• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anak Putus Sekolah Di Sumatera Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anak Putus Sekolah Di Sumatera Barat"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Memasuki era globalisasi dan moderenisasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan pesat. Banyak ahli menyatakan keberhasilan pembangunan negara di dukung oleh tersedianya penduduk yang terdidik dalam jumlah yang memadai. Karena itu hampir semua bangsa menempatkan pembangunan pendidikan sebagai prioritas utama dalam pembangunan nasional mereka. Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu, merupakan kunci keberhasilan pembangunan suatu negara, tuntutan masyarakat semakin kompleks dan persaingan sangat ketat. Hal ini didukung dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

Untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dilakukan melalui jalur pendidikan. Pendidikan berfungsi untuk menyampaikan, meneruskan atau entranmisi kebudayaan, di antaranya nilai-nilai nenek moyang, kepada generasi muda. Pendidikan mengalami perubahan sepanjang waktu, oleh karena itu pendidikan tidak mengenal akhir atau pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan bertujuan untuk mencetak pribadi yang berpengetahuan tinggi, berwawasan luas dan berbudi pekerti yang luhur. Pendidikan merupakan faktor pendukung utama terbentuknya manusia yang produktif dan kreatif serta harus mempunyai skill kompetensi guna terciptanya masyarakat yang sejahtera dan makmur serta mampu bersaing bukan hanya di dalam negeri saja melainkan juga dengan bangsa asing guna memajukan bangsa dan negara. Dalam arti luas, pendidikan mengandung pengertian mendidik, membimbing, mengajar dan melatih setiap individu.

Memajukan bangsa dan negara dapat dilakukan dengan pengembangan pendidikan sebagai upaya sadar untuk perbaikan segala aspek kehidupan, pendidikan

(2)

yang dilaksanakan melalui sistem persekolahan merupakan suatu bentuk pelaksanaan pendidikan yang efesien dan epektif. Secara strategis, pendidikan menawarkan kemungkinan untuk berbuat banyak dalam upaya mewujudkan pencapaian cita-cita bangsa.

Untuk mewujudkan pencapaian cita-cita bangsa di bidang pendidikan juga telah diatur sesuai dengan arah dan tujuannya yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada alinea ke empat dalam kalimat mencerdaskan kehidupan bangsa dan selanjutnya dijabarkan dalam batang tubuh undang-undang dasar 1945 dalam pasal 31 ayat 1 dan 3, yang berbunyi : tiap-tiap warga negara berhak mendapat pendidikan dan pengajaran. Dan pemerintah mengesahkan dan menyelanggarakan suatu sistem pendididkan nasional yang menguatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur lebih lanjut dengan undang undang.

Pernyataan tersebut mengandung arti penting bahwa negara dalam arti pemerintah yang ada di dalamnya melindungi dan bahkan memberi peluang yang seluas-luasnya dan sebesar-besarnya kepada setiap warga negara dalam melaksanakan pendidikan formal seperti SD, SMP maupun SMA atau melalui pendidikan informal. Di sebabkan karena masih banyak anak-anak yang tidak melanjutkan sekolah atau bisa dikatakan juga putus sekolah.

Menurut Gunawan (2010), putus sekolah merupakan predikat yang diberikan kepada mantan peserta didik yang tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak dapat melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan berikutnya. Misalnya seorang warga masyarakat atau anak yang hanya mengikuti pendidikan di SD sampai kelas lima, disebut sebagai putus sekolah SD. Demikian

(3)

juga seorang warga masyarakat yang memiliki ijazah SD kemudian mengikuti pendidikan di SMP sampai kelas dua saja, disebut putus SMP, dan seterusnya.

Putus sekolah bukan merupakan salah satu permasalahan pendidikan yang tak pernah berakhir. Hampir di setiap tempat yang banyak anak-anak yang tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan. Pendidikan yang putus di tengah jalan disebabkan karena berbagai kondidsi yang terjadi di dalam kehidupan masalah putus sekolah sulit untuk dipecahkan penyebabnya, tidak hanya karena kondisi ekonomi, tetapi ada juga yang disebabkan oleh kekacauan dalam keluarga, dan masih banyak faktor lainnya.

Disadari bahwa kondisi ekonomi menjadi penghambat bagi seseorang untuk memenuhi keinginannya dalam melanjutkan pendidikan dan menyelesaikan. Kondisi ekonomi disebabkan berbagai faktor, di antaranya orang tua tidak mempunyai pekerjaan tetap, tidak mempunyai keterampilan khusus, keterbatasan kemampuan dan faktor lainnya.

Di sisi lain, kondisi ekonomi masyarakat tentu saja berbeda, tidak semua keluarga memiliki kemampuan ekonomi yang memadai dan mampu memenuhi segala kebutuhan anggota keluarga. Salah satu pengaruh yang ditimbulkan oleh kondisi ekonomi adalah orang tua tidak sanggup menyekolahkan anaknya pada jenjang yang lebih tinggi walaupun mereka mampu membiayainya di tingkat sekolah dasar.

Berdasarkan penelitian terdahulu banyak faktor yang menyebabkan anak putus sekolah diantaranya faktor ekonomi, faktor lingkungan, faktor sosial budaya, faktor pendapatan kepala keluarga, pendidikan terakhir orang tua, faktor jenis kelamin, lokasi tempat tinggal, jumlah tanggungan orang tua (Haris 2011), (Yuusufa 2016), (Jeki 2009), (Sinaga 2016), (Cahyati 2016) sedangkan menurut (Ayu 2014) dan (Cahyawati 2016) faktor penyebab anak putus sekolah diantaranya faktor perhatian

(4)

orang tua, fasilitas pembelajaran, minat anak untuk sekolah dan tingkat motivasi orang tua dan anak.

Tingkat Pendidikan di Sumatera Barat belum berkembang, terutama di daerah pedalaman, terlihat dari Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut dinas Provinsi Sumatera Barat tahun 2008 Sebanyak 7.682 siswa mengalami putus sekolah mulai dari tingkat SD sampai SLTA. Pada tahun 2013 angka partisipasi sekolahusia 7-12 tahun dan 13-15 tahun (pendidikan dasar) antar Kota dan Kabupaten di Provinsi Sumatera Barat yang belum merata, rata-rata APS Provinsi Sumatera Barat tahun 2013 sebesar 98,81 persen untuk usia 7-12 tahun dan 92,22 persen untuk usia 13-15 tahun. Di Provinsi Sumatera Barat Angka Partisipasi Sekolah (APS) masih rendah.

APS penduduk menurut kelompok umur terus mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Pada tahun 2014 angka partisipasi sekolah usia 16 – 18 tahun sudah mencapai 81,97 persen. Penyebab utama anak putus sekolah di Sumatera Barat karena faktor ekonomi. Untuk mengatasi angka putus sekolah tersebut, Dinas Pendidikan sudah menyiapkan paket bea siswa sebesar Rp 9,9 miliar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan Rp 9,07 miliar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Skemanya dari APBN sebanyak Rp 576 ribu per sisiwa tiap tahun dan APBD tiap siswa dialokasikan Rp 300 ribu per tahunnya. Tingginya angka putus sekolah, sangat memprihatinkan karena pemerintah telah banyak meluncurkan program bantuan, yang bertujuan untuk menjaga agar anak-anak tetap bersekolah. Masalah pedidikan telah diupayakan dengan adanya progam beasiswa Sehingga penyelenggaraan layanan untuk pemerataan akses dan mutu pendidikan dapat tercapai. Salah satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah perlunya dilakukan analisis

(5)

terhadap kondisi umum pendidikan dan anggaran sebagai suatu kesatuan analisis pemecahan masalah penyelenggaraan pembangunan pendidikan di Sumatera Barat.

Berdasarkan penelitian diatas, maka penulis tertarik meneliti lebih jauh mengenai“ Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Anak Putus Sekolah di Sumatera Barat ”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh pendapatan kepala keluarga terhadap anak putus sekolah di Sumatera Barat?

2. Bagaimana pengaruh jumlah tanggungan orang tua terhadap anak putus sekolah di Sumatera Barat?

3. Bagaimana pengaruh pendidikn terakhir kepala keluarga terhadap anak putus di Sumatera Barat?

4. Bagaimana pengaruh jenis kelamin anak terhadap anak putus sekolah di

Sumatera Barat?

5. Bagaimana pengaruh daerah tempat tinggal terhadap anak putus Sekolah di Sumatera Barat?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengkaji pengaruh pendapatan kepala keluarga terhadap jumlah anak putus sekolah di Sumatera Barat.

2. Mengkaji pengaruh jumlah tanggungan orang tua terhadap jumlah anak putus sekolah di Sumatera Barat.

3. Mengkaji pengaruh pendidikan terakhir kepala keluarga terhadap jumlah anak putus sekolah di Sumatera Barat.

(6)

4. Mengkaji pengaruh jenis kelamin anak terhadap jumlah anak putus sekolah di Sumatera Barat.

5. Mengkaji pengaruh daerah tempat tinggal terhdap jumlah anak putus sekolah di Sumatera Barat.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain :

1. Diketahuinya gambaran terhadap anak putus sekolah di Sumatera Barat. 2. Diketahuinya faktor-faktor yang signifikan memepengaruhi siswa putus

sekolah di Sumatera Barat.

3. Secara praktis penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan masukan bagi dinas pendidikan Provinsi Sumatera Barat dalam membuat kebijakan terkait penanggulangan anak putus sekolah (drop out).

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini penulis membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi anak putus sekolah di Sumatera Barat tahun 2015. Dan penelitian ini dibatasi dengan pembahasan dari variabel independent yaitu pendapatan kepala keluarga, jumlah tanggungan orang tua, pendidikan terakhir kepala keluarga, jenis kelamin anak dan daerah tempat tinggal. Sedangkan variabel dependent jumlah anak putus sekolah di Sumatera Barat.

1.6 Sistematika Penulisan

(7)

Menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, sistematika penulisan, serta analisis dan pembahasan mengenai : Analisis Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Anak Putus Sekolah di Sumatera Barat.

Bab II : KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

Kerangka teori dan kajian pustaka berisikan tentang studi pustaka terhadap penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dari proses ini ditemukan kelemahan dan kelebihan penelitian yang lalu, sehingga dapat dijelaskan dimana letak hubungan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut sekaligus menghindari duplikasi. Serta menjelaskan tentang teori -teori yang digunakan sebagai dasar penelitian sesuai masalah yang diteliti.

Bab III : METODE PENELITIAN

Berisikan tentang data-data penelitian, sumber data dan metode perhitungan serta model pengujian yang dilakukan terhadap data-data yang diperoleh.

BAB IV : GAMBARAN UMUM

Pada bagian ini menjelaskan tentang gambaran umum Propinsi Sumatera Barat.

BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini menguraikan tentang hasil penemuan empiris dari hasil perhitungan dan pengolahan data dengan analisis, yang pada akhirnya akan memberikan hasil hal-hal apa saja yang mempengaruhi Anak Putus Sekolah di Sumatera Barat.

(8)

Pada bagian ini merupakan bagian penutup dari tulisan penelitian ini, terdiri dari kesimpulan yang merupakan ringkasan dari pembahasan sebelumnya, serta saran yang dianggap perlu, baik untuk pemerintah daerah maupun untuk penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

[r]

Sedangkan pada opsi put Eropa, writer juga dapat mengalami kerugian jika yang terjadi pada saat maturity time adalah strike price lebih besar dibanding harga

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Kebiasaan dalam pengelolaan pembuatan kue rumahan di Desa Lampanah memiliki kebiasaan kurang baik, hal ini di sebabkan karena pengelolaan kue rumahan oleh