• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

43

HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

4.1. Analisis Perhitungan pada Variabel Independen 4.1.1. Analisis Price to Book Value (PBV)

Price to Book Value berfokus pada nilai ekuitas perusahaan. Price to Book Value (PBV) didefinisikan sebagai harga pasar suatu saham dibagi

dengan Book Value-nya (BV). Price to Book Value (PBV) juga menunjukan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan. Perusahaan yang berjalan baik umumnya mempunyai PBV diatas 1, yang menunjukkan nilai pasar lebih tinggi dari nilai bukunya. Semakin tinggi PBV semakin tinggi pula return saham sehingga akan menambah pendapatan perusahaan dan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen. (Gitman, 2009).

Sebelum menghitung PBV, harus diketahui lebih dahulu nilai BV perusahaan. Sebagai contoh, diketahui total ekuitas PT Sido Muncul Rp 2,625,456,000,000 dengan outstanding share sebanyak 15,000,000,000 lembar, harga saham Rp 580/lembar. Berikut hasil contoh perhitungan PBV:

BV = Total Ekuitas/Outstanding Share

= Rp 2,625,456,000,000/15,000,000,000lembar = Rp 175

PBV = Price/BV = Rp 580/ Rp 175 = 3.31

4.1.2. Analisis Price Earnings Ratio (PER)

Price Earnings Ratio dipergunakan oleh berbagai pihak atau investor

untuk membeli saham. Investor akan membeli suatu sham perusahaan dengan price earnings ratio yang tinggi, karena price earnings ratio yang tinggi menggambarkan laba bersih per saham yang cukup tinggi. (Gitman, 2009)

Bila nilai EPS belum diketahui maka harus menghitung EPS terlebih dahulu, baru dilanjutkan dengan menghitung PER. Sebagai contoh,

(2)

diketahui harga saham PT Sido Muncul Rp 580/lembar dan nilai EPS adalah 27.06. Maka perhitungannya adalah sebagai berikut:

PER = Market Price/EPS = Rp 580/27.06 = 21.43

4.1.3. Analisis Earnings Per Share (EPS)

Earnings per Share (EPS) merupakan jumlah laba yang diperoleh dan

tersedia untuk tiap lembar saham biasa yang beredar. Nilai EPS inilah yang menjadi salah satu faktor utama pertimbangan para investor ketika akan melakukan investasi pada suatu perusahaan. Semakin tinggi nilai EPS maka semakin baik pula nilai perusahaan bagi para investor. (Gitman, 2009)

Sebagai contoh, diketahui net income PT Sido Muncul sebesar Rp 405,943,000,000 dan outstanding share sebanyak 15,000,000,000 lembar, maka perhitungannya adalah sebagai berikut:

EPS = Net Income/Outstanding Share

= Rp 405,943,000,000/15,000,000,000 lembar = 27.06

4.1.4. Analisis Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui

jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan atau untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. (Gitman, 2009)

Sebagai contoh, diketahui total liabilitas PT Sido Muncul sebesar Rp 326,051,000,000 dan total ekuitasnya sebesar Rp 2,625,456,000,000. Maka perhitungannya adalah sebagai berikut:

DER = Total liabilitas/Total ekuitas

= Rp 326,051,000,000/ Rp 2,625,456,000,000 = 0.12

(3)

4.1.5. Analisis Net Profit Margin (NPM)

Net profit margin (NPM) merupakan besarnya laba bersih yang diperoleh perusahaan atas setiap pendapatan atau penjualan yang terjadi. NPM diperoleh dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. (Gitman, 2009)

Sebagai contoh, diketahui net income PT Sido Muncul sebesar Rp 405,943,000,000 dan net sales sebesar Rp2,372,364,000,000. Maka perhitungannya adalah sebagai berikut:

NPM = Net income/Net sales

= Rp 405,943,000,000/Rp2,372,364,000,000 = 0.17

4.1.6. Analisis Ukuran Perusahaan (Size)

Ukuran perusahaan diwakili dengan total aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Semakin besar skala perusahaan maka semakin banyak masyarakat yang mengenal sehingga informasi yang didapatkan oleh investor akan semakin besar dan ketidakpastian di masa yang akan datang semakin rendah.

Sebagai contoh total aset PT Sido Muncul adalah Rp 2,951,507,000,000 maka perhitungannya dengan cara melakukan logaritma netral terhadap total asset yang menghasilkan Size sebesar 28.71.

4.1.7. Analisis Umur Perusahaan (Age)

Umur perusahaan yang dimaksud disini adalah lama perusahaan mengoperasikan bisnisnya. Dapat diketahui dengan mengurangi tanggal perusahaan melakukan IPO dengan tanggal perusahaan berdiri dan hasilnya dibagi dengan 365 hari.

Sebagai contoh, tanggal IPO PT Sido Muncul adalah 18 Desember 2013 dan tanggal berdirinya adalah 18 Maret 1975, maka Age digenapkan sebesar 39 tahun.

(4)

4.2. Analisis Perhitungan pada Variabel Dependen

Initial return merupakan selisih antara harga saham yang ditawarkan

perusahaan pada saat initial public offering dengan harga penutupan saham hari pertama pada saat saham dijual di pasar sekunder. Initial return yang akan diperoleh perusahaan terbagi dalam dua jenis, yaitu initial return bersifat positif atau disebut dengan underpricing dan initial return bersifat negatif atau disebut dengan overpricing. Underpricing adalah keadaan dimana harga penutupan saham hari pertama memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga perdana saham yang ditawarkan oleh perusahaan. Sedangkan overpricing adalah keadaan dimana harga penutupan saham hari pertama memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan harga perdana saham yang ditawarkan oleh perusahaan.

Sebagai contoh, harga saham IPO PT Sido Muncul adalah Rp 580 dan

closing price dihari pertama pasar sekunder adalah Rp 700. Maka

perhitungannya adalah sebagai berikut:

Initial Return = (Closing price - Offering price)/Offering Price

= (Rp 700 - Rp 580)/ Rp 580 = 0.207 (Underpricing)

4.3. Statistik Deskriptif

Dalam penelitian ini, statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran keseluruhan data berdasarkan nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum masing-masing variabel. Berikut disajikan hasil uji statistik deskriptif atas data variabel-variabel penelitian ini:

(5)

Tabel 4.1

Hasil Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation UnderPricing (Y) 78 .011 .700 .25827 .225936 PBV (X1) 78 .19 6.35 2.0453 1.20408 PER (X2) 78 -43.69 207.30 32.8817 51.22125 EPS (X3) 78 -53.30 558.24 54.0164 85.60801 DER (X4) 78 .08 11.32 1.5553 1.92641 NPM (X5) 78 -1.04 5.15 .2554 .67208 SIZE (X6) 78 24.97 31.40 28.3224 1.33816 AGE (X7) 78 1 58 17.46 13.126 Valid N (listwise) 78

Berdasarkan hasil yang disajikan dalam tabel diatas dapat diketahui jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 78 sampel. Dari 78 sampel penelitian diketahui variabel underpricing memiliki nilai terendah sebesar 0.011 dan nilai tertinggi sebesar 0.700 dengan nilai rata-rata underpricing sebesar 0.25827 dan standar deviasi sebesar 0.225936.

Variabel PBV memiliki nilai terendah sebesar 0.19 dan nilai tertinggi sebesar 6.35 dengan nilai rata-rata PBV sebesar 2.0453 dan standar deviasi sebesar 1.20408.

Variabel PER memiliki nilai terendah sebesar -43.69 dan nilai tertinggi sebesar 207.30 dengan nilai rata-rata PER sebesar 207.30 dan standar deviasi sebesar 51.22125.

Variabel EPS memiliki nilai terendah sebesar -53.30 dan nilai tertinggi sebesar 558.24dengan nilai rata-rata EPS sebesar 54.0164 dan standar deviasi sebesar 85.60801.

Variabel DER memiliki nilai terendah sebesar 0.08 dan nilai tertinggi sebesar 11.32 dengan nilai rata-rata DER sebesar 1.5553 dan standar deviasi sebesar 1.92641.

Variabel NPM memiliki nilai terendah sebesar -1.04 dan nilai tertinggi sebesar 5.15 dengan nilai rata-rata NPM sebesar 0.2554 dan standar deviasi sebesar 0.67208.

(6)

Variabel SIZE memiliki nilai terendah sebesar 24.97 dan nilai tertinggi sebesar 31.40 dengan nilai rata-rata SIZE sebesar 28.3224 dan standar deviasi sebesar 1.33816.

Variabel AGE memiliki nilai terendah sebesar 1 dan nilai tertinggi sebesar 58 dengan nilai rata-rata AGE sebesar 17.46 dan standar deviasi sebesar 13.126.

4.4. Uji Asumsi Klasik 4.4.1. Uji Normalitas

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk memastikan bahwa antara variabel independen dengan variabel dependen memiliki distribusi normal atau tidak. Metode yang dapat digunakan untuk menguji normalitas variabel adalah metode statistik Kolmogorov-Smirnov dan metode analisis grafik.

Dalam metode statistik Kolmogorov-Smirnov, variabel independen dan dependen dapat dikatakan normal apabila Asymp. Sig (2 tailed) > 0.05. Sedangkan metode analisis grafik, variabel independen dan dependen dapat dikatakan normal apabila pola titik-titik data menyebar disekitar garis diagonal dan tidak berpencar jauh mengikuti arah garis diagonal tersebut.

Berikut hasil uji metode statistik Kolmogorov-Smirnov dan hasil metode analisa grafik:

Tabel 4.2

Hasil Uji Metode Statistik Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 78

Normal Parametersa,b Mean 0E-7 Std. Deviation .18106307

Most Extreme Differences

Absolute .072 Positive .072 Negative -.065 Kolmogorov-Smirnov Z .635 Asymp. Sig. (2-tailed) .814

(7)

Gambar 4.1 Grafik Normal P-Plot

Berdasarkan hasil uji statistik Kolmogorov-Smirnov pada tabel diatas, memperlihatkan bahwa seluruh variabel yang digunakan berdistribusi normal dengan nilai Asymp. Sig (2 tailed) > 0.05. Begitu pula dengan grafik pada gambar 4.1 yang menunjukkan hasil pola titik-titik data menyebar disekitar garis diagonal dan tidak berpencar jauh mengikuti arah garis diagonal tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini layak untuk diteliti lebih lanjut.

4.4.2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terdapat korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik harusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independennya (tidak terjadi multikolinearitas). Dalam pengujian ini, multikolinearitas dapat ditentukan berdasarkan nilai dari tolerance value dan Variance

Inflation Factor (VIF) dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Bila tolerance value kurang dari 0.01 dan VIF lebih besar dari 10 maka terjadi multikolinearitas (Tolerance < 0.01, VIF > 10).

2. Bila tolerance value lebih dari 0.01 dan VIF kurang dari 10, maka tidak terjadi multikolinearitas (Tolerance > 0.01, VIF < 10).

(8)

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinearitas

Berdasarkan hasil uji multikolinearitas yang ditampilkan dalam tabel 4.3, diketahui bahwa seluruh variabel bebas perusahaan Indonesia, yaitu variabel Price to Book Value (PBV), Price Earnings Ratio (PER), Earnings

Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM),

Ukuran Perusahaan (Size), dan Umur Perusahaan (Age) memiliki nilai tolerance > 0.01 dan nilai VIF < 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearlitas diantara seluruh variabel independen. 4.4.3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara residual satu pengamatan ke pengamatan lain pada model regresi. Untuk mendiagnosis adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dapat dilakukan melalui pengujian nilai Durbin-Watson dengan ketentuan (Ghozali, 2012):

1. Angka DW < -2 menunjukkan adanya autokorelasi positif.

2. Angka DW di antara -2 hingga +2 menunjukkan tidak terdapat autokorelasi.

3. Angka DW > +2 menunjukkan adanya autokorelasi negatif.

Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 PBV (X1) .780 1.281 PER (X2) .862 1.161 EPS (X3) .834 1.199 DER (X4) .741 1.349 NPM (X5) .831 1.203 SIZE (X6) .675 1.482 AGE (X7) .931 1.074 a. Dependent Variabel: UnderPricing (Y)

(9)

Tabel 4.4

Hasil Uji Durbin-Watson

Model Durbin-Watson

1 1.817

Berdasarkan hasil uji pada tabel 4.4 diatas, diperoleh nilai

Durbin-Watson untuk variabel yang diuji adalah sebesar 1.817 yang terletak

diantara -2 sampai +2 (-2 < 1.817 > +2). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi dalam model regresi penelitian ini.

4.4.4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain pada model regresi. Dalam penelitian ini, uji heteroskedastisitas dilakukan dengan uji Glejser dan metode grafik. Ketentuan dalam uji Glejser:

1. Nilai signifikansi (Sig.) > 0.05, tidak ada gejala heterokedastisitas. 2. Nilai signifikansi (Sig.) < 0.05, ada gejala heterokedastisitas.

Sedangkan dalam metode grafik ketentuannya adalah sebagai berikut: 1. Tidak ada gejala heteroskedastisitas apabila tidak ada pola yang jelas,

seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y.

2. Ada gejala heteroskedastisitas apabila ada pola tertentu yang jelas, seperti titik-titik membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit).

(10)

Tabel 4.5 Hasil Uji Glejser

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .359 .576 .624 .538 PBV (X1) -.022 .022 -.200 -1.021 .316 PER (X2) .000 .001 -.056 -.296 .769 EPS (X3) .000 .000 -.240 -1.079 .290 DER (X4) -.009 .013 -.150 -.684 .499 NPM (X5) .044 .069 .131 .632 .532 SIZE (X6) .003 .021 .036 .164 .871 AGE (X7) -.001 .002 -.080 -.426 .674 a. Dependent Variable: ABS_RES1

Gambar 4.2 Grafik Scatterplot

Pada tabel 4.5, uji Glejser menunjukan bahwa semua nilai sig > 0.05 yang dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, hal ini didukung oleh metode grafik pada gambar 4.2 diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 sumbu Y, serta tidak membentuk suatu pola tertentu.

(11)

4.5. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas apakah bersifat positif atau negatif. Analisis regresi linear berganda mencakup pengujian, uji statistik t dan uji statistik F, koefisien determinasi (R²).

4.5.1. Uji Statistik t

Uji statistik t atau uji signifikan parameter individual digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat. Dalam penelitian ini level signifikan yang digunakan sebesar 5% atau α = 0,05.

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: • H0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan

• Ha : Terdapat pengaruh signifikan

Dasar pengambilan keputusan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:

• Jika, signifikansi nilai t > α , maka H0 diterima

• Jika, signifikansi nilai t < α , maka Ha diterima

Tabel 4.6 Hasil Uji Statistik t

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 1.954 .532 3.671 .000 PBV (X1) -.074 .020 -.395 -3.639 .001 PER (X2) .001 .000 .282 2.733 .008 EPS (X3) .000 .000 .067 .643 .522 DER (X4) .030 .013 .252 2.269 .026 NPM (X5) .014 .035 .040 .384 .702 SIZE (X6) -.057 .020 -.338 -2.896 .005 AGE (X7) -.002 .002 -.098 -.991 .325

(12)

Persamaan regresi yang dapat diturunkan dari hasil analisis yang disajikan dalam tabel 4.5 adalah sebagai berikut:

 1.954  0.074  0.001  0.000  0.030  0.014  0.057 !  0.002#$

Analisis masing-masing hipotesis adalah sebagai berikut: 1. Price to Book Value (PBV)

• H01: Price to Book Value (PBV) tidak berpengaruh signifikan

terhadap tingkat underpricing pada saat IPO.

• Ha1: Price to Book Value (PBV) berpengaruh signifikan

terhadap tingkat underpricing pada saat IPO.

Pada hasil uji t diketahui bahwa PBV memiliki koefisien regresi negatif sebesar -0.074. Kemudian pada hasil uji t diatas juga diketahui bahwa nilai t variabel PBV yang diperoleh adalah sebesar -3.639 dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 lebih kecil dari nilai α =0.05 (sig 0.001 < α 0.05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha1 diterima

yang berarti Price to Book Value berpengaruh signifikan dan negatif terhadap tingkat underpricing pada saat IPO.

2. Price Eanings Ratio (PER)

• H02: Price Earnings Ratio (PER) tidak berpengaruh signifikan

terhadap tingkat underpricing pada saat IPO.

• Ha2: Price Earnings Ratio (PER) berpengaruh signifikan

terhadap tingkat underpricing pada saat IPO.

Pada hasil uji t diketahui bahwa PER memiliki koefisien regresi positif sebesar 0.001. Kemudian pada hasil uji t diatas juga diketahui bahwa nilai t variabel PER yang diperoleh adalah sebesar 2.733 dengan nilai signifikansi sebesar 0.008 lebih kecil dari nilai α =0.05 (sig 0.008 < α 0.05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha2 diterima

yang berarti Price Earnings Ratio berpengaruh signifikan dan positif terhadap tingkat underpricing pada saat IPO.

(13)

3. Earnings Per Share (EPS)

• H03: Earnings Per Share (EPS) tidak berpengaruh signifikan

terhadap tingkat underpricing pada saat IPO.

• Ha3: Earnings Per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap

tingkat underpricing pada saat IPO.

Pada hasil uji t diketahui bahwa EPS memiliki koefisien regresi positif sebesar 0.000. Kemudian pada hasil uji t diatas juga diketahui bahwa nilai t variabel EPS yang diperoleh adalah sebesar 0.643 dengan nilai signifikansi sebesar 0.522 lebih besar dari nilai α =0.05 (sig 0.522 > α 0.05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa H03 diterima

yang berarti Earnings Per Share tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap tingkat underpricing pada saat IPO.

4. Debt to Equity Ratio (DER)

• H04: Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan

terhadap tingkat underpricing pada saat IPO.

• Ha4: Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan

terhadap tingkat underpricing pada saat IPO.

Pada hasil uji t diketahui bahwa DER memiliki koefisien regresi positif sebesar 0.030. Kemudian pada hasil uji t diatas juga diketahui bahwa nilai t variabel DER yang diperoleh adalah sebesar 2.269 dengan nilai signifikansi sebesar 0.026 lebih kecil dari nilai α =0.05 (sig 0.026 < α 0.05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha4 diterima

yang berarti Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan dan positif terhadap tingkat underpricing pada saat IPO.

5. Net Profit Margin (NPM)

• H05: Net Profit Margin (NPM) tidak berpengaruh signifikan

terhadap tingkat underpricing pada saat IPO.

• Ha5: Net Profit Margin (NPM) berpengaruh signifikan terhadap

tingkat underpricing pada saat IPO.

Pada hasil uji t diketahui bahwa NPM memiliki koefisien regresi positif sebesar 0.014. Kemudian pada hasil uji t diatas juga diketahui bahwa nilai t variabel NPM yang diperoleh adalah sebesar 0.384 dengan nilai signifikansi sebesar 0.702 lebih besar dari nilai α =0.05

(14)

(sig 0.702 > α 0.05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha5 ditolak

yang berarti Net Profit Margin tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap tingkat underpricing pada saat IPO.

6. Ukuran Perusahaan (Size)

• H06: Ukuran Perusahaan (Size) tidak berpengaruh signifikan

terhadap tingkat underpricing pada saat IPO.

• Ha6: Ukuran Perusahaan (Size) berpengaruh signifikan terhadap

tingkat underpricing pada saat IPO.

Pada hasil uji t diketahui bahwa ukuran perusahaan memiliki koefisien regresi negatif sebesar -0.057. Kemudian pada hasil uji t diatas juga diketahui bahwa nilai t variabel ukuran perusahaan yang diperoleh adalah sebesar -2.896 dengan nilai signifikansi sebesar 0.005 lebih kecil dari nilai α =0.05 (sig 0.005 < α 0.05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha6 diterima yang berarti ukuran perusahaan

berpengaruh signifikan dan negatif terhadap tingkat underpricing pada saat IPO.

7. Umur Perusahaan (Age)

• H07: Umur Perusahaan (Age) tidak berpengaruh signifikan

terhadap tingkat underpricing pada saat IPO.

• Ha7: Umur Perusahaan (Age) berpengaruh signifikan terhadap

tingkat underpricing pada saat IPO.

Pada hasil uji t diketahui bahwa umur perusahaan memiliki koefisien regresi negatif sebesar -0.002. Kemudian pada hasil uji t diatas juga diketahui bahwa nilai t variabel umur perusahaan yang diperoleh adalah sebesar -0.991 dengan nilai signifikansi sebesar 0.325 lebih besar dari nilai α =0.05 (sig 0.325 > α 0.05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha7 ditolak yang berarti ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap tingkat

underpricing pada saat IPO.

4.5.2. Uji Statistik F

Uji statistik F atau uji kelayakan model digunakan untuk menguji apakah semua variabel independen secara bersama berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat ataukah tidak. Dalam penelitian ini level signifikan yang digunakan sebesar 5% atau α = 0,05.

(15)

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: • H0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan

• Ha : Terdapat pengaruh signifikan

Dasar pengambilan keputusan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:

• Jika, signifikansi nilai F > α , maka H0 diterima

• Jika, signifikansi nilai F < α , maka Ha diterima

Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik F

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 1.406 7 .201 5.571 .000b

Residual 2.524 70 .036

Total 3.931 77

Dari hasil pengujian statistik F untuk untuk variabel Price to Book

Value (PBV), Price Earnings Ratio (PER), Earnings Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Ukuran Perusahaan (Size), dan Umur Perusahaan (Age) sebesar 5.571 dengan nilai signifikansi

sebesar 0.000 < α (α = 0,05). Maka Ha diterima dengan kesimpulan bahwa

variabel independen yang terdiri dari PBV (Price to Book Value), PER

(Price Earnings Ratio), EPS (Earnings Per Share), DER (Debt to Equity Ratio), NPM (Net Profit Margin), Size (Ukuran Perusahaan), dan Age

(Umur Perusahaan) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu Underpricing.

4.5.3. Koefisien Determinasi (R2)

Pada dasarnya koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model regresi yang diajukan dalam menerangkan variasi dari variabel independen. Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 sampai dengan 1. Nilai koefisien determinasi adjusted R2 menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel independen yang digunakan dalam penelitian mampu menjelaskan variasi total variabel dependen. Menurut Ghozali (2009), nilai adjusted R2 yang diharapkan adalah bernilai positif, namun dalam uji empiris nilai adjusted R2 negatif akan dianggap bernilai 0.

Dasar pengambilan keputusan dalam penelitian ini merujuk pada Ghozali (2009) adalah sebagai berikut:

(16)

• Jika nilai R2 semakin mendekati 0 artinya kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel-variabel dependen amat terbatas.

• Jika nilai R2 semakin mendekati 1 artinya kemampuan variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

Tabel 4.8

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Berdasarkan hasil pengujian diatas diperoleh nilai R² adalah sebesar 0.358, nilai ini lebih mendekati angka 0 dan nilai adjusted R square sebesar 0.294 yang menunjukkan bahwa kemampuan variabel-variabel independen yaitu Price to Book Value (PBV), Price Earnings Ratio (PER), Earnings

Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM),

Ukuran Perusahaan (Size), dan Umur Perusahaan (Age) dalam menjelaskan variasi variabel dependen yaitu Underpricing sebesar 29.4%. Dan sisanya 70.6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.6. Diskusi Hasil Penelitian

Hasil uji statistik t diketahui bahwa Price to Book Value (PBV), Price

Earnings Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), dan Ukuran Perusahaan (Size) berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat underpricing pada

saat initial public offering. Sedangkan variabel lainnya seperti

PricEarnings Per Share (EPS), Net Profit Margin (NPM), dan Umur

Perusahaan (Age) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat IPO.

Hasil uji F menunjukkan bahwa seluruh variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, hal ini didukung dengan hasil uji t yang menunjukkan bahwa Price to Book Value

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate 1 .598a .358 .294 .189901

(17)

(PBV), Price Earnings Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), dan Ukuran Perusahaan (Size) berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat

underpricing pada saat intial public offering.

Hasil pengujian koefisien determinasi menunjukkan bahwa variabel dependen dijelaskan amat terbatas oleh variabel independen. Dalam hasil pengujian ini juga menunjukkan bahwa variasi tingkat underpricing dapat dijelaskan oleh variasi dari ketujuh variabel independen yang terdiri dari

Price to Book Value (PBV), Price Earnings Ratio (PER), Earnings Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM),

Ukuran Perusahaan (Size), dan Umur Perusahaan (Age) adalah sebesar 29.4%. Hal ini berarti pengaruh di luar variabel independen dalam penelitian ini yang tidak diteliti sebagai salah satu contoh adalah market

condition adalah sebesar 70.6%. Kecilnya sumbangan dari koefisien

determinasi menunjukkan bahwa pengaruh pasar dalam hal ini instrumen lainnya di luar variabel independen dalam penelitian ini sangatlah besar dalam menentukan tingkat underpricing suatu perusahaan.

Gambar

Gambar 4.1  Grafik Normal P-Plot
Tabel 4.5  Hasil Uji Glejser

Referensi

Dokumen terkait

(4) Pengobat tradisional asing yang mendapat persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hanya dapat bekerja sebagai konsultan pengobatan tradisional sesuai dengan

Pendidikan karakter yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usaha yang dilakukan untuk membantu siswa memahami dan bertindak peduli lingkungan melalui

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui Komposisi jenis, Kepadatan dan Pola sebaran di ekosistem mangrove serta mengetahui mengetahui Keanekaragaman,

Dalam rangka menahan arus pengaruh pendidikan barat yang dikelola Pemerintah Kolonial Belanda, Tuan Guru Muhammad Kasyful Anwar bekerjasama dengan Tuan Haji Setta, seorang

Pada kelas yang dalam proses pembelajarannya sama sekali tidak ada pemberian reward (kelas kontrol) mahasiswa cenderung pasif dalam mengikuti proses pembelajaran, hal

Menurut Sekaran (2006) bahwa studi yang termasuk dalam pengujian hipotesis biasanya menjelaskan sifat hubungan tertentu, atau menentukan perbedaan antar kelompok

Masalah yang akan diselesaikan dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian yang berjudul “Pemanfaatan limbah tongkol jagung sebagai bioetanol dengan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak dua disimpulkan bahwa pembelajaran passing bawah bola voli menggunakan pendekatan media bola karet