• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berkunjung ke Batam. Kami ingin membeli rumah untuk berlibur di luar negeri. Tempat yang kami putuskan itu namanya pulau Batam.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Berkunjung ke Batam. Kami ingin membeli rumah untuk berlibur di luar negeri. Tempat yang kami putuskan itu namanya pulau Batam."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Alger Lu Zhiyan Yan Shini

Berkunjung ke Batam

Kami ingin membeli rumah untuk berlibur di luar negeri. Tempat yang kami putuskan itu namanya pulau Batam.

Batam adalah salah satu pulau di Indonesia, dan juga "pintu masuk" ke Indonesia. Pulau itu sekarang sudah menjadi daerah utama untuk turis dan industri. Penduduknya sudah bertambah besar dan ada 2,500 orang asing hidup dan bekerja di sana. Penduduknya: 88% orang Islam,

10% Kristen dan 2% orang Hindu dan Budha. Di pulau itu sudah dibangun banyak tempat istirahat dan penginapan. Di sana juga ada banyak golf course dan tempat untuk rekreasi yang lain. Meskipun ada beberapa tempat modern, di Batam masih ada tempat perkampungan. Contohnya Kampung Melayu.

Pulau itu hanya 20 km dari Singapura dan dengan kapal laut hanya makan waktu 1 jam. Dekat sekali dari Sinagpura, jadi mudah sekali untuk kami. Dari Singapura, kami akan bisa naik kapal laut dari "World Trade Center" atau terminal kapal tambang di "Tanah Merah". Di sana, kami bisa turun di terminal di Batu Ampar, Nongsa, Sekupang atau Batam Center. Ongkosnya juga tidak terlalu mahal, kurang lebih S$30 pulang pergi.

Sebelum ke Batam, kami sudah mencari informasi tentang beberapa rumah di sana. Kami sudah memilih 3 rumah yang cocok untuk kami. Sesudah itu, kami mengajak teman-teman mengikuti kami ke

(2)

Batam untuk mendapat opini mereka tentang rumah-rumah itu. Kami pergi ke Batam pada tanngal 8 Februari , hari Minggu.

Waktu sampai di sana, kami menyewa bis kecil yang ada sopirnya untuk membawa kami ke tempat rumah itu. Tempat pertama adalah Kampung Melayu. Itu desa untuk nelayan. Di situ, semua rumah hanya satu tingkat. Yang mengherankan di sana ada rumah di atas tanah dan di atas laut! Rumah biasa ada kebun belakang yang besar sekali dan catnya juga bagus. Waktu kami berkeliling, bisa melihat banyak binatang seperti anjing, ayam di jalanan. Di desa juga ada satu toko "7 11". Itu sebenarnya toko kecil yang menjual minuman, oleh-oleh dan koran, seperti toko "7 11" di Singapura, hanya tidak ada AC dan tidak buka 24 jam. Waktu kami di situ, kami berjumpa dengan kepala desa. Dia bercerita kepada kami tengtang kehidupan, lingkungan hidup dan kebudayaan di desa itu. Dia menjelaskan tentang "Gotong Royong". Apa "Gotong Royong" itu? Itu kebudayaan orang di desa Melayu. Orang di desa itu suka saling membantu. Contohnya kalau ada satu orang meninggal, walaupun mereka tidak begitu kenal, tapi karena dia juga anggota desa, mereka pasti bantuan kepada keluarganya. Karena ada "Gotong Royong", mereka seperti satu keluarga besar, kalau ada satu anggota ada kesukaran, semua pasti ingin membantu.

Dia juga menceritakan orang-orang di desa itu kebanyakan nelayan. Setiap hari pergi ke laut untuk menangkap ikan. Tapi, ikan yang bagus semua dijual ke Singapura. Kalau mereka ingin makan ikan bagus di situ, pasti mahal sekali. Orang di desa itu juga sebenarnya bukan penduduk asli Batam. Kebanyakan orang dari Malaysia atau Riau. Karena itu, orang di desa itu bahasanya terdengar/kedengarannya seperti lebih mirip dengan bahasa Melayu daripada Bahasa Indonesia. Dia juga memberitahu, di dekat desa hanya ada satu SMU, tidak ada sekolah untuk mahasiswa (universitas). Tapi, untuk kami, karena tempat itu hanya untuk liburan, fasilitas untuk belajar tidak penting. Sesudah mendengar cerita dia, dia membawa kami tur di desa Melayu dan membawa kami ke rumah yang mau dijual. Rumah itu dibangun di atas laut dan semuanya terbuat dari kayu. Yang paling enak, rumahnya semua menghadap ke laut.

Rumahnya sudah ada perabot dan barang elektronik seperti televisi dan radio. Rumahnya sangat besar, ada 3 kamar tidur dan satu ruang tamu. Kepala desa juga

(3)

bercerita kepada kami tentang tetangga kami. Di balkon, kami bisa mancing dan melihat pemandangan bagus. Yang mengherankan, mereka semua orang Singapura juga! Kami juga melihat ada banyak anak-anak sedang berenang di laut di antara rumah-rumahnya. Kami sangat suka tempatnya karena kehidupannya sederhana, tapi kami tidak begitu suka kotornya. Dibandingkan dengan Singapura, kerbersihan di sana kurang. Kami takut tidak bisa membiasakan diri dengan kotornya. Teman kami juga tidak begitu suka tempatnya karena agak susah kalau ingin membeli makanan dan jauh dari terminal feri.

Kedua, kami ke BTN di jalan Tiban. Rumah kedua di Blok B nomor 20. Menurut sopir, kalau dari terminal feri, jaraknya hampir sama dengan ke Kampung Melayu. Tapi, jalanannya sangat sempit dan rumah-rumahnya saling berdekatan sekali. Yang bagusnya semua rumahnya ada dua tingkat. Rumah-rumahnya terlihat seperti rumah tingkat di Singapura. Tapi parabot belum termasuk meskipun kelihatannya baru, tapi untung ada listrik dan air dari keran. Sesudah melihat rumahnya, kami berjalan-jalan dengan teman-teman kami.

Kebetulan, teman kami melihat ada sebuah Panti Asuhan di dekat rumah itu, nomernya 25. Jadi, kami berkunjung ke situ. Namanya tempat "Panti Asuhan plus Pesantren", dibuka tanggal 8 Februari 2001. Di situ ada 27 anak-anak, 12 perempuan dan 15 laki-laki dari luar pulau, umurnya kira-kira dari 5 tahun sampai 15 tahun. Mereka berpendidikan dari SD sampai SMA. Yang laki- laki harus belajar bagaimana memakai komputer dan perepempuan harus belajar bagaimana menjahit. Mereka juga sedang berdoa di lantai dua. Karena ingin tahu, kami naik ke lantai dua. Karena tangganya agak kecil, kami harus pelahan-lahan naiknya. Di atas, kamar berdoanya sangat kecil. Rumahnya juga ada kamar untuk komputer, tapi mereka hanya mempunyai satu

(4)

komputer. Waktu kami melihat rumahnya, kami merasa sedih sekali, karena mereka miskin sekali. Orang-orang di panti itu bercerita anak-anak itu jarang bisa makan permen karena tidak cukup uang untuk membelinya.

Kepala Panti Asuhan juga bercerita kepada kami tentang seorang anak yang paling kecil di rumah itu. Bapaknya meninggalkan ibunya dan dia di Batam. Ibunya bertemu dengan seorang laki-laki lain dan jatuh cinta pada orang itu dan orang itu menyuruh ibunya memilih dia atau anaknya. Karena ibunya terlalu cinta dengan orang itu, dia meninggalkan anaknya. Mula-mula anak itu dikirim ke Panti Asuhan di Madura. Habis itu di dikirim ke tempat lain, untuk 2 bulan dan akhirnya balik ke Batam. Sesudah mendengar cerita ini, kami semua kasihan kepada anak-anak di rumah itu. Kasihan sekali anak itu sudah punya pengalaman seperti ini waktu masih kecil. Kalau kami membeli rumah di situ, kami akan membantu mereka kalau kami liburan di Batam. Sebelum kami berangkat ke tempat lain, anak-anak itu mencium tangan kami. Sesudah itu, kami naik bis ke restoran "Udang Mas" untuk makan.

Restoran “Udang Emas” dibangun di atas laut. Tempatnya besar sekali dan tidak ada AC, tapi sejuk karena ada angin dari laut. Waktu kami ke tempat untuk cuci tangan, kami bisa melihat banyak ikan di laut. Kami memakai 2 meja dan semua orang minum kelapa muda. Kelapa mudanya enak sekali karena segar dan dingin. Makanan di restoran itu juga lumayan enak, ada udang, sayur, “gong-gong”, sop, kepiting, sotong dan ikan. Kami makan sambil mengobrol. Kalau dibandingkan Singapura, makanan di situ cukup murah, tapi porsinya juga kecil. Ikannya seperti hanya ada tulang, udangnya kecil sekali dan kepitingnya tidak ada banyak daging. Walaupun begitu, kami kenyang.

Sesudah makan, kami pergi menonton “Kuda Kepang”. Sebetulnya, kami tidak begitu ingin menonton karena harus membayar. Walaupun mereka tidak minta uang, tapi kalau kami tidak kasih juga tidak enak. Untung kami menonton, karena tontonan betul-betul menarik. Pertama, mereka memainkan tarian kuda. Kudanya bukan benar-benar kuda tapi kuda dari kardus. Walaupun aneh, tariannya menarik sekali karena kami belum pernah melihat tarian begitu. Selain itu juga ada tarian singa. Singanya kelihatan galak dan menakutkan. Menurut saya, singanya dari pulau Bali. Sesudah tarian, ada orang

(5)

dengan hanya memakai gigi mereka membuka kulit kelapa muda, seperti orang-utan. Dan juga makan api dan makan kaca beling! Wah, menarik sekali! Kata orang, dia bisa makan api dan kaca beling karena dia kesurupan. Karena itu, tidak ada orang yang boleh mengganggu dia. Kalau ada orang mengganggu, dia akan sakit. Orang juga cerita ke pada kami pelaku harus belajar untuk 2 tahun lebih.

Sesudah itu, karena istri dan teman-teman perempuan yang lain mau belanja, mereka menyuruh sopir mengantar kami ke toko “Polo Ralph”. Kalau dibandingkan dengan harga di Singapura, memang bajunya di situ murah sekali, tapi bahannya bisa kelihatan kurang baik daripada baju mewah yang sama di Singapura. Mereknya tidak palsu, hanya bajunya “buatan Indonesia”. Untung sopir bilang hanya bisa 1 jam untuk berbelanja di toko itu. Kalau tidak, kami akan kehabisan uang karena kami membeli banyak kaos! Waktu kami di dalam bis menunggu teman-teman lain yang belum selesai membayar kaosnya, kami diganggu oleh beberapa penjaja dari pinggir toko. Di pinggir jalan ada beberapa toko kecil yang lagi menjual buah-buahan. Ada macam-macam buah: avokad, jambu dll. Mereka sering membujuk langganan toko “Polo Ralph” terutama turis. Karena kami tidak mau membeli barang-barang dia, penjualnya berdiri di samping mobil, dan membujuk kami untuk beli. Akhirnya, supaya dia tidak menganggu terus, kami membeli satu paket dari dia.

Setelah itu, kami pergi ke “Dry Market” untuk beli oleh-oleh untuk dibawa pulang ke Singapura. Di toko itu ada banyak oleh-oleh, seperti “Teh Sosro”, kerupuk udang/ikan, ikan bilis (kering), cumi, kacang dan “Emping”. Harganya kelihatannya agak mahal, tapi karena di Singapura tidak ada, kami membeli kerupuk yang katanya merek terkenal dan enak untuk dimakan. Ada teman lain juga membeli kacang. Kalau itu makanan khas Indonesia, pasti enak.

Orang tua Istri saya adalah orang Buddha, jadi kami harus tahu di mana ada vihara supaya mereka bisa berdoa kalau mereka ikut berlibur di Batam. Maka, sopir

mengantar kami ke Vihara yang baru dan besar. Vihara itu namanya Maha Vihara Duta Maitreya. Wah, besar betul vihara itu! Bukan main pemandangannya

(6)

besar untuk setiap dewa. Kami senang sekali dengan vihara itu tapi pokoknya orang tua istri juga harus suka dengan linkungan vihara itu. Karena vihara ada di atas bukit, kami bisa melihat pemandangan Batam. Bagus sekali. Waktu kami di situ, kami melihat ada banyak orang juga mengunjungi Vihara itu. Kebanyakan orang Cina.

Sesudah mengunjungi vihara itu, kami meneruskan kerjalanan kami ke tempat rumah ketiga. Letak rumah ini di Batam Central, lingkungannya tidak seperti rumah yang lain. Lingkungan Batam Central lebih seperti kota, jalanannya tidak hanya lebih besar, tapi juga lebih banyak mobilnya. Kalau dibandingkan dengan tempat yang lain, lalu lintas di sana lebih macet. Saya merasa seakan-akan saya sedang berada di jalanan di Singapura! Menurut rencana, kami hanya akan pergi melihat rumahnya, tapi waktu istri melihat tempat belanja, dia menjadi "gila" dan sangat ingin pergi beberlanja lagi. Soalnya kami masih punya waktu, kami pergi ke “Matahari”, tempat belanja yang paling besar dan terkenal. Di sana ada suatu toko yang besar seperti toko Robinson di Singapura. Barang-barang yang dijual di sana murah sekali. Kualitasnya tidak begitu bagus, namun demikian kami membeli banyak barang di situ. Ada banyak merek yang asli atau palsu untuk baju, sepatu, jam tangan, tas dll. Ada satu orang teman saya membeli 3 koper! Dekat “Matahari” juga ada banyak warung di pinggir jalan yang menjual makanan. Ada “tahu goreng”, “asinan”, “gado-gado” dan lain-lain yang kelihatannya aneh sekali. Karena terlihat ada banyak lalat, kami tidak berani membeli makanan untuk dicoba. Di dekat situ juga ada satu gedung, di dalamnya hanya menjual baju. Ada banyak macam baju untuk dipilih kalau kami mau membeli. Tapi karena terlalu banyak barangnya, kami melihat sebentar sudah bisa merasa pusing. Karena kami agak capai, kami mencari tempat makanan di bawah “Matahari” untuk istirahat. Makanannya murah sekali. Satu piring kentang goreng hanya Rp1.000,00, kalau ditukar ke uang Singapura, itu hanya 20 sen! Kami juga membeli jus apokad karena kata orang, jus itu paling enak dan asli kalau dibeli di Batam. Rasanya pasti tidak sama dengan kalau dibeli di Singapura. Seandainya kami membeli rumah di sana, istri saya akan setiap hari belanja dan belanja lagi! Bagaimana ya?

Sesudah berbelanja, kami pergi melihat rumah ketiga. Rumah itu seperti rumah kedua, tapi karena lokasi rumah itu lebih enak, harganya juga lebih tinggi. Selain itu,

(7)

perabotnya belum termasuk dan listrik dan air leding belum tersedia, hanya saluran telepon sudah disambung. Kehidupannya juga cepat seperti di Singapura. Walaupun ada banyak toko untuk kami mudah membeli keperluan di sana, kami merasa tidak ada cukup alasan untuk kami untuk memilih rumah ketiga.

Tiga rumah sudah dilihat dan kami belum dapat memutuskan. Jadi teman kami merasa lebih baik kalau kami pulang dulu supaya bisa mendiskusikannya dengan keluarga sebelum kami membuat keputusan. Untung teman kami ikut dengan kami jadi kami bisa mendapat lebih banyak opini dari orang yang lain.

Karena sudah agak malam, kami kembali ke terminal feri. Sebelum naik kapal, kami membeli kue- kue namanya “Kue Lapis”. Karena katanya kuenya baru keluar dari toko kue, kami membeli beberapa kue untuk dibawa pulang. Lalu, kami naik kapal pulang ke Singapura. Di Batam kehidupannya sederhana, karena itu, kami pasti akan membeli rumah liburan di sana. Tapi, untuk kami, kalau kami kelamaan tinggal di situ, pasti akan merasa bosan!

(8)

Iklan Rumah Pertama

DIJUAL: RUMAH DI KAMPUNG MELAYU (BATAM) Kelompok Rumah

Nomor Iklan 224

Uraian Terbuat dari kayu bangunan di atas laut

Kota Riau> Batam

Alamat 211, Kampung Melayu, 34

Kamar tidur 3

Kamar kecil 2

Harganya 80.000.000 Rp

Luas tanahnya Kira kira150 meter persegi Luas bangunannya -

Menghadap Laut

Perabot Termasuk

Air leding Tersedia

Listrik Tersedia Saluran telepon Tersedia

AC Tidak ada

(9)

Iklan Rumah kedua

DIJUAL: RUMAH DI BTN TIBAN (BATAM) Kelompok Rumah

Nomor Iklan 100

Uraian 2 Tingkat

Kota Riau> Batam

Alamat BTN Tiban, Blok B, nomor 20

Kamar tidur 2

Kamar kecil 2

Harganya 100.000.000 Rp

Luas tanahnya Kira-kira 200 meter persegi Luas bangunannya 215 meter persegi

Menghadap Barat

Perabot Belum ada

Air leding Tersedia

Listrik Tersedia Saluran telepon Tersedia

AC Tersedia Nomor telepon penjual 9000 5162

(10)

Iklan Rumah ketiga

DIJUAL: RUMAH DI BATAM CENTRE (BATAM) Kelompok Rumah Nomor Iklan 110 Tempat

Uraian Dekat Gedung Olah Raga Bandung Internasional

Kota Riau> Batam

Alamat D1-208, Kelurahan I, PK 1.4/1.5, Citra Batam, Batam Centre

Kamar tidur 3

Kamar kecil 2

Harganya 150.000.000 Rp

Luas tanahnya Kira-kira 200 meter persegi Luas bangunannya 220 meter persegi

Menghadap Selatan

Perabot Belum ada

Air leding Belum ada

Listrik Belum ada

Saluran telepon Tersedia

AC Belum ada

Referensi

Dokumen terkait

cuffet dikeluarkan dan dituang kembali kedalam botol utk diukur lagi.. Assay

Kedua : Menugasi tenaga pendidik yang namanya tercantum dalam lampiran Keputusan ini sebagai Tim Pengasuh Mata Kuliah Umum Program Sarjana Fakultas Pertanian

Proses pelengkungan spesimen pelat baja dengan perlakuan bending line heating menyebabkan perubahan nilai kekerasan material meningkat rata-rata 14,31% dan spesimen

Berdasarkan apa yang telah tertuang dalam laporan tugas akhir dengan judul Perancangan Lego-park di Kota Batu, perlu kiranya penulis memberikan saran kepada pihak akademis

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2012.. No Uraian Pekerjaan Jumlah

Menjalani profesi sebagai guru selama pelaksanaan PPL, telah memberikan gambaran yang cukup jelas bahwa untuk menjadi seorang guru tidak hanya cukup dalam hal

Informasi yang dihasilkan SIG merupakan informasi keruangan dan kewilayahan, maka informasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk inventarisasi data keruangan yang berkaitan dengan

13 Tahun 2012 tersebut tujuan negara dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (1) bahwa “ Daerah Istimewa Yogyakarta selanjutnya disebut DIY, adalah daerah provinsi yang mempunyai