• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN PADA PEMBESARAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI BALAI BENIH IKAN (BBI) OMPO KEC. LALABATA KAB. SOPPENG SULAWESI SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN PADA PEMBESARAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI BALAI BENIH IKAN (BBI) OMPO KEC. LALABATA KAB. SOPPENG SULAWESI SELATAN"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

DI BALAI BENIH IKAN (BBI) OMPO KEC. LALABATA

KAB. SOPPENG SULAWESI SELATAN

TUGAS AKHIR

Oleh:

ABDUL AZIS

1622010126

JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE KEPULAUAN

PANGKEP

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pangkep, Mei 2019 Yang menyatakan,

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga upaya yang dilakukan penulis tidak akan terwujud tanpa diiringi doa yang dikabulkan oleh-Nya. Kesempatan kali ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang turut mendukung penyelesaian laporan tugas akhir ini antara lain:

1. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Andi Ongkeng, S.Sos selaku pembimbing Lapangan yang telah memberikan bimbingan selama melaksanakan PKPM di Balai Benih Ikan (BBI) Ompo, Kab. Soppeng.

3. Ir. La Paturusi La Sennung, M.Si selaku pembimbing pertama dan Ir.H. Bustamin, M.P.selaku pembimbing kedua.

4. Ardiansyah, S.Pi.,M.Biotech, Stu.,ph.D. selaku ketua Jurusan Budidaya Perikanan.

5. Dr.Ir. Darmawan, M.P, selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep;

6. Teman teman mahasiswa budidaya perikanan yang tidak bias saya sebutkan satu per satu.

Penulis berharap semoga tugas akhir ini bermanfaat dan dapat memberkan informasi bagi semua pihak, khususnya dalam dunia perikanan.

Pangkep, Mei 2019

(6)

DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR LAMPIRAN ... x ABSTRAK ... xi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 ... Latar Belakang ... 1 1.2 ... Tujuan dan Manfaat ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ... Taksono mi Ikan Nila... 4 2.2 ... Morfologi Ikan Nila ... 4 2.3 ... Habitat dan Penyebaran ... 5 2.4 ... Lingkung an Hidup Ikan Nila ... 7

(7)

2.5 ... Pakan dan Kebiasaan Makan ... 7 2.6 ... Pakan

Tambahan ... 8 2.7 ... Kandunga

n Gizi Pakan ... 9 2.8 ... Hubunga n Kualitas Air dengan Pemberian Pakan ... 11

2.8.1 ... Suhu Air 12 2.8.2 ... Oksigen

Terlarut (DO) ... 13 2.8.3 ... Derajat

Keasaman (pH) Air ... 13 BAB III. METODE

3.1 ... Waktu dan Tempat ... 15 3.2 ... Alat dan Bahan... 15 3.3 ... Metode Pengumpulan Data ... 16 3.4 ... Metode pelaksanaan ... 16 3.4.1 ... Pemberia n Pakan ... 16 3.4.2 ... Sampling Pertumbuhan ... 16 3.4.3 ... Panen 17 3.4.4 ... Pengukur an Parameter Kualitas Air ... 17 3.5 ... Parameter

(8)

3.5.1 ... Parameter yang Diamati ... 18 3.5.2 ... Analisa

Data ... 20 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 ... Persentas e jumlah pakan ... 22 4.2... Pertumbu

han Ikan Nila ... 23 4.3... FCR

(Food Convention Ratio)... 26 4.4... Tingkat

Kelangsungan Hidup (SR) ... 26 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 ... Kesimpul an ... 28 5.2... Saran 28 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(9)

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 3.1. Alat praktikum yang digunakan ... 15

Tabel 3.2. Bahan praktikum yang digunakan... 15

Tabel 4.1. Persentase dosis pakan setelah sampling ... 22

Tabel 4.2. Pertumbuhan Ikan Nila ... 24

Tabel 4.3. Hasil perhitungan FCR (Feed Convention ratio) ... 26

(10)

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 2.2. Morfologi ikan nila ... 4

Gambar 4.1. Jumlah pakan/Hari (Kg) ... 22

Gambar 4.2. Berat rata rata ikan (gram) ... 24

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

Lampiran 1. Lay Out Kolam BBI Ompo, Soppeng ... 32

Lampiran 2. Kegiatan PKPM di BBI Ompo, Soppeng ... 33

Lampiran 3. Perhitungan nilai FCR dan tingkat kelangsungan hidup ... 34

Lampiran 4. Kandungan gizi pakan PF 1000 PRIMA FEED ... 35

(12)

ABSTRAK

ABDUL AZIS, 1622010126. Manajemen Pemberian Pakan Pada Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis nilolticus) di Balai Benih Ikan (BBI) Ompo dibimbing oleh La Paturusi La Sennung dan Bustamin

Ikan Nila sebagai salah satu komoditas perikanan air tawar yang telah memperoleh perhatian cukup besar dari pemerintah dan pemerhati masalah perikanan di dunia. ikan nila menajdi salah satu komoditas perikanan air tawar yang banyak dibudidayakan dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Oleh karena itu pengetahuan tentang manajemen pemberian pakan pada pembesaran ikan nila perlu dipelajari agar dapat memenuhi kebutuhan gizi ikan nila dan kemudian dijadikan ikan konsumsi.

Tugas Akhir ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui manajemen pemberian pakan pada pembesaran ikan nila. Adapun kegunaan adalah sebagai bahan informasi dan acuan dalam manajemen pemberian pakan pada usaha pembesaran ikan nila.

Tugas Akhir disusun berdasarkan kegiatan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) yang dilaksanakan dari tanggal 21 Januari - 21 April 2019 di Balai Benih Ikan (BBI) Ompo kabupaten Soppeng Metode yang digunakan terdiri dari metode observasi dan partisipasi aktif yakni turun ke lapangan pembesaran ikan nila dan ikut terlibat langsung pada kegiatan manajemen pemberian pakan buatan pada pembesaran ikan nila.

Dalam kegiatan manajemen pemberian pakan, pakan yang digunakan yaitu pakan dengan kandungan protein 39-41 % dan lemak minimal 5 %. Dosis yang diberikan sebanyak 2-5 %. Nilai FCR yang didapatkan yaitu 1,4 dengan SR sebesar 98 % Suplai pakan yang diberikan menunjukan adanya pertumbuhan baik panjang maupun berat (selama kegiatan) pada ikan yang dipelihara. Pertumbuhan panjang 14 cm. Dan perumbuhan berat ikan nila yaitu 72.000 gr dan total pakan yang diberikan selama pemeliharaan adalah sebanyak 105 kg.

(13)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan Nila merupakan salah satu komoditi penting perikanan budidaya air tawar di Indonesia. Ikan ini sebenarnya bukan Ikan asli perairan Indonesia, melainkan ikan yang berasal dari Afrika. Menurut sejarahnya, ikan Nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Bogor pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, ikan ini kemudian disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Pemberian nama “Nila” berdasarkan ketetapan Direktur Jenderal Perikanan tahun 1972, jadi “Nila” adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh pemerintah melalui Direktur Jenderal Perikanan. Nama tersebut diambil dari nama spesies ikan ini, yakni ”nilotica” yang kemudian diubah menjadi Nila. Pada pakar perikanan memutuskan bahwa nama ilmiah yang tepat untuk ikan nila adalah Oreochromis niloticus atau Oreochromis sp. dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai “Nile Tilapia” (Wikipedia, 2007).

Budidaya ikan nila disukai karena ikan nila mudah dipelihara, laju pertumbuhan dan perkembangbiakannya cepat, serta tahan terhadap gangguan hama dan penyakit. Selain dipelihara dikolam biasa seperti yang umum dilakukan, ikan nila juga dapat dibudidayakan di media lain seperti kolam air deras, jaring apung, dan sawah. Salah satu daerah yang potensial umtuk budidaya ikan nila di Indonesia adalah Provinsi Sulawesi Selatan, tepatnya di Kabupaten Soppeng. Hal ini mengingat ikan nila selain untuk konsumsi local juga merupakan komoditas ekspor terutama ke Amerika Serikat dalam bentuk fillet (daging tanpa tulang dan kulit) sehingga menjadi komoditi unggulan daerah.

(14)

Meskipun ikan nila merupakan komoditas yang mudah dibudidayakan ada beberapa faktor alami yang dapat menghambat keberhasilan usaha untuk mendapatkan hasil produksi ikan nila yang setinggi-tingginya yakni dengan penyediaan makanan alami secara berkesinambungan. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan budidaya adalah pakan.

Pakan merupakan biaya terbesar dalam pemeliharaan ikan, biasanya berkisar 60-75% dari total biaya produksi. Pakan yang berkualitas baik merupakan faktor penting penentu keberhasilan budidaya ikan, salah satu cara untuk menekan biaya pakan adalah dengan penggunaan pakan secara efisien baik dalam pemilihan jenis, jumlah, jadwal, dan cara pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan dan kebiasaan ikan. Manajemen pakan ikan merupakan salah satu faktor menentukan keberhasilan usaha budidaya ikan. Pakan merupakan unsur terpenting dalam menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Pakan buatan adalah pakan yang sengaja dibuat dari beberapa bahan baku, pakan buatan yang baik adalah pakan yang mengandung gizi yang penting untuk ikan, serta memiliki rasa yang disukai oleh ikan dan mudah dicerna oleh ikan (Akbar, 2001).

Berdasarkan kenyataan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) di Kolam dengan judul Tugas Akhir “Manajemen Pemberian Pakan pada Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Kolam BBI Ompo, Soppeng”.

(15)

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan penulisan laporan tugas akhir ini, yaitu memperkuat penguasaan mengenai manajemen pemberian pakan pada pembesaran ikan nila (O. niloticus) di kolam.

Adapun manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk memperluas wawasan dan kompetensi keahlian mahasiswa dalam berkarya dimasyarakat kelak khususnya pada bidang manajemen pemberian pakan pada kolam pembesaran ikan nila.

(16)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi Ikan Nila

Menurut Saanin (1968), taksonomi ikan nila (O. niloticus) sebagai berikut: Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Osteichtyes Subkelas : Acanthoptherigii Ordo : Percomorphy Subordo : Percoidea Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis Spesies : O. niloticus

2.2 Morfologi Ikan Nila

Morfologi ikan nila dapat dilihat dari Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus) Saanin (1968)

operculum mm

Mata

Mulut Linear literalis

(17)

Ikan nila dapat dimorfologikan berdasarkan bentuk fisiologis yaitu memiliki bentuk tubuh bulat pipih, punggung agak tinggi, badan, sirip ekor dan sirip punggung terdapat garis lurus memanjang. Ikan ini memiliki lima buah sirip yaitu sirip punggung, sirip data, sirip perut, sirip anal dan sirip ekor. Dengan adanya sirip tersebut sangat membantu pergerakan ikan nila semakin cepat di perairan air tawar.

Selain itu, tanda lainnya yang dapat dilihat dari ikan nila adalah memiliki warna tubuh hitam dan agak keputihan. Bagian tubuh insang bewarna putih, sedangkan ikan lokal memiliki warna kekuningan. Sisik ikan nila memiliki ukuran besar, kasar dan tersusun dengan rapi. Bagian kepala pada ikan ini memiliki ukuran relatif kecil dibandingkan dengan mulut yang berada pada bagian ujung kepala serta memiliki mata yang besar.

Nila memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan lingkungan. Ikan ini hidup di perairan tawar seperti kolam, sawah, sungai, danau, waduk, situ dan genangan air lainnya. Nila juga masih dapat tumbuh di perairan payau pada salinitas 10–20 permil. Ikan ini dapat tumbuh dengan baik pada suhu 25–30oC dan pada masa berpijah membutuhkan suhu 22–27oC. Nilai pH optimum untuk perkembangbiakan dan pertumbuhan nila adalah 7–8 (Ellisma ,2013).

2.3 Habitat dan Penyebaran

Ikan Nila berasal dari daerah Afrika bagian timur, terutama di Sungai Nil dan perairan yang terhubung dengan sungai tersebut, seperti Danau Tanganyika. Oleh karena itulah ikan nila memiliki nama latin sesuai dengan nama asal habitatnya, O. niloticus. Ikan tersebut kemudian mulai menyebar ke daerah Timur Tengah, Amerika, Eropa dan negara-negara Asia, setelah dibawa oleh bangsa

(18)

Eropa. Saat ini, ikan nila telah dibudidayakan di semua propinsi di Indonesia (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2010).

Habitat atau lingkungan tempat tumbuh dan berkembangbiak ikan nila sangat bervariasi. Memang, ikan ini dikenal memiliki daya adaptasi yang sangat bagus terhadap perubahan lingkungan hidup. Oleh karena itu, ikan nila dapat dibudidayakan di berbagai tempat dengan kondisi perairan yang bervariasi, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Kondisi perairan yang bisa dijadikan sebagai tempat untuk pemeliharaan ikan nila adalah air tawar, air payau, bahkan masih mampu bertahan hidup di air asin, dengan nilai pH air berkisar antara 6– 8,5. Kadar garam yang ideal untuk pertumbuhannya antara 0–35 permil. Ikan nila air tawar dapat dipindahkan ke air asin dengan adaptasi yang bertahap, dengan kadar garam yang ditingkatkan sedikit demi sedikit. Jika pemindahan dilakukan secara mendadak, dari air tawar ke air asin dengan kadar garam tinggi, dapat mengakibatkan stress, bahkan berpotensi menimbulkan kematian dalam jumlah besar.

Ikan nilai kecil relatif lebih mudah beradaptasi dibanding dengan ikan nila dewasa, oleh sebab itu, pemindahan ikan nila ke habitat lain sebaiknya dilakukan saat masih anakan. Ikan ini juga mampu bertahan hidup baik di perairan dangkal maupun dalam. Oleh sebab itu, ikan ini juga sering dibudidayakan di waduk-waduk yang memiliki perairan relatif dalam, dengan sistem budidaya Karamba Jaring Apung. Bahkan akhir-akhir ini, budidaya ikan nila sudah dilakukan dengan sistem Karamba Jaring Apung di laut (Khairuman dan Amri , 2008).

(19)

2.4 Lingkungan Hidup Ikan Nila

Rukmana, (1997) menyatakan bahwa ikan nila memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik dengan lingkungan sekitarnya. Ikan memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya. Sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau maupun dataran yang tinggi dengan suhu yang rendah, ikan mampu hidup pada suhu 14–38 oC. Dengan suhu terbaik adalah 25– 30oC. Hal yang paling berpengaruh dengan pertumbuhannya adalah salinitas atau kadar garam jumlah 0–29‰ sebagai kadar maksimal untuk tumbuh dengan baik. Meski ia bisa hidup di kadar garam sampai 35% namun ia sudah tidak dapat tumbuh berkembang dengan baik.

2.5 Pakan dan Kebiasaan Makan

Kebiasaan makanan ( food habits ) adalah kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan oleh ikan. Umumnya makanan alami ikan nila berupa plankton, perifiton dan tumbuh tumbuhan lunak seperti ganggang sutera dan kelekap. Termasuk golongan ikan pemakan segala atau lazim disebut omnivor. Namun larva ikan nila tidak sanggup memakan makanan dari luar selama masih tersedia makanan cadangan berupa kuning telur yang melekat di bawah perut larva yang baru menetas. Hal ini berbeda dengan jenis ikan air tawar pada umumnya yang sesaat setelah menetas lubang mulut sudah terbuka. Setelah rongga mulut terbuka, larva ikan nila memakan tumbuh-tumbuhan dan hewan air berupa plankton. Jenis-jenis plankton yang biasa dimakan antara lain yaitu alga bersel tunggal maupun benthos dan krustasea berukuran kecil. Makanan ini diperoleh dengan cara menyerapnya dalam air (Djarijah, 1995).

(20)

Ikan nila setelah cukup besar memakan fitoplankton seperti alga berfilamen, detritus dan tumbuh-tumbuhan air serta organisme renik, Jenis makanan yang disukai larva yaitu zooplankton seperti zat-zat renik yang melayang di air, dan ikan–ikan kecil. Kebiasaan hidup dihabitat alami memberikan petunjuk bahwa usaha budidaya nila memerlukan ketersediaan pakan alami yang memadai, meskipun pada skala usaha budidaya intensif diberikan pakan buatan (pelet), tetapi pakan alami masih tetap diperlukan (Rukmana,1997).

Menurut Kordi (2000), ikan nila dewasa mempunyai kemampuan untuk mengumpulkan makanan diperairan dengan bantuan lendir dalam mulut, makanan tersebut menjadi gumpalan partikel sehingga tidak mudah keluar. Ikan nila yang masih kecil suka mencari makanan diperairan dangkal, sedangkan ikan nila yang berukuran lebih besar lebih menyukai di perairan yang dalam.

Ikan nila lebih suka bergerombol di tengah atau di dasar kolam jika dalam kondisi kenyang. Dari beberapa penelitian menunujukkan bahwa kebiasaan makan ikan nila berhubungan dengan suhu perairan dan intensitas sinar matahari. Pada siang hari di mana intensitas matahari cukup tinggi dan suhu air meningkat, ikan nila lebih agresif terhadap makanan. Sebaliknya dalam keadaan mendung atau hujan, apalagi diwaktu malam hari ketika suhu air rendah, ikan nila menjadi kurang agresif terhadap makanan (Djarijah, 2002).

2.6 Pakan Tambahan

Pakan tambahan adalah pakan yang diberikan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan terhadap pakan tambahan. Pakan merupakan sumber energi dan materi bagi pertumbuhan dan kehidupan makhluk hidup yang dibuat dengan formulasi

(21)

tertentu berdasarkan pertimbangan kebutuhan nutrisi organisme yang dibudidaya, sumber dan kualitas bahan baku, serta memiliki standar mutu tinggi.

Beberapa hal penting perlu diperhatikan selama pemberian pakan pada hewan budidaya, antara lain;

1. Pakan berkualitas merupakan hasil formulasi dengan menyediakan nutrien sesuai dengan kebutuhan organisme yang akan dipelihara, diproduksi dengan kualitas baik dimana nutrien yang ada dapat tercerna secara maksimal;

2. Mengunakan pakan yang atraktif, tinggi, serta size atau ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut.

3. Mempertahankan kualitas pakan melalui penyimpanan dan penanganan yang baik dan benar;

4. Memberikan pakan pada kultivan dengan jumlah dan frekuensi yang tepat sesuai dengan jumlah dan ukuran populasi;

5. Mendistribusikan pakan secara merata pada media budidaya (tambak, kolam dan sebagainya) sehingga semua ikan mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pakan;

6. Melakukan pengaturan pakan berdasarkan kualitas air dan nafsu makan ikan (Nur , 2011).

2.7 Kandungan Gizi Pakan

Hafes, 2000, menyatakan bahwa penyusunan formulasi pakan terutama memperhatikan penghitungan nilai kandungan protein karena zat gizi ini merupakan komponen utama untuk pertumbuhan ikan.

(22)

a. Protein

Protein sangat diperlukan oleh tubuh ikan, baik untuk pertumbuhan maupun untuk menghasilkan tenaga. Protein nabati (asal tumbuh-tumbuhan), lebih sulit dicernakan daripada protein hewani (asal hewan), hal ini disebabkan karena protein nabati terbungkus dalam dinding selulosa yang memang sukar dicerna. Pada umumnya, ikan membutuhkan protein lebih banyak dari pada hewan-hewan ternak di darat (unggas dan mamalia). Selain itu, jenis dan umur ikan juga berpengaruh pada kebutuhan protein. Ikan karnivora membutuhkan protein yang lebih banyak dari pada ikan herbivora, sedangkan ikan omnivora berada diantara keduanya. Pada umumnya ikan membutuhkan protein sekitar 20– 60%. Protein nabati biasanya miskin metionin, dan itu dapat disuplau oleh tepung ikan yang kaya metionin.

b. Lemak

Nilai gizi lemak dipengaruhi oleh kandungan asam lemak esensialnya yaitu asam-asam lemak tak jenuh atau PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid) antara lain asam oleat, asam linoleat dan asam linolenat. Asam lemak esensial ini banyak terdapat di tepung kepala ikan, cumi-cumi. Kandungan lemak sangat dipengaruhi oleh faktor ukuran ikan, kondisi lingkungan dan adanya sumber tenaga lain. Kebutuhan ikan akan lemak bervariasi antara 4–18%.

c. Karbohidrat

Karbohidrat atau hidrat arang atau zat pati, berasal dari bahan baku nabati. Kadar karbohidrat dalam pakan ikan, dapat berkisar antara 10–50%. Kemampuan ikan untuk memanfaatkan karbohidrat ini tergantung pada kemampuannya untuk

(23)

menghasilkan enzim pemecah karbohidrat (amilase). Ikan karnivora biasanya membutuhkan karbohidrat sekitar 12%, sedangkan untuk omnivora kadar karbohidratnya dapat mencapai 50%.

d. Vitamin

Apabila ikan kekurangan vitamin, maka gejalanya adalah nafsu makan hilang, kecepatan tumbuh berkurang, warna abnormal, keseimbangan hilang, gelisah, hati berlemah, mudah terserang bakteri, pertumbuhan sirip kurang sempurna, pembentukan lendir terganggu, dll. Agar ikan tetap sehat, suplai vitamin harus kontinyu, tapi kebutuhan akan vitamin dipengaruhi oleh ukuran ikan, umur, kondisi lingkungan dan suhu air.

e. Mineral

Mineral adalah bahan anorganik yang dibutuhkan oleh ikan untuk pembentukan jaringan tubuh, proses metabolisma dan mempertahankan keseimbangan osmotis. Mineral yang penting untuk pembentukan tulang, gigi dan sisik adalah kalsium, fosfor, fluorine, magnesium, besi, tembaga, kobalt, natrium, kalium, klor, boron, alumunium, seng, dan arsen. Makanan alami biasanya telah cukup mengandung mineral, bahkan beberapa dapat diserap langsung dari dalam air. Namun pada umumnya, mineral-mineral itu didapatkan dari makanan. Oleh karena itu, beberapa macam mineral yang penting perlu kita tambahkan pada proses pembuatan pakan.

2.8 Hubungan Kualitas Air dengan Pemberian Pakan

Menurut Ismoyo (1994). Kualitas air adalah suatu keadaan dan sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi suatu perairan yang dibandingkan dengan persyaratan

(24)

untuk keperluan tertentu, seperti kualits air unttuk air minum, pertanian dan perikanan, rumah sakit, industri, dan lain sebagainya sehingga menjadikan persyaratan kualitas air berbeda-beda sesusai dengan peruntukannya.

Dalam setiap organisme memiliki tingkat toleransi tertentu terhadap setiap perubahan kualitas air, Kualitas air merupakan salah satu faktor kunci dalam keberhasilan budidaya. Permasalahan yang terjadi kini adalah menurunnya kualitas air tambak atau perairan area budidaya yang dipicu oleh pembusukan sisa pakan di dasar tambak dan penyebaran bahan-bahan beracun yang meningkat di dalam kolam.

2.8.1 Suhu

Hardjojo dan Djokosetiyanto (2005) menyatakan bahwa suhu air normal adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan metabolisme dan berkembangbiak dengan baik. Suhu merupakan faktor fisik yang sangat penting di air, karena bersama-sama dengan zat/unsur yang terkandung didalamnya akan mentukan massa jenis air, dan bersama-sama dengan tekanan dapat digunakan untuk menentukan densitas air. Selanjutnya, densitas air dapat digunakan untuk menentukan kejenuhan air. Suhu air sangat bergantung pada tempat dimana air tersebut berada. Kenaikan suhu air di badan air penerima, saluran air, sungai, danau dan lain sebagainya akan menimbulkan akibat sebagai berikut:

1) Jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun; 2) Kecepatan reaksi kimia meningkat;

(25)

Jikan batas suhu yang mematikan terlampaui, maka akan menyebabkan ikan dan hewan air lainnya mati. Kenaikan suhu perairan juga menurunkan kelarutan oksigen dalam air, memberi pengaruh langsung terhadap aktivitas disamping akan menaikkan daya racun suatu polutan terhadap organisme perairan, suhu air berkisar antara 35–40oC merupakan suhu kritis bagi kehidupan organisme yang dapat menyebabkan kematian.

2.8.2 Oksigen Terlarut (DO)

Menurut Santoso, (1996) Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan makhluk hidup didalam air maupun hewan teristrial. Penyebab utama berkurangnya oksigen terlarut didalam air adalah adanya bahan-bahan buangan organik yang banyak mengkonsumsi oksigen sewaktu penguraian berlangsung 0,0–15,0 mg/l. Konsentrasi oksigen terlarut yang aman bagi kehidupan di perairan sebaiknya harus diatass titik kritis dan tidak terdapat bahan lain yang bersifat racun, konsentrasi oksigen minimum sebesar 2 mg/l cukup memadai untuk menunjang sacara normal komunikasi akuatik di perairan. Kandungan oksigen terlarut untuk menunjang usaha budidaya adalah 5–8 mg/l. 2.8.3 Derajat Keasaman (pH)

Pescod (1973) menyatakan bahwa toleransi untuk kehidupan akuatik terhadap pH bergantung kepada banyak faktor meliputi suhu, konsentrasi oksigen terlarut, adanya variasi bermacam-macam anion dan kation, jenis dan daur hidup biota. Perairan basa (7–9) merupakan perairan produktif dan berperan mendorong proses perubahan bahan organik dalam air menjadi mineral-mineral yang dapat diassimilasi oleh fitoplaknton.

(26)

pH air yang tidak optimal berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan, menyebabkan tidak efektifnya pemupukan air di kolam dan meningkatkan daya racun hasil metabolisme seperti NH3 dan H2S. pH air

berfluktuasi mengikuti kadar CO2 terlarut dan memiliki pola hubungan terbalik,

semakin tinggi kandungan CO2 perairan, maka pH akan menurun dan demikian

pula sebaliknya. Fluktuasi ini akan berkurang apabila air mengandung garam CaCO3.

(27)

BAB III. METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Tugas akhir ini disusun berdasarkan hasil kegiatan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) yang dilaksanakan pada bulan Januari sampai April 2019 di kolam beton Balai Benih Ikan (BBI) Ompo, Soppeng.

3.2 Alat dan Bahan

a. Alat

Alat yang digunakan selama pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Alat yang digunakan selama kegiatan pemeliharaan ikan nila.

No Alat Fungsi

1 pH meter Mengukur derajat keasaman air 2 DO Meter Mengukur oksigen terlarut dan suhu

3 Jala lempar Sampling ikan

4 Keranjang / Basket Tempat ikan

5 Timbangan Menimbang ikan

6 Penggaris / mistar Mengukur panjang ikan

7 Seser Pengangkatan kotoran

8 Ember Tempat ikan yang disampling dan pakan

9 Kolam Wadah pemeliharaan ikan

10 ATK Mencatat hasil pengukuran

Sumber : Data Primer, PKPM 2019 b. Bahan

Bahan yang digunakan selama kegiatan pemeliharaan ikan nila dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Bahan yang digunakan selama kegiatan pemeliharaan ikan nila.

No. Bahan Fungsi

1 Ikan nila Organisme yang dibudidayakan

2 Pupuk organik cair Meningkatkan kesuburan tanah 3 Pakan PF 1000 PRIMA FEED Makanan ikan

(28)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah metode observasi dan partisipatif aktif yakni turun langsung ke lapangan pada kegiatan pembesaran ikan nila dan terlibat langsung pada kegiatan manajemen pemberian pakan buatan pembesaran ikan nila.

1. Data Primer

Data primer dapat diperoleh degan cara mengamati, menghitung atau mengukur secara langsung pada saat melakukan rangkaian kegiatan dilapagan dan wawancara langsung dengan pembimbing lapangan.

2. Data Sekunder

Data sekunder di peroleh degan cara penelusuran literature dan pustaka yang relevan degan judul tugas akhir sebagai penunjang dari data primer.

3.4 Metode pelaksanaan 3.4.1 Pemberian Pakan

a. Alat dan bahan disiapkan.

b. Pakan ditimbang sesuai dengan dosis kebutuhan ikan.

c. Pakan yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam ember yang telah disediakan.

d. Kemudian pakan ditaburkan ke kolam sebagai pakan buatan untuk ikan. 3.4.2 Sampling

a. Alat dan bahan disiapkan. b. Titik sampling ditentukan

(29)

d. Jala dilempar pada titik tersebut, diusahakan selebar mungkin. e. Jala ditarik dan ikan diambil lalu dimasukkan ke dalam ember.

f. Ikan yang ada dalam ember ditimbang beratnya dan diukut panjangnya. g. Sampling dilakukan pada pagi atau sore hari.

3.4.3 Panen

a. Alat yang akan digunakan disiapkan

b. Kayu ditancap di sekitar pintu pengeluaran sebagai penahan waring c. Pintu pengeluaran air dibuka dan waring dipasang pada patok d. Pintu pemasukan ditutup

e. Air pada kolam ditunggu sampai habis terkuras f. Ikan diambil menggunakan tangan dan seser.

3.4.4 Pengukuran Parameter Kualitas Air Suhu, pH, dan DO A. Kalibrasi Alat

a. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan. b. Larutan buffer disiapkan didalam gelas.

c. Penutup elektroda dibuka dan dicelupkan ke dalam gelas yang berisi larutan buffer.

d. Alat dinyalakan dengan menekan tombol ”power”.

e. Untuk proses kalibrasi tekan tombol ”meas” dan tunggu selama 3-5 menit.

f. Alat dimatikan dengan menekan kembali tombol ”power”. g. Alat diangkat dan ditutup kembali elektrodanya.

B. Prosedur Penggunaan

(30)

b. Penutup elektroda dibuka dan dicelupkan kedalam kolam pemeliharaan.

c. Alat dinyalakan dengan menekan tombol ”power” tunggu beberapa saat sampai pembacaan stabil.

d. Tombol ”meas” ditekan dan tunggu sampai angka pada layar alat berhenti, hasilnya dicatat.

e. Alat dimatikan dengan menekan tombol ”power”

f. Alat diangkat, diberrsihkan dan dikeringkan elektroda menggunakan tissu.

g. Alat disimpan pada tempatnya.

3.5 Paramter yang Diamati dan Analisa Data 3.5.1 Parameter yang Diamati

a. Pertumbuhan Mutlak

Pertumbuhan adalah perubahan ukuran individu, biasanya pertumbuhan diukur dalam satuan panjang, berat dan atau energi. Dalam hubungannya dengan waktu pertumbuhan didefinisikan sebagai ukuran rata-rata ikan pada waktu tertentu (pertumbuhan mutlak) dan perubahan panjang atau berat pada awal

pemeliharaan (pertumbuhan nisbi). Pertumbuhan ikan nila dapat diketahui

dengan cara melakukan sampling mulai awal penebaran sampai panen. Sampling bertujuan untuk mengetahui Survival Rate (SR) dan populasi yang ada di kolam. Selain itu, sampling juga berfungsi untuk memperkirakan jumlah pakan yang akan digunakan dalam waktu satu priode kedepan dihitung berdasarkan biomassa ikan yang ada sehingga pakan yang digunakan tidak kekurangan ataupun kelebihan pakan (Mudjiman, 1998).

(31)

b. Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan (SR)

Kelangsungan hidup adalah peluang hidup suatu individu dalam waktu tertentu, sedangkan mortalitas adalah kematian yang terjadi pada suatu populasi organisme yang menyebabkan berkurangnya jumlah individu di populasi tersebut. Tingkat kelangsungan hidup akan menentukan produksi yang diperoleh dan erat kaitannya dengan ukuran ikan yang dipelihara (Effendi, 1979).

c. FCR (Feed Conversi Ratio)

FCR (Food Convertion Ratio) yaitu perbandingan (rasio) antara berat pakan yang telah diberikan dalam satu siklus periode budidaya ikan dengan berat total (biomassa) yang dihasilkan pada saat dilakukan sampling. Pada suatu usaha budidaya ikan pada umumnya, nilai FCR dijadikan sebagai salah satu tolak ukur dalam keberhasilan baik secara teknis budidaya maupun secara finansial..

nilai FCR terkait dengan parameter keberhasilan pengelolaan program pakan ikan yang secara langsung maupun secara tidak langsung juga terkait dengan pengelolaan kualitas air dan kondisi/kualitas ikan. Sedangkan secara finansial nilai FCR akan berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh pada satu periode budidaya karena pakan ikan merupakan penyumbang biaya terbesar pada suatu usaha budidaya ikan(Afrianto Eddy dan Liviawaty, 2002). d. Parameter Kualitas Air

Dalam usaha budidaya ikan nila pengelolaan kualitas air sangat perlu diperhatikan, karena faktor lingkungan tersebut mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi pertumbuhan organisme termasuk ikan. Dalam kondisi kualitas air yang kurang baik pakan yang diberikan tidak akan berfungsi dengan efisien dalam peranannya sebagai pendorong pertumbuhan ikan.

(32)

3.5.2 Analisa Data

Data pertumbuhan mutlak, tingkat kelangsungan hidup ikan, FCR (Feed Conversi Ratio), dan parameter kualitas air dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel.

Pemberian pakan

Menurut Haliman dan Adijaya (2005), jumlah pakan yang akan diberikan dihitung dengan menggunakan rumus:

3.1 F = W x N x Fr

Keterangan :

F : ransum harian W : bobot rata-rata ikan N : jumlah ikan hidup

Fr : persentase ransum harian/biomassa Tingkat kelangsungan hidup/survival rate (SR)

Tingkat kelangsungan hidup ikan (SR) dihitung menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Effendi, 1979.

3.2 SR

x

100% Keterangan:

SR = Tingkat kelangsungan hidup (%) Nt = Jumlah ikan akhir (ekor)

No = Jumlah ikan awal (ekor)

Konversi pakan

Perbandingan antara jumlah pakan yang digunakan dengan berat ikan yang ada (FCR) dihitung menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Kusriani, widjanarko, dan Rohmawati (2012).

(33)

3.3 FCR =

Keterangan

F : Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan (kg) Wo : Berat total ikan saat awal penebaran (kg)

Wt : Berat total ikan saat panen (kg) Laju Pertumbuhan

Laju pertumbuhan dihitung dengan rumus Mudjiman (1998) : 3.4 Wm= Wt-Wo

keterangan :

Wm : Pertumbuhan mutlak Wt : Biomassa akhir (kg) Wo: Biomassa awal (kg)

Gambar

Gambar 2.2. Morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus) Saanin (1968) operculum
Tabel 3.2.  Bahan yang digunakan selama kegiatan pemeliharaan ikan nila.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian penggunaan tepung onggok singkong sebagai bahan baku pakan ikan nila dapat disimpulkan bahwa penggunaan tepung onggok singkong dengan proporsi 5%

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan yang diberi pakan formulasi dari limbah kakao mempunyai pertambahan panjang yang tidak lebih baik dan secara signifikan

Tingkat pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan ikan akan memberikan pertumbuhan yang optimal, akan tetapi secara keseluruhan pakan yang telah ditambahkan

Penggunaan tepung kiambang terfermentasi sebesar 10% dalam pakan ikan nila memberikan pertumbuhan, efisiensi pakan, dan kelangsungan hidup yang lebih tinggi.. Studi

Penerapan probiotik pada budidaya ikan adalah menekan pertumbuhan mikroorganisme jahat dalam pencernaan agar tingkat serapannya tinggi, menguraikan senyawa-senyawa

Penggunaan pakan formula dengan bahan baku lokal di Kabupaten Klungkung, Bali memberikan respons pertumbuhan yang sama dengan penggunaan pakan komersil untuk ikan nila BEST

Berdasarkan nilai komposisi nutrisi pakan yang diberikan dapat diketahui bahwa tingginya pertumbuhan panjang mutlak benih ikan nila yang diberi perlakuan pakan C

Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi spirulina dengan dosis yang berbeda pada pakan ikan dengan kadar protein yang berbeda berpengaruh terhadap laju pertumbuhan