• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEDERAN BENIH KERAPU SEBAGAI USAHA UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT PESISIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDEDERAN BENIH KERAPU SEBAGAI USAHA UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT PESISIR"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEDERAN BENIH KERAPU SEBAGAI USAHA UNTUK

MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT PESISIR

Suko Ismi Yasmina Nirmala Asih

Daniar Kusumawati Tri Heru Prihadi

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut PO Box 140 Singaraja Bali 81100

Telepon 0362-92278/92272 e-Mail: sukoismi@yahoo.com

Disajikan 29-30 Nop 2012

ABSTRAK

Ketersediaan benih ikan kerapu dimasyarakat telah mampu memasok kebutuhan budidaya.Umumnya benih kerapu yang di jual oleh para pembenih berukuran 3 cm untuk dibesarkan di keramba jaring apung. Namun,resiko kematian pembesaran ikan kerapu pada ukuran tersebut cukup tinggi. Sehingga perlu dilakukan evaluasi mengenai kegiatan pendederan ikan kerapu di masyarakat sebagai kegiatan lanjutan dari kegiatan perbenihan untuk memperkecil resiko kematian dalam kegiatan pembesaran dan sekaligus sebagai segmentasi usaha budidaya kerapu yang mampu menjadi alternatif usaha bagi masyarakat pesisir untuk meningkatkan pendapatannya. Berdasarkan hasipenelitian diketahui bahwa pertambahan panjang diikuti oleh pertambahan berat, laju pertambahan panjang dan berat per hari semakin-lama semakin menurun, pertambahan terbesar adalah pada pendederan bulan pertama. Dari perhitungan terlihat pada pendederan sampai dengan 1 bulan dengan sintasan 84,5% mempunyai keuntungan Rp. 6.808.150, dengan biaya produksi rata-rata Rp. 5.300 / ekor, tingkat R/C rasio = 1,42 dan titik impas dicapai pada sintasan 57,0%. Pendederan 2 bulan menghasilkan sintasan 82,23% mempunyai keuntungan Rp. 10.744.250 dengan biaya produksi rata-rata Rp. 6.500 / ekor, titik impas tercapai pada sintasan 49.0% dan tingkat R/C rasio = 1,67. Pendederan 3 bulan dengan sintasan 57,9% menghasilkan keuntungan Rp.6.830.850 dengan biaya produksi rata-rata Rp. 9.700 / ekor, titik impas tercapai pada sintasan 43,0% dan tingkat R/C rasio = 1,40. Sedangkan pendederan empat bulan mengasilkan sintasan 56,0% dengan keuntungan Rp. 11.825.800 dengan biaya produksi rata-rata Rp. 11.000 / ekor, titik impas tercapai pada sintasan 39,0% dan tingkat R/C rasio = 1,66. Dengan semakin lama pendederan, sintasan semakin kecil akibat kematian ikan yang disebabkan serangan penyakit bacteria Flexibacter sp dan bacteria Streptococcus sp. Dari hasil penelitian ini pendederan kerapu cantang mempunyai prospek usaha yang baik,, dengan lama pendederan ikan semakin besar/panjang maka harga semakin mahal hal ini harus diimbangi dengan sintasan yang tinggi. Maka untuk memperoleh keuntungan yang semakin besar sintasan harus jauh melebihi break even point /titik impas.

Kata kunci: pendederan, kerapu, segmentasi usaha,masyarakat pesisir

I. PENDAHULUAN

Ikan kerapu adalah komoditas ekspor perikanan Indonesia unggulan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Saat ini budidaya ikan kerapu sudah berkembang, maka perlu ketersediaan benih secara kontinyu untuk mencukupi kebutuhan benih. Ketersediaan benih dimasyarakat telah mampu terpenuhi melalui usaha pembenihan kerapu yang merupakan hasil penerapan teknologi penelitian terapan dari kegiatan penelitian yang diantaranya adalah teknologi pembenihan secara massal [12,14,15], penelitian yang

mendukung pembenihan pada perkembangan larva kerapu bebek [11], pakan awal [4, 16] dan lingkungan [1, 2, 5]. Beberapa benih kerapu yang sudah dapat memasok kebutuhan budidaya adalah kerapu bebek (Cromileptes

altivelis) dan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) [6, 7,

8,12]. Selain itu juga terdapat benih kerapu hibrid, yaitu persilangan antara 2 spesies kerapu yang berbeda seperti kerapu cantang persilangan antara kerapu macan dan kerapu kertang (Epinephelus lanciolatus) dan kerapu cantik hasil persilangan antara kerapu macan dan kerapu batik (

(2)

Epinephelus microdon) [10]. Hibridisasi dilakukan untuk

meningkatkan produktivitas kerapu dengan meningkatkan keragaan genetik kerapu di mana karakter-karakter dari tetuanya akan saling bergabung menghasilkan turunan yang tumbuh cepat, tahan terhadap penyakit bahkan perubahan lingkungan yang ekstrim dan bahkan terkadang menghasilkan ikan yang steril [3]. Nampaknya benih hybrid selain menambah diversifikasi spesies juga mempunyai prospek budidaya yang berpeluang untuk meningkatkan produksi perikanan ke depan [13]. Saat ini telah berkembang pembenihan kerapu hibrid, cantang persilangan antara kerapu macan (Epinephelus fuscoguttus) dan kerapu kertang (Epinephelus lanciolatus) dan kerapu cantik hasil persilangan antara kerapu macan dan kerapu batik ( Epinephelus

microdon) [10]. Selanjutnya juga sudah mulai dicoba

persilangan antar kerapu yang lain.

Pembenih kerapu biasanya hanya memelihara larva dalam satu siklus produksi hingga siap jual dengan ukuran 3 cm dengan lama pemeliharaan 60 hari [8]. Akan tetapi pada pemeliharaan benih kerapu di keramba jaring apung dengan ukuran awal 3 cm mempunyai resiko yang cukup tinggi karena banyak mengalami kematian dan memerlukan waktu pemeliharaan yang cukup lama hingga mencapai ukuran konsumsi, Untuk mempercepat perputaran usaha diperlukan kegiatan pendederan yaitu pemeliharaan benih dari ukuran 3 cm hingga ukuran 5-7 cm atau lebih besar hingga ukuran yang siap ditebar di keramba jaring apung sesuai permintaan. Kegiatan pendederan ini selain dapat menunjang keberhasilan kegiatan pembesaran di keramba jaring apung, juga diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif usaha bagi masyarakat pesisir. Pada usaha pendederan kerapu bebek menunjukkan prospek usaha yang menguntungkan dengan nilai R/C rasio lebih dari 1,0 [9].

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengevaluasi kegiatan pendederan kerapu cantang (Epinephelus fuscoguttus X Epinephelus lanciolatus) sebagai upaya untuk menekan resiko kematian dalam kegiatan pembesaran di keramba jaring apung dan sekaligus diharapkan mampu memberikan alternatif usaha bagi masyarakat pesisir guna meningkatkan pendapatannya.

II. METODOLOGI

Penelitian dilakukan di masyarakat, di Desa. Sanggalangit, Kecamatan. Gerokgak, Kabupaten. Buleleng, Bali. Benih yang dipelihara adalah benih kerapu cantang hasil persilangan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) dan kerapu kertang (Epinephelus lanciolatus) dengan ukuran panjang total rata-rata 3 cm dengan kepadatan tebar 1000 ekor/bak. Benih dipelihara pada kolam terpal (Gambar 1) ukuran 2 x 3 x 1 m dengan sistim air mengalir dan dilengkapi dengan aerasi sebagai sumber oksigen. Perlakuan yang diberikan adalah beda lama pendederan yaitu A. 1 bulan (30 hari), B. 2 bulan (60 hari), C. 3 bulan (90 hari), dan D. 4 bulan (120 hari) dengan 3 kali ulangan.

Sampling dilakukan setiap 5 hari untuk dilakukan

grading dan treatment pencegahan penyakit serta melakukan

pengukuran panjang dan berat total benih dengan mengambil secara sampling sebanyak 20 ekor. Penghitungan sintasan ikan yang hidup juga dilakukan setiap kali sampling. Setiap waktu sesuai perlakuan ikan dipanen 3 tangki/ ulangan untuk diambil datanya dan yang lain dilanjutkan pemeliharaannya. Parameter pendukung yang diamati adalah analisa ekonomi dari masing-masing perlakuan dan kwalitas air meliputi salinitas, suhu, pH dan DO.

Gambar 1. Kolam Terpal

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil pertumbuhan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa semakin lama waktu pendederan maka laju pertambahan panjang dan berat (%/hari) dan sintasan semakin menurun (Tabel 1). Selama pengamatan setiap 5 hari pada saat sampling diketahui bahwa ikan banyak mengalami kematian setelah pemeliharaan hari ke 70 (Gambar 2).

Gambar 2. Sintasan rata-rata benih cantang selama penelitian

Tren laju pertambahan panjang pada seluruh perlakuan lama pendederan mengikuti hubungan korelasi polynomial dengan persamaam yang berbeda beda (Gambar 3), di mana pada lama pendederan 1 bulan (A) korelasinya mengikuti persamaan y= 0,02x2 – 0,8416x + 25,793 dan R2 = 0,5733, lama pendederan 2 bulan (B) korelasinya mengikuti persamaan y= 0,0007x2 – 0,3044x + 23,217 dan R2 = 0,8083, lama pendederan 3 bulan (C) korelasinya mengikuti persamaan y= 0,0027x2 0,4512x + 25,008 dan R2 = 0,8579 dan lama pendederan 4 bulan (D) mengikuti persamaan y= 0,0033x2 – 0,4964x + 25,582 dan R2 = 0,823. Dari hasil pengukuran panjang total

(3)

rata-rata pada saat sampling setiap 5 hari menunjukkan

bahwa panjang total benih semakin meningkat (Gambar 4). Tabel 1. Laju pertambahan panjang dan berat dan sintasan benih selama penelitian

Keterangan: panjang total ikan awal rata-rata: 3,23 cm dan berat awal rara-rata: 0,58 gram

Gambar 3. Laju pertambahan panjang total kerapu cantang (%/hari) pada masing-masing perlakuan. Laju pertambahan panjang total pada perlakuan lama pendederan 1 bulan (A), 2 bulan (B), 3 bulan (C) dan 4 bulan (D)

Gambar 4. Panjang total rata-rata kerapu cantang selama penelitian

Tren laju pertambahan berat pada seluruh perlakuan menunjukkan hubungan korelasi yang berbeda-beda (Gambar 5). Pada lama pendederan 1 bulan (A) tren laju pertambahan berat mengikuti hubungan korelasi polynomial dengan persamaan y = 0,0599x2 – 2,6541x + 33,585 dan R2 = 0,8909, pada lama pendederan 2 bulan mengikuti hubungan korelasi logaritmik dengan persamaan y = -7,015ln(x) + 29,39 dan R2= 0,7919, lama pendederan 3 bulan (C) menunjukkan hubungan korelasi eksponensial dengan persamaan y = 13,803e-0,032x dan R2 = 0,7142, sedangkan pada lama pendederan 4 bulan (D) menunjukan hubungan korelasi polynomial dengan persamaan y = 0,0026x2– 0,4039x + 16,256 dan R2= 0,7142. Berdasarkan hasil pengukuran berat total rata-rata yang diukur setiap 5 hari pada saat sampling diketahui bahwa berat total ikan rata-rata semakin meningkat dan pada pemeliharaan diatas 100 hari berat total rata-rata ikan meningkat tinggi (Gambar 6).

(4)

Gambar 5. Laju pertambahan berat kerapu cantang (%/hari) pada masing-masing perlakuan. Laju pertambahan berat pada lama pendederan 1 bulan (A), 2 bulan (B), 3 bulan (C) dan 4 bulan (D)

Gambar 6. Berat total rata-rata kerapu cantang selama penelitian

Hubungan panjang dan berat total rata-rata (pertumbuhan alometrik) ikan kerapu cantang selama pemeliharaan menunjukkan hasil yang sama yaitu nilai b < 3 sehingga pertumbuhan berat jauh lebih cepat dibandingkan pertumbuhan panjang (Gambar 7). Pertumbuhan alometrik

diestimasikan dalam bentuk transformasi data logaritma dengan persamaan y = a Lbdi mana a adalah intersep dan b adalah koefisien pertumbuhan (Gisbert, et al, 2002). Pertumbuhan isometrik terjadi apabila nilai koefisien b=3, sedangkan pertumbuhan alometrik positif terjadi apabila nilai koefisien b >3 yaitu pertumbuah panjang jauh lebih cepat dibandingkan pertumbuhan berat dan sebaliknya pertumbuhan alometrik negatif terjadi apabila b<3 yaitu pertumbuhan berat jauh lebih cepat dibandingkan pertumbuhan panjang. Pada lama pendederan 1 bulan (A) diperoleh persamaan y = 0,1467e0,537xdan R2= 0,9519 di mana nilai b = 0,537, pada lama pendederan 2 bulan (B) menunjukkan persamaan y = 0,2566e0,4341xdan R2= 0,9634 di mana nilai b = 0,4341, pada lama pendederan 3 bulan (C) menunjukkan persamaan y = 0,3705e0,3794xdan R2= 0,9564 di mana nilai b = 0,3794 dan pada lama pendederan 4 bulan menunjukkan persamaan y = 0,5688e0,3254xdan R2= 0,9432 di mana nilai b = 0,3254 (Gambar 7).

Gambar 7. Pertumbuhan alometrik kerapu cantang pada masing-masing pelakuan. Pertumbuhan alometrik pada lama pendederan 1

bulan (A), 2 bulan (B), 3 bulan (C) dan 4 bulan (D)

Analisa ekonomi

Berdasarkan sintasan dari masing-masing pelakuan, dilakukan penghitungan terhadap anlisa usaha. Pada perlakuan lama pendederan 1 bulan dengan sintasan benih kerapu cantang mencapai 84,5% diperoleh keuntungan sebesar Rp. 6.808.150,00 (Tabel 2) dengan tingkat R/C rasio = 1,42 dan biaya produksi rata-rata Rp. 5.300 / ekor. Titik impas tercapai jika sintasan berada pada kisaran 57,0%. Sementara itu pada lama pendederan 2 bulan dengan

sintasan 82,23% diperoleh keuntungan sebesar Rp. 10.774.280 (Tabel 2) dengan tingkat R/C rasio = 1,67 dan biaya produksi rata-rata Rp. 6.500/ekor. Titik impas tercapai jika sintasan berada pada kisaran 49,0%. Pada lama pendederan 3 bulan dengan sintasan 57,90% diperoleh keuntungan sebesar Rp. 6.830.860,00 dengan tingkat rasio R/C= 1,40 dan biaya produksi rata-rata Rp. 9.700 / ekor. Titik impas tercapai jika sintasan berada pada kisaran 43,0%.

(5)

Sedangkan pada lama pendederan 4 bulan dengan sintasan 56,0% menghasilkan keuntungan Rp. 12.025.000,00 dengan tingkat rasio R/C = 1,66 dan biaya produksi rata-rata Rp.

11.000 / ekor. Titik impas tercapai jika sintasan berada pada

kisaran 39,0%.

Tabel 2. Analisa usaha pendederan ikan kerapu cantang pada seluruh perlakuan

Kualitas air

Selama penelitian, air pemeliharaan selalu di monitoring dalam kondisi optimum melalui proses filterisasi pasir yang dialirkan secara terus menerus pada bak pendederan.

Selama pendederan berlangsung, terjadi kendala ombak besar ketika memasuki bulan Juli hingga Agustus. Hal ini berdampak terhadapair pemeliharaan yang menjadi keruh berlumpur serta suhu air menjadi dingin. Namun demikian

(6)

kualitas air pemeliharaan seperti oksigen terlarut (DO),

salinitas, suhu dan pH rata-rata selama penelitian berlangsung masih berada pada kisaran normal (Tabel 3).

Tabel 3. Kualitas air pemeliharaan selama penelitian berlangsung

Parameter Bulan

Mei Juni Juli Agustus September

Suhu (ºC) 27,1 – 29,3 27,3 – 28,6 25,1 – 27,7 24,6 -27,6 26,4-28,4 Salinitas (ppt) 33 - 34 33 - 34 33 - 34 33 - 34 33 – 34 DO (ppm) 4,7 - 5,2 4,6 - 5.4 4,4 - 5,1 4,7 -5,9 4,4 -5,7

pH 8,2 - 8,4 8,3 - 8,5 7,9 - 8,3 8,1 – 8,4 8,0 -8,5

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama waktu pendederan, sintasan akan semakin menurun (Tabel 1). Penurunan sintasan mulai banyak terjadi pada hari ke 70 (Gambar 2). Hal ini terjadi akibat adanya kanibalisme dan penyakit. Berdasarkan hasil analisa ikan terserang bakteri Flexibacter sp. dan Streptococcus sp. Penyebab dari munculnya wabah penyakit tersebut adalah karena air pemeliharaan yang kotor oleh lumpur halus dan bahan-bahan organik akibat ombak besar yang mengakibatkan pengadukan (upwelling) pada air laut. Filter pasir yang tersedia tidak mampu menyaring bahan lumpur halus yang mengandung bahan organic kotor. Wabah penyerangan penyakit bakteri terjadi pada bulan Juli dan Agustus di mana pada bulan tersebut merupakan musim angin besar yang menimbulkan ombak besar dan berdampak terhadap penurunan suhu air yaitu mencapai 24,6OC – 27,7OC (Tabel 3). Pada suhu rendah, nafsu makan ikan cenderung menurun dan ikan relative pasif dalam bergerak. Pada kondisi tersebut ikan relative lebih mudah terserang penyakit. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama pendederan maka akan semakin besar resiko kematian ikan. Namun hal tersebut dapat ditanggulangi dengan melakukan pemeliharaan sebelum atau sesudah musim berangin yang terjadi pada bulan Juli hingga Agustus.

Hasil data pertumbuhan panjang maupun berat, menunjukkan bahwa semakin lama waktu pendederan maka laju pertambahan panjang maupun berat semakin rendah (Tabel 1). Ikan dengan panjang rata-rata awal 3,23 + 0,25 cm dengan berat rata-rata awal 0,58 + 0,058 gram mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan pada 1 bulan pertama pemeliharaan dan pertumbuhan akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya besar ukuran ikan. Hal ini berkorelasi positif terhadap harga benih, di mana semakin besar atau panjang ikan maka harga ikan semakin tinggi. Namun dengan semakin lama pendederan resiko kematian juga tinggi. Sehingga untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal maka perlu dipertimbangkan perihal sintasan yang dicapai dan resiko yang dihadapi. Berdasarkan hasil analisa usaha nampaknya pendederan ikan kerapu cantang mempunyai prospek usaha

yang baik. Semakin lama waktu pendederan akan semakin panjang ikan, maka harga juga akan semakin tinggi dengan titik impas semakin kecil. Hal ini menunjukkak bahwa semakin lama pendederan maka akan tinggi keuntungannya jika sintasan lebih tinggi dari titik impas.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa usaha pendederan ikan kerapu cantang dapat dijadikan kegiatan yang cukup menguntungkan sebagai alternative usaha bagi masyarakat. Semakin lama waktu pendederan seiring dengan semakin besar / panjang ikan dan tinggi harga ikan. Namun dengan semakin lama waktu pendederan resiko yang dihadapi juga tinggi. Sehingga untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal maka sintasan ikan juga harus melebihi titik impas (break even point). Perlunya pertimbangan terhadap musim sebagai faktor pembatas dalam usaha pendederan ikan kerapu cantang.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk pendederan pada berbagai jenis ikan kerapu yang lain agar dapat diketahui nilai ekonomisnya sebagai pertimbangan usaha di masyarakat

DAFTAR PUSTAKA

[1] Aslianti, T. 1996. Pemeliharaan kerapu bebek Cromileptes

altivelis dengan padat tebar yang berbeda. Jur. Penel.

Perikanan Indonesia. 2(2): 6-13

[2] Aslianti, T., J.H. Hutapea, S. Ismi, Wardoyo, danK.M. Setiawati. 1998. Penelitian pemeliharaan larva kerapu bebek Cromileptes altivelis dengan pengelolaan pakan dan lingkungan. Prosiding Simposium V. PERIPI. Universitas Brawijaya Malang 8-9 Desember 1998. p. 71-79.

(7)

[3] Hickling, C. 1968. Fish hybridization. Proc. of world symp. On warm water pond fish culture. FAO Fish Rep., 44:1-10.

[4] Ismi, S., Wardoyo, K.M. Setiawati, J.H. Hutapea, dan T. Aslianti,. 2000. Penggunaan copepod Acartia sp. sebagai makanan pada pemeliharaan larva kerapu bebek (Cromileptes altivelis). Jur. Penel. Perikanan Indonesia. 6(1): 19-23.

[5] Ismi, S., Wardoyo, K.M. Setiawati dan Tridjoko. 2004. Pengaruh frekwensi pemberian minyak ikan pada pemeliharaan larva kerapu bebek (Cromileptes altivelis). Jur. Penel. Perikanan Indonesia.10(5): 61-64

[6] Ismi,S. 2005. Pemeliharaan larva kerapu. Bahan kuliah pada Desiminasi Budidaya Laut Berkelanjutan Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol bekerja sama dengan Japan International Cooperation Agency dan Dirjen Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan.

[7] Ismi, S. 2006. Usaha pendederan benih kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus). Media Akuakultur. 1 (3): 97-10

[8] Ismi, S. 2008. Pendederan benih kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) di tambak merupakan salah satu alternatif usaha perikanan. Prosiding Seminar Nasional Perikanan 2008. Sekolah Tinggi Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta, 4-5 Desember 2008

[9] Ismi, S. 2010. Pendederan Kerapu Bebek (Cromileptes

altivelis) sebagai salah atu usaha untuk meningkatkan

pendapatan petani pada pembenihan ikan laut. Prosiding Simposium Nasional Pembangunan Sektor Kelautan dan Perikanan Kawasan Timur Indonesia. Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. [10] Ismi, S dan Yasmina N. A. 2011. Pengamatan

perkembangan benih kerapu hybrid persilangan antara kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) dan Kerapu Kertang (Epinephelus lanceolatus). Prosiding Seminar Nasional Perikanan Hang Tuah. Universitas Hang Tuah. [11] Slamet, B. Tridjoko,A. Prijono, T. Setiadarma dan K.

Sugama. 1996. Peneyerapan nutrisi endogen, tabiat makan dan perkembangan morfologi larva kerapu bebek (Cromileptes altivelis). Jur. Penel. Perikanan Indonesia. 2(2): 13-21.

[12] Sugama, K., Tridjoko, B. Slamet, S. Ismi, E. Setiadi dan S. Kawahara. 2001. Manual for the seed production on humpback grouper, Cromileptes altivelis. Gondol Research Institute for Mariculture and JICA. 37 pp. [13] Sutarmat. T, A. Hanafi dan Kawahara (2002). Leaflet

Budidaya Kerapu bebek (Chromileptes altivelis) Di keramba jaring apung. Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol bekerja sama dengan. Japan International Cooperation Agency).

[14] Sutarmat. T, S. Ismi, A. Hanafi dan S. Kawahara. 2003 Petunjuk Teknis Budidaya Kerapu Bebek (Cromileptes

altivelis) di Karamba Jaring Apung. Balai Besar Riset

Perikanan Budidaya Laut Gondol, Pusat Riset Perikanan Budidaya Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan dan Japan International Cooperation Agency. 56 p.

[15] Sunarma, A., D.W.B. Hastuti dan Y. Sistina. Penggunaan ekstender madu yang dikombinasikan dengan krioprotektan berbeda pada pengawetan sperma ikan nilem (Indonesian Sharkminnow, Osteochilus hasseltii Valenciennes, 1842). Prosiding Masyarakat Akuakultur Indonesia, Surabaya 5-7 Juni 2007. 9 p.

[16] Wardoyo, K.M. Setiawati, S. Ismi, J.H. Hutapea, dan T. Aslianti 1997. Pengaruh kepadatan rotifer Brachionus plicatilis terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan kerapu bebek Cromileptes altivelis. Prosiding Simposium Perikanan Indonesia II Ujung Pandang, 2-3 Dsember 1997. 11p.

Gambar

Gambar 2. Sintasan rata-rata benih cantang selama penelitian Tren laju pertambahan  panjang pada seluruh perlakuan  lama  pendederan mengikuti hubungan  korelasi polynomial  dengan persamaam yang berbeda beda (Gambar 3), di mana pada  lama  pendederan  1
Gambar 4. Panjang total rata-rata kerapu cantang selama  penelitian
Gambar  7.  Pertumbuhan  alometrik  kerapu  cantang  pada  masing-masing  pelakuan.  Pertumbuhan  alometrik  pada  lama  pendederan  1  bulan (A), 2 bulan (B), 3 bulan (C) dan 4 bulan (D)
Tabel 2. Analisa usaha pendederan ikan kerapu cantang pada seluruh  perlakuan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Improving student learning outcomes can also be seen from the mastery learning with minimum completeness criteria (KKM) set is 75. Increased again in the post test results of

Hal tersebut terbukti dengan lebih baiknya pen- capaian hasil postes kemampuan ber- pikir orisinil siswa pada kelas eksperimen dibandingkan dengan ke- las kontrol,

Walaupun bulutangkis Indonesia saat itu didukung oleh para pemain yang etnisnya berbeda-beda, seperti Ferry Sonneville yang merupakan keturunan indo-eropa, Tan Joe Hok yang secara

Kadar pasir yang terlalu tinggi mengakibatkan material tidak dapat merekat, dengan demikian sedimen lebih besifat kohesif, yang mana kohesif berfungsi sebagai

Dari dialah Ma’bad al-Juhani (w. Ma’bad menyebarkan paham ini di Irak sementara Ghailan menyebarkannya di Syam dan mendapat tantangn dari khalifah Umar bin Abdul

Memberikan masukan yang bermanfaat bagi Dinas atau Instasi terkait khususnya Komisi Penanggulangan Aids Kota Semarang dalam penanggulangan tingginya kasus HIV/AIDS

PJTB1 PJTB2 PJTKB Penjelasan Kuesioner Individu Blok XII : Lingkungan PJTB1 PJTB2 PJTKB B : Perilaku PJTB1 PJTB2 PJTKB Penjelasan Kuesioner Individu Blok XIII C :

(2) Izin Penyelenggaraan Reklame Terbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, diterbitkan atas penyelenggaraan reklame dengan jenis megatron dan jenis