• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agros Vol.15 No.2 Juli 2013: ISSN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Agros Vol.15 No.2 Juli 2013: ISSN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KORELASI KOMPONEN HASIL KEDELAI DAN BIOMASA TOTAL GULMA DENGAN WAKTU PENYIANGAN BERBEDA PADA KONDISI LAHAN

TANPA OLAH TANAH

CORRELATIONS OF YIELD COMPONENTS OF SOYBEAN AND WEEDS BIOMASS WITH DIFFERENT WEEDING TIME UNDER NO TILLAGE

Ahadiyat Yugi R. dan M. Soekotjo

Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, Jl. Dr. Soeparno Karangwangkal, Purwokerto 53123.

Alamat korespondesi: ahadiyat_yugi@yahoo.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara laju akumulasi bahan kering biji dan komponen hasil kedelai serta biomasa total gulma pada kondisi lahan tanpa olah tanah. Rancangan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan tiga ulangan. Percobaan ini terdiri atas dua faktor yaitu varietas (Slamet dan Sindoro) dan waktu penyiangan (2,4,6,8 minggu setelah tanam). Komponen hasil yang diamati meliputi laju asimilasi bahan kering biji, bobot biji per tanaman, volume 100 biji, bobot 100 biji, jumlah biji per tanaman, jumlah polong isi per tanaman, jumlah polong hampa per tanaman, panjang periode pengisian biji, umur berbunga dan umur panen serta biomasa total gulma. Korelasi tinggi ditunjukan oleh hubungan antara laju akumulasi bahan kering biji, jumlah biji per tanaman dan jumlah polong per tanaman. Umur panen memiliki korelasi tinggi dengan panjang periode pengisian biji. Total biomasa gulma berpengaruh secara negatif pada semua komponen hasil dan korelasi negatif tinggi ditunjukan terhadap bobot biji per tanaman dan jumlah polong isi per tanaman.

Kata kunci: korelasi,waktu penyiangan, komponen hasil, biomasa gulma.

ABSTRACT

Objective of this study was to know the correlation among yield components of soybean and weeds biomass with different weeding time under no tillage. Randomized complete block design was applied with three replicates. Two varieties of Sindoro and Slamet, and four weeding time of 2,4,6,8 weeks after sowing were testes. Variables were observed on dry seed accumulation rate, weight of seed per plant, volume and weight of 100 seeds, number of seed per plant, number of filled and unfilled seed per plant, period of seed filling, duration to flowering, harvesting time and total weed biomass. High correlation showed among dry seed accumulation rate, number of seed per plant and number of pod per plant. Harvesting time had high correlation with period of seed filling. Total weeds biomass had negative effect on all yield components and high negative correlation showed among weight of seed per plant and number of pod per plant.

(2)

PENDAHULUAN

Kedelai sebagai salah satu tanaman prioritas nasional dan merupakan tanaman utama yang dikonsumsi sebagai sumber protein nabati oleh hampir sebagian besar masyarakat Indonesia dan terus dikembangkan dalam peningkatan produksinya dalam berbagai upaya ektensifikasi dan intensifikasi. Agenda Riset Nasional tahun 2010-2014 menyebutkan bahwa produksi dan produktivitas kedelai dapat dilakukan salah satunya melalui pengembangan varietas unggul spesifik lokasi tahan cekaman abiotik. Namun demikian, upaya peningkatan produksi kedelai di berbagai daerah umumnya belum menjadi fokus utama dan hanya menjadi tanaman sela dibandingkan padi, sehingga tingkat produksinya masih belum mampu memenuhi kebutuhan nasional dan bahkan terjadi kekurangan, salah satunya akibat kondisi lingkungan yang tidak optimal. Selain kondisi lingkungan yang kurang mendukung rendahnya produksi kedelai disebabkan oleh antara lain pengolahan tanah yang kurang tepat dan pengelolaan gulma..

Komponen hasil merupakan orientasi utama dalam produksi tanaman yang didukung oleh pengelolaan tanaman dan tanah yang tepat. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah dalam pengendalian gulma yang bisa menyebabkan rendahnya hasil bahkan tidak menghasilkan sama sekali. Apabila gulma dikendalikan tidak pada waktu yang tepat atau terlambat bisa menurunkan hasil antara 15-40 persen (Ahadiyat dan Sardjito, 2011). Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pengolahan tanah. Pengolahan tanah yang terus menurus akan berdampak kurang bagus untuk budidaya di lahan kering seperti untuk budidaya kedelai. Kobayashi dkk. (2003) menyebutkan bahwa pengolahan tanah secara terus menerus menyebabkan pertumbuhan gulma semakin cepat, sehingga untuk menekan tingkat pertumbuhan gulma lebih baik dilakukan dengan sistem tanpa olah tanah.

Banyak penelitian yang telah dilakukan hubungannya dengan pengendalian gulma, pengeolahan tanah dan dampaknya terhadap hasil. Beberapa hasil penelitian telah dilakukan antara lain perubahan komposisi gulma pada sistem pengolahan tanah berbeda (Tuesca dkk., 2001). Dinamika populasi gulma pada lahan tanpa olah tanah dan sistem konvensional (Machado dkk., 2005), waktu tanam kedelai terhadap populasi gulma pada lahan yang diolah dan tidak diolah (Kobayashi dan Oyanagi, 2006), pengaruh pengolahan tanah pada pertanaman kedelai (Norsworthy dan Oliveira, 2007) dan aplikasi beberapa jenis herbisida dalam upaya pengendalian gulma pada pertanaman kedelai (Knezevic dkk., 2009). Namun demikian, penelitian yang mengkaji korelasi antara komponen hasil dan

(3)

biomasa gulma pada lahan tanpa olah tanah masih belum banyak dilakukan. Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui bagaimana tingkat hubungan antar variabel tersebut sebagai upaya untuk mencari implementasi di lapangan yang tepat dalam mendukung produksi atau hasil kedelai yang berkelanjutan.

METODE

Penelitian dilaksanakan di lahan SRDC (Soybean Research Development Center) Fakultas Pertanian Unsoed, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Tanah yang digunakan untuk penelitian ini berjenis inseptisol dengan ketinggian tempat 110 m diatas permukaan laut (dpl). Penelitian dilaksanakan pada musim kemarau dengan intensitas curah hujan sangat rendah yaitu kurang dari 30 mm per bulan. Rancangan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan tiga ulangan. Percobaan ini terdiri atas dua faktor yaitu varietas (Slamet dan Sindoro) dan waktu penyiangan (2,4,6,8 minggu setelah tanam).

Komponen hasil yang diamati meliputi laju asimilasi bahan kering biji, bobot biji per tanaman, volume 100 biji, bobot 100 biji, jumlah biji per tanaman, jumlah polong isi per tanaman, jumlah polong hampa per tanaman, panjang periode pengisian biji, umur berbunga dan umur panen. Untung pengamatan gulma dilakukan dengan mengampil sampel gulma pada tiap petak percobaan dan dihitung biomasa total dalam bentuk bobot kering gulma. Analisis korelasi dilakukan dengan mengacu pada Steel dan Torrie (1980).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. menunjukan bahwa laju akumulasi bahan kering biji berpengaruh nyata dan berkorelasi positif dengan bobot biji per tanaman (0,45), jumlah biji per tanaman (0,48), jumlah polong isi per tanaman (0,51) namun berkorelasi negatif dengan umur berbunga (-0,39). Terdapat hubungan positif yang erat antara laju akumulasi bahan kering biji dengan ukurann biji dan periode pengisian biji (Totok dkk., 2001; Ahadiyat dan Sardjito, 2011). Hal tersebut menujukan adanya hubungan yang searah dan saling mendukung. Peningkatan yang terjadi pada laju akumulasi bahan kering biji akan diikuti oleh peningkatan ukuran biji dan waktu pengisian biji dan begitu pula sebaliknya. Laju akumulasi bahan kering biji akan terhambat apabila umur berbungannya panjang begitu pula sebaliknya. Volume 100 biji (0,06), bobot 100 biji (0,11), jumlah polong hampa per tanaman (0,13), panjang periode pengisian biji (0,06) dan umur panen (0,12)

(4)

Tabel 1. Hubungan korelasi antara laju akumulasi bahan kering biji, komponen hasil dan biomasa total gulma Variabel Laju akumulasi bahan kering biji Bobot biji per tanaman Volume 100 biji Bobot 100 biji Jumlah biji per tanaman Jumlah polong isi per tanaman Jumlah polong hampa per tanaman Panjang periode pengisian biji Umur berbunga Umur panen Biomasa total gulma Laju akumulasi bahan kering biji - 0,45 * 0,06 ns 0,12 ns 0,48 ** 0,51 ** 0,13 ns 0,06 ns -0,39 * 0,12 ns -0,32 ns

Bobot biji per

tanaman - 0,08 ns 0,13 ns 0,95 *** 0,94 *** 0,15 ns 0,10 ns -0,44* 0,52 ** -0,66 ***

Volume 100 biji - 0,36 * 0,03 ns 0,09 ns -0,02 ns 0,25 ns 0,04 ns 0,38 * -0,16 ns

Bobot 100 biji - 0,04 ns 0,03 ns 0,02 ns 0,11 ns 0,31 ns 0,01 ns -0,26 ns

Jumlah biji per

tanaman - 0,96 *** 0,00 ns 0,05 ns -0,52 ** 0,51 ** -0,58 ** Jumlah polong

isi per tanaman - 0,11 ns 0,03 ns -0.48 ** 0,56 ** -0,62 *** Jumlah polong hampa per tanaman - 0,25 ns 0,07 ns 0,12 ns -0,40 * Panjang periode pengisian biji - -0,08 ns 0,63 *** -0,27 ns Umur berbunga - -0,37 * -0,23 ns Umur panen - -0,43 * Biomasa total gulma -

(5)

menunjukan adanya korelasi yang positif dengan laju akumulasi bahan kering biji namun menunjukan tidak ada perbedaan yang nyata.

Bobot biji per tanaman menunjukan adanya pengaruh yang berbeda nyata dan berkorelasi positif dengan jumlah biji per tanaman (0,95), jumlah polong per tanaman (0,94) dan umur panen (0,52). Hal ini menunjukan bahwa jumlah polong isi dan biji per tanaman berpengaruh kuat terhadap bobot biji per tanaman. Semakin tinggi jumlah polong isi dan biji per tanaman akan meningkatkan bobot biji per tanaman. Namun demikian, bobot biji per tanaman memiliki korelasi negatif dengan umur berbunga (-0,44). Hal ini menunjukan bahwa makin lama umur berbungan akan mengakibatkan pembentukan biji menjadi terhambat dan mengakibatkan bobot biji menjadi menurun. Bobot biji per tanaman tidak dipengaruhi oleh volume biji, bobot 100 biji, jumlah polong hampa dan panjang periode pengisian biji. Untuk volume 100 biji berkorelasi positif dengan bobot 100 biji (0,36) (Tabel 1). Komponen hasil antara lain jumlah cabang produktif per tanaman, jumlah polong isi per tanaman, jumlah biji per tanaman dan bobot biji per tanaman mengalami penurunan akibat adanya gulma (Hidayat dan Fatichin, 2010; Widyatama dkk., 2012).

Umur panen berkorelasi positif dan menunjukan perbedaan yang nyata dengan bobot biji per tanaman (0,52), volume 100 biji (0,38), jumlah biji per tanaman (0,51), jumlah polong isi per tanaman (0,56) dan panjang periode pangisian biji (0,63). Namun demikian, umur berbungan berkorelasi negatif dengan umur berbunga (-0,37). Hal ini menunjukan bahwa umur panen berpengaruh sangat nyata terhadap komponen hasil namun akan menghasilkan panen yang cenderung akan menurun apabila terjadi peningkatan pada umur berbunga (Tabel 1). Interaksi kedelai dengan gulma akan mempengaruhi umur panen karena semakin lama persaingan terjadi akan meningkatkan kemampuan tumbuh gulma yang terinvestasi dalam tanah (Leguizamo dkk., 2009).

Pada Tabel 1 ditunjukan bahwa biomasa total gulma memiliki nilai korelasi negatif pada semua komponen hasil meskipun ada yang berbeda secara nyata maupun ada yang tidak nyata. Komponen hasil yang berkorelasi negatif dan berbeda nyata antara lain bobot biji per tanaman 0,66), jumlah biji per tanaman 0,58), jumlah polong isi per tanaman (-0,62), jumlah polong hampa per tanaman (-0,40) dan umur panen (-0,43). Hal ini menandakan bahwa keberadaan gulma di lahan mempengaruhi terhadap seluruh komponen hasil dan berdampak negatif.

Chowdury et al. (2005) bahwa tindakan penyiangan dapat menyebabkan laju fiksasi CO2 tinggi dengan meningkatnya CO2 akan menyebabkan meningkatnya

(6)

fiksasi CO2 menurun dan berakibat menurunya fotosintat yang dihasilkan dan secara

langsung akan menurunkan laju fotosintesis (Purwanto dan Agustono, 2010). Keramati dkk. (2008) dan Knezevic dkk. (2009) menyebutkan bahwa keberadaan gulma tanpa pengendalian akan menyebabkan penurunan hasil. Selain itu Norsworthy dan Oliveira (2007) menyebutkan bahwa pengolahan tanah akan mempercepat tumbuhnya gulma. Oleh karena itu, pengelolaan tanah tanpa olah tanah lebih cenderung bisa menekan pertumbuhan gulma dibandingkan denan pengolahan tanah meskipun masih menyebabkan dampak negatif terhadap hasil kedelai.

KESIMPULAN

Antara laju akumulasi bahan kering biji, jumlah biji per tanaman dan jumlah polong per tanaman menunjukan hubungan korelasi yang kuat. Panjang periode pengisian biji akan mempengaruhi umur panen sehingga hubungan korelasi yang dihasilkan menjadi tinggi. Semaikin lama proses pengisian biji amak umur panen akan semakin lama begitu pula sebaliknya. Total biomasa gulma berpengaruh secara negatif pada semua komponen hasil dan korelasi negatif tinggi ditunjukan terhadap bobot biji per tanaman dan jumlah polong isi per tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Ahadiyat, Y.R. and A. Sardjito. 2011. Performance Of Two Soybeans (Glycine Max L. Merr) Cultivars In Different Weeding Times Under No Tillage. Res. J. Agric. Sci. 43(4):5-11.

Chowdury, R.S., K. Abdul, H. Q. Moynul, H. Abdul dan T. Hidaka. 2005. Effects of enhanced level of CO2 on photosynthesis, N content and productivity of

mungbean. South Pasific Studies, 25(2):97-102.

Hidayat, P. dan Fatichin. 2010. Penanda Morfologi Dan Fisiologi Kedelai Toleran Terhadap Gulma Teki. Agrin. 14(1):17-28.

Keramati, S., H. Pirdashti, M.A. Ismaili, A. Abbasian dan M. Habibi. 2008. The critical periode of weed control in soybean (Glycine Max L. Merr) in North of Iran conditions. Pak. J. Biol. Sci. 11(3):463-467.

Knežević, M., M Antunović, R. Baličević, dan L. Ranogajec. 2009. Efficacy Of Some Herbicides For Pre- And Postemergence Weed Control In Soybean. Herbologia 10(2):65-74.

Kobayashi, H. dan A. Oyanagi. 2006. Soybean sowing date effects on weed communities in untilled and tilled fields in north-eastern Japan. Weed Biol.Manag. 6:177–181

(7)

Kobayashi, H., Y. Hakamura, Dan Y. Watanabe. 2003. Analysis of weed vegetation of no-tillage upland fields based on the multiplied dominance ratio. Weed Biol. Manag. 3:77–92.

Leguizamo, E.S. N. N. Rodriguez, H. Rainero, M. Perez, L. Perez, E. Zorza dan C. Fernandez-Quintanilla. 2009. Modelling The Emergence Pattern Of Six Summer Annual Weed Grasses Under No Tillage Systems In Argentina. Weed Res. 49:98– 106.

Machado, A.F.L. A. Jakeiaitis, L. R. Ferreira, E. L. Agnes, dan L. D. T. Santos. 2005. Population Dynamios of Weeds in No-Tiiiage and Conventional Crop Systems. J. Environ. Sci. Health. 40:119-128

Norsworthy, J. K. dan M. J. Oliveira. 2007. Effect of tillage and soyabean on Ipomoea lacunosa and Senna obtusifolia emergence. Weed Res. 47:499–508

Purwanto dan T. Agustono. 2010. Kajian Fisiologi Tanaman Kedelai Pada Kondisi Cekaman Kekeringan Dan Berbagai Kepadatan Gulma Teki. Agrosains 12(1):24-28.

Steel, R.G.D., dan Torrie J.H., 1980 Principles and Procedures of Statistics: a Biometrical Approach, 2nd Ed. McGraw-Hill, Inc. Book Co., New York.

Totok, A.D.H., Y. Nugraha dan P. Hidayat. 2001. Pola hubungan laju akumulasi bahan kering biji dan beberapa karakter agronomi dengan hasil kedelai. Agronomika 1(1):16-22.

Tuesca, D., E. Puricelli, dan J.C. Papa, 2001. A long-term study of weed flora shifts in different tillage systems. Weed Res. 41:369-382

Widyatama,C.E., Tohari, R. Rogomulyo. 2012. Periode Kritis Kedelai Hitam (Glycine max (L.) Merill) Terhadap Gulma. Vegetalika 1(1):23-31.

Gambar

Tabel 1. Hubungan korelasi antara laju akumulasi bahan kering biji, komponen hasil dan biomasa total gulma  Variabel  Laju  akumulasi  bahan  kering biji  Bobot biji per tanaman  Volume 100 biji  Bobot 100 biji  Jumlah biji per tanaman  Jumlah  polong isi

Referensi

Dokumen terkait

Kuesioner yang dibuat dalam penelitian ini dibuat berdasarkan faktor – faktor yang mempengaruhi penerimaan teknologi informasi pada TAM, dengan menggunakan variabel

barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagaian adalah kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diwaktu malam dalam sebuah pekarangan

Semakin tinggi dan kuat kepemimpinan membentuk karakter pimpinan (atasan) maka semakin tinggi keinginan guru untuk melakukan pengembangan keprofesionalan. Guru yang telah menerima

thoracicus pada tanaman kakao yang digunakan dalam penelitian dengan menggunakan plastik nener, mengikat sarang buatan yang berisi semut hitam pada cabang tanaman

“Muhammad Ibn Ziyad mengatakan kepada kami, ia berkata: saya mendengar Abu Hurairah r.a mengatakan : Nabi saw bersabda: berpuasalah kamu karena melihat hilal dan

Adapun untuk menjamin keadilan serta kelayakan dari kegiatan induk perusahaan sebagai pimpinan sentral dari perusahan grup, maka perusahaan induk harus menerapkan

Untuk dapat terpenuhi beban kerja minimal 24 jam tatap muka per minggu hendaknya ada peraturan yang memayungi berkaitan dengan: (i) beban kerja tatap muka bisa 12 jam per

a) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari. b) Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya. c) Fungsional atau bermanfaat