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Jumlah keseluruhan anggota geng motor P-dox 22 orang berjenis kelamin pria. Subjek yang diwawancara secara langsung oleh peneliti adalah 7 orang, yaitu 5 informan pria dan 2 informan wanita.

5. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara digunakan agar wawancara menjadi terarah dan tepat. Sedangkan hand phone untuk merekam pembicaraan agar tidak terlupa pada subyek penelitian, dan buku catatan digunakan untuk mencatat berbagai hal penting dalam penelitian ini.

13

Ibid., h. 179. 14

(21)

6. Sumber Data

Dalam penelitian ini dikategorikan kedalam dua jenis, yaitu: data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh melalui hasil wawancara dengan informan dan observasi. Data ini diperoleh langsung dari sumbernya, terutama orang yang dipilih sebagai informan yang akan diajak wawancara. Data primer yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan data yang berupa informasi kenakalan yang dilakukan oleh geng motor P-dox, penyebab dan dampaknya. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui kepustakaan, seperti buku-buku, skrisi, tesis, dan internet, yang berhubungan dengan penelitian ini.

7. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dimulai pada bulan April 2011 sampai dengan bulan Febuari 2011. Adapun tempat penelitian dilakukan di lingkungan RT 02, RW 013 Duren Sawit Jakarta Timur.

8. Pengolahan dan Analisis Data

(22)

kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Ketiga, penarikan kesimpulan dengan melakukan penyimpulan terhadap data yang sudah didapatkan dan mengaitkannya dengan teori dan juga dapat menjawab pertanyaan penelitian.15

.

F. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

Bab II Kajian teori yang berisi definisi geng motor, kenakalan remaja, struktural fungsional, teori anomi dan tindakan non- konformitas.

Bab III Gambaran umum geng motor P-dox terdiri dari gambaran umum wilayah dan profil anggota geng motor P-dox.

Bab IV Temuan hasil penelitian terdiri dari gambaran umum kenakalan yang dilakukan oleh para remaja geng motor P-dox. Faktor penyebab kenakalan yang dilakukan remaja geng motor P-dox. Dampak kenakalan yang dilakukan oleh remaja geng motor P-dox.

Bab V Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.

15

(23)

13

BAB II KAJIAN TEORI

Ada dua konsep utama yang akan digunakan dalam skripsi ini yaitu geng motor

dan kenakalan remaja. Selain itu teori yang berkaitan dengan fenomena geng motor dan

kenakalan remaja teori anomi dan tindakan non-konformitas dari Robert K Merton.

Berikut ini adalah konsep yang digunakan:

A. Geng Motor

Istilah gangs (geng) ini sejak lama telah digunakan untuk merujuk pada

kelompok-kelompok berkisar dari “play group”(kelompok bermain di masa kanak-kanak

dan remaja) hingga kelompok kejahatan terorganisasikan. Geng menjadi perhatian umum

karena secara awam istilah tersebut merujuk pada komunitas perusuh yang biasanya

terdiri dari anak-anak muda. Beranjak pada pengertian yang lebih sederhana, geng adalah

kelompok perkoncoan remaja, bukan kelompok pemuda yang didukung orang dewasa.

Ini merupakan kelompok yang anggotanya selalu bersama-sama secara teratur, dan

mereka menentukan sendiri kriteria keanggotaannya.1

Menurut Kartini Kartono, geng banyak tumbuh dan berkembang di kota-kota

besar. Geng juga identik dengan berbagai bentuk kenakalan yang mengarah pada tindak

kriminalitas. Meskipun sebenarnya, gerombolan anak laki dari suatu geng terdiri dari

anak-anak normal, namun oleh satu atau beberapa bentuk pengabaian, dan upaya mereka

mencari kompensasi bagi segala kekurangannya, menyebabkan anak-anak muda ini

1 Adam Kuper dan Jessica Kuper, Ensiklopedi ilmu-ilmu sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2000), h.

(24)

kemudian menjadi jahat. Anak-anak menjadi jahat dan berusaha mendapatkan segala

sesuatu yang membahagiakan dan memuaskan mereka, anak remaja menganggap apa

yang diberikan oleh orang tua, keluarga, dan masyarakat sekitarnya tidak cukup. Hal-hal

yang tidak ditemukan di tengah-tengah keluarga dan lingkungan sendiri, kemudian justru

mereka dapatkan di dalam sebuah geng motor, seperti kesetiakawanan dan kebersamaan.2

Geng motor menjadi tempat untuk mendapatkan sesuatu kebahagiaan maupun

kepuasan diri bagi para remaja, kebahagiaan yang tidak mereka dapatkan dari lingkungan

keluarga dan sosial lainnya, di dalam geng motor mereka mendapatkan rasa kebersamaan

dan kesetiakawanan antar remaja yang membuat mereka merasa nyaman.

Beberapa hal yang biasanya terdapat dalam geng motor menurut Katini Kartono

adalah: pertama, kepemimpinan; kedua istilah-istilah tertentu yang hanya dimiliki dan

dimengerti oleh geng motor tersebut; ketiga, ada aturan khusus yang apabila dilanggar

akan dikenakan sanksi.3

Dengan kata lain, di dalam sebuah geng motor ada seorang pemimpin yang

memimpin segala aktifitas dalam sebuah geng motor, salah satu wewenang pemimpin

adalah menentukan wilayah untuk melakukan aktifitas dalam geng motor. Dari segala

aktifitas yang mereka lakukan bertujuan untuk memperkuat dan menumbuhkan loyalitas

bagi setiap anggotanya.

Untuk itu syarat pemimpin dalam sebuah geng adalah memiliki kekuatan,

keterampilan, dan nyali yang besar, jika dibandingkan dengan para anggota lainnya. Hal

tersebut menjadikan si pemimpin mendapatkan respek dan menjadi panutan dari anggota

lainnya. Figur kepemimpinan dalam geng motor harus dimiliki oleh seorang yang

(25)

memiliki jiwa kepemimpinan yang sangat kuat, seperti memiliki kekuatan untuk

memimpin para anggotanya, memiliki keberanian dalam mengambil suatu tindakan, dan

disegani oleh para anggota maupun orang lain.

Di dalam kelompok geng motor tadi kemudian muncul bahasa sendiri dengan

penggunaan kata dan istilah khusus yang hanya dapat dimengerti oleh para anggota geng

itu sendiri. Timbul pula ungkapan bahasa, gerak tubuh dan isyarat sandi tertentu. Dari

seluruh kelompok itu selanjutnya muncul satu tekanan kepada semua anggota kelompok,

agar setiap individu mau menghormati dan mematuhi segala aturan yang sudah

ditentukan. Dalam hal ini Kartini Kartono, mengutip salah satu pernyataan Ralf

Dahrendorf, bahwa orang yang tidak pernah mengerjakan sesuatu lebih daripada yang

diharuskan, harus mencari sumber penghargaan lainnya untuk menghindari rasa tidak

senang dari teman-temannya.4

Berkaitan dengan sanksi sebagaiman yang dikatakan oleh Kartono, maka segala

sesuatu yang dianggap melanggar ketentuan dalam geng, maka individu tersebut akan

dikenakan sanksi berupa kekerasan, dikucilkan, dan ejekan yang diterima dari anggota

lainnya sampai dikeluarkan dari keanggotaan geng.5

Beberapa ciri geng tadi dapat disebutkan di bawah ini:

1) Jumlah anggotanya berkisar antara 3-40 anak remaja. Jarang beranggotakan

lebih dari 50 anak remaja.

2) Anggota geng lebih banyak terdiri dari anak laki ketimbang anak perempuan,

walaupun ada juga anak perempuan yang ikut di dalamnya. Didalam geng

tersebut umum terjadi relasi heteroseksual bebas antara hakiki dan perempuan

(26)

(yang merasa dirinya “maju dan modern”), Sering pula berlangsung perkawinan

di antara mereka, sungguhpun pada umumnya anak laki lebih suka kawin

dengan perempuan luar, dan bukan dengan anggota gang sendiri.

3) Kepemimpinan ada di tangan seorang anak muda yang dianggap paling banyak

berprestasi, dan memiliki lebih banyak keunggulan atau kelebihan daripada

anak-anak remaja lainnya.

4) Umur anggotanya berkisar 7-25 tahun. Pada umumnya semua anggota berusia

sebaya; berupa per-group atau kawan-kawan sebaya, yang memiliki semangat

dan ambisi yang kurang lebih sama.

5) Anggota geng biasanya bersikap konvensional bahkan sering fanatik dalam

mematuhi nilai-nilai dan norma geng sendiri. Pada umumnya mereka sangat

setia dan loyal terhadap sesama.

6) Di dalam geng sendiri anak-anak itu mendapatkan status sosial dan peranan

tertentu sebagai imbalan partisipasinya. Mereka harus mampu menjunjung

tinggi nama kelompok sendiri. Semakin kasar, kejam, sadistis dan berandalan

tingkah-laku mereka, semakin "tenarlah" nama gengnya, dan semakin banggalah

hati mereka. Nama pribadi dan gengnya menjadi mencuat dan banyak ditiru oleh

kelompok berandalan remaja lainnya.6

(27)

B. Kenakalan Remaja

. Masa Remaja, menurut Mappiare, berlangsung antara umur 12 tahun sampai 21

tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Remaja adalah masa

peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya

perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial. 7

Kenakalan yang terjadi pada masyarakat sangat berkaitan atau identik dengan

para remaja, oleh karena itu perlu kita ketahui jenjang dimana para remaja banyak

melakukan aksi kenakalan yang dapat meresahkan lingkungan dimana remaja berada dan

tinggal. Dalam kehidupan para remaja sering kali diselingi hal-hal yang negatif dalam

rangka penyesuaian dengan lingkungan sekitar baik lingkungan dengan teman- temannya

di sekolah maupun lingkungan pada saat dia di rumah. Hal-hal tersebut dapat berbentuk

positif hingga negatif yang sering kita sebut dengan kenakalan remaja. Kenakalan remaja

itu sendiri merupakan perbuatan pelanggaran norma-norma baik norma hukum maupun

norma sosial.8

Adapun pengertian kenakalan remaja menurut Paul Moedikdo,SH adalah :

a) Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi

anak-anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti

mencuri, menganiaya dan sebagainya.

b) Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk

menimbulkan keonaran dalam masyarakat.

(28)

c) Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.9

Prof. Dr. Fuad Hasan mengatakan bahwa kenakalan remaja ialah perbuatan anti

sosial yang dilakukan oleh anak remaja yang bila dilakukan oleh orang dewasa

dikualifikasikan.10 Dadang Hawari mengatakan bahwa suatu perbuatan dikatakan nakal

apabila melanggar atau menyimpang dari norna agama, sekolah dan masyarakat. Standar

moralitas menurut ajaran agama sudah jelas dan standar tersebut kemudian diberlakukan

di lingkungan sekolah dan masyarakat, meskipun kadang kala masyarakat setempat

mempunyai standar nilai yang mengacu pada adat istiadat setempat.11

Kenakalan remaja menurut Kartini Kartono, ialah perilaku jahat atau kenakalan

anak-anak muda yang merupakan gejala sakit (Patologis) secara sosial pada anak remaja

yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu

mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang. Pada umumnya anak remaja ini

mempunyai kebiasaan yang aneh dan ciri khas tertentu, seperti cara berpakaian yang

mencolok, mengeluarkan perkataan-perkataan yang buruk dan kasar, kemudian para

remaja ini juga memiliki tingkah laku yang selalu mengikuti trend remaja pada saat

ini.12

Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam

perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi

karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari

9 Pengertian Kenakalan Remaja. Diakses pada tanggal 8 januari 2011. Dari

http://psikonseling.blogspot.com/2010/02/pengertian-kenakalan-remaja.html.

10 Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 89.

11 H. Ridjaluddin, Psikologi Agama, Tinjauan Islam Terhadap Kenakalan Pelajar, (Jakarta: LKI Nugraha

Ciputat, 2008), h. 6.

(29)

nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai

sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep

perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang

harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur tesebut berarti telah menyimpang.13

Perilaku menyimpang merupakan perilaku yang keluar dari norma-norma atau

aturan-aturan sosial yang telah ada dalam tatanan kehidupan masyarakat. Kenakalan yang

dilakukan oleh kalangan remaja, para remaja dianggap telah melakukan suatu

pelanggaran terhadap norma-norma yang ada di masyarakat.

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa juvenile

delinquency adalah segala perbuatan yang dilakukan oleh anak-anak remaja dengan

melanggar setiap norma-norma yang berlaku dalam suatu masyarakat sehingga dapat

menimbulkan keresahan bagi masyarakat.

1. Bentuk Kenakalan Remaja

Beberapa bentuk kenakalan remaja menurut Gunawan, adalah:

a. Ngebut, yaitu mengendarai kendaraan dengan kecepatan yang melampaui

kecepatan maksimum yang ditetapkan, sehingga dapat mengganggu dan

membahayakan pemakai jalan yang lain (kecepatan maksimum di dalam kota

adalah 25 sampai 40 kilometer per jam).

b. Peredaran pornografi di kalangan pelajar, baik dalam bentuk gambar-gambar

cabul, majalah, dan cerita porno yang dapat merusak moral anak, sampai

peredaran obat-obat perangsang nafsu seksual, kontrasepsi, dan sebagainya.

13 Suwarniyati Sartono, Pengurangan Sikap Masyarakat terhadap Kenakalan Remaja di DKI Jakarta.

(30)

c. Membentuk kelompok atau gang dengan norma yang menyeramkan, seperti

kelompok bertato, kelompok berpakaian acak-acakan, dan sebagainya.

d. Berpakaian dengan mode yang tidak selaras dengan selera lingkungan,

sehingga dipandang kurang atau tidak sopan di mata lingkungannya.14

Dari beberapa bentuk kenakalan remaja yang telah disebutkan di atas, ada

beberapa bentuk kenakalan lainnya seperti, perusakan fasilitas umum, membolos

sekolah, mencorat- coret dinding sekolah dan tawuran antar pelajar.

2. Teori Sebab Terjadinya Kenakalan Remaja.

Kejahatan remaja menurut Kartini Kartono, merupakan gejala penyimpangan

dan patologis secara sosial itu juga dapat dikelompokkan, dan mempunyai

sebab-musabab yang majemuk. Dengan menggunakan pemikiran para sarjana yang

menekuni topik ini, maka ia menggolongkannya dalam empat teori yaitu biologis,

psikogenis, sosiogenis, dan teori sub-kultur. Menurut penulis dari keempat teori

tersebut, maka yang paling relevan adalah teori sosiogenis dan sub-kultur.

a. Teori sosiogenis

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Kartini Kartono, para sosiolog berpendapat

penyebab tingkah-laku kenakalan pada anak-anak remaja ini adalah murni sosiologis atau

sosial-psikologis sifatnya. Misalnya disebabkan oleh, tekanan kelompok, peranan sosial,

status sosial yang keliru. Maka faktor-faktor kultural dan sosial itu sangat

mempengaruhi, bahkan mendominasi peranan sosial setiap individu di tengah

(31)

masyarakat, status individu di tengah kelompoknya, partisipasi sosial, dan

pendefinisian-diri atau konsep pendefinisian-dirinya.15

Proses simbolisasi diri ini berlangsung tidak sadar dan berangsur-angsur untuk

kemudian menjadi bentuk kenakalan pada diri seorang remaja. Menurut Kartini Kartono

hal ini berlangsung sejak usia sangat muda, dimulai dari keluarga sendiri yang

berantakan, sampai pada masa remaja dan masa dewasa di tengah masyarakat.

Terbentuknya pola tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma umum, sehingga

menimbulkan kenakalan yang dilakukan remaja secara terus menerus.16

Perilaku kenakalan yang dilakukan oleh para remaja dapat terjadi karena faktor

keluarga sendiri, seperti keluarga broken home, lingkungan sosial, seperti pergaulan

dengan remaja lainnya yang telah melakukan kenakalan, dan kebudayaan yang telah

melekat dalam lingkungan tersebut sehingga remaja dapat terjerumus dalam kenakalan.

Kartono memiliki pemikiran yang sama dengan E.H Sutherland yang mengatakan

seseorang berperilaku jahat dengan cara yang sama dengan perilaku yang tidak jahat.

Artinya, perilaku jahat dipelajari dalam interaksi dengan orang-orang lain dan orang

tersebut mendapatkan perilaku jahat sebagai hasil interaksi yang dilakukan oleh

orang-orang yang berperilaku dengan kecendrungan melawan norma-norma hukum yang ada.

Lebih lanjut Sutherland menyebutnya sebagai proses asosiasi yang diferensial

(differential association), karena apa yang dipelajari dalam proses tersebut, sebagai

akibat interaksi dengan pola-pola perilaku jahat. Anak dan para remaja menjadi nakal

dikarenakan oleh partisipasinya di tengah-tengah suatu lingkungan sosial. Karena itu,

semakin lama anak bergaul dan semakin intensif relasinya dengan anak-anak jahat

(32)

lainnya, akan menjadi semakin lama pula proses berlangsungnya asosiasi diferensial

tersebut dan semakin besar kemungkinan anak-anak remaja tadi benar-benar menjadi

kriminal.17

Jadi, teori Sutherland menekankan kepribadian anak, dengan mental yang lemah

dan tidak terdidik dengan baik, dan menjalani proses pembentukan tadi. Khususnya

proses pembentukan tersebut sangat mudah berlangsung pada anak-anak remaja yang

memiliki kejiwaan yang sangat labil dalam mencari jati diri mereka.

b. Teori subkultur delinkuensi

Menurut Kartini Kartono "Kultur" atau "kebudayaan" dalam hal ini menyangkut

satu kumpulan nilai dan norma yang menuntut bentuk tingkah-laku responsif sendiri yang

khas pada anggota-anggota kelompok geng tadi. Sedang istilah "sub" mengindikasikan

bahwa bentuk "budaya" tadi bisa muncul di tengah suatu sistem yang lebih inklusif

sifatnya.18

Teori Subkultur mengaitkan kepercayaan atau keyakinan, ambisi-ambisi tertentu

(misal-nya ambisi materiil, hidup santai, pola kriminal, relasi heteroseksual bebas, dan

lain-lain) yang memotivasi timbulnya kelompok-kelompok remaja brandalan dan

kriminal, dikarenakan mereka ingin mencapai suatu status sosial yang tinggi dan prestise

di kelompoknya.19

Menurut teori subkultur ini, sumber kenakalan remaja ialah; sifat-sifat suatu

struktur sosial dengan pola budaya (subkultur) yang khas dari lingkungan familial,

tetangga dan masyarakat yang didiami oleh para remaja nakal tersebut.

(33)

Sifat-sifat masyarakat tersebut antara lain ialah:

(1)punya populasi yang padat,

(2)status sosial-ekonomis penghuninya rendah,

(3)kondisi fisik perkampungan yang sangat buruk,

(4)banyak disorganisasi familial dan sosial bertingkat tinggi.20

Salah satu hal yang dianggap sebagai faktor yang sangat penting bagi munculnya

sub kultur kenakalan remaja adalah karena besarnya ambisi materil, dan kecilnya

kesempatan untuk meraih sukses, memudahkan pemunculan kebiasaan hidup yang

menyimpang dari norma hidup wajar, sehingga banyak anak remaja menjadi

menyimpang dan kriminal.21

Sebaiknya, remaja dengan hidup berkecukupan tidak selalu terhindar dari

tindakan menyimpang, hidup dengan segala fasilitas yang sudah tersedia menyebabkan

remaja merasa jenuh dan mencari sesuatu yang mereka tidak dapatkan dirumah. Proses

pencarian diluar tidak selalu bernilai positif akan tetapi tak jarang remaja dihadapkan

dengan nilai-nilai yang bersifat negatif. Kenakalan yang terjadi pada remaja dapat

disebabkan oleh faktor kejenuhan (jenuh hidup di tengah kemewahan). Kemewahan

membuat anak tadi menjadi terlalu manja, lemah secara mental, bosan karena terlalu lama

menganggur, tidak mampu memanfaatkan waktu kosong dengan perbuatan yang

bermanfaat, dan terlalu hidup santai, sehingga dari faktor diatas anak-anak dapat

melakukan kenakalan sebagai tempat pelarian dirinya.22

Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa kenakalan yang terjadi dikalangan

remaja, baik dari sub kultur kalangan kelas ekonomi atas, sub kultural menengah,

20Ibid., h.32.

(34)

maupun kultur ekonomi bawah memiliki potensi yang sama untuk berkembangnya

perilaku menyimpang atau kenakalan pada remaja. Dengan kata lain fenomena kenakalan

remaja tidak hanya terjadi pada kalangan bawah saja.

3. Faktor- faktor penyebab kenakalan remaja

Adapun menurut Agoes Dariyo gejala kenakalan timbul dalam masa pubertas,

di mana jiwa dalam keadaan labil, sehingga mudah terseret oleh lingkungan. Seorang

anak tidak tiba-tiba menjadi nakal, tetapi menjadi nakal karena beberapa saat setelah

dibentuk oleh lingkungannya (keluarga, sekolah, masyarakat), termasuk kesempatan

yang di luar kontrol yaitu:

a. Kondisi keluarga yang berantakan(Broken Home), kondisi keluarga yang

berantakan merupakan cerminan adanya ketidakharmonisan antar

individu(suami-istri dan orang tua anak) dalam lembaga rumah tanngga.

Hubungan suami-istri yang tidak sejalan yakni ditandai dengan pertengkaran,

percekcokan, maupun konflik terus menerus. Selama konflik itu berlangsung

dalam keluarga , anak-anak akan mengamati dan memahami tidak adanya

kedamaian dan kenyamanan dalam keluarganya. Kondisi ini membuat anak

tidak merasakan perhatian, dan kasi saying dari orang tua mereka. Akibatnya

mereka melarikan diri untuk mencari kasih sayang dan perhtian dari pihak lain,

dengan cara melakukan kenakalan-kenakalan diluar rumah.23

b. Situasi (rumah tangga, sekolah, lingkungan) yang menjemukan dan

membosankan, padahal tempat-tempat tersebut mestinya dapat merupakan

(35)

faktor penting untuk mencegah kenakalan bagi anak-anak (termasuk lingkungan

yang kurang rekreatif).24

c. Lingkungan masyarakat yang tidak atau kurang menentu bagi prospek

kehidupan masa mendatang, seperti masyarakat yang penuh spekulasi, korupsi,

manipulasi, gosip, isu-isu negative atau destruktif, perbedaan terlalu mencolok

antara si kaya dan si miskin, dan sebagainya.25

Beberapa faktor yang telah disebutkan diatas merupakan faktor utama

penyebab terjadinya kenakalan remaja, namun ada beberapa faktor lain yang

menyebabkan terjadinya kenakalan pada remaja, seperti Status sosial ekonomi

orang tua yang rendah, menyebabkan anak remaja ini melakukan pencurian,

karena tidak sangupnya para orang tua mereka untuk memenuhi segala

kebutuhan apa yang mereka inginkan dan juga penerapan disiplin keluarga yang

tidak tepat, ketika anak sering diperlakukan kasar dan keras dari orang tua

mereka, mungkin anak itu akan taat dan patuh dihadapan orang tua, akan tetapi,

sifat kepatuhan itu hanya bersifat sementara. Mereka akan cendrung melakukan

tindakan yang negatife, sebagai pelarian dan protes terhadap kedua orang tua

mereka.26

C. Teori Anomi dan Tindakan Non-Konformitas

Teori fungsionalisme struktural adalah salah satu paham atau perspektif di dalam

sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri dari

bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain dan bagian-bagian yang satu tak dapat berfungsi

24Ibid., h. 110.

25 Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan,h. 93.

(36)

tanpa ada hubungan dengan bagian yang lain. Kemudian, perubahan yang terjadi pada

salah satu bagian akan menyebabkan tidak keseimbangan dan pada gilirannya akan

menciptakan perubahan pada bagian yang lain. Asumsi dasar teori ini adalah bahwa

semua elemen atau unsur kehidupan masyarakat harus berfungsi atau fungsional sehingga

masyarakat secara keseluruhan bisa menjalankan fungsinya dengan baik.27

Teori ini menekankan pada keteraturan (order) di dalam masyarakat dan

mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Menurut teori ini

masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen

yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan.28

Fokus pada fungsionalis struktural harus diarahkan pada fungsi-fungsi sosial

ketimbang motif individu. Fungsi, menurut Merton, didefinisikan sebagai

“konsekuensi-konsekuensi yang disadari dan yang menciptakan adaptasi atau penyesuaian suatu

sistem”. Selain memiliki fungsi, fakta sosial dapat mengandung konsekuensi negatif bagi

fakta sosial yang lain. Untuk memperbaiki kelemahan serius pada fungsionalisme

struktur awal ini, Merton mengembangkan gagasan tentang disfungsi.29

Menurut Merton fungsi yang telah dijelaskan diatas, harus bersifat netral secara

ideologis, sehingga Merton mengajukan pula satu konsep yang disebutnya dis-fungsi.

Sebagaimana struktur sosial atau pranata sosial dapat menyumbang terhadap

pemeliharaan fakta-fakta sosial lainnya, sebaliknya ia juga dapat menimbulkan

akibat-akibat yang bersifat negatif.30 Pokok pemikiran Merton, yakni bahwa suatu institusi tidak

27 Bernard Raho, SVD, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Prestasi Pustaka. 2007). h. 48.

28 George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2002), h. 21.

29 George Ritzer dan Douglas J Goodman, Teori Sosiologi Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai

Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern, (Jakarta: Kencana Prenada, 2001), h. 269.

(37)

harus selalu berfungsi atau tidak berfungsi tetapi berfungsi untuk kelompok orang

tertentu dan tidak berfungsi bagi kelompok orang yang lain.31

Salah satu kasus yang mengaplikasikan teori dalam penelitian ini ialah kenakalan

remaja oleh geng motor. Kenakalan remaja pada geng motor, seperti balapan liar,

narkoba, sek bebas, dan lain-lain ini menjadi dis-fungsi bagi unit sosial lainnya seperti

unit sosial kepolisian, keagamaan, pranata hukum dan menjadi fungsi bagi remaja geng

motor itu.

Kenakalan remaja adalah salah satu bentuk patologi yang ada dalam masyarakat.

Perilaku yang dilakukan para remaja yaitu sebagai saluran untuk mendapatkan

kebahagian, hal itu dilakukan dengan penyimpangan-penyimpangan yang keluar dari

struktur sosial. Kenakalan ini memiliki fungsi bagi remaja itu sendiri, akan tetapi ini

menjadi dis-fungsi bagi sistem sosial lainnya.

Dalam penganut teori fungsional ini harus memandang segala pranata sosial yang

ada dalam kehidupan masyarakat harus berfungsi dalam artian positif maupun negatif.

Setiap unit sosial harus memainkan peranannya masing-masing dan menjalankan

fungsinya dengan baik. Dengan demikian dalam teori struktur fungsional kelompok geng

bisa saja dianggap memiliki fungsi, sebagaiman kemiskinan juga bisa memiliki fungsi

Sebaliknya bagi Merton hal ini merupakan situasi anomi, yaitu suatu kondisi

yang terjadi bila tujuan kultural dan sarana kelembagaan tidak lagi sejalan. Hal ini

merupakan kebalikan dari situasi konformitas dimana sarana yang sudah digunakan untuk

mencapai tujuan yang diinginkan.32

31 Bernard Raho, SVD, Teori Sosiologi Modern, h. 63.

(38)

Situasi anomi terjadi pada fenomena geng motor dimana untuk mendapatkan

teman yang mengerti, para remaja mencarinya melalui cara-cara yang secara sosial

dianggap menyimpang, seperti balap motor, judi, dan seks bebas merupakan perilaku

yang dianggap menyimpang secara sosial. Tindakan-tindakan tersebut secara hukum

merupakan pelanggaran ketertiban dan keamanan. Dengan demikian, kehidupan geng

motor meskipun memiliki fungsi memberi kebahagiaan, tetapilebih tepat untuk

(39)

29

A. Wilayah Geografis

Duren Sawit secara geografis berada di wilayah timur DKI Jakarta. Berdasarkan

Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 1227 tahun 1989 tentang penyempurnaan batas

dan luas wilayah sebagai pelaksanaan keputusan gubernur KDKI Jakarta Nomor 1251

tahun 1986 tentang Pemecahan, penyatuan, penetapan batas, perubahan nama kelurahan

yang kembar atau sama dengan penetapan luas wilayah kelurahan, maka kelurahan Duren

Sawit memiliki luas wilayah 455,55 ha, yang ditata kedalam RT/RW sebanyak 17 RW

dan 182 RT (jumlah RT sebelumnya 187 RT namun terjadi pengurangan sebanyak 5 RT

yang disebabkan karena ada beberapa lingkungan RT terkena proyek banjir Kanal Timur

(BKT) yaitu RT 008, 009, 010 yang berada dilingkungan RW 02 RT. 006/4 dan

RT011/11.

Batas wilayah Kelurahan Duren Sawit sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Jalan Raya perumnas, Kelurahan Klender

- Sebelah Timur : Kali buaran, Kelurahan Malaka Sari, Kelurahan Pondok Kelapa

- Sebelah Selatan : Kalimalang, Kelurahan Cipinang Melayu

- Sebelah Barat : Jalan Basuki Rahmat, Kelurahan Pondok Bambu.1

Tempat penelitian ini dilakukan di Rt 02 Rw 013 Tegalamba Kelurahan Duren

Sawit, Jakarta Timur. Berikut ini adalah data dan tabel yang didapat peneliti dari

Kelurahan Duren Sawit.

(40)

1. Kependudukan

a. Jumlah Penduduk tiap RW sampai dengan bulan Maret 2011

No. RW JUMLAH WNI WNA JUMLAH

Sumber: Kantor Kelurahan Duren Sawit

Data penduduk khususnya di RW 013 yang menjadi tempat penelitian terdiri, dari

10 RT dan 502 KK, Jumlah laki-laki 1430 jiwa dan perempuan 1379 jiwa, terdapat 1

warga negara asing yang berjenis kelamin laki-laki. Jumlah keseluruhan penduduk dari

RW 013 adalah 2810 jiwa. Rasio Kepadatan Penduduk : Jumlah Penduduk 2809 :

55.959 = 5,019 %. Dari data diatas RW 013 memiliki kepadatan penduduk ke 12 dari

dari 17 RW yang ada di kelurahan Duren Sawit Jakarta Timur dengan jumlah 2810 jiwa.

b. Jumlah penduduk menurut pendidikan dan pekerjaan s.d bulan Maret 2011

No Pekerjaan Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

Jumlah Penduduk 29.815 25144 55.959

1 PENDIDIKAN

(41)

Tidak Tamat SD

Sumber: Kantor Kelurahan Duren Sawit

Berdasarkan tabel di atas jumlah penduduk menurut pendidikan, terdapat 74

orang penduduk yang tidak bersekolah, penduduk yang tidak lulus SD berjumlah 589

orang, penduduk yang lulus SD berjumlah 1385 orang, lulus SMP berjumlah 2771 orang,

lulus SMA berjumlah 1657 orang, dan penduduk yang menyelesaikan akademi berjumlah

3438 orang baik laki-laki maupun perempuan. Jumlah penduduk menurut pekerjaan,

terdapat 14065 orang karyawan swasta, bekerja sebagai pedagang berjumlah 13357

orang, lain-lain 1963 orang yang berarti adalah pengangguran atau yang tidak memiliki

pekerjaan tetap, dan termasuk golongan fakir miskin berjumlah 5270 orang baik laki-laki

(42)

c. Data Keagamaan

Data pemeluk agama dari 54.857 jiwa penduduk Kelurahan Duren Sawit adalah

sebagai berikut:

1. Islam : 43.883 Orang = 79 %

2. Kristen Protestan : 5.023 Orang = 9,15 %

3. Kristen Katolik : 4.957 Orang = 9,36 %

4. Hindu : 415 Orang = 0.75 %

5. Budha : 579 Orang = 1.05 %

Jumlah : 54.857 Orang

Mayoritas penduduk kelurahan Duren Sawit beragama Islam dengan jumlah

keseluruhan 43.883 orang. Bergama Kristen Protestan berjumlah 5.023 orang. Beragama

Kristen Katolik berjumlah 4.957 orang. Bergama Hindu berjumlah 415 orang. Beragama

Budha berjumlah 579 orang. Jumlah keseluruhan dari data pemeluk agama di atas adalah

54.857 orang.2

B. Profil Geng Motor P-dox

Fenomena geng motor yang ada di masyarakat telah menjamur diseluruh wilayah

Jakarta khususnya di daerah Jakarta Timur. Dari beberapa geng motor yang berada di

Duren Sawit Jakarta Timur ada salah satu geng motor yang bernama P-dox, kata P-dox

yang berarti tempat persinggahan dari anak-anak brutal yang menghiraukan norma yang

berlaku dalam masyarakat.

Berikut ini adalah data tabel profil geng motor P-dox Duren Sawit Jakarta Timur:

(43)

Seperti yang telah diungkapkan oleh saudara Handay:

“P-dox merupakan tempat yang dimana dalam istilah dunia balap motor nasional yaitu “Peadock” tempat dimana untuk pengaturan sebuah motor Sport, istilah ini lebih di permudah dengan sebutan P-dox oleh tongkrongan kami”.3

Geng Motor P-dox didirikan oleh Komarudin (komandan) pada tahun 1995, pada

saat itu Komarudin berumur 16 tahun. Geng motor ini berawal dari teman sepermainan

terdiri dari sembilan orang yang sebaya dan ada tiga orang yang masih bertahan sampai

saat ini termasuk Komarudin. Mereka berkumpul bersama dan tumbuh besar menjadi

seorang remaja dalam lingkungan yang sama, dari kesembilan orang tersebut kebanyakan

dari mereka tidak mengenyam pendidikan sekolah hanya sebagian kecil yang lulus

sekolah dasar.

Pertemanan dalam geng P-Dox dimulai dari masa anak-anak lalu tumbuh menjadi

anak remaja. Mereka memiliki latar belakang yang sama sebagai yang memiliki hobi

yang sama yakni berkumpul bersama atau yang biasa disebut dengan

istilah”nongkrong”. Karena tidak ada pekerjaan lain yang bisa dilakukan maka mereka

sering melakukan aktifitas berkumpul bersama tersebut. Sampai akhirnya muncul ide

untuk menyebut perkumpulan ini dengan nama P-dox yang berarti tempat persinggahan

dan pelarian anak-anak remaja.

Dari tongkrongan tersebut mereka mulai mencoba mengkonsumsi minuman keras

kemudian narkoba yang bisa membuat mereka merasa senang. Pada tahun 2000 ada salah

satu anggota baru masuk kedalam tongkrongan P-dox bernama Ikin (nama samaran), dia

memiliki kemampuan untuk membongkar dan mengatur agar motor bisa lebih cepat.

Kemudian timbul keinginan diantara anggota P-dox untuk membuat perkumpulan motor

(44)

yang diberi nama geng motor P-dox dengan melakukan aktifitas balapan motor dan

berjudi untuk menghasilkan uang dan membeli minuman keras ataupun narkoba. Hal-hal

yang telah disebutkan terjadi secara turun-temurun sampai saat ini.

Dengan kata lain, munculnya geng motor P-dox ini adalah sebagai sarana

menyalurkan hoby balapan liar, mencari kesenangan, melepaskan jenuh, dan ajang

berkumpulnya (nongkrong) bagi para anak-anak remaja terutama para remaja di

lingkungan Duren Sawit Jakarta Timur.

Seperti yang diungkapkan oleh ketua geng motor P-dox :

“Bahwa geng motor P-dox ini adalah tempat untuk menyalurkan hoby dalam balapan liar dan tempat mencari kesenangan yang tidak ada tongkrongan lainnya.4

“Tongkrongan P-dox, jadi tempat untuk mencari kesenangan buat anak muda atau remaja”.5

“P-dox jadi tempat buat anak muda atau remaja untuk menyalurkan hoby di balap liar”.6

Hal ini juga diungkapkan oleh saudara inisial P:

“P-dox jadi tenar dikalangan anak-anak motor dan dikalangan tongkrongan, biar kata kita da tenar dari dulu, siapa si yang ga kenal P-dox”.7

Geng motor P-dox merupakan geng yang disegani dan ditakuti oleh geng lain sejak dahulu.

Seperti pernyataan saudara inisial D:

“Biar P-dox disegani dan ditakuti sama geng motor dan tongrongan lain, biar kata kita dari dulu udah ditakutin sama geng dan tongkrongan lain”.8

4 Hasil Wawancara Penulis dengan Ketua Geng Motor P-Dox, Saudara Komarudin, Sabtu 7 Mei2011.

5Hasil Wawancara Penulis dengan Ketua Geng Motor P-Dox, Saudara Komarudin, Sabtu 7 Mei 2011.

6 Hasil Wawancara Penulis dengan Ketua Geng Motor P-Dox, Saudara Komarudin, Sabtu 7 Mei 2011.

7 Hasil Wawancara Penulis dengan P (inisial) salah satu anggota geng P-dox, Sabtu 7 Mei 2011.

(45)

Sebagai sebuah perkumpulan perkumpulan yang terdiri dari remaja, mereka yang

bergabung dalam geng motor P-dox mereka juga ingin menjadi orang sukses.

seperti yang diungkapkan oleh saudara Qinay (nama samaran):

Anak-anak P-dox ingin menjadi orang sukses meski dengan jalan yang ga bener siapa si di P-dox yang ga maw sukses ”.9

Geng motor P-dox juga memiliki Motto yang sampai saat ini masih diberlakukan.

Seperti yang dungkapkan saudara P (inisial):

Di P-dox juga punya motto,mottonya: Lw asik gw santai, lw ngusik gw bantai”.10

Motto dalam tongkrongan geng motor P-dox ini memiliki makna, bahwa remaja

geng motor P-dox terbuka menerima remaja yang ingin bergabung atau menjalin

persahabatan dengan geng motor lainnya. Tetapi jka remaja geng motor P-dox ini merasa

terusik atau diusik, maka remaja geng motor P-dox tidak segan-segan untuk berperilaku

keras dan kasar pada anggota geng motor lainnya.

Namun demikian, sebagai khas sebuah geng remaja komunitas geng motor P-dox

memiliki ciri lebih menyukai kegiatan seperti keluar malam, balap motor.

Sebagaimana diungkapkan oleh komandan P-dox:

Kita keluar malam rame-rame, paling dikit empat motor, semuanya jalan bareng ketempat trek-trekan”

“Kita punya stiker P-dox biar anak lain pada tau, kalo kita anak P-dox”

9 Hasil Wawancara Penulis dengan Qinay (nama samaran) salah satu anggota geng P-dox, Sabtu 7 Mei

2011.

(46)

“Sebelum kita keluar malam buat balap liar, kita mabok dulu, biar lebih asik lebih santai pas dijalan, jadi tambah pede juga kalo ada musuh yang ngajakin troan”

“Rata-rata motor anak P-dox pake knalpot racing, biar enak didenger sama anak lain”.11

1. Karakteristik Anggota P-dox Berdasarkan Umur dan Lama Bergabung

Penggolongan remaja menurut Thornburg sebagaimana telah dibahas sebelumnya

yakni terbagi dalam tiga tahap yaitu: yang pertama adalah remaja awal (usia 13-14

tahun), (b) remaja tengah (usia 15-17 tahun) (c) remaja akhir (usia 18-21 tahun). Terdapat

22 anggota P-Dox, usia di atas 21 tahun sebanyak 8 orang, adapun yang di bawah 21

terdiri dari 13 orang. Dengan pembagian tersebut maka karakteristik anggota P-dox

adalah sebagaimana terlihat dalam table berikut:

No Umur Jumlah Prosentase

13-14 Tahun (Remaja Awal) 0 0%

15-17 Tahun (Remaja Tengah) 1 4,5%

18-21 Tahun (Remaja Akhir) 13 59%

Di atas 21 tahun 8 36.4%

Sumber: Dikumpulkan dari hasil kuestioner dan wawancara

Berdasarkan data yang berhasil penulis kumpulkan sebagaimana terlihat dalam

tabel diatas anggota geng motor P-dox terdiri dari 22 orang. Dengan anggota yang

(47)

berumur 21 tahun keatas tergolong dewasa terdiri dari 8 individu, dengan persentase

36.4%. Jumlah terbesar terdapat pada usia 18-21 tahun tergolong remaja akhir terdiri dari

13 individu dengan persentase 59%. Usia 15-17 tergolong remaja tengah dengan

persentase 4,5% dan tidak ada anggota geng motor P-dox yaang berumur 13-14 tahun

atau termasuk dalam kategori remaja awal. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Agoes

Dariyo (2004), penggolongan remaja terbagi dalam tiga tahap yang pertama adalah

remaja awal (usia 13-14), (b) remaja tengah (usia 15-17) (c) remaja akhir (usia 18-21),

pada umur 21 tahun keatas dan selebihnya dikategorikan pada usia menuju dewasa.

Dengan demikina bisa dikatakan bahwa anggota geng motor P-dox merupakan geng yang

beranggotakan remaja dengan karateristik dalam masa pencarian jati diri.

Mayoritas lama bergabung anggota P-dox sekitar 1-5 tahun termasuk dalam

anggota baru, anggota lainnya lama bergabung 6-10 tahun termasuk anggota lama dan

lama bergabung 11-16 tahun merupakan anggota terlama yang bergabung dalam

komunitas geng motor P-dox.

Lama Bergabung

Frequency Percent Valid 1-5 Tahun

(Anggota Baru)

14 63.6

6-10 Tahun (Anggota lama)

5 22.7

11-16 Tahun (Anggota sangat lama)

3 13.6

(48)

Sumber: Kuestioner dan Wawancara dengan anggota geng P-dox, pada tanggal

11November 20011

Sumber: Kuestioner dan Wawancara dengan anggota geng P-dox, pada tanggal

11November 20011

Menurut data diatas jumlah terbesar dalam kategori lama bergabung terdapat lama

bergabung 1-5 tahun, meskipun bukan waktu yang singkat namun dibandingkan dengan

anggota lainnya masih tergolong baru. Mereka terdiri dari 14 individu, 63.6% dari

seluruh anggota, Dalam kategori anggota terlama terdiri dari 5 individu, persentase

(49)

2. Karakteristik Anggota P-dox berdasarkan Pendidikan, Pernikahan dan Pekerjaan

Identifikasi anggota geng motor P-dox memiliki dasar pendidikan yang

berbeda-beda, akan tetapi kebanyakan dari anggota geng P-dox adalah STM (Sekolah Tehnik

Menengah) dan dari 22 orang anggota geng 20 orang diantaranya pernah merasakan

pendidikan sekolah dan 2 orang yang tidak sekolah. Pada pernikahan kebanyakan belum

menikah dan pekerjaan terdapat 10 orang pengangguran dan 9 orang yang bekerja.

Seperti data data dibawah ini:

Pendidikan 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Sekolah 2 9.1 9.1 9.1

Pernah Sekolah 20 90.9 90.9 100.0

Total 22 100.0 100.0

Sumber: Kuestioner dan wawancara dengan anggota geng motor P-dox, pada tanggal 11

Gambar

Table 1. Bentuk-bentuk kenakalan Geng Motor
tabel diatas anggota geng motor P-dox terdiri dari 22 orang. Dengan anggota yang
Gambar 1 Gambar 2
Gambar 5 Gambar 6
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kenakalan Remaja merupakan tindakan melanggar peraturan atau hukum yang dilakukan oleh anak yang berada pada masa remaja.Perilaku yang ditampilkan dapat bermacam-macam, mulai

Penelitian yang berjudul Faktor Teman Sebaya Dalam Kenakalan Remaja (Studi Deskriptif Mengenai Geng Motor Di Kota Bandung) , diharapkan bisa menjelaskan faktor teman sebaya

Perlu adanya kerjasama antara pihak kepolisian dengan orang tua warga setempat untuk membahas masalah timbulnya geng motor sebagai yang dilakonkan anak-anak remaja dari

berperan menyebabkan timbulnya kecenderungan kenakalan remaja adalah faktor keluarga yang kurang harmonis dan faktor lingkungan terutama teman sebaya yang kurang baik, karena pada

Perilaku kenakalan yang dilakukan oleh para remaja dapat terjadi karena faktor keluarga sendiri, seperti keluarga broken home , lingkungan sosial, seperti pergaulan

Mengidentifikasi potensi atau kekuatan yang dimiliki anggota geng motor penting dilakukan karena faktor-faktor kekuatan dari kelompok yang bermasalah seringkali terabaikan

Dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Kenakalan Remaja di Perkotaan (Studi Kasus Munculnya Fenomena Geng Motor di Kalangan Pelajar di Kota Medan)”,

Hal-hal yang dilakukan oleh guru agama yang berkaitan dengan masalah ini antara lain: Untuk mengatasi timbulnya kenakalan siswa yang kurang perhatian dari orang tua, langkah yang