• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Program Keluarga Berencana yang selanjutnya dalam penelitian ini disebut KB, merupakan salah satu program pembangunan kesehatan yang bertujuan mengurangi kecepatan pertumbuhan penduduk dan sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak khususnya dan keluarga pada umumnya. Para ahli kesehatan mengatakan masalah kesehatan tidak semata -mata karena kelalaian masyarakat, kebanyakan bersumber dari ketidaktahuan dan kesalahpahaman atas informasi kesehatan (Liliweri, 2009: 33). Informasi kesehatan khususnya KB perlu didukung dengan komunikasi yang tepat, seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak). Hovland dalam (Liliweri, 2009) mengatakan "communication as the process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal symbol) to modify the behavior of the other individuals (communicant)".

Pada awalnya, sosialisasi program keluarga berencana dilakukan melalui sarana penerangan yang bersifat massal seperti radio, televisi, media cetak (surat kabar, laporan wartawan dan lain sebagainya), serta lagu-lagu popular keluarga berencana. Selain itu, dimanfaatkan pula, media-media kesenian rakyat seperti dagelan, ketoprak, wayang orang, wayang kulit, ludruk, reog, wayang golek dan lain sebagainya sesuai dengan kondisi dan budaya daerah setempat. Pemanfaatan media komunikasi publik diharapkan dapat menjangkau masyarakat secara luas, sehingga gaung program dapat membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya program KB.

Seiring berjalannya waktu, sosialisasi program melalui media komunikasi publik perlu dibarengi dengan pendekatan individual sehingga kesadaran yang telah mulai berkembang dapat tumbuh menjadi tindakan. Oleh karena itu, dibentuk Petugas Lapangan Keluarga Berencana yang selanjutnya dalam penelitian ini disebut PLKB, yang melakukan kontak

(2)

langsung dengan penduduk dan masyarakat. Di samping itu dilakukan p ula pendekatan terhadap tokoh-tokoh masyarakat yang diharapkan tidak hanya sekedar menjadi penghubung dan penyebarluas KB tetapi sekaligus sebagai panutan masyarakat sekelilingnya. Pendekatan kemasyarakatan ini menumbuhkan kelompok atau paguyuban peserta/ akseptor KB yang selanjutnya menjadi tenaga sukarela masyarakat yang berpartisipasi aktif dalam program KB yang disebut Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa selanjutnya dalam penelitian ini disebut PPKBD (www.bappenas.go.id). Kader KB yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tenaga sukarela yang tergabung dalam PPKBD.

Keberhasilan pelaksanaan program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga di Indonesia tidak terlepas dari kerja keras dan kerja cerdas para Penyuluh KB/PLKB, kader PPKBD/Sub PPKBD, Mitra kerja dan seluruh komponen masyarakat secara bersama-sama dan berkesinambungan. (BKKBN, 2014). Kader KB merupakan ujung tombak, karena kader merupakan penyuluh yang pertama kali bersentuhan dengan masyarakat. Informasi KB dari pemerintah disampaikan berjenjang dari PLKB kepada kader, selanjutnya kader yang meneruskan ke masyarakat. Salah satu indikator keberhasilan program KB dapat terlihat dari pencapaian akseptor KB baru. Akseptor KB baru diharapkan menjadi akseptor KB aktif sehingga kesertaan KB dapat memenuhi Standart Pelayanan Minimal sesuai tuntutan Millenium Development Goal`s (MDG`s) sebesar 95% di tahun 2015 (http://www.gizikia.depkes.go.id).

Kota Surakarta dengan luas 44,04 Km dengan kepadatan 11.431 jiwa/ km2 yang merupakan wilayah terpadat di Jawa Tengah (Sensus Penduduk tahun 2010). Capaian jumlah akseptor program KB menjadi strategi pemerintah kota untuk menekan pertumbuhan penduduk yang berimplikasi terhadap kemiskinan. Untuk menekan laju pertumbuhan penduduk terletak pada kader penyuluh keluarga berencana (Solopos, 01 Januari 2014). Pemerintah kota menyediakan fasilitas kesehatan pemerintah seperti puskesmas yang tersebar di lima kecamatan, memberikan jadwal khusus untuk pelayanan alat kontrasepsi. Selain itu, pelayanan KB massal terus dilakukan agar masyarakat mendapatkan

(3)

akses kesehatan yang makin terjangkau. Namun demikian, angka kesertaan KB mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir ini.

Data pencapaian akseptor KB di Kota Surakarta dari tahun 2012-2014 sebagai berikut:

2012 2013 2014

Akseptor Baru 101 % 90,18 % 78, 01 %

Angka Drop Out 17% 17, 57 % 17,75%

Akseptor Aktif 80, 13 % 79% 77,87 %

Tabel 1. Pencapaian akseptor KB tahun 2012-2014 (Bidang KB Bapermas Kota Surakarta)

Data di atas menunjukkan bahwa pencapaian akseptor KB aktif selama tiga tahun terakhir ini mengalami penurunan. Di sisi lain, angka drop out cenderung mengalami peningkatan. Drop Out akseptor KB berarti akseptor KB memutuskan tidak menggunakan alat kontrasepsi lagi dengan alasan apapun setelah suatu periode pemakaian tertentu. Peneliti mengamati, drop out banyak terjadi pada tahun pertama pemakaian alat kontrasepsi. Kepala Bidang KB Kota Surakarta mengatakan:

“Penurunan capaian akseptor KB dan bertambahnya angka drop out telah menjadi perhatian pemkot Surakarta. Upaya perbaikan terus dilakukan, baik dari segi peningkatan mutu pelayanan medis, juga penguatan penyuluhan KB lini lapangan. Apalagi ditengarai, drop out terjadi pada tahun pertama pemakaian, bisa jadi karena kurang lengkapnya informasi yang disampaikan kader KB kepada akseptor.”

(wawancara 24 Agustus 2015)

Pernyataan tersebut selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh LPM Perguruan Tinggi Provinsi Bengkulu tahun 2009 dengan judul: Penelitian Operasional Model Penguatan Kapasitas PPKBD dan Sub PPKBD Pada Era Otonomi Daerah Dalam Upaya Menjaga Keberlangsungan Kesertaan Ber-KB Masyarakat Propinsi Bengkulu. Keberadaan program KB di Provinsi Bengkulu dalam pencapaian dan pelayanan KB sangat ditentukan oleh keberhasilan institusi masyarakat di tingkat lini lapangan paling bawah yakni PPKBD dan Sub PPKBD, sehingga dalam rangka menjaga keberlangsungan kesertaan ber-KB di Provinsi

(4)

Bengkulu salah satu terobosan yang perlu atau menjadi prioritas untuk dilakukan adalah penguatan kapasitas PPKBD dan Sub PPKBD (bengkulu.bkkbn.go.id). Penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja PPKBD menjadi tumpuan keberlangsungan kesertaan KB oleh masyarakat, karena kader KB lah yang pertama kali bersentuhan dengan masyarakat.

Penelitian lain yang dilakukan Utomo et al. dengan judul Village Family Planning Volunteers in Indonesia: Their Role in the Family Planning Programme dalam Reproductive Health Matters (www.rhmjournal.org.uk); 2006;14(27): 73– 82. Studi terhadap 108 kader KB dan 324 pasangan KB dari 36 desa di Jawa Barat, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta ini ingin melihat peran kader KB dalam melaksanakan program KB nasional di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan para relawan dan kader telah membuat kontribusi yang signifikan terhadap pelaksanaan program keluarga berencana. Setelah desentralisasi program KB tahun 2004, PLKB banyak berkurang. Hal ini memiliki dampak kuat pada kinerja kader KB, dimana penyuluhan sangat bergantung pada penyuluhan PPKBD (Utomo, 2006). Ketidakberhasilan program KB juga tidak terlepas dari partisipasi petugas-petugas sukarelawan yang membantu PLKB di tingkat yang paling bawah yaitu PPKBD dan Sub PPKBD yang cenderung kurang aktif.

Penelitian-penelitian di atas turut mendukung perlunya memahami komunikasi yang dilakukan kader KB. Kader KB merupakan tenaga sukarela yang diambil dari tokoh maupun anggota masyarakat, yang dalam kehidupan sehari-hari menjalin hubungan (relationship) dengan masyarakat khususnya calon akseptor KB. Hubungan yang terjalin selalu berubah-ubah, adakalanya bisa berjalan mudah, nyaman, akrab atau bisa saja berjalan sulit, penuh pertentangan, beda pendapat, inilah dinamika hubungan. Hubungan bisa menjadi suatu masalah dan cara menemukan jawaban dari masalah yang dihadapi adalah dengan mempelajari hubungan tersebut. Komunikasi membantu kita memahami perbedaan hubungan dan perubahan hubungan (Littlejohn, 2011: 229).

Fenomena hubungan kader KB dengan calon akseptor ini menarik untuk diteliti karena di dalam kader KB melakukan penyuluhan KB terjadi dinamika hubungan yang jika tidak dikelola dengan komunikasi yang baik

(5)

bisa memicu terjadinya konflik. Sebelumnya banyak penelitian tentang kader KB dilakukan, dimana sebagian besar meneliti faktor-faktor yang mendukung kinerja PPKBD. Peneliti memfokuskan pada kemampuan berkomunikasi kader KB apabila bertindak sebagai seorang komunikator. Dari elemen komunikator, yang menjadi sumber dalam sebuah hubungan, pesan (informasi) tentang program KB disampaikan secara logis dan menyeluruh melalui persuasi yang tepat terhadap lawan bicara (dalam hal ini calon akseptor KB).

Penyuluhan yang dilakukan kader KB terhadap calon akseptor KB, membutuhkan ketelatenan dan kemampuan komunikasi yang memadai sehingga dapat menghadapi pendapat calon akseptor yang pro dan kontra dengan program KB. Menurut Relational Dialectics Theory, ketika kader KB menghadapi calon akseptor khususnya yang kontra program KB terjadilah pertentangan-pertentangan. Kader KB memiliki pendapat sendiri dan calon akseptor memiliki pendapat berbeda sehingga saling bertentangan dimana masing-masing pihak berupaya mempertahankan pendapatnya, maka terjadilah benturan-benturan kekuatan yang disebut Baxter sebagai kontradiksi. Baxter mengatakan contradiction is a core concept of relational dialectics. Contradiction refers to the dynamic interplay between unified oppositions (Baxter, 2008: 4). Komunikasi dialektis bisa dimaknai sebagai upaya menemukan solusi manakala terjadi pro dan kotra, proses terus menerus terjadi menuju pada kesempurnaan.

Selanjutnya kader KB dan calon akseptor melakukan komunikasi dialogis agar pertentangan tersebut diupayakan untuk mencapai persamaan sehingga hubungan yang terjalin kembali harmonis. Baxter menyebut dialog sebagai upaya perubahan dalam hubungan, dialogic complexity gives us a view of relationship change as multidirectional, polysemic, and unfinalize (Baxter, 2008: 8).

Proses penyampaian pesan oleh komunikator, individu merupakan sumber pesan yang berkaitan erat dengan refleksi kesadaran yang dimiliki. Aspek kognitif dianggap menjadi faktor penting dalam proses produksi pesan. Maka dalam mengkaji komunikasi dialektis kader KB, peneliti akan menganalisis bagaimana

(6)

konsep diri kader KB untuk mengetahui bagaimana pemahaman diri kader KB saat berinteraksi dengan calon akseptor (Littlejohn, 2011:99).

Selain konsep diri, komunikator dalam merancang pesan menggunakan logika yang berbeda dalam menentukan apa untuk mengatakan kepada calon akseptor dalam situasi tertentu. Teori logika pesan dari Barbara O'Keefe mengatakan bahwa kader KB mengedepankan ekspresif logic yaitu logika yang memandang komunikasi dilakukan sebagai perasaan dan pemikiran sender.

Logika ini cenderung mendorong komunikator untuk merancang pesan yang

bersifat terbuka dan reaktif, dengan adanya sedikit perhatian pada kebutuhan atau

keinginan orang lain, dan banyak terpusat pada diri sendiri (Littlejohn, 2011:165). Kader KB sebagai komunikator banyak mengedepankan ego dan sedikit perhatian terhadap kepentingan calon akseptor selaku komunikan.

Kontradiksi yang terjadi dalam hubungan tadi diupayakan untuk menemukan persamaan melalui komunikasi dialogis. Komunikasi dialogis yang dilakukan kader sebagai komunikator menurut teori kemungkinan elaborasi Petty dan Cacioppo diupayakan dapat menyentuh rute sentral calon akseptor KB sehingga penerima dapat terpengaruhi oleh maksud dari pesan yang disampaikan oleh komunikator sehingga tujuan yang diinginkan oleh komunikator dapat direalisasikan (Littlejohn, 2011:88). Kader sebagai komunikator berupaya mengolah pesan menjadi hal yang dianggap penting oleh calon akseptor sebagai komunikan.

Kader KB dalam mengolah pesan juga melakukan perubahan dengan mengedepankan logika retoris, dimana negosiasi situasi dilakukan dengan keluwesan dan kesopanan (Littlejohn, 2011:165). Tujuan komunikasi yang paling umum dan sering digunakan adalah sebagai upaya agar orang lain mematuhi apa yang kita inginkan sesuai teori mendapatkan kepatuhan Marwell dan Schmitt. Kader KB berupaya agar calon akseptor KB melakukan apa yang diinginkan dengan showing expertise about positive outcomes yaitu menunjukkan seberapa bagus hasil yang didapat jika calon akseptor KB patuh (Littlejohn, 2011:156).

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif pendekatan studi kasus. Tujuan digunakannya metode kualitatif yaitu untuk mendeskripsikan

(7)

dan menganalisis terkait dengan pengelolaan pesan kader KB ketika menghadapi dinamika hubungan antarpribadi dengan calon akseptor KB melalui komunikasi dialektis maupun dialogisnya. Studi kasus yang digunakan adalah studi kasus instrumental, meneliti kasus tertentu (misalnya, orang, kelompok tertentu, pekerjaan, departemen, organisasi) untuk memberikan wawasan isu tertentu atau membangun teori. Dalam penelitian kasus instrumental, kasus tidak menjadi minat utama, akan tetapi memfasilitasi pemahaman sesuatu yang lain yaitu keterbatasan pencapaian calon akseptor KB (Robert Stake dalam Thomas, 2010: 98). Kasus yang dimaksud terkait dengan memelihara hubungan dalam dinamika komunikasi antarpribadi melalui komunikasi dialektis dan dialogis kader KB di kalangan calon akseptor KB.

Berdasarkan latar belakang dimaksud, penulis ingin mengetahui DINAMIKA KOMUNIKASI KADER KELUARGA BERENCANA (Studi Kasus Komunikasi Dialektis dan Dialogis Kader KB Kota Surakarta Di Kalangan Akseptor KB).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran diri seorang kader KB?

2. Bagaimana komunikasi dialektis kader KB Kota Surakarta sebagai komunikator di kalangan akseptor KB?

3. Bagaimana komunikasi dialogis kader KB Kota Surakarta sebagai komunikator di kalangan akseptor KB?

(8)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana gambaran diri seorang kader KB.

2. Mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana komunikasi dialektis kader KB Kota Surakarta sebagai komunikator di kalangan akseptor KB.

3. Mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana komunikasi dialogis kader KB Kota Surakarta sebagai komunikator di kalangan akseptor KB.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi BKKBN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam upaya peningkatan kualitas penyuluhan KB di tingkat lini lapangan.

2. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam upaya meningkatkan motivasi dan kemampuan komunikasi pemberdayaan masyarakat program KB sebagai kader KB.

3. Bagi PLKB

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam upaya pendampingan kader KB sebagai mitra penyuluhan.

4. Bagi Akademisi

Hasil penelitian akan memberikan dukungan bagi literatur ilmu komunikasi, pada literatur dinamika relationship, khususnya komunikasi dialektis dan dialogis.

Gambar

Tabel  1.  Pencapaian  akseptor  KB  tahun  2012-2014  (Bidang  KB  Bapermas Kota Surakarta)

Referensi

Dokumen terkait

 Biaya produksi menjadi lebih efisien jika hanya ada satu produsen tunggal yang membuat produk itu dari pada banyak perusahaan.. Barrier

[r]

underwear rules ini memiliki aturan sederhana dimana anak tidak boleh disentuh oleh orang lain pada bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian dalam (underwear ) anak dan anak

Mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang/ Jasa untuk pelaksanaan kegiatan tahun anggaran 2013, seperti tersebut di bawah ini

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Leverage, Likuiditas dan Kapitalisasi Pasar terhadap Harga Saham pada sektor property dan real estate yang terdaftar

Latar Belakang: Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

Emisi surat utang korporasi di pasar domestik selama Januari 2018 mencapai Rp7,67 triliun atau naik 2,84 kali dibandingkan dengan Januari 2018, berdasarkan data oleh