• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM DUSUN BAGAN KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM DUSUN BAGAN KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM DUSUN BAGAN KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam

Dusun Bagan berada di desa Percut Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Percut Sei Tuan. Menurut sejarah nama Percut diambil dari nama panggilan untuk wanita Aceh. Dimana wilayah ini pada masa penjajahan kolonial Belanda terjadi perlawanan rakyat Percut untuk mengusir penjajah yang dipimpin seorang wanita bersuku Aceh yang dipanggil “cut”. Maka nama Percut sendiri merupakan singkatan dari kalimat “perjuangan cut” yang bertujuan untuk mengenang dan menggambarkan betapa gigihnya perjuangan seorang cut untuk membebaskan wilayah ini dari penjajahan Belanda14

Kecamatan Percut Sei Tuan ini mempunyai luas 190,79 Km² yang terdiri dari 18 desa dan 2 kelurahan. Lima desa dari wilayah kecamatan merupakan desa pantai dengan ketinggian dari permukaan air laut dengan berkisar dari 10-20 m dengan curah hujan rata-rata 24 persen. Salah satunya adalah Desa Percut yang terletak dengan jarak dari desa ke ibukota kecamatan Percut Sei Tuan (Tembung) adalah 15 Km dan jarak ke ibukota Kabupaten Deli Serdang (Lubuk

.

Bagan Percut sendiri berasal dari kata Bagan yang berarti pelabuhan. Jadi kata Bagan Percut dapat diartikan sebagai wilayah pelabuhan yang berada di daerah Percut.

14

Indra Suryadarma, Lembaga Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Lau, skripsi sarjana, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, 2008 hal 29.

(2)

Pakam) kurang lebih 35 Km. Dan kurang lebih 20 Km jarak ke ibukota Propinsi Sumatera Utara (Medan)15

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka .

Desa percut berada pada ketinggian 2 m di atas permukaan laut dan merupakan daerah dataran rendah. Sementara itu curah hujan mencapai 0-278 mm/tahun dengan temperatur udara sekitar 23°C-30°C. Dikenal ada dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim kemarau biasanya berlangsung tiga bulan yaitu antara Juni hingga Agustus, sedangkan musim penghujan berlangsung sembilan bulan yaitu antara September hingga Mei.

Untuk lebih jelasnya maka desa Percut mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cinta Rakyat 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tanjung Rejo

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cinta Damai dan Desa Pematang Lalang

Luas wilayah Desa Percut adalah 1063 ha, dimana diperkirakan sekitar 740 ha adalah lahan yang bisa dipakai seperti untuk diusahai persawahan dan perladangan, sedangkan sisanya adalah sekitar 323 ha diperuntukkan seperti pemukiman sekitar 102 ha, jalan, empang, perkuburan sekitar 15 ha, perkantoran dan lain-lain. Dan 180 ha lahan digunakan untuk jalur hijau.

Tanah yang diperuntukkan sebagai jalur hijau seluas 180 ha merupakan daerah pesisir pantai yang ditumbuhi tanaman bakau. Jalur hijau ini dimaksudkan untuk menghindari terjadi abrasi air laut ke dataran dan sebagai tempat beberapa habitat laut berkembang biak. Namun,

(3)

menurut pengamatan yang ada jalur hijau tersebut sebagian telah beralih fungsi (konversi) menjadi pemukiman dan pertambakan16

Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Sampai dengan Tahun 2000 di Dusun Bagan

.

2.2 Keadaan Penduduk

Desa Percut terdiri dari 18 lingkungan/dusun yang masing-masing dipimpin oleh seorang kepala lingkungan, pada tahun 1980 di Kecamatan Percut Sei Tuan dihuni oleh kurang lebih 272.000 jiwa. Jumlah penduduk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh adanya angka kelahiran dan adanya penduduk perantau yang datang ke daerah ini.

Penduduk di desa ini terdiri dari berbagai suku bangsa namun mayoritas penduduknya adalah suku Melayu sebagai suku asli yang mendiami daerah ini. Selain itu juga terdapat penduduk dari suku Batak Toba, Mandailing, Jawa, Karo, Simalungun dan sebagian lagi terdapat penduduk non pribumi.

Tabel 1

16 Ibid

(4)

No Golongan umur (tahun) Jenis kelamin Jumlah persentase Laki-laki Perempuan 1 0-4 251 256 507 5.22 2 5-9 316 291 607 6.25 3 10-14 278 283 561 5.77 4 15-19 286 312 598 6.26 5 20-24 527 521 1048 10.89 6 25-29 539 504 1043 10.83 7 30-34 447 471 918 9.55 8 35-39 469 471 940 9.78 9 40-44 626 641 1267 13.24 10 45-49 613 616 1229 12.66 11 50-54 219 223 442 4.55 12 55-59 172 256 428 4.44 13 60 tahun ke atas 35 53 88 4.40 Total 4.808 4.904 9.712 100.00

Sumber : Diolah dari Laporan Monografi Desa Percut 2000

Dari tabel I dapat diketahui bahwa proporsi penduduk golongan muda (0-14 tahun) relatif kecil yaitu 17,24%, penduduk intermediate (15-59 tahun) mencapai 82,16%, sedangkan penduduk tua ( 60 tahun ke atas) hanya 0,60%. Hal tersebut memperlihatkan bahwa penduduk desa Percut secara keseluruhan tergolong ke dalam usia menengah (intermediate).

Dari tabel I juga dapat diketahui struktur penduduk kelompok umur produktif dan kelompok umur non produktif. Kelompok umur produktif yaitu kelompok umur antara 15-59 tahun (usia kerja), sedangkan penduduk yang termasuk kelompok non produktif terdiri dari kelompok umur 0-14 tahun dan kelompok umur 59 tahun ke atas. Dengan demikian di desa Percut terdapat 82,16% kelompok umur poduktif dan 17,84% kelompok umur non produktif. Keadaan ini menggambarkan bahwa struktur penduduk desa Percut berdasarkan beban tanggungan suatu keluarga relatif kecil.

(5)

Banyaknya Sekolah, Kelas, Murid dan Guru SMU Negeri dan Swasta di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2000

Kec Sekolah Kelas Guru Murid

P. Sei Tuan Negeri/Swasta N/S N/S N/S

1/8 16/47 81/37 727/1732

Sumber : Kantor Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2000

Tidak ada data yang spesifik tentang keadaan pendidikan tentang Masyarakat Desa Percut, sehingga peneliti mengambil data dari BPS berdasarkan per Kecamatan. Dan menurut data yang peneliti dapat dari penelitian sebelumnya yaitu penelitian Badaruddin, bahwa tingkat pendidikan rata-rata Desa Percut rendah. Bahkan sebagian besar dari penduduk yang saat ini berusia 45 tahun ke atas hanya berpendidikan Sekolah Dasar.

Dusun nelayan ini juga termasuk dusun dimana tingkat pendidikan warganya masih relatif rendah. Rendahnya tingkat pendidikan di dusun ini disebabkan karena keadaan ekonomi yang tidak mencukupi untuk dapat menyekolahkan anak-anaknya. Di samping itu, tersedianya pekerjaan mencari ikan ke laut membantu orang tua maupun sebagai nelayan buruh menyebabkan anak-anak lebih tertarik untuk mendapatkan uang sejak dini. Hal ini sebenarnya sangat merugikan mereka sendiri terutama untuk perbaikan nasib di kemudian hari. Bagaimanapun tingkat pendidikan seseorang sangat berpengaruh terhadap jenis pekerjaan yang mungkin akan diperoleh seseorang.

(6)

Banyaknya Rumah Ibadah di Dusun Bagan tahun 2000

Kecamatan Masjid Mushollah Vihara

PST 1 1 1

Sumber : wawancara, 24 Juli 2013.

Berdasarkan data di atas maka dapat kita lihat dari jumlah total angka yang ada, bahwa rumah ibadah yang ada di Bagan adalah satu buah masjid yang terletak di daerah hulu dan satu buah mushollah yang terletak di daerah hilir yang jarak keduanya adalah satu kilometer lebih.

Di dusun Bagan ini terdapat satu buah vihara yang merupakan tempat beribadahnya umat Budha/Konguchu. Di Bagan ini terdapat satu buah tempat yang di dalamnya didiami oleh etnis Cina, tidak diketahui sejak kapan etnis Cina ini berada di Dusun Bagan, yang pasti sebelum masa Soeharto etnis Cina ini sudah ada di Bagan. Ketika masa Soeharto dan Habibie etnis Cina ini tidak bebas dan tidak berani membangun tempat beribadah mereka. Ketika pemerintahan di Indonesia dipegang oleh Gusdur yang memperkenalkan sistem pluralisme maka etnis Cina ini mulai membangun rumah ibadah mereka. Awal masuknya ke Bagan etnis Cina ini ada sekitar 30 kepala keluarga lama kelamaan mencapai 70 kepala keluarga. Hal ini disebabkan banyaknya keluarga mereka yang datang dari Riau dan Pontianak yang kemudian menetap di Dusun bagan ini.

2.2.1. Pola Pekerjaan Masyarakat Etnis Cina yang ada di Dusun Bagan

Dahulu tepatnya di tahun 1980-an ada seorang perempuan beretnis Cina yang bernama Liem Sio Kim berusia 54 tahun dia berasal dari Pontianak yang hanya sebatangkara di Dusun Bagan menggantungkan hidupnya pada laut, dia menjadi seorang pencari kerang dan mengontrak rumah yang letaknya tidak jauh dari laut. Ketika dia sadar bahwa usianya yang sudah tua dan

(7)

tubuhnya yang tak lagi sehat maka dia menghubungi keluarganya di Pontianak dan akhirnya dia kembali ke kampung halamannya. Dia merupakan etnis Cina satu-satunya yang menjadi seorang nelayan di Dusun Bagan.

Awalnya etnis Cina ini hanya bermatapencaharian sebagai petani lama kelamaan mereka mulai berternak kemudian mereka berdagang. Adapun hewan yang diternak oleh etnis Cina ini adalah itik dan babi. Lahan untuk ternak dibagi dua setengah untuk itik dan setengah lagi untuk babi. Usaha dagang yag dilakukan etnis Cina ini adalah usaha dagang perhiasan dan barang elektronik. Hasil pertanian dan hasil ternak nantinya akan dijual ke masyarakat sekitar.

2.2.1.1. Hubungan Sosial Etnis Cina dengan Masyarakat Dusun Bagan

Etnis Cina yang merupakan penduduk non pribumi di Indonesia mendapat perlakuan lain di Dusun Bagan ini, mereka tidak sepenuhnya diterima dengan tangan terbuka seperti etnis pribumi lainnya, mereka terasingkan dengan etnis pribumi. Etnis selain Cina yang ada di Bagan ini sering mengejek etnis Cina dengan sebutan “cina bonsai”. Hal ini membuat mereka semakin merasa terasingkan, sehingga mereka memiliki sifat ketertutupan. Sifat etnis Cina seperti ini terjadi pada etnis Cina golongan ekonomi rendah.

Berbeda dengan etnis Cina golongan menengah yaitu tingkat ekonominya yang sudah lumayan tinggi. Golongan etnis ini lebih bisa berbaur dengan masyarakat sekitar, hal ini disebabkan karena golongan etnis Cina ini sering membantu warga sekitar dengan memberi bantuan seperti uang, gula dan beras. Sehingga disebut dengan “Cina dermawan”, dengan hal tersebut masyarakat lebih bisa menerimanya. Selain itu, apabila etnis Cina ini merayakan hari-hari besar mereka maka warga sekitar akan mendapat angpao, buah-buahan dan kue bakul.

(8)

Mereka akan menghargai agama lain, dengan tidak memberi makanan yang tidak halal bagi warga Muslim.

2.3. Etnik dan Budaya Dusun Bagan

Desa Percut termasuk desa yang didiami oleh penduduk yang terdiri dari berbagai suku diantaranya Melayu, Batak, Mandailing, Karo, Jawa, Minang, Banjar, Bugis, dan juga etnis Tionghoa. Suku terbesar yang mendiami Desa Percut adalah suku Melayu dan suku Jawa.

Dusun Nelayan juga dihuni oleh beragam suku dan yang menjadi suku mayoritas adalah suku Melayu17. Beragamnya suku yang mendiami dusun Nelayan menurut data yang peneliti dapat dari penelitian sebelumya18, berawal sejak terjadinya konflik sosial dusun tersebut dengan desa tetangga yaitu Cinta Damai . Dusun Bagan ini pernah terlibat konflik sosial pada tahun 1954. Konflik antar desa ini pada awalnya dipicu oleh persoalan anak muda yang kemudian menjurus pada konflik SARA19

2.3.1 Upacara Jamu Laut

. Konflik tersebut menyebabkan banyak warga dari dusun Bagan yang keluar (pindah) ke desa lain karena merasa tidak aman tinggal di desa asal mereka. Sejalan dengan berangsur pulihnya keamanan di dusun tersebut mulai pula orang-orang berdatangan kembali, baik orang yang dulunya bermukim di dusun tersebut maupun orang-orang yang bukan berasal dari dusun tersebut. Dalam proses itulah suku-suku lain masuk ke dusun ini meskipun jumlahnya tidak seberapa. Karena jumlahnya yang tidak seberapa (minoritas) akhirnya mereka beradaptasi dan melebur dengan budaya setempat yang mayoritas beretnis Melayu.

17Yang dimaksud dengan suku bangsa Melayu adalah golongan bangsa yang menyatakan dirinya dalam pembauran ikatan perkawinan antar suku bangsa serta memakai adat resam dan bahasa Melayu secara sadar dan berkelanjutan.

18

Badaruddin. hasil laporan penelitian Kelembagaan Sosial-Ekonomi Komunitas Nelayan (Studi deskriptif Pada Komunitas Nelayan di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara).Universitas Sumatera Utara. Medan: 2006

(9)

Masyarakat Bagan yang menggantungkan kehidupannya pada laut menganggap bahwa laut adalah urat nadi mereka, sumber penghidupan mereka. Pada masa dahulu nelayan mempercayai bahwa seluruh lautan dikuasai oleh kuasa makhluk halus, yaitu jin dan roh jahat. Perairan laut menjadi ajang para nelayan mengais rezeki selain itu laut juga menjadi suatu momok yang menakutkan, sebab laut banyak menyimpan misteri yang asih belum terjawab melalui akal pikiran. Keyakinan dan kepercayaan akan mitos laut dan seluk beluk makhluk gaib yang mempengaruhi pandangan dan perilaku nelayan dalam berinteraksi dengan lingkungan laut. Keyakinan tentang adanya penghuni gaib di dalam laut setidaknya menciptakan suatu pola sikap yang harus dijaga dan pantangan-pantangan yang harus diindahkan sewaktu melaut. Kehidupan masyarakat tergantung pada banyaknya hasil perolehan ikan. Untuk itu masyarakat perlu melakukan jamuan laut dengan harapan para penguasa laut dan jin laut tidak berang kepada mereka dan mereka dapat memperoleh ikan yang melimpah atau disebut dengan persembahan.

Di Dusun Bagan ini awalnya pelaksanaan jamu laut diadakan setiap tahun tepatnya bulan arab sebelum bulan ramadhan tiba. Dalam hal upacara jamu laut, berbagai hal yang berkaitan dengan kepanitiaan pelaksanaan upacara diputuskan melalui musyawarah desa yang biasanya dipimpin oleh kepala desa. Musyawarah akan dihadiri seluruh perangkat desa, pemuka adat, disini dibicarakan masalah dana untuk upacara jamu laut yang akan dilakukan. Dana diperoleh dari Camat, kepala desa, dinas perikanan, tauke dan dikutip dari warga Bagan khususnya nelayan dengan seikhlas hati20

a. Nasi tumpeng atau disebut upah-upah. .

Dalam pelaksanaan upacara jamu laut ini maka donator yang menyumbang akn diundang, pemuka adat beserta seluruh warga sekitar. Ada beberapa sesajen yang harus disediakan, diantaranya yaitu:

(10)

b. Balai yang biasa untuk adat pernikahan diisi dengan telur dan ayam panggang. c. Kepala kerbau atau kambing.

Kerbau atau kambing ini dipotong di bibir pantai, darahnya dihanyutkan ke laut dagingnya akan dimasak oleh para ibu-ibu. Setelah selesai dimasak maka sesajen yang telah selesai diletakkan di pinggir pantai di atas pendopo yang telah disediakan. Sesajen ini diletakkan begitu saja sampai habis sendiri21. Sebagian daging yang telah dimasak akan dibagikan ke anak yatim. Kepala kerbau atau kambing akan dikubur tepat di sebelah sesajen diletakkan22

a. Nelayan yang ingin pulang dari laut tidak boleh lewat melalui jalur yang dianggap daerah larangan semasa upacara jamu laut diadakan.

.

Di saat upacara jamu laut ini diaksanakan maka ada beberapa pantangan yang harus dijaga oleh warga sekitar khususnya nelayan. Adapun pantangannya adalah sebagai berikut:

b. Nelayan juga tidak boleh ke laut. c. Dilarang mandi ke sungai.

Larangan ini semua dilaksanakan dalam waktu dua hari.

Di saat dahulu apabila tidak dilaksanakan upacara jamu laut ini maka warga di sekitar akan diganggu oleh makhlus halus yang berada di laut. Seperti ada wanita muda yang sedang hamil kerasukan dan menenggelamkan dirinya ke laut, dan ada beberapa kasus lain seperti ini ada korban yang meninggal dan ada yang selamat. Inilah penyebab jamu laut diadakan di Dusun Bagan ini.

Seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat Bagan juga semakin mengerti dengan agama Islam dan mereka menganggap bahwasannya upacara tersebut adalah perbuatan yang

21

Sebagian warga menganggap bahwa sesajen tersebut dimakan oleh makhluk gaib yang ada dilaut, dan sebagian lain menganggap bahwa sesajen tersebut habis dibawa angin atau diterjang ombak.

(11)

syirik, karena percaya adanya kekuatan lain selain kekuatan Tuhan. Selain itu menurut para Ulama sekitar tempat tersebut memang upacara yang mereka lakukan tidak sesuai dengan ajaran Islam. Sehingga dengan hal tersebut saat ini di dusun Bagan tidak ada lagi yang namanya jamu laut.

Acara jamu laut sudah tidak lagi diadakan di Bagan, acara jamu laut kini sudah diganti dengan acara tolak bala. Yang tujuannya untuk menolak segala bala dan hal yang buruk yang terjadi di lautan khususnya saat nelayan mencari ikan di laut. Acara tolak bala ini dilakukan dengan mengumpulkan masyarakat, pemuka adat, pemuka agama dan seluruh masyarakat lainnya dengan membaca do’a atau disebut dengan kenduri dan nantinya akan diadakan acara makan bersama, yang mana acara ini juga memiliki manfaat yang lain yaitu rasa kebersamaan antar masyarakat.

2.4 Pola Pemukiman

Sebuah pemukiman umumnya disamakan dengan perumahan, padahal sebenarnya kedua hal tersebut mempunyai arti yang berbeda. Adapun yang dimaksud dengan perumahan adalah kumpulan sejumlah rumah yang mempunyai fungsi sebagai daerah tempat tinggal dan lingkungan hunian yang mempunyai kelengkapan prasarana dan sarana pendukungnya. Sedangkan yang dimaksud dengan pemukiman adalah lingkungan hidup yang berada di luar daerah dilindungi yang di dalamnya terdapat ruang untuk pemukiman atau perkantoran yang mempunyai fungsi sebagai tempat tinggal atau hunian serta daerah yang terdapat kegiatan yang menumbuhkan rasa perikehidupan serta penghidupan23

1. Pola pemukiman terpusat

. Pola pemukiman penduduk dapat dibagi empat, yaitu:

(12)

Pola ini biasanya terjadi karena masyarakat yang mempunyai garis keturunan yang sama atau karena persamaan nasib. Pemukiman ini sering didapati pada daerah pegunungan yang dahulunya cuma ditempati seseorang atau beberapa orang, lalu berkembang dengan membangun rumah di sekitarnya yang terus berkembang dan melingkar, sehingga ada pusat dari pemukiman tersebut. Adapun mayoritas kegiatan perekonomian pada pola pemukiman seperti ini adalah bertani, berkebun, ladang dan peternakan.

2. Pola pemukiman linear

Pola pemukiman ini mulanya dari pola pemukiman sejajar jalan raya yang kemudian berkembang secara alamiah. Lahan yang dijadikan rumah pada pola pemukiman linear merupakan lahan pertanian di sekitar lahan pemukiman. Pemukiman yang hadir berjajar di belakang rumah yang lama mengikuti arah jalur jalan raya. Adapun mayoritas kegiatan perekonomian pada pola pemukiman seperti ini adalah bertani, berkebun, berdagang, berternak dan bidang jasa.

3. Pola pemukiman mengelilingi fasilitas

Pola pemukiman ini merupakan pola pemukiman yang hadir disebabkan dibangunnya fasilitas umum, seperti sumber air, waduk, danau, pertokoan, pasar, sekolah, gedung olahraga, gedung pemerintahan, universitas, dan fasilitas kehidupan lainnya. Arah perluasan pada pemukiman ini yaitu menegelilingi fasilitas umum kemudian meluas dan melebar keluar dan menuju ke segala arah. Adapun mayoritas kegiatan perekonomian pada pola pemukiman seperti ini adalah berdagang dan bidang jasa.

4. Pola pemukiman memanjang yang mengikuti garis pantai

Pola pemukiman ini merupakan pola pemukiman yang mempunyai alur deretan rumah memanjang yang menyesuaikan dengan keadaan alam disekitarnya yang alurnya memanjang.

(13)

Adapun mayoritas kegiatan perekonomian pada pola pemukiman seperti ini adalah nelayan, yang menitikberatkan kehidupannya pada sektor perikanan.

Adapun pola pemukiman masyarakat dusun Bagan yaitu memanjang mengikuti garis pantai yang ada di daerah tersebut. Dari tahun sebelum 1980 sampai tahun 2000 pola pemukiman tidak berubah, hanya saja di tahun 2000an dibuat tanggul untuk menanggulangi banjir, sehingga rumah-rumah yang sangat dekat dengan laut digusur dan dilarang untuk membuat kembali di tempat yang sama, warga yang rumahnya digusur mendapat ganti rugi yang setimpal. Tetapi sekarang ini masyarakat tidak menghiraukan larangan tersebut, karena sudah sangat banyak warga yang kembali membuat rumahnya di pinggir laut tersebut dengan bentuk seperti rumah

panggung yang tujuannya agar air tidak masuk saat air laut sedang pasang24

Menurut hasil wawancara yang peneliti lakukan

. Karena pembangunan rumah di pinggir laut ini semakin lama semakin menjamur pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa lagi, dan akhirnya pemerintah mengijinkan warga untuk mendirikan rumah di tempat tersebut tetapi dengan syarat “harus siap apabila sewaktu-waktu pemerintah akan menggusur rumah tersebut dan tanpa adanya ganti rugi”.

25

Kehidupannya di tepi laut mengakibatkan masyarakat menggantungkan kehidupannya pada sektor perikanan, yang mana tahun 1998 pemakaian pukat menjamur di dusun Bagan. Pemakaian pukat ini mengakibatkan penghasilan yang diperoleh semakin banyak dan berpengaruh pada kehidupannya salah satunya berpengaruh pada rumah/tempat tinggal yang

, pola pemukiman ini selain mengikuti garis pantai juga bertujuan untuk mempermudah nelayan dalam mengawasi kapalnya yang disandarkan di tepi laut.

24Terjadi pasang berarti air laut akan meluap tinggi, pada saat musim Timur pasang terjadi pada bulan Januari sampai Juni dan terjadi pada siang hari, sedangkan di musim Barat terjadi pada bulan Agustus hingga September dan terjadi pada malam hari.

(14)

mengalami perubahan. Di tahun 1980-an semua nelayan memiliki rumah yang terbuat dari papan, setelah penggunaan pukat sekitar tahun 2000-an sebagian rumah sudah berganti dari menggunakan papan menjadi semen dan batu.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran tipe NHT (Numbered Head Together) dapat meningkatkan hasil belajar

Fakultas Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Sumatera Utara,Medan. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara kontrol orang tua, pengaruh teman sebaya dan media massa terhadap perilaku seksual remaja Penelitian

Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil.. Soekartawi, A., Soeharjo,

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media permainan ular tangga ini dapat dilakukan untuk memulai materi pembelajaran atau tema baru supaya siswa lebih

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pembentukan MAWAS DBD (Remaja Waspada DBD) terhadap Angka Bebas Jentik di RW II Desa Karanggondang Kecamatan

dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1 Struktur Organisasi Manajemen Coca-Cola Amatil Indonesia. 3.5.1 Job description Coca Cola Amatil Indonesia A.. 2) Menjalin hubungan baik

Permasalahan awal (pra tindakan) yang dihadapi dalam pembelajaran Matematika konsep operasi hitung perkalian dan pembagian adalah: (1) Kriteria Ketuntasan