• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN. desa di Kabupaten Bantul yang terletak di bagian Barat Laut. Batas Desa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI KESIMPULAN. desa di Kabupaten Bantul yang terletak di bagian Barat Laut. Batas Desa"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI KESIMPULAN

Desa Argomulyo merupakan salah satu desa dari Tujuh puluh lima desa di Kabupaten Bantul yang terletak di bagian Barat Laut. Batas Desa Argomulyo di sebelah timur yaitu Desa Balecatur, Kabupaten Sleman, di sebelah Barat berbatasan dengan Desa Argorejo dan Desa Argosari, di sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sumbersari, Moyudan, Sleman dan Desa Sidomulyo, Godean, Kabupaten Sleman, di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bangunjiwo, Kasihan dan Desa Tri Widadi Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul.

Sesuai dengan Maklumat Gubernur Kepala Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 6 Tahun 1946 bulan Juni tentang Otonomi dan Penggabungan Kalurahan atau tentang penggabungan beberapa kalurahan menjadi satu kesatuan. Untuk itu setiap kapanewon membuat perencanaan pembanggunan kalurahan. Rencana itu disampaikan kepada Majelis Desa agar dibentuk Panitia Gabungan Kalurahan, dan diketuai oleh Panewu, beranggotakan pemuka-pemuka masyarakat dari empat kalurahan yang akan digabungkan. Digabung menjadi satu dan diberi nama Kalurahan Argomulyo. Semula terdiri dari :

1. Kalurahan Kemusuk mempunyai wilayah: Tempel, Puluhan, Kemusuk Lor, Engkuk-engkukan (Tegalsari), Kemusuk Kidul, Karang Montong, Srontakan, Kebondalem, Bobosan.

(2)

2. Kalurahan Watu mempunyai wilayah : Samben, Tulusan, Gunung Asem, Sengonkarang, Sengon Madinan, Watu, Plawonan, Sabrang.

3. Kalurahan Pedes mempunyai wilayah: Gejagan, Watugajah, Panggang, Trukan (Tegalrejo), Sijajar, Karanglo, Pedes, Karangasem, Surobayan. 4. Kalurahan Kaliberot mempunyai wilayah: Kaliurang dan Kaliberot.

Panitia Gabungan Dewan Kalurahan segera melaksanakan pemilihan perangkat kalurahan secara langsung, periode tahun 1946/1949, dengan hasil sebagai berikut.

Lurah Brotodiwarno (Kemusuk) - bekas Kalurahan Kemusuk. Kabag. Sosial Tarunowirejo (Pedes) - bekas Kalurahan Pedes.

Kabag. Umum Kasimin Purwosuharjono (pedes) - bekas Kalurahan Pedes.

Kabag. Keamanan Joyowigeno (Srontakan) - bekas Kalurahan Kemusuk. Kabag. Kemakmuran Dipodiwarno (Sengon Dawung) - bekas Kalurahan

Watu.

Kabag. Agama Kastubi (Kaliurang) - bekas Kalurahan Kaliberot. Para Pembantu Kabag:

Pemb. Kabag. Agama 1. Atmopawiro (karangasem) - bekas Kalurahan Pedes.

2. Sumitro(Sengonkarang) - bekas Kalurahan Watu. Pemb. Kabag. Sosial Atmorejo (Kaliurang) - bekas Kalurahan

Kaliberot.

Pemb. Umum 1. Harjoutomo (Kamusuk Lor) - bekas Kalurahan Kemusuk.

2. Sutapertomo (Kaliberot) - bekas Kalurahan Kaliberot.

(3)

Pemb. Kabag. Keamanan.

1. Joyosumarto (karangasem) - bekas Kalurahan Pedes.

2. Subarjo (Kaliurang) - bekas Kalurahan Kaliberot.

Pemb. Kabag. Kemakmuran

1. Sastrohandoyo (Sengonmadinan) - bekas Kalurahan Watu.

2. Kasmorejo (Panggang) - bekas Kalurahan Pedes.

3. Arjosuwito (Puluhan) - bekas Kalurahan Kemusuk.

Selama beberapa tahun setelah terjadinya Agresi Militer Belanda II di Yogyakarta, pemerintah desa Argomulyo belum bisa memulihkan kondisi pemerintahan desa dengan baik, termasuk kesejahteraan penduduknya. Gedung balai desa pun masih sangat sederhana. Pada bulan Februari 1969 terjadi pergantian pemerintahan perangkat desa, untuk selanjutnya lurah yang menjabat adalah H.R Notosuwito. Sejak saat itu beliau melakukan berbagai pembagunan infrastruktur demi kemakmuran desa Argomulyo. Membangun gedung Balai Desa Argomulyo, gedung SMP Negeri Argomulyo, SMA NegeriArgomulyo, selain itu termasuk pembangunan Monumen Setu Legi yang dianggap penting bagi pengetahuan bangsa. Monumen Setu Legi menggambarkan perjuangan warga Desa Argomulyo pada saat terjadinya Agresi Militer Belanda II di Yogyakarta.

Pada tanggal 19 Desember 1948 telah terjadi Agresi Militer Belanda II dengan sasaran adalah Yogyakarta sebagai Ibukota Republik Indonesia. Jalan ini bisa dikatakan merupakan jalan nekad Belanda karena pada saat itu KTN

(4)

sedang berada di Kaliurang Yogyakarta. Belanda memanfaatkan masa reses di Dewan Keamanan PBB karena akan menghadapi hari Natal. Belanda menyerang dengan menggunakan jalan udara, berbeda dengan siasat yang dijalankan pada waktu Agresi Militer Belanda I.

Tentara Nasional Indonesia yang sudah menyadari akan terjadinya Agresi Militer Belanda II sudah bersiap-siap di perbatasan Yogyakarta. Rencananya adalah TNI melakukan penghadangan jalan darat sesuai dengan pengalaman waktu terjadi Agresi Militer Belanda I. Sedangkan Yogyakarta sendiri hanya dijaga oleh beberapa kompi TNI dan Polisi Pelajar Pertempuran(P3). Ketika terjadi Agresi Militer Belanda II diserang melalui jalan udara, sehingga kota Yogyakarta dapat dengan mudah ditakhlukan oleh Belanda.

Agresi Militer Belanda II membuat para pemimpin yang berdiam diri di Istana Negara kemudian di jadikan tawanan dan diasingkan ke Bangka. Sementara pasukan TNI yang berjaga di perbatasan Yogyakarta segera kembali ke Yogyakarta. Jendral Sudirman dalam kondisi sakit dan keadaan begitu genting, Beliau mengeluarkan Perintah Kilat. Perintah kilat itu merupakan perintah kepada seluruh TNI untuk kembali melaksanakan tugas dengan berperang melawan Belanda. Sudah begitu banyak yang diupayakan oleh TNI untuk menghambat pasukan Belanda yaitu dengan menghancurkan beberapa jembatan penting yang menghubungkan kota Yogyakarta dengan kota lain, pabrik-pabrik gula dan sebagainya yang bisa dimanfatkan oleh pasukan Belanda.

(5)

Kota Yogyakarta telah dijaga ketat oleh pasukan TNI, pasukan Brigade X TNI yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto. Beberapa perwira menengah yang berada di kota Yogyakarta dengan pasukannya masing-masing segera mulai konsolidasi guna melakukan perlawanan terhadap musuh secara gerilya.

Sembilan hari setelah serdadu Belanda menduduki Kota Yogyakarta dan menawan pimpinan-pimpinanya, cukuplah bagi Letnan Kolonel Soeharto untuk mengkonsolidasi pasukanya. Hari Selasa Kliwon, tanggal 28 Desember 1948, dilakukan serangan pertama terhadap beberapa pos kedudukan serdadu Belanda di sekitar kota Yogyakarta. Menyusul hari Kamis Wage, tanggal 6 Januari 1949, malam hari dilakukan sabotase di jalan-jalan dan berbagai jembatan dengan memasang bahan peledak(MEN). Sebagian diantaranya dipasang di Jl. Raya Wates mulai dari Gamping sampai pada jembatan Bantar.

Perlawanan gerilya yang dilancarkan oleh masyarakat Argomulyo terhadap Belanda ini berupa pengacauan dan perlawanan langsung. Pengacauan berbentuk penebangan pohon-pohon di pinggir jalan yang menghubungkan daerah Kemusuk Lor dengan daerah Pedes, penjebolan gorong-gorong penghancuran jembatan-jembatan di jalan Godean-Pedes dan Jl.Raya Wates, perusakan rel kereta api di sepanjang Desa Argomulyo sampai pada Desa Balecatur Gamping, pembuatan lubang-lubang jebakan, melaksanakan gerakan bumi hangus seperti bangunan-bangunan yang bisa ditempati Belanda untuk membuat markasnya misalnya pabrik gula, dan pembakaran Stasiun Kereta Api Rewulu.

(6)

Serangan gannguan yang terjadi pada hari Ahad Pon tanggal 26 Desember 1948 tentara Belanda berhasil menduduki desa Bantar, membuat pos di dekat jembatan Bantar. Dua hari kemudian, Selasa Kliwon pukul 08.00 tujuh orang Belanda menyusuri jalan Pedes-Godean, dan datang ke Kemusuk. Mereka meminta kepada para penduduk dan memerintahkan agar kayu yang ditumbangkan ke jalan disingkirkan. Jika ini tidak diikuti, maka Kemusuk akan di sapu bersih atau dihancurkan.

Akhirnya demi menghindari jatuhnya banyak korban, maka perintah Belanda dipenuhi. Namun pada hari senin tanggal 3 Januari 1949 jembatan Glondong yang terletak di Jalan Wates dihancurkan oleh TNI dan masyarakat, bahu-membahu berjuang bersama rakyat. Langkah ini dilanjutkan oleh rakyat Argomulyo dengan menggali Jalan Pedes-Godean.

Pada hari Kamis tanggal 6 Januari 1949 tentara Belanda akhirnya menangkap Kepala Dukuh Panggang yang bernama Mangunsahar, Kepala Bagian Keamanan Joyowigeno dan tukang kebunya bernama Boiman. Selain itu ditangkap juga pesuruh Sekolah Rakyat Pedes, Jasetomo. Tidak lama kemudian, sehari setelah penagkapan, pada hari Jumat tanggal 7 Januari 1949 kalurahan Argomulyo diserang tentara Belanda dari arah Utara, pedukuhan Puluhan.

Pada tanggal 7 Januari 1949, sore hari, 23 orang gugur di Desa Kemusuk. Tercatat salah satu di antara mereka adalah Atmoprawiro(45th), orangtua pengusaha nasional Probosutejo dan sebagai Kepala Dukuh Kemusuk. Nama para pejuang yang gugur pada Jumat Kliwon yaitu: Joyowigeno(40th), Mangunsahar(45th), Imandiharjo(50th), Atmopawiro(50th), Kartodimejo(50th),

(7)

Sastrowiharjo(45th), Salamun(48th), Kusnidibyodumarto(35th), Mulslamet Joyodiharjo(43th), Boiman(18), Sorejo(50), Karsotaruno(50), Ronopaijo(50), Kartodiryo/Paing(40), Wongsosetiko(48), Josetomo(35), Kriyodi Kromo(Klumpuk)(50), Wiryosalimin (reserse)(45), Rejoinangun/senen(30), Jotaruno Solet(50), Martorejo(42), dan Samijo(25).

Menurut penghitungan orang Jawa kematian selalu dikaitkan dengan upacara 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1 tahun, 2 tahun, 1000 hari. Kurban Jum’at Kliwon sore itu dihitung hari berikutnya yaitu Setu Legi. Peristiwa itu diperingati dengan bagunan tugu “Monumen Setu Legi” di depan Gedung Serba Guna Argomulyo.

Pembangunan infrastruktur di Desa Argomulyo dimulai sejak H.R.Notosuwito yang menjabat mulai Februari 1969. Semua itu atas bantuan dari Keluaraga Bapak Probo Sutedjo, Letnan Kolonel Suharto dan H.R Notosuwito, misalnya pembangunan Balai Desa Argomulyo beserta Gedung Serbaguna, SMP Negeri 1 Sedayu, SMA Negeri 1 Sedayu, SMK Negeri 1 Sedayu, Universitas Wangsa Manggala, Makam Juang Somengalan dsb.

Meskipun sebagian besar bantuan dari keluarga besar Bapak Probo Sutedjo dan H.R Notosuwito, akan tetapi pembangunan dan perencanaanya atas dasar musyawarah antara lurah desa Argomulyo beserta LKMD, LMD dan seluruh stafnya. Menunjuk salah seorang arsitek dari desa Karang Montong bernama Bapak Dulhari. Bapak Dulhari yang merumuskan semua bangunan-bangunan di desa Argomulyo tersebut yaitu termasuk Monumen Setu Legi

(8)

untuk memperingati peristiwa Agresi Militer Belanda II yang melakukan operasi serangan di desa Argomulyo tersebut.

Monumen Setu Legi terletak di depan balai desa Argomulyo, Sedayu, Bantul, Yogyakarta. Monumen itu berukuran tinggi 2 meter, panjang 1,5 meter dan lebar 0,5 meter. Monumen menghadap ke Barat dan berdinding keramik. Di atas monumen ada replika burung garuda yang melambangkan pancasila sebagai dasar negara kita, di dinding sisi Barat di tulis tanggal pengesahan Monumen Setu Legi dan teks Pancasila. Dinding sisi Timur bertuliskan nama-nama korban yang gugur dalam peristiwa tersebut.

Dalam monumen Setu Legi itu sendiri daftar nama-nama yang gugur dalam peristiwa Agresi Militer Belanda II berjumlah 45 orang, sedangkan yang tercatat dalam sejarah peristiwa tersebut hanya 23 orang saja, karena jumlah 23 orang tersebut gugur pada hari yang sama yaitu hari Jumat Kliwon. Sedangkan 22 orang lainya gugur pada hari selanjutnya yaitu pada hari Sabtunya, dikarenakan sudah sore dalam penghitungan hari jawa maka sudah termasuk hari Minggu Pahing.

(9)

DAFTAR PUSTAKA Buku:

Bakri A.G Tianlean.(2010).Jenderal Besar HM.Soeharto Mengukir Dua

Momentum Penting Bagi Keselamatan Bangsa & Negara. Jakarta:Yayasan Kajian Citra Bangsa.

Balai Desa Argomulyo.(2011). Buku Laporan Kegiatan Balai Desa Argomulyo 2010/2011.(Latar Belakang Sejarah Desa Argomulyo).

Batara R.Hutagalung.(2010).Serangan Umum 1 Maret 1949.Yogyakarta: P.T LkiS Printing Cemerlang.

D.Sidik Suraputra.(1991).Revolusi Indonesia dan Hukum Internasional. Jakarta:UI-Press.

Dinas Sosial Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.(1984).Replika Sejarah Perjuangan RakyatYogyakarta Jilid II.Yogyakarta: Dinas Sosial Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada.

______.(1985).Replika Sejarah Perjuangan Rakyat Yogyakarta Jilid III. Yogyakarta: Proyek Pemeliharaan Tempat Bersejarah Perjuangan Bangsa di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dinas Sejarah Militer TNI Angkatan Darat.(1972).Cuplikan Sejarah Perjuangan TNI- Angkatan Darat. Jakarta: Offset Virgosari.

Djudjuk Juyoto ST,dkk.(1991). Gemuruh Kemusuk, Jakarta: Tifa Proyeksi Utama. DR.A.H.Nasution .(1974).Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid IX.

Bandung: Angkasa.

______.(1989)Memenuhi Panggilan Tugas, Jilid 2A: Kenangan Masa Gerilya . Jakarta: C.V Haji Masagung.

Dudung Abdurrahman.(1999).Metode Penelitian Sejarah.Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Gottschalk, Louis.(1982).”Understending History”a.b Nugroho Notosusanto. Mengerti Sejarah.Jakarta: UI Press.

Hasan Sadily.(1984).Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia.Jakarta: Bina Aksara. Helius Sjamsuddin & Ismaun.(1996).Pengantar Ilmu Sejarah.Jakarta: Depdikbud

(10)

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.

Heijboer, Pierre.(1998).Agresi Militer Belanda Merupakan pending Zamrud Sepanjang Khatulistiwa 1945/1949. a.b Karnera. Jakarta: P.T Gramedia Widiasarana.

Himawan Soetanto.(2006).Yogyakarta 19 Desember1948 Jendral Spoor(Operatie Kraai) versus Jendral Sudirman(Perintah Siasat No.1). Jakarta:P.T

Gramedia Pustaka Utama.

I Gde Widja.(1989).Sejarah Lokal dalam Pengajaran Sejarah.Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Jurusan Pendidikan Sejarah.(2006).Pedoman Penulisan Tugas Akhir Skripsi. Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.

Kuntowijoyo.(2005).Pengantar Ilmu Sejarah.Yogyakarta: P.T Bentang Pustaka. Marwati Djoened Poesponegoro & Nugroho Notosusanto.(1993).Sejarah

Nasional Indonesia Jilid VI. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pustaka.

Probosutedjo.(1991).Segengam Persembahan Makam Joang Somengalan Desa Kemusuk, Argomulyo, Sedayu, Bantul, Yogyakarta. Yogyakarta: Tifa Proyeksi Utama.

R.Ridhani.(2010).Letnan Kolonel Soeharto Bunga Pertempuran Serangan Umum 1Maret 1949. Jakarta: P.T Pustaka Sinar Harapan.

Sardiman AM.(2004).Mengenal Sejarah.Yogyakarta:Fakultas Ilmu Sosial UNY dan BIGRAF Publishing.

Sartono Kartodirjo.(1982).Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sayadiman Suryohadiprojo.(1981).Suatu Pengantar dalam Ilmu Perang: Masalah Pertahanan Negara.Jakarta:Intermasa.

SESKOAD.(1989).Serangan Umum 1Maret 1949 di Yogyakarta Latar Belakang dan Pengaruhnya.Jakarta: Lamtoro Gung Persada.

Sidi Gazalba.(1981).Pengantar Sejarah sebagai Ilmu.Jakarta: Bhatara.

Sitorus.(1988).Sejarah Pergerakan dan Kemerdekaan Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.

(11)

Sri Endang Sumiyati,SH, M.S,dkk.(2001).Pelurusan Sejarah Serangan Oemoem 1Maret 1949.Yogyakarta: Media Presindo.

S.Sulistyo Atmodjo.(1985) Mengenag Almarhum Panglima Besar Jenderal Soedirman Pahlawan Besar. Jakarta: Yayasan Panglima Besar Jenderal Soedirman.

Taufik Abdullah.(1979).Sejarah Lokal di Indonesia.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

Tarjo.(1984).Dari Atas Tandu pak Dirman memimpin Perang Rakyat Semesta. Jakarta:Yayasan Wiratama 45 Yogyakarta.

Tim Lembaga Analisis Informasi.(2000).Kontroversi Serangan Umum 1 Maret 1949.Yogyakarta:Media Presindo.

Tim penyusun,30 Tahun Indonesia Merdeka.Jakarta:P.T Citra Lamtoro Gung Persada,1985

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.(1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.

Tim Projotamansari.(2008).Ketika Rakyat Bantul Membela Republik.Bantul: Mitra Prasaja Offset.

Tugas Tri Wahyono.(2011).Rute Perjuangan Gerilya A.H Nasution pada masa Agresi Milter Belanda II.Yogyakarta:Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta.

Wiyono,dkk.(1991).Sejarah Revolusi Kemerdekaan (1945-1949) Daerah JawaTengah:Depdikbud.

Arsip :

“Belanda tak mau berunding! Menuduh republik jang tidak2, KTN mengadu ke D.K”Kedaulatan Rakyat Senin Kliwon, 13 Desember 1948.

“Bentjana Besar Terjadi!”Kedaulatan Rakyat Djumat Pahing,10 Desember 1948. “KTN pindah ke Kaliurang? Kedaulatan Rakyat Rebo Kliwon, 8 Desember 1948. “Sukar bertemu lagi! Belanda harus pikul konsekwensi!”Kedaulatan Rakyat

(12)

Jurnal:

Dharto Harmoko.(2004).Peranan Sub Wehrkreise 103-A pada Masa Perang Kemerdekaan Kedua di Sleman Barat: Suatu Kajian Sejarah Lisan,Patra Widya.Vol.5 no.2, Juni 2004,hlm 1.

Suhatno.(2001). Peranan Sub Wehrkreise 102 pada Peranmg Kemerdekaan Ke II Di Kabupaten Bantul Suatu Kajian Sejarah Lisan,Patra Widya. Vol.2 no 4 Desember 2001,hlm 27.

Sumber Internet:

Pemerintah Desa Argomulyo Sedayu Bantul.2011. Sejarah Desa Argomulyo. Tersedia pada http://www.argomulyo.net/sejarah-desa/sejarah-desa-argomulyo. Diakses pada tanggal 28 April 2012 pada pukul 13:42 WIB.

Pemerintah Desa Argomulyo Sedayu Bantul.2011. Sejarah Desa Argomulyo. Tersedia pada http://www.argomulyo.net/batas-administratif/batas-administratif Diakses pada tanggal 28 April 2012 pada pukul: 14.11 WIB. Pemerintah Desa Argomulyo Sedayu Bantul.2011. Sejarah Desa Argomulyo.

Tersedia pada http://www.argomulyo.net/batas-administratif/hidrologi Diakses pada tanggal 28 April 2012 pada pukul:14:32 WIB.

Bagian Tata Pemerintahan Setda Kab. Bantul. 2002-2012. administratif Kabupaten Bantul

http://bantulkab.go.id/datapokok/0402_pembagian_administratif.html. Diakses pada tanggal 20 April 2012 pada pukul 20:32 WIB.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini akan melakukan perancangan Data Warehouse yaitu sebuah repositori penyimpanan data dalam ukuran yang sangat besar yang mampu memberikan basisdata

Bahwa setelah diadakan evaluasi dan penilaian oleh Pokja pekerjaan Pengawasan Pembangunan Embung dan bangunan pelengkap lainnya, terhadap penawaran yang disampaikan oleh

Sehubungan dengan telah selesainya Masa Sanggah terhadap Pengumuman Pemenang Seleksi Sederhana Pengadaan Jasa Konsultansi pekerjaan Perencanaan Pembangunan

Saudara diminta untuk menyiapkan seluruh data/dokumen kualifikasi perusahaan asli. yang sah dan dapat menunjukannya saat pembuktian untuk diteliti kebenaran dan

shortage dan penundaan pembayaran pembelian dengan permintaan tetap, algoritma untuk menentukan periode pemesanan optimal, serta contoh permasalahan yang

[r]

Bahwa untuk melaksanakan penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan dipandang perlu untuk mengintergrasikannya dalam satu lembaga yang mandiri..

Sebagai langkah awal pengembangan teknologi TST pada ikan gurame, pada tahun 2009 telah dilakukan pengembangan metode disosiasi sel testikular ikan gurame,