• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN DATA DAN INFORMASI HASIL PENDATAAN KELUARGA DALAM KAITANNYA DENGAN PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN DATA DAN INFORMASI HASIL PENDATAAN KELUARGA DALAM KAITANNYA DENGAN PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK 1"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN DATA DAN INFORMASI HASIL PENDATAAN KELUARGA

DALAM KAITANNYA DENGAN PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK1

Oleh : Dr. Johannes, S.E., M.Si. 2

1. Kebutuhan Data

Dalam konteks perencanaan peran data sangat mendukung terhadap keberhasilan perencanaan itu sendiri. Ketersediaan data yang cukup pada tahap awal akan memberikan gambaran, situasi seperti apa yang sedang dihadapi (existing). Sama halnya dengan itu, situasi apa yang diinginkan haruslah juga didukung oleh data. Pemanfaatan data pada dasarnya multifungsi, data yang dihasilkan oleh satu lembaga melulu tidak akan digunakan oleh lembaga itu sendiri, sebagai laporan misalnya, akan tetapi dapat merupakan ukuran (indikator) keberhasilan lembaga lain. Artinya data mempunyai saling keterkaitan yang erat antara lembaga, SKPD, organisasi guna menopang operasinya masing-masing. Oleh karena itu, satu bidang terhadap bidang yang lain adalah komplemen, saling melengkapi. Dalam hal seperti ini maka peran perencanaan pembangunan adalah mensinergikan kelengkapan data saat perencanaan akan dimulai.

Penjelasan di atas dapat digunakan untuk memposisikan hasil pendataan keluarga yang dilakukan oleh BKKBN. Hasil pendataan seperti itu tidak saja menjadi masukan bagi BKKBN, akan tetapi bagi seluruh lembaga. Lembaga ini dapat dipilah menjadi pengguna primer dan sekunder. Pengguna primer adalah lembaga pemerintahan yang tupoksinya memang memberikan pelayanan kepada masyarakat. Data yang dihasilkan oleh BKKBN ini akan menjadi data utama dalam menopang masing-masing fungsi lembaga tersebut. Sementara itu, pengguna sekunder adalah kelompok pemerhati lain (stakeholder) dengan informasi tentang keluarga di Provinsi Jambi.

Untuk dapat memanfaatkan data dibutuhkan keahlian, dimana keahlian ini sangat ditentukan oleh kompetensi pengguna. Kompetensi ini akan optimal bilamana didukung dari kesiapan lembaga ataupun SKPD menjadikan data keluarga menjadi salah satu komponen dari data base, dan sistem data masing-masing SKPD.

1 Disampaikan pada Seminar Pemanfaatan Data Hasil Pendataan Keluarga dalam Pengembangan Program Kependudukan, 24 Juni 2009

2Dosen Fakultas Ekonomi dan Magister Manajemen Universitas Jambi, simatupangsbr@yahoo.com,

(2)

Dari hasil survey kependudukan Tahun 2008, dijelaskan bahwa manfaat daripada data keluarga adalah sebagai berikut:

1) Penentuan sasaran yang lebih tajam berdasarkan kondisi, potensi, dan kebutuhan aktual dari masing-masing keluarga yang ada di setiap tingkatan wilayah.

2) Pembuatan peta keluarga berdasarkan tingkat kesetaraan KB, dan tingkat pencapaian tahapan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera tiap keluarga di satu wilayah tertentu.

3) Penentuan bentuk program dukungan yang sesuai untuk setiap keluarga dan setiap wilayah tertentu di dalam Pembangunan Keluarga Sejahtera

4) Sarana motivasi untuk mendorong setiap keluarga meningkatkan tahap kesejahteraannya serta sekaligus untuk merangsang kepedulian keluarga-keluarga yang sudah lebih mampu untuk bersama-sama mengangkat tingkat kesejahteraan keluarga-keluarga yang kurang mampu yang ada di lingkungannya.

5) Kepentingan program pembangunan sektor lain, salah satu diantaranya yang sangat penting adalah untuk program pengentasan masyarakat dari kemiskinan atau dari ketertinggalannya dalam berbagai spek kehidupan

6) Merencanakan, memantau maupun menilai program-program dukungan yang dilakukan terhadap satu wilayah atau satu kelompok masyarakat di satu wilayah tertentu.

Dari 6 manfaat yang disebutkan di atas, harus dicatat bahwa manfaat adalah multifungsi, artinya hanya dapat terwujud bilamana ada koordinasi antar SKPD di satu pemerintah daerah. Lebih dari itu harus juga dicatat bahwa manfaat di atas dapat bertambah terhadap lembaga lain baik yang berkaitan langsung maupun tidak terhadap data keluarga. Makalah ini dimaksudkan untuk memberikan kerangka awal pemanfaatan hasil pendataan keluarga yang dilaksanakan oleh BKKBN terhadap masing-masing SKPD di satu pemerintah daerah.

2. Data Keluarga

Data pada dasarnya dapat dibagi dua, kuantitatif dan kualitatif. Pemahaman data bagi akademisi yang fokus kepada penggunaan komputer (programmer) akan berbeda dengan data bagi pengguna (user) atau disebut sebagai pelanggan. Kriteria pemenuhan data yaitu validitas

(3)

mengukur kesehatan keluarga misalnya digunakan prinsip validitas agar ukuran yang digunakan sama antara satu keluarga terhadap keluarga yang lain. Sama pentingnya dengan itu adalah realiabilitas yang menunjukkan bagaimana sesungguhnya prosedur pengukuran dilakukan, apakah mengukur apa yang dikehendaki. Data keluarga dalam konteks ini merupakan fakta dan informasi. Disebut fakta karena didalamnya ada kuantifikasi, dan muncul tidak dengan sendirinya, akan tetapi karena adanya “cause and effect relationship”.

Misalnya, diperoleh kenyataan bahwa “keluarga miskin cenderung beranggotakan jumlah keluarga lebih besar dari keluarga yang relatif kaya. Sebagai fakta, maka orang akan beranggapan bahwa hal ini dikarenakan berkurangnya promosi ataupun komunikasi yang selama ini dilakukan oleh BKKBN. Kurangnya komunikasi seperti ini sebahagian karena terhapusnya kelembagaan BKKBN yang berdampak kepada kurangnya fungsi promosi pentingnya KB. Penjelasan ini termasuk kepada fakta, dimana lembaga yang berbeda dapat memberikan informasi yang berbeda akan tetapi satu tujuan yaitu dalam konteks pembangunan daerah.

Untuk dapat memahami data keluarga, berikut diringkas hasil pendataan sebagaimana dilaporkan oleh BKKBN Provinsi Jambi (2008) dengan kategori sebagai berikut.

A. Data Demografi

i. Jumlah kepala keluarga menurut jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan.

ii. Jumlah wanita usia subur (Umur 15-19 tahun) dalam keluarga iii. Jumlah jiwa dalam keluarga

iv. Status pekerjaan ibu/istri

v. Jumlah jiwa menurut jenis kelamin dalam keluarga serta kelompok menurut kelompok umur tertentu (anak balita, berumur 5-6 tahun, 7-15 tahun, 16-21 tahun, 22-59 tahun dan 60 tahun ke atas (Penduduk lanjut usia).

B. Kemudian data ini dipilah menjadi:

i. Jumlah pasangan usia subur

ii. Jumlah pasangan usia subur yang menjadi peseta KB menurut jalur pelayanan iii. Jumlah peseta KB yang implantnya dicabut tahun ini

(4)

C. Data Tahapan keluarga sejahtera

i. Jumlah keluarga pra Sejahtera ii. Jumlah keluarga Sejahtera I; iii. Jumlah keluarga Sejahtera II; iv. Jumlah keluarga Sejahtera III;

v. Jumlah keluarga Sejahtera III Plus

D. Data Individu meliputi

i. Nomor Induk penduduk ii. Nama

iii. Alamat

iv. Hubungan dengan kepala keluarga v. Jenis kelamin

vi. Tanggal, bulan, dan tahun kelahiran vii. Pendidikan terakhir

viii. Pekerjaan

ix. Perubahan (mutasi)

Sebagai hasil sensus pendataan ini cukup komprehensif, pelaporan dengan menunjukkan keadaan naik dan turun disampaikan pada setiap variabel di atas dilakukan untuk menggambarkan arah ataupun kondisi terkini. Sudah jelas orang berbeda menyimak laporan ini akan memberikan “sense’ yang berbeda pula, atau SKPD yang berbeda dapat menjadikannya sebagai bahan pertimbangan sesuai dengan tupoksi masing-masing.

3. Pengendalian Kuantitas penduduk.

Adapun falsafah pengendalian kuantitas penduduk tidak lagi fokus kepada upaya mencegah jumlah anggota keluarga, akan tetapi kepada perwujudan keluarga kecil yang sejahtera. Dengan paradigma ini, persepsi masyarakat terhadap pengendalian keluarga adalah perwujudan keluarga sejahtera. Walau pada praktiknya keluarga sejahtera intinya adalah keluarga kecil yang mampu memenuhi kebutuhan mereka.

(5)

Dari hasil identifikasi kependudukan dapat dijelaskan berbagai permasalahan di bidang kependudukan yaitu:

1) Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas belum sepenuhnya dipahami.

2) Masih tingginya laju pertumbuhan dan jumlah kuantitas penduduk

3) Masih tingginya tingkat kelahiran penduduk, karena tingginya angka kelahiran total. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk (SP) 1990 dan 2000 jumlah penduduk Indonesia 179, 4 juta jiwa dan 2006,3 juta jiwa. Laju pertumbuhan 1,49 persen, ini lebih rendah dari sebelumnya yaitu 1,49 persen.

4) Masih rendahnya usia kawin pertama penduduk, usia kawin rata-rata 18,6 tahun. 5) Rendahnya partisipasi laki-laki dalam ber-KB, 1,3 persen.

6) Lemahnya institusi daerah dalam pelaksanaan program KB.

7) Belum serasinya kebijakan kependudukan dalam mendukung pembangunan yang berkelanjutan.

8) Belum tertatanya administrasi kependudukan dalam rangka membangun sistem pembangunan, pemerintahan, dan pembangunan yang berkelanjutan,

Dimanakah posisi pendataan keluarga?

Mengamati laporan pendataan keluarga terlihat bahwa sifatnya adalah data mikro. Sebagai data yang bersifat mikro, data ini menjelaskan tentang berbagai keadaan di provinsi Jambi. Akan tetapi harus dimaknai bahwa dalam kaitan ini didapat satu sifat hubungan yaitu “cause and effect relationship” yaitu sifat hubungan penyebab dan akibat. Maknanya, variasi angka yang dilaporkan oleh BKKBN muncul karena faktor yang dirancang maupun tidak dirancang oleh SKPD. Faktor yang dirancang maksudnya adalah bahwa SKPD secara sadar melalui program dan kegiatan menetapkan data dan informasi tentang keluarga sebagai sasaran. Sementara tanpa dirancang maksudnya adalah kealpaan yang mungkin terjadi yang mengakibatkan terjadinya variasi pada data keluarga. Kealpaan ini sifatnya tentu lebih kepada efek negatif daripada positif dari kondisi yang diinginkan.

Lebih lanjut harus pula disimak bahwa dalam konteks pengendalian jumlah penduduk ada SKPD yang sifatnya langsung dan tak langsung, tergantung kepada posisi dan progam yang dikembangkan. Lembaga terkait langsung maupun tidak: 1) Langsung: Bappeda, Dinas Capil, Dinas Kesehatan, Rumah Sakit; dan 2) Tak Langsung: Dinas Pendidikan, Dinas Pertanian, ditambah dengan SKPD lain.

(6)

Selanjutnya harus juga dipertimbangkan bahwa keterlibatan SKPD juga harus mempertimbangkan isu dan intensitasnya pada masa tertentu misalnya seperti isu Kemiskinan, Asuransi Kesehatan, Gender, Millenium Development Goal, dan NIK (Nomor Induk Kependudukan) yang semuanya menjadi bagian daripada pemerintah .

4. Pemanfaatan Data

Sesungguhnya manfaat data tidak terbatas, semakin banyak jenis data semakin tajam analisis yang dapat dilakukan. Walau harus diakui bahwa kelemahan justru terletak kepada sumber data yang berbeda yang adakalanya memberikan informasi yang berbeda. Bila persyaratan kualitas data (relaibilitas dan validitas) dapat dipenuhi, maka pemanfaatan data tidak akan pernah berhenti. Mengacu kepada pola di pabrik, pemanfaatan data dapat ditingkatkan dengan pola sebagaimana pada Gambar-1.

Gambar. 1. Pola Pemanfaatan Data Pada Satu SKPD Pemerintahan Daerah

Sebagaimana dapat dilihat pada Gambar-1, pendataan keluarga dapat ditingkatkan melalui tahapan berikut.

1. Pengelolaan data pada sistem perusahaan yang sudah maju sudah menggunakan komputasi dan otomatis. Misalnya di perbankan, setiap kali terjadi transaksi, maka

(7)

muncul. Hal demikian tentu belum semuanya dilakukan di SKPD. Akan tetapi pola ini tetap saja dapat dilakukan, bilamana data keluarga hasil Sensus BKKBN sudah disimpan secara elektronik. Data ini bagaimanapun masih belum bermanfaat banyak, akan tetapi bila satu jenis data dikaitkan dalam prinsip sebab dan akibat, atau diberi makna hubungan, maka hal ini akan menjadi informasi. Misalnya pemaknaan informasi tentang Pasangan Usia Subur (PUS) yang mengalami peningkatan. Hal ini dapat dimaknai dengan memberikan penjelasan penyebab dan akibat sebelum memasuki fase analisis.

2. Informasi tentang PUS demikian selanjutnya memasuki tahapan analisis. Makna analisis di sini SKPD mencoba memposisikan penyebab dan akibat PUS. Kemudian melihatnya dalam satu struktur, baik secara internal maupun eksternal. Bagi Dinas Capil misalnya, maka hal ini berakibat terhadap permintaan pelayanan kependudukan misalnya permintaan daftar KK baru atau pelayanan pencatatan bayi karena satu atau dua tahun lagi akan terjadi peningkatan kelahiran.

3. SKPD Pemerintah Daerah pada umumnya adalah unit pelayanan, oleh karena itu setiap saat siap memberikan pelayanan yang disebut sebagai transaksi. Transaksi ini menjadi bagian daripada sistem data yang diadopsi oleh SKPD terkait.

Dari contoh sederhana di atas, dalam hubungannya dengan keberadaan SKPD haruslah dipertimbangkan hal berikut.

1) Kesiapan SKPD akan berbeda karena adanya perbedaan sumberdaya (peralatan dan jaringan) dan kompetensi manusia yang berada lingkungannya.

2) Perbedaan juga dikarenakan respon manajemen SKPD karena untuk mendorong SKPD yang respon terhadap keberadaan data membutuhkan komitmen pimpinan.

Dalam kaitannya dengan SKPD sebagai satu organisasi, perlu dipertimbangkan model manajemen pengambilan keputusan. Dalam hal ini Baltzan and Philips (2009) menjelaskan tiga tingkatan pengambilan keputusan dalam kaitannya dengan ketersediaan data dan sistem pada organisasi bisnis:

1) Excecutive Information system (EIS). Eksekutif (Pimpinan) senantiasa terkait dengan pengambilan keputusan, ciri daripada sistem ini adalah bahwa keputusan harus didukung oleh informasi ringkas dan tajam.

2) Decision Support System (DSS). Personel yang terlibat dalam hal ini adalah mereka yang ditugasi untuk menopang jalannya sistem pengambilan keputusan, mereka

(8)

banyak terlibat dalam rancangan sistem yang diterapkan sehingga dapat mengikuti perkembangan dan dinamika organisasi.

3) Transaction Processing Systems (TPS). Personel dalam hal ini bertugas memberikan pelayanan sehari-hari kepada pelanggan, setiap pelayanan diberikan data tercatat dan menjadi masukan dalam sistem pengembilan keputusan.

Selanjutnya sistem seperti di atas satu dengan lain saling terkait. Adapun transaksi yang telah dilaksanakan hari per hari hanya bisa dilaksanakan dengan baik bilamana telah tersedia sistem pendukung yang dari awal telah dirancang. Sementara rancangan ini haruslah mengikuti kebutuhan para manajer eksekutif.

5. Kendala dan Solusi Pemanfaatan Data Keluarga

Dalam kaitannya dengan pemanfaatan data keluarga, dapat disebutkan kendala dan solusi yang dapat ditawarkan yaitu;

Kendala

a) Lemahnya perencanaan. Salah satu kelemahan dalam penyelenggaraan otonomi daerah adalah berkaitan dengan kualitas perencanaan yang utamanya tidak didukung oleh data. Dalam kaitan ini data keluarga adalah sesuatu yang multi guna, tidak hanya digunakan oleh BKKBN, akan tetapi oleh seluruh SKPD di satu pemerintah daerah. b) Lemahnya koordinasi. Koordinasi sesungguhnya dapat dilihat sebagai bentuk

komunikasi antar SKPD dalam satu pemerintah daerah. Koordinasi seharusnya dipasok oleh kebutuhan data, data keluarga menjadi bagian daripada kebutuhan data untuk keluarga.

c) Merosotnya keberfungsian BKKBN. Setelah ber-otonomi, salah satu lembaga yang diciutkan adalah BKKBN. Penciutan ini berdampak terhadap merosotnya promosi dan komunikasi terhadap program KB.

Solusi

1) Menyiapkan data keluarga dalam bentuk digital dan online. Alternatif yang tersedia di Jambi adalah menempatkannya pada alamat web provinsi

(9)

seluruh pihak yang berkepentingan. Dengan demikian, data akan disisipkan oleh pengguna menjadi bagian daripada DBS setiap SKPD baik di tingkat provinsi maupun kabupaten.

2) Menyiapkan ringkasan eksekutif (RE) yang senantiasa dapat dijadikan insipirasi untuk memahami permasalahan dan sasaran yang akan diperoleh dari setiap program dan kegiatan yang dilakukan.

3) Bersama dengan Pemerintah Provinsi menyiapkan DBS (Data Base System). Pemerintah provinsi dapat memulai DBS yang dapat digunakan oleh setiap pemerintah daerah guna menopang penyelenggaraan pemerintah yang baik di Provinsi Jambi.

Daftar Bacaan

Badan Kordinasi Keluarga Berencana Provinsi Jambi, 2008. Analisis Hasil Pendataan Keluarga BKKBN Provinsi Jambi, Tahun 2008.

Baltzan, P., and Philips, A. (2009). Business Driven Information Systems, McGraw-Hill, Boston.

Rust, D and Reid, B. 2007. Implementung a strategy for effective fab data management, executive overview, Solid State Technology, http://www. solid-state.com.

Setiadi, H. dkk. 2006. Database Kependudukan Nasional Sebagai Prasyarat Untuk Pelaksanaan Good Governance, Makalah, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Manajemen produksi merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan penciptaan atau pembuatan barang, jasa, atau kombinasinya, melalui proses transformasi dari masukan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis Faktor-faktor risiko keuangan yang terdiri dari (Risiko kredit, Risiko tingkat suku bunga, Risiko likuiditas, Risiko

Dengan berkembangnya teknologi sekarang ini Wedding Organizer sudah berpindah dari proses manual ke dalam proses online yaitu sistem informasi Wedding Organizer ysng berbaris

Dalam hal ini tampak bahwa pembentuk undang-undang (pembentuk KUHAP) hanya memandang dari sisi kepentingan terdakwa saja sehingga belum melahirkan adanya keseimbangan hak bagi

Berdasarkan bukti Surat Keputusan Kepala Daerah dan Surat perjanjian bantuan sosial atau dokumen yang dipersamakan, maka Fungsi Akuntansi akan melakukan pencatatan

Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penggunaan LKS yang di diawali peta konsep disertai gambar efektif terhadap aktivitas, motivasi dan

Selama observasi di lapangan yang dilakukan peneliti banyak menemukan ketidaksesuaian, yaitu kurangnya kecakapan yang dimiliki supervisor, seperti tidak semua nya

Gambar 4.2 Tingkat pelayanan jalan berdasarkan perbandingan volume dengan kapasitas yang dibandingkan dengan kecepatan operasi untuk segemen 1 jalan