• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP) LIMAU UNIT VII-HULU KABUPATEN SAROLANGUN PROVINSI JAMBI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP) LIMAU UNIT VII-HULU KABUPATEN SAROLANGUN PROVINSI JAMBI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

PROFIL KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP)

LIMAU UNIT VII-HULU KABUPATEN SAROLANGUN

PROVINSI JAMBI

Latar Belakang

Berdasarkan UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam dan lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) adalah wilayah yang pengelolaan hutan sesuai fungsi dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari. KPH menurut Permenhut Nomor: P. 6/Menhut-II/2009 tentang Pembentukan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan terdiri dari 3, yaitu : (1) Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK), (2) Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan (3) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP). Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) adalah kesatuan pengelola hutan yang luas wilayah seluruhnya atau didominasi oleh kawasan hutan produksi. KPHP merupakan kesatuan pengelolaan yang fungsi pokoknya merupakan hutan produksi.

Dalam Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2007 Jo Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 2008 tentang Tata Hutan, Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan telah ditetapkan tugas pokok dan fungsi KPH. Tugas pokok dan fungsi KPH tersebut terutama untuk KPHP dan KPHL, sebelum ada KPH sebagian dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan Provinsi dan Kabupaten/ Kota dan sebagian diantaranya dilaksanakan oleh para pemegang ijin. Dengan demikian, maka sebelum ada KPH, seluruh tugas pokok dan fungsi KPH tetap dijalankan oleh Dinas Kehutanan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi KPH tersebut yaitu pada penyelenggaraan manajemen pengelolaan hutan di tingkat tapak/lapangan, sedangkan tugas pokok dan fungsi Dinas Kehutanan yaitu penyelenggaraan pengurusan/administrasi kehutanan.

Dalam rangka pembangunan KPHP dan KPHL di Indonesia maka kementerian kehutanan telah menetapkan indikator kinerja utama (IKU) yang terkait dengan KPH yang

tertuang pula dalam Rencana Strategis Kementerian Kehutanan pada Permenhut No. P.51/Menhut-II/2010 tentang penetapan wilayah KPH di seluruh Indonesia dan

beroperasinya 120 KPH maka perlu dibentuk KPH Model di Seluruh Indonesia. Pembangunan KPHP dan KPHL meliputi tiga aspek yaitu pembangunan wilayah, pembentukan organisasi dan penyusunan rencana.

(2)

2

Sejarah Terbentuknya KPHP Limau Unit VII-Hulu

KPHP Unit VII-Hulu di Kabupaten Sarolangun telah ditetapkan sebagai KPHP Model sesuai SK Menhut Nomor SK. 741/Menhut-II/2011 tanggal 19 Desember 2011 dengan luas ± 121.102 Ha, terdiri dari :

- Hutan Lindung (HL) 54.793 Ha - Hutan Produksi Terbatas (HPT) 22.502 Ha - Hutan Produksi (HP) 43.807 Ha

Gambar 1. Peta Penetapan Wilayah KPHP Model Limau Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi

Kondisi Batas Kawasan Hutan

Batas Kawasan Hutan di wilayah KPHP Limau Unit VII-Hulu Kabupaten Sarolangun ini memiliki letak geografis 102o37′ – 102o5′ BT dan 2o21′ – 2o46′ LS.

KPHP Limau Unit VII-Hulu Kabupaten Sarolangun memiliki batas-batas administrasi, yaitu :

Utara : Kabupaten Merangin Selatan : Provinsi Sumatera Selatan Barat : Provinsi Sumatera Selatan Timur : Kabupaten Batanghari

(3)

3

Kondisi Penutupan Lahan

Tabel 1. Kondisi Penutupan Lahan

No Penutupan Lahan Luas (Ha)

1 Hutan Primer 3.575,80

2 Hutan Bekas Tebangan 92.242,00 3 Belukar Muda dan Semak 9.605,10 4 Perkebunan/Perkebunan Campuran 2.121,19

5 Tanah Terbuka 82,46

6 Pertanian Campuran 13.583,44

7 Transmigrasi 47,10

8 Hutan Primer 3.575,80

Kondisi Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan

- Ijin-ijin pemanfaatan yang terdapat dalam KPHP Model Limau : Tabel 2. Ijin-ijin Pemanfaatan Hutan

No Nama Jenis Luas ± Ha

(dalam KPHP)

1 PT. Gading Karya Makmur IUPHHK-HTI (sp1) 27.614,41 2 PT. Hijau Artha Nusa IUPHHK-HTI (sp1) 10.072,74

Grand Total 37.687,15

Keterangan : Luas Areal KPHP Model Limau yang masih dapat dimanfaatkan sebesar 83.414,85 Ha

- Penggunaan : Sudah ada perijinan pinjam pakai kawasan hutan dalam KPHP Model Limau.

Visi dan Misi KPHP Limau Unit VII-Hulu

Visi dan Misi KPHP Limau Unit VII-Hulu adalah sebagai berikut :

Visi : Visi KPHP Limau adalah “Hutan Lestari KPHP Mandiri”. Pengelolaan hutan lestrari dapat diartikan sebagai berikut :

1. Lestari secara ekonomi berarti akan dapat memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah dan nasional serta mampu meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar KPHP Model Limau Unit VII-Hulu.

2. Lestari secara sosial, berarti mampu memberikan dan menyediakan serta menyerap tenaga kerja terutama tenaga kerja lokal sehigga dapat mengurangi pengangguran dan kemiskinan.

3. Lestari secara lingkungan berarti tetap terjaganya fungsi-fungsi utama dan alami dari hutan di KPHP Model Limau Unit VII-Hulu sehingga dapat memberikan manfaat berupa jasa lingkungan yang berkelanjutan dan memberikan kenyamanan bagi masyarakat luas.

(4)

4

Misi : 1. Mendukung peningkatan kontribusi pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan terhadap kesejahteraan masyarakat dan perekonomian daerah.

2. Menjamin kelestarian fungsi ekologis hutan dan sekaligus sebagai zona lindung dan penyangga wilayah bawah kabupaten Sarolangun.

3. Membangun Kelembagaan pengeloaan kawasan hutan berbasis bisnis yang kokoh dan kuat.

4. Meningkatkan peluang partisipasi para pihak terutama masyarakat setempat dalam mengakses sumber daya hutan dalam berbagai skema pengelolaan. 5. Mempertahankan nilai-nilai adat sebagai warisan dalam upaya

mempertahankan dan melestarikan hutan.

6. Menjadikan kawasan KPHP sebagai salah satu sentra research (penelitian) ekosistem hutan tropis di Provinsi Jambi.

Dari visi dan misi KPHP Limau Unit VII-Hulu yang telah dirumuskan di atas, maka capaian-capaian tujuan utama yang diharapkan terpenuhi selama kurun waktu 10 tahun (2014 – 2023) adalah sebagai berikut :

1. Menigkatkan upaya pengelolaan kawasan hutan yang mampu berkontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perekonomian daerah.

2. Terlaksanaya upaya-upaya pemantapan status dan fungsi kawasan hutan yang dilaksanakan secara berkesinambungan.

3. Tertatanya wilayah kelola KPHP Limau Unit VII-Hulu ke dalam blok-blok dan petak-petak berdasarkan data dan informasi yang detail di lapangan.

4. Terselenggaranya fungsi penggunaan kawasan hutan melalui pembinaan, pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggara izin penggunaan kawasan KPHP Limau Unit VII-Hulu. 5. Terlaksananya upaya-upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dan

pemanfaatan sumber daya hutan.

6. Terselenggaranya fungsi rehabilitasi, reklamasi dan perlindungan hutan.

7. Tersedianya data informasi peluang investasi pengembangan kehutanan di wilayah KPHP Limau Unit VII-Hulu.

8. Terwujudnya kelola bisnis pada wilayah tertentu dengan penanaman agroforestry terpadu yang mampu mendanai KPHP secara mandiri.

9. Menjadi bagian dari fungsi research perhitungan, pelaporan dan verifikasi dalam rangka upaya penurunan emisi karbon.

(5)

5

Terbentuknya KPHP Limau Unit VII-Hulu Kabupaten Sarolangun ini juga ditetapkan oleh Peraturan Bupati Sarolangun Nomor 15 Tahun 2012 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sarolangun yang mana struktur organisasi unit pelaksana teknis dinas kesatuan pengelolaan hutan produksi ini terdiri dari : Kepala Dinas, Kepala UPTD, Sub Bagian Tata Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional (Gambar 2).

Gambar 2. Struktur Organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi

Potensi Sumber Daya Hutan di Wilayah KPHP

Potensi Sumber Daya Hutan di Wilayah KPHP, terdiri dari Potensi Non Kayu atau

Non Timber Forest Product (NTFP), Potensi Jasa Lingkungan, Jenis Satwa dan Jenis Kayu. Potensi Sumber Daya Hutan di Wilayah KPHP Limau Unit VII-Hulu Kabupaten

Sarolangun adalah NTFP (Non Timber Forest Product). NTFP yang ada di wilayah KPHP Limau adalah :

Potensi Non Kayu atau Non Timber Forest Product (NTFP)

‒ Kepayang (Pangium edule)

Kepayang adalah pohon yang memiliki potensi dari segi nilai konservasi dan ekonomi. Pohon Kepayang merupakan salah satu NTFP yang ada di wilayah KPHP Limau Unit VII-Hulu Kabupaten Sarolangun. Kepayang ini menghasilkan minyak Kepayang yang diperoleh dari biji Kepayang. Proses pengelolaan biji Kepayang menjadi minyak Kepayang ini dilakukan oleh masyarakat desa sekitar hutan di wilyah KPHP.

KEPALA DINAS KEPALA UPTD SUB BAGIAN TATA USAHA KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

(6)

6

Salah satu desa yang melakukan pengelolaan minyak Kepayang adalah Desa Sungai Bemban Kecamatan Batang Asai Kabupaten Sarolangun (Lampiran 1). Berikut merupakan produk minyak Kepayang yang dihasilkan oleh KPHP Limau Unit VII-Hulu Kabupaten Sarolangun (Gambar 3). KPHP Limau membantu masyarakat desa dalam melakukan pengemasan dan pemberian label serta pemasaran minyak kepayang sebagai bentuk kemitraan dengan cara kolaborasi. Dengan ini diharapkan minyak kepayang yang dihasilkan oleh masyarakat desa di sekitar wilayah KPHP dapat dipasarkan ke masyarakat luas.

Gambar 3. Produk KPHP Limau Minyak Kepayang

‒ Madu

Madu lebah hutan bersarang pada pohon besar, tinggi dan berumur ratusan tahun yaitu Pohon Sialang. Madu ini diambil oleh masyarakat desa di sekitar hutan wilayah KPHP Limau Unit VII-Hulu. KPHP Limau membantu masyarakat desa dalam melakukan pengemasan dan pemberian label serta pemasaran madu sebagai bentuk kemitraan dengan cara kolaborasi. Dengan ini diharapkan madu yang dihasilkan oleh masyarakat desa di sekitar wilayah KPHP dapat dipasarkan ke masyarakat luas. Madu ini dinamakan Madu Sialang dikarenakan madu ini diperoleh dari pohon besar yang bernama Pohon Sialang. Berikut merupakan produk madu yang dihasilkan oleh KPHP Limau Unit VII-Hulu Kabupaten Sarolangun (Gambar 4).

(7)

7

Selain itu terdapat juga potensi NTFP yang ada di wilayah KPHP Limau Unit VII-Hulu Kabupaten Sarolangun, yaitu : Rotan, Karet, Damar, Cempedak, Jernang, Gaharu dan Tengkawang.

Potensi Jasa Lingkungan

Potensi Jasa Lingkungan yang terdapat pada wilayah KPHP Limau Unit VII-Hulu Kabupaten Sarolangun adalah :

1. Objek wisata Goa Celo Petak dan beberapa goa lainnya yang terdapat di Marga Bukit Bulan Kec. Limun.

2. Sungai Batang Asai untuk Wisata Arung Jeram, Danau Kaco, Lubuk Larangan, Air Terjun Telun Seluro di Raden Anom.

3. Sumber mata air pemandian dewa di Marga Bukit Bulan yang dapat dikembangkan menjadi unit kelola usaha air minum dalam kemasan.

4. Sumber mata air asin Pegunungan (Mata air Inom) di desa Sungai Keradak

Jenis Satwa

Potensi jenis satwa pada wilayah KPHP Limau Unit VII-Hulu Kabupaten Sarolangun, yaitu : Harimau Sumatera, Babi, Ular, Ikan Semah, Burung Murai, Rusa dan berbagai jenis satwa yang dilindungi lainnya.

Jenis Kayu

Potensi jenis kayu pada wilayah KPHP Limau Unit VII-Hulu Kabupaten Sarolangun, yaitu : Kulim (Scorodocarpus borneensis Becc.), Ramin (Gonystylus bancanus), Tembesu (Fagraea fragrans), Jelutung (Dyera sp.) dan Meranti (Shorea sp.).

Kegiatan-kegiatan yang Telah Dilakukan di KPHP Limau Unit VII-Hulu Kabupaten Sarolangun

Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan di KPHP Limau Unit VII-Hulu Kabupaten Sarolangun tertera pada Tabel 3.

Tabel 3. Kegiatan-kegiatan KPHP Limau Unit VII-Hulu Kabupaten Sarolangun

No Jenis Kegiatan Keterangan

1 Sosialisasi KPHP tingkat Desa dan Kecamatan

Sosialisasi ini dilakukan di 16 desa pada 3 (tiga) kecamatan, yaitu Kecamatan Limun, Cermin Nan Gadang dan Batang Asai. Sosialisasi KPHP di tingkat Desa dan Kecamatan ini dimulai dari akhir tahun 2013 dan dilanjutkan kembali pada tahun 2014, yaitu sosialisasi tentang keberadaan KPHP Limau Unit VII-Hulu Kabupaten Sarolangun kepada masyarakat desa

(8)

8

tentang tugas dan tanggung jawab KPH, bahwa KPH merupakan fasilitator dari Dinas.

2 Kunjungan ke Goa Celo Petak Kunjungan calon KKPH ke Goa Celo petak yang berada di Desa Bukit Bulan Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun ini dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2014

Kunjungan kerja Wakil Bupati Sarolangun ke Goa Celo petak yang berada di Desa Bukit Bulan Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun ini dilaksanakan pada tanggal 10 Desember 2013.

3 Pengukuhan Hutan Adat Panca Karya dan Temenggung

Pengukuhan Hutan Adat Panca Karya dan Temenggung dilakukan pada tanggal 3 November 2014 di desa Panca Karya yang dihadiri oleh Wakil Bupati Sarolangun.

4 Study Banding Study banding merupakan kegiatan untuk meninjau dan melakukan evaluasi pada sebuah objek atau tempat lain. Terutama mengenai aspek-aspek kelebihan yang memiliki orientasi untuk pengembangan dan development.

Kegiatan Study banding hutan desa yang berlokasi di “Hutan Desa Rio Kemunyang” memiliki peran yang cukup besar sebagai langkah

(9)

9

awal pembelajaran pengelolaan hutan desa dengan melihat dan mempelajari secara langsung kondisi hutan desa dan kearifan masyarakat desa tersebut, serta diharapkan agar KPHP Limau dapat dapat mengadopsi kegiatan masyarakat

tersebut. Kegiatan ini dilaksanakan pada 5 s/d 6 Februari 2015.

Kegiatan Study Banding di KPH Batu Lanteh Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagai langkah awal untuk mencapai pengembangan usaha madu hutan dan budidaya madu Trigona secara baik dan benar. Selain itu study banding ini bertujuan untuk Agar personil KPHP memiliki ilmu serta pengalaman mengenai pengembangan usaha madu dan dapat mentransfer ilmu tersebut ke masyarakat setempat dan Membangun sinergitas KPHP dengan masyarakat. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 16 s/d 20 Februari 2015.

5 High Conservation Value Forest

(HCVF) bersama Tim FFI

Kegiatan ini terbagi menjadi 2 sub kegiatan yaitu sosialisasi dan Survey HCVF. Kegiatan ini dilakukan di 49 transek yang tersebar di ke 3 kecamatan.

Sosialisasi survey HCVF dilakukan bersama dengan tim FFI. Kegiatan ini merupakan kegitan yang dilakukan sebelum dilakukannya survay HCVF tersebut yang bertujuan untuk menginformasikan kepada msayarakat sekitar bahwa akan diadakan kegitan survey HCVF di wilayah desa tersebut.

HCVF ini didesain dengan tujuan untuk membantu para pengelola hutan dalam usaha-usaha peningkatan keberlanjutan sosial dan lingkungan hidup. Adapun targetan kegiatan HCVF ini adalah tersusunnya dokumen

Feasibility Study (FS) dan Project Design Document (PDD) untuk membantu KPHP Model

(10)

10

Unit-VII Sarolangun menyikapi peluang dari skema Payment for Ecosystem Service (PES) dan

carbon trade.

6 Produk KPHP Limau Madu Sialang dan Minyak Kepayang

Madu lebah hutan bersarang pada pohon besar, tinggi dan berumur ratusan tahun yaitu Pohon Sialang. Madu ini diambil oleh masyarakat desa di sekitar hutan wilayah KPHP Limau Unit VII-Hulu. KPHP Limau membantu masyarakat desa dalam melakukan pengemasan dan pemberian label serta pemasaran madu sebagai bentuk kemitraan dengan cara kolaborasi. Dengan ini diharapkan madu yang dihasilkan oleh masyarakat desa di sekitar wilayah KPHP dapat dipasarkan ke masyarakat luas. Madu ini dinamakan Madu Sialang dikarenakan madu ini diperoleh dari pohon besar yang bernama Pohon Sialang.

Kepayang menghasilkan minyak Kepayang yang diperoleh dari biji Kepayang. Proses pengelolaan biji Kepayang menjadi minyak Kepayang ini dilakukan oleh masyarakat desa sekitar hutan di wilyah KPHP. KPHP Limau membantu masyarakat desa dalam melakukan pengemasan dan pemberian label serta pemasaran minyak kepayang sebagai bentuk kemitraan dengan cara kolaborasi. Dengan ini diharapkan minyak kepayang yang dihasilkan oleh masyarakat desa di sekitar wilayah KPHP dapat dipasarkan ke masyarakat luas.

(11)

LAMPIRAN 1.

PENGELOLAAN BIJI KEPAYANG MENJADI MINYAK KEPAYANG YANG DILAKUKAN OLEH MASYARAKAT DESA SUNGAI BEMBAN KECAMATAN BATANG ASAI KABUPATEN SAROLANGUN

Pengumpulan buah yang masak (daging buah kuning, biji keras

dan jatuh secara alami)

Pembersihan daging buah atau dibusukkan

(2 minggu)

Biji kepayang direbus

(1,5 – 2 jam) Pembersihan daging biji dari tempurung (pencungkilan daging biji)

Pencucian daging biji kepayang dengan air yang mengalir (selama 2 hari) Daging biji kepayang dicincang tipis, diayak dengan

ayakan ukuran padi kemudian ayakan beras Pengeringan daging biji yang

telah dicincang (dijemur di sinar matahari)

Daging biji dihaluskan,

(12)

Kehutanan Non Kehutanan

1 S2 1 orang PNS (KKPH)

2 S1 5 orang 2 orang PNS (2)

Kontrak pusat(4)

3 D3 1 orang Kontrak pusat

4 SMA 2 orang 5 orang PNS (3 PNS)

Kontrak pusat (1) Honor daerah (1) TKS (1)

8 8

Lampiran 2

Sumber Daya Manusia KPHP Limau Unit VII Hulu, Sarolangun

Sarolangun, Juli 2015 Kepala KPHP

MISRIADI, SP.M.Sc NIP. 19790426 200312 1 003 Jenjang Pendidikan

No Latar Pendidikan Status kepegawaian

(13)

Lampiran 3

STRUKTUR ORGANISASI KPHP LIMAU UNIT VII HULU SAROLANGUN

Sarolangun, Juli 2015 Kepala KPHP

MISRIADI, SP.M.Sc NIP. 19790426 200312 1 003

Kepala Dinas

Ir. JOKO SUSILO

Kepala KPHP

MISRIADI, SP. M.Sc

Sub.Bagian TU

SRI LIAH SUZANTO, S.Hut

KELOMPOK FUNGSIONAL

1. Robiatul Adawiyah, S.PKP (PNS)

2. A.Khalif (PNS)

3. Sukahar (PNS)

4. Yanuri Harno (PNS)

5. Ahmad Taher (Honor Daerah)

6. Ayu Alhidayati, S.Hut (Kontrak Pusat)

7. Wardatur Rizqiyah, S.Hut (Kontrak Pusat)

8. Edy Suprapto, S.Hut (Kontrak Pusat)

9. Etti Nurcahyani Setiawan, S.Hut (Kontrak Pusat)

10. Cynthia Pradisti Amanda, S.E (Kontrak Pusat)

11. Hari Seprinal, A.Md (Kontrak Pusat)

12. Heru Prasetyo (Kontrak Pusat)

13. Supriati (Kontrak Pusat)

Gambar

Gambar 1.   Peta  Penetapan  Wilayah  KPHP  Model  Limau  Kabupaten  Sarolangun  Provinsi  Jambi
Tabel 1. Kondisi Penutupan Lahan
Gambar 2.   Struktur  Organisasi  Unit  Pelaksana  Teknis  Dinas  Kesatuan  Pengelolaan  Hutan  Produksi
Gambar 4. Produk KPHP Limau Madu Sialang
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pembangunan Sistem Pengurusan Makmal yang meliputi tempahan dan inventori ini adalah penting sebagai satu cara untuk menjadikan pengurusan makmal sains sekolah menjadi lebih

VALIDITAS PEMERIKSAAN BASIL TAHAN ASAM SPUTUM PASIEN TERSANGKA TUBERKULOSIS PARU DENGAN PEWARNAAN ZIEHL NEELSEN TERHADAP KULTUR M.tuberculosis PADA MEDIA OGAWA.. Emil E,

 Dari hasil analisa kebutuhan dan perancangan sistem kepada beberapa calon pengguna (mahasiswa) prototype pengembangan e-information yang dikembangkan dalam penelitian ini

Tethered cord syndrome (TCS) adalah kelainan yang ditandai dengan conus medularis yang letaknya dibawah lumbal 2 dapat disertai massa yang menahan conus medularis atau

Hal ini disebabkan pada frekuensi tertentu material akustik cenderung bersifat resesif dimana rendahnya nilai koefisien absorpsi bunyi pada frekuensi tertentu dan juga

Dengan kata lain “Arsitektur Tropis” disini adalah bagaimana untuk merancang sebuah bangunan yang memiliki sistem penghawaan alami, sistem kenyamanan di dalam ruang yang

Kebijakan dalam hal program acara yang diberikan oleh Kompas TV di Jakarta terkait Kompas Jatim tersebut merupakan kebijakan dari induk jaringan untuk tetap menayangkan

Model kajian tindakan yang diperluaskan oleh Kemmis dan McTaggart (1988) digunakan untuk mengkaji keberkesanan teknik Teater Forum dalam mengembangkan aspek penaakulan