• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Pendahuluan Kota Magelang merupakan salah satu daerah di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di tengah-tengah wilayah Kabupaten Magelang, sebelah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1. Pendahuluan Kota Magelang merupakan salah satu daerah di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di tengah-tengah wilayah Kabupaten Magelang, sebelah"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

6 1. Pendahuluan

Kota Magelang merupakan salah satu daerah di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di tengah-tengah wilayah Kabupaten Magelang, sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Secang, sebelah timur dengan Kecamatan Tegalrejo, sebelah selatan dengan Kecamatan Mertoyudan dan sebelah barat dengan Kecamatan Bandongan [1]. Menurut pendapat kepala bagian sarana prasarana pembangunan ekonomi Badan Perencanaan Pembangunan Kota Magelang (Bappeda), Kota Magelang memiliki keadaan ekonomi yang tidak merata, keadaan pada pusat kota sangat berkembang berdasarkan keberadaan fasilitas ekonomi yang ada, sedangkan pada pinggiran kota jarang terdapat fasilitas ekonomi. Maka dari itu, kota Magelang memerlukan penataan ruang ekonomi agar keadaan ekonomi kota lebih merata.

Pada penelitian ini, dilakukan analisis untuk menentukan lokasi yang akan dilakukan pembangunan tiga kegiatan ekonomi, yaitu kegiatan indutri, pasar tradisional, dan pasar swalayan. Penelitian ini menggunakan data perusaahaan industri, pasar tradisional, dan pasar swalayan dari tahun 2007, 2008, dan 2009. Penataan ruang ekonomi dapat dilakukan dengan menggunakan metode AHP

(Analytical Hierarchy Process), metode AHP menggunakan beberapa kriteria

dalam menyelesaikan masalah. Pada penelitian ini, digunakan beberapa kriteria, yaitu kriteria kepadatan penduduk, jumlah Usaha Masyarakat Kecil Menengah (UMKM), jumlah fasilitas umum (rumah sakit, sekolah, puskesmas, dan kantor pemerintahan), jumlah pasar tradisional, serta luas area kosong. Selain itu, digunakan 14 alternatif yang dibandingkan dengan kriteria, alternatif tersebut adalah kelurahan-kelurahan yang terdapat di kota Magelang, yaitu kelurahan Jurangombo, Magersari, Rejowinangun Selatan, Tidar, Kemirirejo, Cacaban, Magelang, Panjang, Gelangan, Rejowinangun Utara, Potrobangsan, Wates, Kedungsari, dan kelurahan Kramat. AHP merupakan metode yang tepat digunakan karena pada AHP menggunakan multicriteria yang dibandingkan dengan alternatif, maka sesuai dengan tujuan penghitungan yang membandingkan jenis kegiatan ekonomi dengan lokasi yang akan dilakukan pembangunan jenis kegiatan. Hasil perhitungan kriteria dan alternatif tersebut digunakan untuk menentukan lokasi yang akan dilakukan penataan ruang ekonominya dengan menggunakan metode AHP dan output berupa SIG berbasis web dan kesesuaian dengan peraturan daerah. Seluruh proses penghitungan, tujuan, dan hasil daerah sasaran pembangunan diimplementasikan ke dalam sistem agar dapat membantu dalam perencanaan pembangunan kota Magelang.

2. Kajian Pustaka

Penelitian yang pertama menuliskan tentang “Aplikasi Teknologi Sistem Informasi Geografis dalam Manajemen Tanah Perkotaan” membahas isu-isu tentang manajemen perkotaan, khususnya manajemen tanah perkotaan dengan menggunakan pemanfaatan Sistem Informasi Geografis digunakan sebagai alat prediksi dan perencanaan jangka panjang, serta alat untuk memonitor secara rutin perkembangan dan persoalan tanah kota. Manajemen tanah perkotaan di Indonesia harus dikembangkan secara lebih progresif, dan sistem informasi geografis merupakan sarana yang sesuai untuk mendukung tercapainya manajemen tanah perkotaan, yakni efisiensi dan keadilan dalam penguasaan, pemilikan dan pemanfaatan tanah. Kinerja sistem informasi geografis akan sangat ditentukan

(2)

7

oleh kepekaan para manajer kota untuk mendeteksi persoalan paling kritis yang sedang dihadapi lingkungan perkotaan.

Sistem Informasi Geografis mempunyai peluang dalam membantu dalam delapan cakupan manajemen perkotaan, yaitu pemetaan basis, penggunaan dan penutupan lahan, perubahan penggunaan tanah, infrastruktur, populasi, kepadatan perumahan dan tipologi, serta pengawasan lingkungan [2]. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan, membahas tentang pemanfaatan Sistem Informasi Geografis yang digunakan sebagai alat untuk memonitor suatu lokasi dalam tata ruang ekonomi. Pada sistem ini terdapat peta yang dapat digunakan sebagai alat melihat lokasi-lokasi yang akan dilakukan pembangunan pasar, pusat perdagangan maupun daerah industri. Sistem ini dibuat agar tata ruang dapat diterapkan pada lokasi yang tepat.

Penelitian yang kedua berjudul “Evaluasi Perencanaan Tata Guna Lahan Wilayah Perkotaan (Studi Kasus Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang)” mengungkapkan bahwa pembangunan diwilayah perkotaan saat ini memerlukan pengelolaan perencanaan spasial yang lebih efektif dan efisien yang memberikan manfaat secara optimal, serasi dan lingkungan yang berkelanjutan. Pengelolaan tersebut mengacu pada peraturan pemerintah serta undang-undang terkait perencanaan spasial di wilayah perkotaan dimana fokusnya yaitu pada penataan ruang, pembatasan luas wilayah administrasi, penguasaan dan pemilikan tanah perkotaan, dan perubahan pemanfaatan lahan perkotaan. Penelitian ini memuat analisa tentang perubahan dan kesesuaian tata guna lahan menggunakan aplikasi

Google Earth dari tahun 2005 sampai tahun 2009, Kota Malang. Penggunaan

lahan pada tahun 2005 masih didominasi oleh klasifikasi RTH (sawah, sungai, ladang, tegalan,sempadan dan taman). Dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat bepengaruh pula pada sector perdagangan dan jasa. Berdasarkan perubahan penggunaan yang ada maka didapatkan hasil bahwa masih banyak lahan yang belum sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat oleh Pemerintah Kota [3]. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan, membahas tentang tata ruang ekonomi kota Magelang yang akan dilakukan pembangunan jenis kegiatan pasar tradisional, swalayan/pusat perdagangan, dan industri, dengan tujuan memeratakan pembangunan ekonomi dengan memusatkan pembangunan di daerah yang keadaan ekonominya kurang baik dan fasilitas-fasilitas ekonominya kurang.

Penelitian yang ketiga berjudul “Rancang Bangun Sistem Informasi Promosi Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana berbasis AHP (Analytical Hierarchy Process)” [4]. Penelitian membahas tentang pemanfaatan metode AHP sebagai metode untuk menentukan tempat promosi yang tepat bagi sebuah fakultas, digunakan tiga kriteria yaitu biaya promosi dan jumlah mahasiswa, serta empat alternatif yaitu sangat tinggi, tinggi, cukup, dan rendah. Hasil dari perhitungan perbandingan kriteria dan alternatif kemudian digunakan untuk melakukan analisis terhadap data nyata yang telah ada, kemudian ditampilkan ke dalam sistem berdasarkan biaya promosi untuk suatu daerah dan jumlah mahasiswa dari daerah tersebut. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan, membahas mengenai pemanfaatan AHP sebagai metode untuk menentukan lokasi yang akan dilakukan pembangunan, dengan tiga sasaran kegiatan, yaitu kegiatan ekonomi pasar tradisional, swalayan/pusat perdagangan, dan industri. Masing-masing dari sasaran kegiatan tersebut memiliki 14 alternatif

(3)

8

yaitu kelurahan yang terdapat di kota Magelang dan tiga kriteria untuk masing-masing tujuan, kegiatan swalayan/pusat industri memiliki kriteria kepadatan penduduk, jumlah pasar tradisional dan koperasi, dan luas area kosong, kegiatan pasar tradisional memiliki kriteria kepadatan penduduk, luas area kosong, dan jumlah UMKM, sedangkan untuk kegiatan industri memiliki tiga kriteria yaitu kepadatan penduduk, luas area kosong, dan fasilitas umum yang meliputi jumlah rumah sakit, puskesmas, dan sekolah. Dari hasil AHP tersebut dilakukan analisis untuk memperoleh lokasi yang tepat untuk dibangun dan kegiatan yang tepat untuk suatu daerah sasaran tersebut, sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku. Sistem Informasi Geografi

SIG adalah data spasial dalam bentuk digital yang diperoleh melalui data satelit atau data lain terdigitasi. SIG merupakan sebuah rangkaian sistem yang memanfaatkan teknologi digital untuk melakukan analisis spasial. Sistem ini memanfaatkan perangkat keras dan lunak komputer untuk melakukan pengolahan data seperti perolehan dan verifikasi, kompilasi, penyimpanan, pembaruan dan perubahan, manajemen dan pertukaran, manipulasi, penyajian, analisis. Pemanfaat SIG secara terpadu dalam sistem pengolahan citra digital adalah untuk memperbaiki hasil klarifikasi. Dengan demikian, peranan teknologi SIG dapat diterapkan pada operasionalisasi penginderaan jauh satelit [5].

SIG merupakan sistem yang cenderung selalu dibuat untuk interaktif dan dapat mengintegrasikan data spasial (peta vektor dan citra digital), atribut (tabel sistem basis data). SIG memiliki kemampuan dasar sebagai perangkat lunak mapping system dengan kemampuan kartografisnya adalah kemampuannya dalam menjawab hal-hal terkait analisis (query). SIG dapat memecahkan masalah-masalah analisis spasial,atribut, dan kombinasinya. Dengan demikian, dengan memanfaatkan SIG, setiap pengguna dapat mengoptimasikan proses-proses analisis dan pembuatan peta (kartografis) dijital yang sebelumnya dilakukan secara manual atau semi-otomatis secara cepat, akurat, dan dapat diulang secara cermat [6].

Metode Analitycal Hierarchi Proccess (AHP)

Pada prinsipnya, metode Analytical Hierarchy Proccess (AHP) ini memecah-mecah suatu situasi yang kompleks, tidak terstruktur, ke dalam bagian-bagian secara lebih terstruktur. Pembuat keputusan kemudian membuat perbandingan sederhana hirarki tersebut untuk memperoleh prioritas seluruh alternatif yang ada [7]. Bagan Hirarki keputusan dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2 Hirarki Keputusan [7]

Prinsip Dasar AHP

AHP memiliki beberapa prinsip dalam pelaksanaannya, yaitu membuat hirarki dengan cara memecah sistem yang kompleks menjadi elemen-elemen

(4)

9

pendukung, menyusun elemen secara hirarki dan menggabungkannya. Setelah membuat hirarki, memecah dan menggabungkan, dibuat penilaian kriteria dan alternatif dengan melakukan perbandingan berpasangan, untuk berbagai persoalan skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik untuk mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan bisa diukur menggunakan tabel skala penilaian perbandingan berpasangan. Setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan untuk dapat menentukan prioritas. Nilai-nilai perbandingan relatif dari seluruh alternatif kriteria bisa disesuaikan dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot dan prioritas dihitung dengan memanipulasi matriks. Setelah penentuan prioritas selesai, dilakukan sebuah konsistensi logis yaitu obyek-obyek yang serupa bisa dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi, dan menyangkut tingkat hubungan antar obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu. Tabel skala penilaian perbandingan berpasangan dapat dilihat pada Tabel 1[8]

Tabel 1 Skala Penilaian Perbandingan Pasangan [8] Nilai Interpretasi

1 Kedua elemen sama pentingnya

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya 5 Elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lainnya 7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya. 9 Satu elemen jelas mutlak penting daripada elemen lainnya.

Tabel 1 menunjukkan skala perbandingan berpasangan yang digunakan untuk mengekspresikan pendapat dan tingkat kepentingan sebuah kriteria.

Pada pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik konsistensi yang ada. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan nilai konsistensi dengan menggunakan Daftar Indeks Random Konsistensi (IR), IR adalah nilai rata-rata CI yang dipilih secara acak pada A seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2 [7]

Tabel 2 Daftar Indeks Random Konsistensi [8]

n RIn 2 0 3 0,58 4 0,90 5 1,12 6 1,24 7 1,32

Tabel 2 merupakan tabel yang berisi daftar indeks random yang akan digunakan dalam perhitungan konsistensi.

Berdasarkan peraturan daerah dan hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala bagian sarana dan prasarana pembangunan ekonomi Badan Perencamaam Pembangunan Daerah Kota Magelang, diperoleh tiga jenis kegiatan ekonomi yang akan dibangun pada sistem, yaitu Kegiatan Industri, Kegiatan Pasar Swalayan/Pusat Perdagangan, serta Kegiatan Pasar Tradisional. Kegiatan industri memiliki tiga kriteria yaitu kepadatan penduduk, luas area kosong, dan jumlah fasilitas umum. Kegiatan swalayan/pusat perdagangan memiliki tiga kriteria yaitu jumlah pasar tradisional dan jumlah UMKM dan jumlah koperasi, luas area kosong, serta kepadatan penduduk. Kegiatan pasar tradisional memiliki tiga kriteria yaitu luas area kosong, kepadatan penduduk, dan jumlah UMKM.

(5)

10 3. Metode Perancangan Sistem

Metode Waterfall

Sistem dibuat dengan sasaran penggunanya adalah pemerintah kota Magelang dan masyarakat kota Magelang. Perancangan sistem informasi geografi tata ruang ekonomi perencanaan pembangunan ini menggunakan metode

Waterfall. Secara lengkap, alur model waterfall yang merupakan model klasik

akan digambarkan seperti pada Gambar 3 [9]

Gambar 3 Bagan metode Waterfall [9]

Metode waterfall memiliki lima tahap, yaitu analisis kebutuhan, desain sistem

dan software, penulisan kode program, pengujian program, dan penerapan program.

Tahap Analisis kebutuhan, menganalisis kebutuhan apa saja yang dibutuhkan untuk perancangan dan pembangunan sistem. Selain perangkat keras dan perangkat lunak, dibutuhkan data-data yang akan digunakan sebagai acuan dan penentuan kriteria dan alternatif dalam perhitungan AHP dan pembuatan sistem. Pengumpulan data, kriteria, dan alternatif dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan Bapak Yonas yang merupakan kepala bagian sarana prasarana pembangunan ekonomi Bappeda kota Magelang, serta dari peraturan daerah kota Magelang. Selain itu juga mengambil data langsung mengenai kegiatan industri, pasar, dan swalayan di kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan.

Sedangkan pada tahap desain sistem, akan dilakukan penyusunan proses, data, aliran proses dan hubungan antar data. Pada tahap ini dilakukan penyusunan proses dari data dan hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak Bappeda mengenai keadaan ekonomi dan perencanaan pembangunan, serta aliran proses pembuatan sistem dan hubungan antar data yang telah diperoleh dengan menggunakan UML. Tahap ini menjelaskan aliran bagaimana data akan diproses dan menjadi sebuah sistem. Berikut adalah use case diagram dan class diagram dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5. Use case diagram dapat dilihat pada gambar 4, yang menjelaskan tentang hak akses user yang dapat melihat seluruh isi dalam sistem, baik data tentang industri, pasar, swalayan, daerah sasaran maupun pemetaan untuk setiap kegiatan di kelurahan-kelurahan kota Magelang. Sedangkan admin memiliki hak akses yang lebih banyak dibandingkan dengan

user, admin dapat melakukan manage seluruh data yang meliputi add/edit/delete

data. Jika yang dipilih adalah add data maka form pengisian data akan mucul, lalu data disimpan ke dalam database. Demikian pula jika yang dipillih adalah edit data, akan muncul form edit data kemudian admin dapat merubah data dan data yang baru akan dimasukkan ke dalam database sistem, sedangkan untuk delete data, data akan dihapus setelah admin memilih delete data.

(6)

11

add/edit/delete

manage matrik Industri <<include>>

manage matrik Pasar

manage matrik swalayan

add/edit/delete

add/edit/delete <<include>>

<<include>>

View matrik Industri <<extend>>

view matrik Pasar <<extend>>

view matrik swalayan <<extend>>

manage data industri add/edit/delete

<<include>>

add/edit/delete

add/edit/delete manage data pasar

manage data swalayan

<<include>>

<<include>>

view data / peta industri <<extend>>

view data/peta pasar <<extend>>

view data/peta swalayan <<extend>>

add/edit/delete admin

manage data sasaran

<<include>>

user

view data/peta sasaran <<extend>>

Gambar 4 Use Case Diagram

Sistem memiliki class diagram seperti pada Gambar 5, menjelaskan bahwa pada sistem terdapat beberapa tabel database yang saling berhubungan, tabel sasaran memiliki relasi satu ke banyak, artinya tabel sasaran dapat menerima data dari tabel pasar dan industri. Keseluruhan tabel dalam sistem memiliki relasi dengan tabel admin. Tabel admin memiliki relasi satu ke banyak dengan semua tabel.

(7)

12

Gambar 5 Class Diagram

Tahap yang ketiga merupakan tahap penulisan kode. Penulisan kode ini dilakukan untuk pembuatan sistem yang berupa SIG berbasis web yang akan menampilkan data-data dan peta untuk kegiatan ekonomi kota Magelang beserta daerah sasaran pembangunan. Program dibangun dengan menggunakan PHP 5 untuk web, mySql untuk database, dan Google Map API untuk pemetaan program.

Tahap yang keempat adalah tahap pengujian program, pada tahap ini akan dilakukan uji coba terhadap sistem yang telah dibuat, apakah sistem yang dibuat telah sesuai dengan kebutuhan atau tidak, apakah sistem yang dibuat telah dapat berjalan dengan baik dengan menampilkan data-data, dan agar mengetahui kekurangan dari sistem yang dibuat sehingga dapat dibenahi apabila terdapat kesalahan dalam pembuatan sistem.

(8)

13

Tahap yang terakhir merupakan tahap penerapan program yang berupa sistem informasi geografi, serta melakukan pemeliharaan program, agar program dapat terus berjalan dengan baik dan melakukan pembenahan apabila terdapat eror atau kesalahan pada program ketika program telah diterapkan.

Rumusan Perhitungan Analytical Hierarchy Process (AHP)

Pada AHP, memiliki hirarki keputusan untuk memperoleh prioritas seluruh alternatif yang ada. Bagan hirarki keputusan dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 menjelaskan bahwa tujuan dari AHP adalah untuk pembangunan kegiatan indutri, memiliki 3 kriteria yaitu kepadatan, luas area kosong, dan jumlah fasilitas umum, dengan sub-objective skala 1, skala 2, dan skala 3. Alternatif berupa kelurahan yang terdapat di kota Magelang.

Tahap-tahap dalam AHP antara lain menentukan kriteria, tujuan, dan alternatif, membuat matriks perbandingan berpasangan, membuat matriks nilai kriteria, membuat matriks penjumlahan setiap baris untuk kriteria, membuat matriks perbandingan berpasangan untuk masing-masing kriteria, membuat matriks nilai kriteria untuk masing-masing kriteria, matriks penjumlahan setiap baris untuk masing kriteria, penghitungan konsistensi untuk masing-masing kriteria, membuat matriks hasil [7].

Pada AHP, tahap pertama yang harus dilakukan adalah menentukan tujuan, kriteria dan alternatif. Sistem memiliki tiga tujuan pada penghitungan AHP, yaitu sasaran kegiatan industri, sasaran kegiatan pasar tradisional, dan sasaran kegiatan swalayan/pusat perdagangan. Kriteria dan alternatif diperoleh dari hasil wawancara dan dari perda kota Magelang, alternatif untuk setiap kriteria adalah kelurahan-kelurahan yang ada di kota Magelang, yaitu Kelurahan Jurangombo, Kelurahan Magersari, Kelurahan Rejowinangun Selatan, Kelurahan Tidar, Kelurahan Kemirirejo, Kelurahan Cacaban, Kelurahan Magelang, Kelurahan Panjang, Kelurahan Gelangan, Kelurahan Rejowinangun Utara, Kelurahan Potrobangsan, Kelurahan Wates, Kelurahan Kedungsari, Kelurahan Kramat. Sedangkan untuk kriteria berbeda untuk setiap tujuan, pada tujuan kegiatan industri memiliki kriteria, yaitu kepadatan penduduk yang diperoleh dengan penghitungan jumlah penduduk/luas daerah, luas area kosong, jumlah fasilitas umum yang meliputi rumah sakit, sekolah, dan puskesmas. Pada tujuan kegiatan pasar tradisional memiliki kriteria kepadatan penduduk yang diperoleh dari hasil perhitungan Jumlah penduduk/luas daerah, luas area kosong, jumlah UMKM. Tujuan kegiatan swalayan/pusat perdagangan memiliki kriteria Kepadatan Penduduk yang diperoleh dari perhitungan jumlah penduduk/luas daerah, luas area kosong, jumlah pasar tradisional dan jumlah koperasi.

(9)

14

Setiap kriteria memiliki tingkat kepentingan yang berbeda untuk setiap tujuan. Tingkat kepentingan diperoleh berdasarkan wawancara, yaitu pada tujuan kegiatan industri kepadatan penduduk sangat jauh lebih penting dari luas area kosong, kepadatan penduduk sangat jauh lebih penting dari jumlah fasilitas umum, luas area kosong lebih penting dari jumlah fasilitas umum. Dari hasil tersebut kemudian diinterpretasikan ke dalam bentuk angka yaitu kepadatan penduduk tujuh kali lebih penting dari luas area kosong, kepadatan penduduk tujuh kali lebih penting dari jumlah fasilitas umum, luas area kosong tiga kali lebih penting dari jumlah fasilitas umum. Setiap kriteria memiliki range skala yang berbeda-beda pada setiap tujuan, range skala tiap kriteria diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak bappeda kota Magelang, skala tinggi, skala cukup, dan skala rendah ditentukan oleh bagian sarana dan prasarana untuk pembangunan ekonomi, kemudian kriteria skala diubah menjadi kriteria skala 1, skala 2, dan skala 3. Range skala kriteria untuk tujuan industri dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3 Range Skala Kriteria Tujuan Industri

Kriteria Skala 1 Skala 2 Skala 3 Kepadatan Penduduk ≥ 14001 jiwa 7001-14000 jiwa 0-7000 jiwa Luas Area Kosong 0 - 100m² 101m² - 200m² ≥ 201m² Fasilitas Umum ≥ 21 buah 11-20 buah 0-10 buah

Tabel 3 menunjukkan range skala tiap kriteria pada tujuan kegiatan industri,

range skala tersebut digunakan dalam penghitungan AHP yaitu pada

penghitungan matrik perbandingan berpasangan.

Pada tujuan swalayan/pusat perdagangan, tingkat kepentingan kriterianya adalah jumlah pasar sangat lebih penting dari kepadatan penduduk, jumlah pasar lebih penting dari luas area kosong, luas area kosong lebih penting dari kepadatan penduduk. Dari hasil tersebut kemudian diinterpretasikan ke dalam bentuk angka yaitu jumlah pasar lima kali lebih penting dari kepadatan penduduk, jumlah pasar tiga kali lebih penting dari luas area kosong, luas area kosong tiga kali lebih penting dari kepadatan penduduk Setiap kriteria memiliki range skala yang berbeda-beda pada setiap tujuan, range skala tiap kriteria diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak bappeda kota Magelang, skala tinggi, skala cukup, dan skala rendah ditentukan oleh bagian sarana dan prasarana untuk pembangunan ekonomi, kemudian kriteria skala diubah menjadi kriteria skala 1, skala 2, dan skala 3. Range skala kriteria untuk tujuan swalayan/pusat perdagangan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Range Skala Kriteria Tujuan Swalayan/Pusat Perdagangan

Kriteria Skala 1 Skala 2 Skala 3

Kepadatan Penduduk 0-7000 jiwa 7001-14000 jiwa ≥ 14001 jiwa Luas Area Kosong 0 - 100m² 101m² - 200m² ≥ 201m²

Jumlah Pasar Tradisional dan Koperasi 60-100 buah 31-60 buah 0-30 buah

Tabel 4 menunjukkan range skala tiap kriteria pada tujuan kegiatan swalayan/pusat perdagangan, range skala tersebut digunakan dalam penghitungan AHP yaitu pada penghitungan matrik perbandingan berpasangan.

Pada tujuan kegiatan pasar tradisional luas area kosong sangat lebih penting dari jumlah UMKM, luas area kosong lebih penting dari kepadatan penduduk, kepadatan penduduk lebih penting dari jumlah UMKM. Dari hasil tersebut kemudian diinterpretasikan ke dalam bentuk angka yaitu luas area kosong lima kali lebih penting dari jumlah UMKM, luas area kosong tiga kali lebih

(10)

15

penting dari kepadatan penduduk, kepadatan penduduk tiga kali lebih penting dari jumlah UMKM Setiap kriteria memiliki range skala yang berbeda-beda pada setiap tujuan, range skala tiap kriteria diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak bappeda kota Magelang, skala tinggi, skala cukup, dan skala rendah ditentukan oleh bagian sarana dan prasarana untuk pembangunan ekonomi, kemudian kriteria skala diubah menjadi kriteria skala 1, skala 2, dan skala 3.

Range skala kriteria untuk tujuan pasar tradisional dapat dilihat pada Tabel 5

Tabel 5 Range Skala Kriteria Tujuan Kegiatan Pasar Tradisional

Kriteria Skala 1 Skala 2 Skala 3

Kepadatan Penduduk 0-7000 jiwa 7001-14000 jiwa ≥ 14001 jiwa Luas Area Kosong 0-100m² 101m² - 200m² ≥ 201m²

Jumlah UMKM 0-20 buah 21-40 buah ≥ 41 buah

Tabel 5 menunjukkan range skala tiap kriteria pada tujuan kegiatan pasar tradisional, range skala tersebut digunakan dalam penghitungan AHP yaitu pada penghitungan matrik perbandingan berpasangan.

Tahap kedua adalah Membuat matriks perbandingan

berpasangan/Pairwise Comparison untuk kriteria. Pada tahap ini dilakukan penilaian perbandingan antara satu kriteria dengan kriteria yang lain. Penilaian dilakukan berdasarkan pada Tabel 1 yaitu Skala Penilaian Perbandingan Pasangan. Jika hasil matriks perbandingan berpasangan telah diperoleh, dibuat matriks nilai kriteria dengan cara menentukan jumlah kolom, angka-angka dalam tabel matrik perbandingan berpasangan tersebut dibagi dengan jumlah kolom masing-masing.

Tahap ketiga adalah membuat matriks nilai kriteria. Tahap keempat penjumlahan setiap baris/Weight Sum Vector untuk kriteria dengan penentuan konsistensi logis, dimulai dengan menentukan matrik penjumlahan setiap baris. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengkalikan nilai prioritas dengan matriks perbandingan berpasangan.

Tahap kelima membuat matriks perbandingan berpasangan/Pairwise

Comparison untuk masing-masing kriteria. Dilakukan penilaian perbandingan

antara satu kriteria dengan kriteria yang lain untuk masing-masing kriteria. Penilaian dilakukan berdasarkan Skala Penilaian Perbandingan Pasangan yang dapat dilihat pada Tabel 1. Setelah menentukan jumlah kolom, angka-angka dalam tabel matrik perbandingan berpasangan tersebut dibagi dengan jumlah kolom masing-masing. Langkah tersebut dilakukan untuk membuat matriks nilai kriteria untuk masing-masing kriteria.

Tahap keenam yaitu menghitung matriks penjumlahan setiap baris/Weight

Sum Vector untuk masing-masing kriteria dengan penentuan konsistensi logis,

dimulai dengan menentukan matrik penjumlahan setiap baris. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengkalikan nilai prioritas dengan matriks perbandingan berpasangan. Setelah penghitungan matriks untuk setiap kriteria, diperlukan penghitungan konsistensi untuk untuk masing-masing kriteria. Penghitungan ini digunakan untuk memastikan bahwa nilai rasio konsistensi (CR) <= 0.1. Jika ternyata nilai CR lebih besar dari 0.1, maka matriks perbandingan berpasangan untuk subkriteria harus diperbaiki. Perhitungan konsistensi untuk subkriteria dicari menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut :

(11)

16

CR (Consistency Ratio) = CI/RI

Keterangan :

CI (Consistency Index) = (λ maks – n) / (n-1)

λ maks = (Jumlah/n)

n = Jumlah subkriteria

Jumlah = Penjumlahan dari kolom hasil

RI = Daftar Indeks Random Konsistensi

Tahap yang terakhir adalah membuat matriks hasil, setelah semua proses perhitungan selesai dilakukan maka berdasarkan prioritas hasil perhitungan akan dibuat sebuah matrik hasil yang nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam menentukan daerah sasaran kegiatan ekonomi.

4. Hasil dan Pembahasan Implementasi Sistem

Gambar 7 Tampilan peta industri

Gambar 7 merupakan tampilan untuk peta industri, halaman ini berguna untuk melihat letak-letak perusahaan industri yang ada di kota Magelang, serta melihat perusahaan industri apa saja yang terdapat di kota Magelang. Selain itu, user dapat melihat daerah-derah industri dalam kota dan daerah yang jarang terdapat perusahaan industri. Perusahaan industri yang terdapat dalam peta meliputi industri aneka, industri kompor, industri pembuatan sepatu sandal, dan industri yang memproduksi makanan ringan dan makanan kemasan. Pada peta terdapat jenis industri, alamat industri, dan nama industri, serta letak industri tersebut.

(12)

17

Gambar 8 merupakan tampilan menu data industri untuk user, user dapat melihat data perusahaan industri yang terdapat di kota Magelang, terdapat alamat, jenis perusahaan, dan jumlah tenaga kerja. Data industri dibuat dengan beberapa kelompok industri, terdapat industri aneka, industri kompor, industri makanan ringan dan kemasan, serta industri sandal dan sepatu. User dapat menggunakan fasilitas seacrh yang terdapat pada sistem, untuk mencari jenis perusahaan industri yang ingin dilihat. Data perusahaan industri mencakup tiga tahun yaitu tahun 2007, 2008, dan 2009.

Gambar 9 Tampilan menu matriks kegiatan industri AHP

Gambar 9 merupakan tampilan menu nilai AHP yang terdapat pada sistem, pada halaman ini terdapat perhitungan metode AHP terhadap 3 (tiga) kriteria dan 14 alternatif. Seluruh penghitungan tujuan industri yang telah dilakukan ditampilkan pada halaman matriks kegiatan industri, dari tahap awal penentuan matriks perbandingan berpasangan hingga hasil yang diperoleh dari penghitungan. Halaman ini hanya dapat diakses oleh admin dari sistem.

Perhitungan Matriks Kegiatan Industri

Pada tahap ini dilakukan penilaian perbandingan antara satu kriteria dengan kriteria yang lain. Penilaian dilakukan dengan memberikan skala 1 sampai 9 sesuai dengan Tabel 1.

Tahap pertama yang dilakukan dalam penghitungan AHP tujuan industri adalah penentuan matriks perbandingan berpasangan untuk masing-masing kriteria, sesuai dengan bobot nilai kriteria yang telah ditentukan

Kepadatan Luas Fasilitas

Kepadatan 7/7 7/1 7/1 Luas 1/7 1 3/1 Fasilitas 1/7 1/3 1

Kemudian dilakukan penjumlahan matriks perbandingan berpasangan, untuk memudahkan proses penghitungan, maka bilangan yang berbentuk pecahan dibuat menjadi bentuk desimal

Kepadatan Luas Fasilitas Kepadatan 1 7 7 Luas 0,14 1 3 Fasilitas 0,14 0,33 1 Jumlah 1,28 8,33 11

(13)

18

Setelah matriks dijumlahkan, dihitung lagi dengan cara membagi nilai setiap kriteria dengan jumlah kriteria. Lalu didapatkan matriks nilai kriteria, hasilnya sebagai berikut

Kepadatan Luas Fasilitas Jumlah Kepadatan 0,78 0,84 0,636 = 2,256 Luas 0,109 0,12 0,272 = 0,501 Fasilitas 0,109 0,039 0,09 = 0,238

Kemudian dari matriks nilai kriteria tersebut dihitung nilai W untuk setiap kriteria dengan cara menjumlahkan nilai matriks setiap baris, lalu jumlah nilai tiap baris tersebut dibagi dengan jumlah baris yang ada

Jumlah Kepadatan = 2,256/3 = 0,752 Jumlah Luas = 0,501/3 = 0,167 Jumlah Fasilitas = 0,238/3 = 0,079

Langkah selanjutnya adalah menghitung rasio konsistensi (RK) yang dihitung dengan mengalikan matriks W dengan matriks hasil penjumlahan perbandingan berpasangan

matriks perbandingan berpasangan W RK 1 7 7 0,752 = 2,454 0,14 1 3 x 0,167 = 0,509 0,14 0,33 1 0,079 = 0,239

Kemudian untuk penghitungan selanjutnya adalah pembagian nilai RK dan nilai W untuk mendapatkan nilai elemen ke-i

2,454/0,752 = 3,263 0,509/0,167 = 3.047 0,239/0,079 = 3,025

Setelah mendapatkan nilai elemen ke-i, kemudian dihitung CI n (jumlah kriteria) = 3 t = 1/n ( 3,263 + 3,047 + 3,025) = 1/3 (9,335) = 3,111 CI = 3,111 – n n – 1 = 3,111 – 3 2 = 0,055 (konsisten)

Kemudian dilakukan pembobotan kriteria setiap tujuan kegiatan industri, bobot nilai kriteria digunakan untuk menghitung nilai per kriteria. Bobot nilai kriteria tujuan industri dapat dilihat pada Tabel 6

(14)

19

Tabel 6 Bobot Kriteria Industri

No Kelurahan Kepadatan Luas Area Kosong Fasilitas Umum

1 Jurangombo 2 3 2 2 Magersari 3 3 2 3 Rejowinangun Selatan 1 1 2 4 Tidar 2 3 2 5 Kemirirejo 2 2 2 6 Cacaban 2 1 2 7 Magelang 3 3 2 8 Panjang 1 1 3 9 Gelangan 2 2 2 10 Rejowinangun Utara 2 2 2 11 Potrobangsan 3 2 2 12 13 14 Wates Kedungsari Kramat 2 3 2 3 2 3 2 2 1

Tabel 6 menunjukkan bobot kriteria yang akan digunakan untuk menghitung nilai per kriteria, bobot kriteria diperoleh dari range skala yang telah ditentukan sebelumnya.

Kemudian dari bobot kriteria industri tersebut dilakukan penghitungan matriks seperti langkah sebelumnya untuk mendapatkan nilai W pada setiap alternatif, dilakukan matriks perbandingan berpasangan, penjumlahan, lalu mencari hasil rata-rata sebagai nilai W, dan diperoleh hasil sebagai berikut:

W alternatif pada fasilitas umum (0,130; 0,066; 0,066; 0,066; 0,066; 0,066; 0,066; 0,1002; 0,066; 0,066; 0,066; 0,066; 0,066; 0,517)

W alternatif pada kepadatan penduduk (0,144; 0,092; 0,033; 0,057; 0,057; 0,057; 0,092; 0,033; 0,057; 0,057; 0,092; 0,057; 0,092; 0,057)

W alternatif pada luas area kosong (0,146; 0,092; 0,031; 0,092; 0,041; 0,031; 0,092; 0,031; 0,041; 0,041; 0,041; 0,092; 0,041; 0,092)

W alternatif pada fasilitas umum memiliki arti besarnya nilai W seluruh kelurahan (alternatif) dalam kriteria fasilitas umum. Setelah mendapatkan 14 nilai W alternatif, diambil nilai W alternatif tertinggi pada setiap kriteria untuk kemudian dikalikan dengan nilai W kriteria, misalnya dari nilai W alternatif pada fasilitas umum diambil nilai tertingginya yaitu 0,517 (kelurahan Kramat), kemudian nilai tersebut dikalikan dengan W kriteria fasilitas umum yaitu 0,079.

Tabel 7 Total AHP Industri

W kriteria W alternatif Hasil Kepadatan 0,752 0,144 0,108 Luas 0,167 0,146 0,024 Fasilitas 0,079 0,517 0,04

Tabel 7 menunjukkan nilai pada kolom W alternatif baris kepadatan diambil dari nilai W kepadatan tertinggi pada alternatif kelurahan, nilai pada kolom hasil diperoleh dari perkalian antara kolom W kriteria dengan W alternatif. Hasil tertinggi pertama dan kedua yang didapatkan dari perkalian W tersebut merupakan hasil akhir dari kelurahan Jurangombo, namun karena pada kelurahan Jurangombo merupakan kelurahan yang memiliki kepadatan penduduk cukup tinggi dan jumlah fasilitas umum yang terlalu banyak, maka tidak memenuhi syarat untuk pembangunan daerah industri karena kegiatan industri dapat mengganggu masyarakat sekitar terutama pencemaran lingkungan sebagai

(15)

20

dampak negatif dari kegiatan industri. Maka dari itu, hasil akhir daerah sasaran industri menggunakan total AHP tertinggi ketiga yaitu kelurahan Kramat, dengan total AHP 0,04.

Tabel 8Total AHP Pasar Tradisional W kriteria W alternatif Hasil Luas 0,633 0,146 0,092 Kepadatan 0,259 0,127 0,032 Jumlah UMKM 0,105 0,122 0,012

Tabel 8 menunjukkan nilai pada kolom W alternatif baris kepadatan diambil dari nilai W kepadatan tertinggi pada alternatif kelurahan, nilai pada kolom hasil diperoleh dari perkalian antara kolom W kriteria dengan W alternatif. Hasil tertinggi yang didapatkan dari perkalian W tersebut merupakan hasil akhir daerah sasaran dan jenis kegiatan, yaitu kelurahan Jurangombo.

Tabel 9 Total AHP Swalayan/pusat perdagangan W kriteria W alternatif Hasil Pasar Tradisional 0,633 0,143 0,90 Luas 0,259 0,146 0,037 Kepadatan 0,105 0,127 0,133

Tabel 9 menunjukkan nilai pada kolom W alternatif baris kepadatan diambil dari nilai W kepadatan tertinggi pada alternatif kelurahan, nilai pada kolom hasil diperoleh dari perkalian antara kolom W kriteria dengan W alternatif. Hasil tertinggi yang didapatkan dari perkalian W tersebut merupakan hasil akhir daerah sasaran dan jenis kegiatan, yaitu kelurahan Jurangombo.

Tabel 10 Tabel Hasil Pengujian Sistem

No Point Pengujian

Validasi Hasil Uji Status Uji 1 Proses login Username kosong Password

kosong gagal login Berhasil

Username

benar

Password

salah gagal login Berhasil

Username

salah

Password

benar gagal login Berhasil

Username benar Password benar berhasil login sebagai admin Berhasil 2 Proses Melihat Data

Melihat data salah satu kegiatan ekonomi Berhasil melihat data kegiatan Berhasil 3 Proses edit data

Melakukan edit pada alamat Berhasil melakukan penggantiaan data Berhasil 4 Proses Hapus data

Menghapus salah satu data pada salah satu kegiatan Berhasil melakukan hapus data Berhasil 5 Proses

tambah data Menambah data

Berhasil menambah data Berhasil 6 Proses tambah gambar pada galeri

Menambah gambar pada galeri

Berhasil menambah gambar

(16)

21

Tabel 10 menjelaskan hasil pengujian sistem yang telah dilaksanakan, admin dapat melakukan login ke dalam sistem dengan menggunakan password dan

username sesuai dengan yang telah ditentukan. Pengujian untuk melihat data

kegiatan, ubah data, tambah data, dan hapus data mendapatkan hasil bahwa sistem dapat berjalan dengan baik dan tidak terdapat error, sistem dapat melakukan apa yang diperintahkan oleh admin dengan baik dan tepat. Selain menambah data, sistem juga dapat digunakan untuk menambah gambar pada galeri, proses penambahan gambar berjalan dengan baik, dan tidak terdapat error. Pengujian juga dilakukan dengan pengecekan langsung oleh user dari Bappeda kota Magelang, berdasarkan uji yang dilakukan didapatkan hasil bahwa sistem sudah memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan untuk melakukan perencanaan pembangunan kota. Pada pengujian ini, user memberi saran agar suatu hari nanti ditambahkan beberapa kriteria dalam sistem.

Terdapat perbedaan perhitungan manual dan sistem, perbedaan tersebut berupa perbedaan nilai dibelakang koma. Perhitungan pada sistem menggunakan pembulatan nilai dibelakang koma, sedangkan pada perhitungan manual tidak dilakukan pembulatan, dan menggunakan nilai 4 angka dibelakang koma.

5. Simpulan

Berdasarkan hasil pembangunan sistem informasi geografi perencanaan tata ruang ekonomi ini, maka dapat disimpulkan bahwa sistem dapat memberikan saran dalam penentuan kegiatan ekonomi dan daerah sasaran yang tepat di wilayah kota Magelang. Saran dalam penentuan kegiatan ekonomi dan daerah sasaran ini dihitung dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP), dengan menggunakan tiga kriteria berdasarkan hasil wawancara dan perda kota Magelang yaitu kegiatan industri, kegiatan pasar tradisional, dan kegiatan swalayan/pusat perdagangan modern, serta menggunakan 14 alternatif yaitu kelurahan Jurangombo, Magersari, Kramat, Potrobangsan, Rejowinangun Selatan, Rejowinangun Utara, Kedungsari, Panjang, Magelang, Cacaban, Tidar, Kemirirejo, Gelangan, dan Wates, dilakukan pembobotan dengan menggunakan perhitungan AHP.

Berdasarkan perhitungan AHP tersebut, dapat dibangun kegiatan-kegiatan ekonomi pada kelurahan Jurangombo sebagai daerah sasaran paling tepat untuk dilaksanakan kegiatan ekonomi pasar tradisional dan swalyan/pusat perdagangan modern, sedangkan daerah tepat sasaran kegiatan industri adalah kelurahan Kramat. Pada kelurahan-kelurahan tersebut yang akan dilakukan penataan ruang ekonomi sebagai tindak lanjut dari penelitian ini. Selain itu, sistem dapat digunakan oleh masyarakat dan pemerintah kota untuk mencari letak perusahaan industri, pasar swalayan dan pasar tradisional yang ada di wilayah kota Magelang, serta melihat perencanaan daerah yang akan dilakukan pembangunan.

(17)

22

6. Daftar Pustaka

[1] Anonim, 2009, Daerah Dalam Angka, Magelang : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.

[2] Prabawani, Veronica, 2003, Aplikasi Teknologi Sistem Informasi Geografis dalam

Manajemen Tanah Perkotaan:1

[3] Hutabarat, Fransiscus Hamonangan & Muhammad Taufik, 2009, Evaluasi

Perencanaan Tata Guna Lahan Wilayah Perkotaan (Studi Kasus Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang) (2009):1

[4] Dewi, Christine, 2011, Rancang Bangun Sistem Informasi Promosi Fakultas Teknologi

Informasi Universitas Kristen Satya Wacana berbasis AHP (Analytical Hierarchy Process), Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana

[5] Budiyanto, Eko, 2002, Sistem Informasi Geografi Menggunakan ArcView GIS, Yogyakarta : Andi

[6] Prahasta, Edi, 2007, Sistem Informasi Geografi : Membangun Aplikasi Web Based GIS

dengan MapServer, Bandung : Informatika

[7] Forman, Ernest H & Mary Ann Selly, 2001, Decision by Objectives.

[8] Kusumadewi, Sri, Sri Hartanti, Agus Hardjoko, Retantyo Wardoyo, 2006, Fuzzy

Multiple Atribute Decission Making (Fuzzy MADM), Yogyakarta : Graha Ilmu

[9] Pressman, R.S, 2001, Software Engineering : A Practitioner’s Approach, Amerika

Gambar

Gambar 2 Hirarki Keputusan [7]
Tabel skala penilaian perbandingan berpasangan dapat dilihat pada Tabel 1[8]
Gambar 3 Bagan metode Waterfall [9]
Gambar 4 Use Case Diagram
+7

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan judul

Dengan dilaksanakannya Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Puskesmas ini, diharapkan para calon apoteker dapat memiliki pengalaman, pengetahuan, informasi, dan

[r]

Tegangan yang terjadi disepanjang pipa adalah tegagan yang terjadi yang diakibatkan oleh beban yang terbawa oleh pssipa yakni beban yang diperoleh dari berat pipa, komponen,

Pertama, persoalan tempat tinggal yang difungsikan sebagai rumah ibadat, dari laporan pemantauan lapangan terdapat di sebagian besar kabupaten/kota yang dijadikan

Kapasitas Beban Lateral pada Tanah Kohesif; (a) untuk Pondasi Tiang Pendek, (b) untuk Pondasi Tiang Panjang. (Sumber :

Variabel dependen nilai perusahaan yang diukur dengan menggunakan Price to Book Value (PBV) menghasilkan nilai rata-rata ( mean ) sebesar 1.44 dan nilai standar

Laporan Surat Keluar Per-jenis Surat adalah laporan yang berfungsi untuk menyajikan informasi seluruh surat yang keluar dari Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera