• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PROGRAM KOMUNITAS KEAMANAN TERPADU (K2T)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS PROGRAM KOMUNITAS KEAMANAN TERPADU (K2T)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

E

FEKTIVITAS

P

ROGRAM

K

OMUNITAS

K

EAMANAN

T

ERPADU

(K2

T

)

DALAM

M

ENCIPTKAN

K

EAMANAN DAN

K

ETERTIBAN

(K

AMTIBMAS

)

D

I

K

ELURAHAN

S

UKARAME

M. Syafei

1

, Intan Fitri Meutia

2

, Devi Yulianti

3

1;2;3Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung

m.syafei@gmail.com

Abstrak

Rasa aman (security) merupakan salah satu hak asasi yang harus diperoleh atau dinikmati setiap orang. Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas) merupakan suatu kebutuhan dasar yang senantiasa diharapkan oleh masyarakat dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari. Oleh karena itu, masyarakat sangat mendambakan adanya keyakinan akan aman dari segala bentuk perbuatan, tindakan dan indikasi yang mengarah dan menimbulkan hal-hal yang akan merusak tatanan kehidupan bermasyarakat, yang dilakukan oleh perorangan maupun yang dilakukan oleh kelompok dari pihak-pihak tertentu. Dalam menciptakan Keamanan dan Ketertiban (Kamtibmas) tentu diperlukan suatu cara dalam penyelesaian masalah tersebut, salah satu upaya yang dilakukan oleh Kelurahan Sukarame adalah membentuk Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) dengan cara melibatkan berbagai stakeholders dalam rangka menciptakan Keamanan dan Ketertiban (Kamtibmas) di Kelurahan Sukarame yang masuk ke dalam zona merah daerah rawan tindak kejahatan pencurian. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas Program Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) sebagai upaya pemecahan masalah Keamanan dan Ketertiban (Kamtibmas) di wilayah Kelurahan Sukarame dengan menggunakan teori efektivitas. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Analaisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Efektivitas Program Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) di Kelurahan Sukarame berjalan cukup efektif. Hal ini ditinjau dari indikator efektivitas yaitu pencapaian tujuan yang cukup tercapai dalam menekan tindak kejahatan di Kelurahan Sukarame, adanya peningkatan kuantitas dan kualitas SDM setelah diadakan sosialisasi serta masyarakat yang tergabung di dalam Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) bisa beradaptasi dengan kecanggihan teknologi. Kendala dalam menjalankan Program Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) di Kelurahan Sukarame yaitu tidak konsisten dalam hal pasrtisipasi kegiatan Komunitas Keamanan Terpadu (K2T).

Kata Kunci: Efektivitas, Program, Komunitas Keamanan Terpadu (K2T)

Abstract

A sense of security is one of the human rights that must be obtained or enjoyed by everyone. Public Order and Security (Kamtibmas) is a basic need that is always expected by the community in carrying out their daily activities. Therefore, people really yearn for the belief that they will be safe from all forms of actions, actions and indications that lead to and cause things that will destroy the order of social life, carried out by individuals or by groups of certain parties. In creating Security and Order (Kamtibmas), of course a way is needed to solve the problem, one of the efforts made by Sukarame Village is to form an Integrated Security Community (K2T) by involving various stakeholders in order to create Security and Order (Kamtibmas) in Sukarame Village. Which is included in the red zone, an area prone to theft crimes. The purpose of this study was to analyze the effectiveness of the Integrated Security Community Program (K2T) as an effort to solve the problem of Security and Order (Kamtibmas) in the Sukarame Village area by using the theory of effectiveness. This type of research is a descriptive study with a qualitative approach. Data were collected through interviews, observation and documentation. Data analysis was performed by data reduction, data presentation and drawing conclusions. The effectiveness of the Integrated Security Community (K2T) Program in Sukarame Village has been quite effective. This is seen from the indicators of effectiveness, namely the achievement of sufficiently achieved goals in suppressing crime in Sukarame Village, an increase in the quantity and quality of human resources after socialization and people who are members of the Integrated Security Community (K2T) can adapt to

(2)

16

Copyright® 2020. Owned by Author(s), published by Administrativa. This is an open-acces article under CC-BY- SA License

technological sophistication. Constraints in running the Integrated Security Community (K2T) Program in Sukarame Village are inconsistencies in participating in the activities of the Integrated Security Community (K2T).

Key Words: Effectiviness, Program, Integrated Security Community (K2T)

I. P

ENDAHULUAN

Setiap manusia mempunyai kebutuhan primer yang harus terpenuhi, seperti sandang, pangan, dan papan. Selain itu setiap manusia juga berusaha untuk memenuhi kebutuhan sekunder, seperti kebutuhan sosial yaitu status sosial, peranan sosial, aktualisasi diri, dan terutama rasa aman. Rasa aman (security) merupakan salah satu hak asasi yang harus diperoleh atau dinikmati setiap orang. Hal ini tertuang dalam UUD Republik Indonesia 1945 Pasal 28 g ayat 1 yang menyebutkan: “Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi”.

Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas) merupakan suatu kebutuhan dasar yang senantiasa diharapkan oleh masyarakat dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari. Oleh karena itu, masyarakat sangat mendambakan adanya keyakinan akan aman dari segala bentuk perbuatan, tindakan dan indikasi yang mengarah dan menimbulkan hal-hal yang akan merusak tatanan kehidupan bermasyarakat, yang dilakukan oleh perorangan maupun yang dilakukan oleh kelompok dari pihak-pihak tertentu.

Adanya rasa aman dan tertib di dalam kehidupan bermasyarakat dapat menciptakan kehidupan yang harmonis di kalangan masyarakat dan yang tidak kalah pentingnya masyarakat merasa aman dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari. Sebaliknya apabila kondisi suatu lingkungan masyarakat dihadapkan dengan situasi yang sangat tidak aman akan menggangu tatanan kehidupan

bermayarakat yang seterusnya mengganggu pemenuhan taraf hidup dan menimbulkan suasana yang mencekam atau penuh ketakutan seperti yang terjadi di beberapa daerah tertentu dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang menimbulkan dengan korban jiwa, harta dan berbagai fasilitas saranan dan prasarana.

Provinsi lampung merupakan salah satu daerah yang berada di ujung Pulau Sumatera yang menjadi akses terakhir jalur perlintasan antar rovinsi dari pulau sumatera menuju Pulau Jawa. Terkait dengan kemanan dan ketertibannya, Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi dengan tindak kriminalitas yang begitu besar seperti Curat, Curas dan Curanmor (C3), Begal, penyelundupan senjata api rakitan, konflik-konflik sosial lainnya, dan aksi-aksi lainnya yang menggangu Keamanan dan Ketertiban (Kamtibmas) di Wilayah Provinsi Lampung. Kepolisian Daerah (Polda) Lampung mengungkap sejumlah 14 perkara selama tujuh hari Operasi Sikat Krakatau 2019, mulai tanggal 5 Juli hingga 12 Juli 2019, dengan tindak pidana kejahatan meliputi C3 (Curat, Curas dan Curanmor). Dari jumlah tersangka itu, kasus yang paling menonjol yakni penggunaan senpi ilegal untuk melakukan kejahatan. Perkara ini masuk dalam TO Operasi Sikat Krakatau 2019. Barang bukti yang diamankan dari 14 kasus yang berhasil diungkap sebanyak 26, meliputi satu pucuk senjata api, 12 unit amunisi, empat kendaraan roda dua, dan lain-lain 10 barang bukti. (https://www.saibumi.com/artikel- 94378-operasi-sikat-krakatau-2019-polda- lampung-ungkap-14-kasus-c3-9-tersangka-diringkus.html, Diakses pada 5 November 2019 pukul 20.00 Wib).

(3)

Kemudian situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) Kota Bandar Lampung didominasi dengan permasalahan tindak pidana pencurian dengan pemberatan, pencurian dengan kekerasan dan pencurian kendaraan bermotor atau yang sering kita sebut Curat, Curas dan Curanmor (C3), tercatat selama tahun 2018 ini gangguan kamtibmas berupa kasus C3 masih paling menonjol. Kasus C3 yang dimaksud adalah Curat, Curas, dan Curanmor, dimana curat menjadi kasus yang paling banyak dengan 213 kasus lalu disusul dengan curanmor 195 kasus

dan curas 72 kasus.

(https://lampung.tribunnews.com/2018/12/

28/selama-2018-kasus-curat-masih-dominasi-kejahatan-di-bandar-lampung, Diakses pada 1 Oktober 2019, Pukul 09.00 Wib).

Kelurahan Sukarame masuk zona merah paling rawan dari 140 kelurahan yang ada di Kota Tapis Berseri ini. Banyak faktor yang menyebabkan tindakan kriminal yang tinggi di daerah Kelurahan sukarame, selain daerahnya yang luas, padatnya penduduk disertai mobilitas yang tinggi dengan adanya banyak pendantang baru, ditambah jalan sepi dan banyaknya mahasiswa yang membawa kendaraan, situasi ini digunakan bagi pelaku

kejahatan untuk beraksi

(https://www.saibumi.com/artikel-75836- masuk-zona-merah-tindak-kejahatan-

kelurahan-sukarame-bandar-lampung-giatkan-patroli.htmli di akses pada 1 Oktober 2019 pukul 09.00 Wib).

Keamanan dan ketertiban di Kelurahan Sukarame dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2019 adalah kasus perkelahian, pencurian dan perampokan, perjudian dan kasus narkoba. Dari berbagai kasus tersebut, kasus yang paling menonjol terjadi di Kelurahan Sukarame adalah kasus Pencurian. Berdasarakan data Keamanan dan Ketertiban (Kamtibmas) di Kelurahan Sukarame tercatat kasus pencurian mengalami grafik yang naik dan turun setiap tahunnya mulai dari tahun 2016-2019.

Seiring dengan itu, salah satu kewajiban pemerintah dan negara Indonesia adalah memberikan rasaaman pada seluruh rakyatnya, sebagaimana yang diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi: “Pemerintah dan Negara Indonesia yang

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia”. Kewajiban ini secara eksplisit juga tertuang dalam Pasal 30 ayat (4) Amandemen Kedua UUD 1945 yang antara lain menyebutkan bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) adalah alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat serta bertugas melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat serta menegakkan hukum. Rasa aman juga menjadi program prioritas pemerintah sebagaimana tercantum dalam nawacita, cita pertama yaitu menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh negeri.

Dalam mengatasi hal yang berkaitan dengan kemashalatan bersama yakni Keamanan dan Ketertiban (Kamtibmas) tentunya tidak bisa kita serahkan semuanya kepada aparat penegak hukum yakni pihak kepolisian dalam mencegah dan mengurangi berbagai macam tindak kejahatan melainkan harus di lakukan oleh semua elemen disuatu lingkungan dalam menciptakan Keamanan dan Ketrtiban (Kamtibmas) di suatu lingkungan masyarakat. Hal ini lah yang membuat lurah Sukarame melakukan sebuah terobosan dengan membentuk Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) sebagai bentuk pencegahan terjadinya tindak kejahtaan di lingkup paling kecil yakni di Kelurahan Sukarame.

Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) adalah sebuah program yang dibuat oleh Lurah Sukarame bersama aparatur desa dan warga setempat untuk mengatasi masalah Keamanan dan Ketertiban (Kamtibmas) terutama mengurangi tindak kejahatan kriminalitas di lingkungan Sukarame, dimana Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) yang beranggotakan aparatur kelurahan dan masyarakat setempat. Sistem Keamanan Terpadu merupakan penggunaan dari berbagai alat bantu yang dapat memantau, mencegah, mengontrol, dan melindungi warga dari tindakan kejahatan secara menyeluruh dan terkoordinasi guna mempersulit seorang melakukan kejahatan, berbagai jenis peralatan keamanan harus selalu dihadirkan. Berbagai alat, baik yang bernapas maupun yang tidak, bergerak maupun diam, harus ikut dilibatkan secara bersama-sama agar warga dapat selalu

(4)

18

Copyright® 2020. Owned by Author(s), published by Administrativa. This is an open-acces article under CC-BY- SA License

bebas beraktifitas tanpa dihantui rasa takut. Di Kelurahan Sukarame sendiri Komponen Keamanan Terpadu yaitu, sebagai petugas keamanan adalah gabungan dari Apartur Kelurahan, Bhabinkambtibmas dan Babinsa kelurahan Sukarame yang melakukan control/patroli secara berkelanjutan untuk memperkecil ruang lingkup aksi kejahatan, tentunya para apartur kelurahan, Bhabinkambtibmas dan Babinsa memiliki dana yang cukup serta memiliki rasa tanggung jawab terhadap pekerjaanya. Peralatan keamanan yaitu berupa HT yang dibagikan pada setiap anggota. Komunitas kemanan Terpadu (K2T) dalam proses perjalanannya yang telah berjalan kurang lebih 4 tahun ini tercipta karena adanya sinergi antara Pemerintah, swasta dan masyarakat.

Adapun pihak stakeholder yang terlibat dalam Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) di kelurahan Sukarame tersebut seperti Apartur kelurahan Sukarame, Bhabinkambtibmas, Babinsa kelurahan Sukarame, RAPI Kecamatan Sukarame serta dari mayarakat yang memberikan bantuan baik materi maupun non materi.

Keberhasilan pelaksanaan Komunitas Kemanan Terpadu (K2T) tentunya akan berkaitan dengan kondisi Keamanan dan Ketertiban (Kamtibmas) sebagai kebutuhan dasar yang senantiasa diharapkan oleh masyarakat dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari. Oleh karena itu perlu di ketahui tingkat kefektivitasan Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) dan menyempurnakannya dengan membrikan saran dan masukan agar Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) di Kelurahan Sukarame dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan memberikan dampak yang sebesar-besarnya bagi kehidupan masyarakat Kelurahan Sukarame yang labih baik lagi khususnya dalam kondisi Keamanan dan Ketertiban (Kamtibmas).

II. T

INJAUAN

P

USTAKA

Pengertian Efektivitas

Pengertian Efektivitas Menurut Papsi dalam Koton (2019:24) menerangkan bahwa konsep efektivitas berkenaan dengan tingkat atau derajat pencapaian tujuan

dan misi organisasi. Efektivitas program dapat dimonitor dengan cara mengukur berdasarkan pemberian nilai pada setiap program atau sub-sub program.

Kemudian efektivitas menurut Robbins dalam Kusdi (2011:92) efektivitas merupakan sejauh mana suatu organisasi mampu merealisasikan berbagai tujuan. Pandangan lain menurut Argris dalam Tangklisan (2005:139) yang membahas pencapaian tingkat efektivitas mengemukakan bahwa “organizational effectiveness then is balanced organization optimal emphasis upon, achieving object solving competence and human energy utilization” yaitu efektivitas organisasi adalah keseimbangan atau pendekatan secara optimal pada pencapaian tujuan, kemampuan dan pemanfaatan tenaga kerja.

Berbagai konsep efektivitas telah dikemukakan oleh beberapa ahli, beberapa definisi tentang efektivitas tersebut mengarah pada satu pemahaman bahwa konsep efektivitas dapat diartikan sebagai suatu penilaian atau tolak ukur dalam melaksanakan program kegiatan untuk melihat sejauhmana pelaksanaan program kegiatan tersebut dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya oleh suatu organisasi dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada dengan tepat waktu, biaya, dan tepat sasaran tujuan. Ukuran Efektivitas

Ukuran efektivitas merupakan tolak ukur yang digunakan dalam menentukan tingkat efektivitasan program. Menurut Duncan dalam Indrawijaya (2014:189) ukuran efektivitas adalah sebagai berikut:

a. Pencapaian Tujuan

Pencapaian tujuan adalah keseluruhan upaya pencapaian tujaun harus dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan akhir semakin terjamin, diperlukan tahapan, baik dalam arti pentahapan pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam arti periodesasinya. Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa faktor yaitu, kurun waktu dan sasaran yang merupakan target kongkrit.

b. Integrasi

Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi untuk

(5)

mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus dan komunikasi dengan berbagai macam organisasi lainnya. Integrasi terdiri dari beberapa faktor proseduran proses sosialisasi.

c. Adaptasi

Adaptasi adalah proses penyesuaian diri yang dilakukan untuk menyelaraskan suatu individu terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya. Adaptasi terdiri dari bebrapa faktor, yaitu, peningkatan kemampuan, sarana, dan prasarana.

Pengertian Program

Pengertian Program menurut Nurcholis (2009:137) adalah bentuk instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga atau masyarakat, yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran. Karakteristik sebuah program menurut Sore dan Sobirin (2017:35) adalah:

a. Adanya tujuan tertentu yang ingin dicapai, yaitu pemecahan masalah publik (public problem solving).

b. Adanya tindakan-tindakan tertentu yang dilakukan.

c. Merupakan fungsi pemerintah sebagai pelayan publik.

d. Adakalanya berbentuk ketetapan pemerintah yang bersifat negatif, yaitu ketetapan untuk tidak melakukan apa-apa.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa apabila program dikaitkan dengan efektivitas maka keefektivitasan suatau program dapat diketahui dengan membandingkan tujuan program dengan output program yang hendak dicapai apakah berhasil atau sebaliknya

Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) Komunitas Keamanan Terpadu adalah sebuah kebijakan yang dibuat oleh lurah Sukarame bersama aparatur desa dan warga setempat untuk mengatasi masalah keamanan dan ketertiban terutama mengurangi tindak kejahatan kriminalitas di lingkungan Sukarame. Komunitas Keamanan Terpadu dibentuk pada tanggal 23 Maret 2016 yang

beranggotakan aparatur desa dan masyarakat setempat. Sistim Keamanan Terpadu merupakan penggunaan dari berbagai alat bantu yang dapat memantau, mencegah, mengontrol, dan melindungi warga dari tindakan kejahatan secara menyeluruh dan terkoordinasi. Guna mempersulit seorang melakukan kejahatan, berbagai jenis peralatan keamanan harus selalu dihadirkan. Berbagai alat, baik yang bernapas maupun yang tidak, bergerak maupun diam, harus ikut dilibatkan secara bersama – sama agar warga dapat selalu bebas beraktifitas tanpa dihantui rasa takut. Komunitas Keamanan Terpadu memiliki bebrapa komponen yang harus dijalankan agar tujuan utama menjaga ketertiban dan keamana terlaksana. Sistem keamanan terpadu terdiri dari 3 komponen yaitu;

1. Petugas Keamanan, petugas keamanan harus dapat dipercaya oleh warga, mereka harus dicukupi dari sisi financialnya yang bertujuan agar lebih fokus dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap pekerjaanya. Melakukan control/patroli secara konitinyu untuk memperkecil ruang lingkup aksi kejahatan.

2. Peralatan Keamanan, alat komunikasi sangat membantu untuk tugas pengontrolan/patrol shingga kegiatan tersebut lebih efisien, oleh sebab itu petugas keamanan perlu dibekali tentang cara penggunan, maksud dan tujuan dari pemakaian alat komunikasi tersebut sehingga dapat dimanfaatkan dengan sebaik – baiknya.

3. Warga waspada kejahatan, penjagaan lingkungan adalah kegiatan yang dilakukan warga secara bersama – sama untuk mengawasi lingkungan mereka. Inti dari kegiatan ini adalah memepersiapkan mental warga agar selalu waspada dan ikut serta dalam pengawasan lingkungan.masyarakat tidak dituntut untuk menghakimi pelaku kejahatan, tugas mereka adalah membantu dan melaporkan semua kegiatan yang mungkin berhubungan dengan kejahatan kepada pihak yang berwenang. Efek pencegahanya luar biasa karena dengan adanya kegiatan ini, kesempatan penjahatuntuk beraksi menjadi semakin sulit.

Di Sukarame sendiri Komponen Keamanan Terpadu yaitu, sebagai petugas keamanan adalah gabungan dari Apartur Desa, Bhabinkambtibmas dan babinsa kelurahan

(6)

20

Copyright® 2020. Owned by Author(s), published by Administrativa. This is an open-acces article under CC-BY- SA License

Sukarame yang melakukan control/patroli secara konitinyu untuk memperkecil ruang lingkup aksi kejahatan, tentunya para apartur desa, Bhabinkambtibmas dan babinsa memiliki finansial yang cukup serta memiliki rasa tanggung jawab terhadap pekerjaanya. Peralatan keamanan yaitu berupa HT yang dibagikan pada setiap anggota berjumlah kurang lebih 100 perangkat.

Komunitas Keamanan Terpadu berdiri berdasarkan Surat Keputusan Lurah Sukarame Nomor: 300/05.B/VI.79/III/2016. Tentang Susunan Pengurus POS Keamanan Terpadu Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung. Menimbang; a. Bahwa Kelurahan Sukarame termasuk dalam zona merah kejahatan dari kepolisian, yang tingkat kejahatanya tinggi karena didukung oleh penduduknya yang padat serta banyaknya anaka – anak mahasiswa yang kos di Kelurahan Sukarame. b. Bahwa untuk memenuhi maksud pada huruf a diatas perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan Lurah Sukarame. Mengingat; undang – undang Dasar 1945 pasal 30 BAB XII tetang Kewjiban setiap warga negara mengamankan wilayahnya. Memperhatikan; 1. Surat Menteri Dalam Negri Nomor 331.1/135/Cj, tanggal 18 Januari 2016 tentang Peningkatan Kesiapsiagaan Perlindungan Masyarakat. 2. Surat Edaran Walikota Bandar Lampung Nomor; 300/329/III.19/2016, tanggal 22 Maret 2016 tentang Peningkatan Kesiapsiagaan Perlindungan Masyarakat. 3. Surat Edaran Kapolres Kota Bandar Lampung Nomor ; SE/417/II/2016, tangal 23 Februari 2016 tentang Membentuk dan Mengaktifkan Kembali Pos Kamling.

Berdirinya Komunitas Keamanan Terpadu menjadi awal terbentuknya kesadaran masyarakat akan pentingnya keamanan dilingkungan karna dirasa pembuatan siskamling susah dan hanya ramai 3 bulan awal saja. Piket ronda rutin setiap malam yang menjadi rutinitas Komunitas Keamanan Terpadu membuat masyarakat waspada kejahatan.

III. M

ETODE

P

ENELITIAN

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode penelitian

kualitatif. Adapun fokus penelitian ini adalah mendeskripasikan bagaimana Efektifitas Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) Dalam Menciptakan Keamanan dan Ketertiban (KAMTIBMAS) di Kelurahan Sukarame dengan menggunakan teori keefektivitasan serta fokus pada kendala –kendala dalam pelaksanaan Komunitas Kemanan Terpadu (K2T) di Kelurahan Sukarame. sedangkan jenis dan sumber data penelitian terdiri dari data primer dan data skunder, data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan informan dan observasi secara langsung ke lapangan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari sumber-sumber buku cetak, dokumentasi dan beberapa sumber yang bersal dari situs internet yang berhubungan dengan tujuan penelitian. Analisis data pada penelitian yang bersifat kualitatif berlandassan pada penggunaan keterangan secara lengkap dan mendalam dalam menginterprestasikan data tentang variabel, bersifat non-kuantitatif dan dimaksudkan untuk melakukan eksplorasi mendalam dan tidak luas dalam fenomena. Di dalam penelitian ini penulis sependapat dengan Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2016:246) yang menjelasakan bahwa, teknik yang dipilih untuk menganalisa data adalah tekni analisa interaktif, yang dimulai dari teknik reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

IV. H

ASIL DAN

P

EMBAHASAN

Peneliti melakukan pembahasan pada tahap ini berdasarkan fokus penelitian yang telah ditetapkan, serta data hasil penelitian yang diperoleh selama penelitian berlangsung. Adapun pembahasan mengenai ” Efektifitas Program Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) Dalam Menciptakan Keamanan dan Ketertiban (KAMTIBMAS) di Kelurahan Sukarame akan dideskripsikan sebagai berikut:

Efektifitas Program Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) Dalam Menciptakan Keamanan dan Ketertiban (KAMTIBMAS) di Kelurahan Sukarame

Penilaian terkait tingkat keefektivitasan suatau program sangat perlu dilakukan guna melihat sejauh mana output dari program tersebut serta untuk

(7)

kepentingan suatau organisasi dalam mengambil keputusan. Etizon dalam Torang (2014:99) menggambarkan efektivitas adalah kemampuan organisasi untuk mencapai tujuannya. Maka dalam hal ini tingkat efektivitas merupakan gambaran mengenai keberhasilan suatu program dalam mencapai sasaran dan tujuannya yang dilakukan oleh suatu organisasi. Melalui penilaian efektivitas ini maka dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan mengenai keberlanjutan dari program khususnya pada Program Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) di Kelurahan Sukarame. Menganilisis tingkat efektivitas pelaksanaan Program Efektifitas Program Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) Dalam Menciptakan Keamanan dan Ketertiban (KAMTIBMAS) di Kelurahan Sukarame diukur menggunakan indikator menurut Duncan dalam Indrawijaya (2014:189) yaitu pencapaian tujuan, integrasi dan adaptasi.

a. Pencapaian Tujuan

Pencapaian tujuan Menurut Duncan Dalam Indrawijaya (2014:189) merupakan kesesuaian hasil program dengan tujuan program yang telah ditetapakan sebelumnya dengan melihat keseluruhan proses upaya organisasi dalam pencapaian tujuan. Maka pencapaian tujuan Program Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) dipandang dari proses pencapaian tujuan serta melihat kesesuaian hasil program dengan tujuan program yang telah ditetapkan sebelmunya.

Kelurahan, Babinkatibmas dan Babinsa sama-sama mempunyai tanggung jawab menciptakan Kemanan dan Ketertiban (Kamtibmas) di wilayah yang dia kuasai. Begitupula Kelurahan, Babinkatibmas, Babinsa Sukarame mempunyai tanggung jawab dalam menjaga wilayah Kelurahan Sukarame dari berbagai tindakan pelaku kejahatan dan lain sebagainya yang dapat mengganggu situasi Keamanan dan Ketertiban (Kamtibmas) di Kelurahan Sukarame. Dalam melakukan tugas tersebut tentunya masing-masing pihak tidak bisa berjalan sendiri-sendiri dan perlu adanya bantuan dari pihak-pihak lain. Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) merupakan sebuah wadah untuk berbagai stakeholders yang mau ikut berpartisipasi dengan terlibat dalam

pengembangan komunitas ini agar bisa sebagai bentuk terobosan dalam mencegah terjadinya tindak pelaku kejahtan dan lain sebagainya yang dapat mengganggu situasi Keamanan dan Ketertiban (Kamtibmas) di Kelurahan Sukarame.

Pada tahun 2016 kelurahan Sukarame merupakan salah satu kelurahan yang masuk ke dalam zona merah dari 140 kelurahan yang ada di kota Bandar Lampung yang rawan tindak pelaku kejahatan mulai dari kasus pencurian, penjamberetan, pembegalan dan lain sebagainya yang membuat Keamanan dan Ketertiban (Kamtibmas) di kelurahan sukarame menjadi terganggu.

Selain berbagai aduan dari kalangan masyarakat kelurahan Sukarame, Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) merupakan bentuk jawaban yang diberikan kelurahan, Babinkatibmas, dan Babinsa kelurahan Sukarame dengan cara yang berbeda terkait dengan himbauan dari wali kota dan Kapolres Kota Bandar Lampung melalui surat edaran dari masing-masing pihak. Adapun surat edaran wali kota Bandar Lampung nomor 300/1329/III.19/2016 tentang peningkatan kesipasiaagaan perlindungan masyarakat dan surat edaran Kapolres Bandar Lampung nomor SE/47/412/11/2016 tentang membentuk dan mengaktifkan kembali pos kamling.

Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) merupkan bentuk jawaban dari banyaknya berbagai tekanan dari pihak-pihak lain dengan melibatkan partisipasi dari berbagai stakeholders mulai dari kelurahan, Babinkatibmas, Babinsa, RAPI. Kec. Sukarame, swasta dan masyarakat yang saling bekerjasama satu sama lain dalam menciptakan Keamanan dan Ketertiban (Kamtibmas) di kelurahan Sukarame.

Kolaborasi yang dilakukan oleh stakeholders dalam Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) yang melibatkan partisipasi dari kelurahan, Babinkatibmas, Babinsa, RAPI. Kec. Sukarame, swasta dan masyarakat merupakan bentuk jawaban dari kelurahan Sukarame dalam mengatasi aduan-aduan dari masyarakat kelurahan Sukarame yang mulai resah dan geram atas maraknya pelaku tiindak kejahatan yang mengganggu situasi Keamanan dan Ketrtiban (Kamtibmas) di wilayah lingkungan kelurahan Sukarame. Kemudian

(8)

22

Copyright® 2020. Owned by Author(s), published by Administrativa. This is an open-acces article under CC-BY- SA License

selain aduan-aduan dari masyarakat juga terdapat instruksi para politisi pemangku kepentingan yang lain seperti dari wali kota dan Kapolres Bandar Lampung.

Tujuan dibentuknya Komunitas Kemanan Terpadu (K2T) oleh Lurah Sukarame adalah sebagai wadah bagi berbagai stakehlders yang mau ikut terlibat dalam menciptakan Keamanan dan Ketrertiban (KAMTIBMAS) di Kelurahan Sukarame yang terganggu dengan berbagai tindak kejahatan khsusnya tindak pidana pencurian motor dan lain-lainnya. Dalam mewujudkan Keamanan dan Ketrertiban (KAMTIBMAS) di Kelurahan Sukarame, Komunitas Kemanan Terpadu (K2T) memiliki berbagai kegiatan atau cara, diantaranya :

1. Patroli Terpadu

Patroli Terpadu adalah sebuah kegiatan yang dilakukan oleh anggota Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) yakni dari pihak kelurahan, kepolisian (Babinkatibmas), DANRAMIL (Babinsa) dan masyarakat dengan melakukan keliling patroli ke daerah-daerah rawan tindak kejahatan yang ada di Kelurahan Sukarame.

Gambar 1. Patroli Terpadu

(Dokumentasi Komunitas Keamanan Terpadu (K2T), Tahun 2019)

Gambar di atas merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) yakni patroli terpadu yang dilakukan oleh anggota Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) dan masyarakat dengan berkelling ke daerah-daerah yang rawan tindak kejahatan di Kelurahan Sukarame.

2. Operasi Giat Terpadu

Operasi Giat Terpadu adalah salah satu kegiatan yang dilakukan Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) yakni dari pihak kelurahan, kepolisian (Babinkatibmas), DANRAMIL (Babinsa) dan masyarakat dengan melakukan tindakan razia atau sweeping setelah menerima berbagai aduan dari masyarakat yang berkaitan dengan gangguan Keamanan dan Ketertiban (KAMTIBMAS) di lingkungan Kelurahan Sukarame

Gambar 2. Operasi Giat Terpadu

(Observasi Komunitas Keamanan Terpadu (K2T), Tahun 2019)

Gambar diatas merupakan salah satu kegiatan yang dimiliki oleh Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) yakni giat terpadu. Kegiatan ini merupakan bentuk tindakan yang dilakukan oleh jajaran anggota Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) terkait dengan banyaknya keluhaan-keluhan yang diadukan oleh masayarkat kepada lurah, Babinkatbimas, Babinsa, Kepala Lingkungan yang mengganggu Keamanan dan Ketrtiban (Kamtibmas) di Kelurahan Sukarame.

3. Piket Rutin

Piket Rutin adalah sebuah kegiatan yang dilakukan oleh anggota Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) dengan siap sedia berjaga di POS Keamanan Terpadu.

Gambar 3. Piket Rutin Anggota Komunitas Keamanan Terpadu (K2T)

(Observasi Komunitas Keamanan Terpadu (K2T), Tahun 2019)

(9)

Gambar di atas menjelaskan bahwasannya Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) memiliki salah satu kegiatan yakni piket rutin yang dilakukan oleh anggota Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) dan masayarakat yang rutin dilakukan setiap malam dari pukul 20.00 Wib sampai pukul 24.00/03.00 Wib.

Tujuan dibentuknya Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) di Kelurahan Sukarame adalah sebagai sebagai wadah bagi berbagai stakehlders yang mau ikut terlibat dalam menciptakan Keamanan dan Ketrertiban (KAMTIBMAS) di Kelurahan Sukarame yang terganggu dengan berbagai tindak kejahatan khsusnya tindak pidana pencurian motor dan lain-lainnya dalam mewujudkan Keamanan dan Ketrertiban (KAMTIBMAS) di Kelurahan Sukarame. Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) cukup memberikan dampat positif dalam Keamanan dan Ketertiban yang ada di lingkungan Kelurahan Sukarame. sebagaimana data keamanan dan ketertiban di kelurahan Sukarame tahun 2016-2019 :

Tabel 1. Data Kemanan dan Ketertiban Di Kelurahan Sukarame No Uraian 201 6 2017 2018 2019 1 Konflik Sara 0 0 0 0 2 Perkelahi an 2 2 0 1 3 Pencurian 7 2 9 5 4 Perjudian 1 1 0 0 5 Kasus Narkoba 2 2 0 0 6 Prostitusi 0 0 0 0 7 Penculika n 0 0 0 0 8 Pembunu han 0 0 0 0

(Sumber Kelurahan Sukarame, Tahun 2019)

Kemanan dan ketertiban di Kelurahan Sukarame berdasarkan data yang dipaparkan di atas menjelaskan bahwasannya kasus-kasus yang menggangu kemananan dan ketertiban di Kelurahan Sukarame dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2019 adalah kasus

perkelahian, pencurian dan perampokan, perjudian dan kasus narkoba. Dari berbagai kasus di atas, kasus yang paling menonjol terjadi di Kelurahan Sukarame adalah kasus Pencurian. Berdasarakan data Keamanan dan Ketertiban (Kamtibmas) di Kelurahan Sukarame tercatat kasus pencurian mengalami grafik yang naik dan trun setiap tahunnya mulai dari tahun 2016-2019.

Pasca terbentuknya Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) cukup memberikan dampak yang postif dalam menciptakan Kemanan dan Ketertiban (KAMTIBMAS) di Kelurahan Sukaram, terutama kasus pencurian dimana pada tahun 2016 terjadi 7 kasus kemudian turun menjadi 2 kasus pada tahun 2017. Walaupun kemudian naik kembali pada tahun 2018 dengan 9 kasus dan kembali dapat diturunakan menjadi 5 kasus pada tahun 2019. Sedangkan untuk kasus yang lain seperti perkelahian, konflik sara, perjudian, narkoba, prostitusi, penculikan dan pembunuhan dapat terkendalikan secara baik.

Oleh karena itu, Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) mencapai tujuan dari terbentuknya. Dimana Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) cukup memberikan dampak postif dalam menciptakan Keamanan dan Ketrtiban (KAMTIBMAS) di Kelurahan Sukarame.

b. Integrasi

Integrasi menurut duncan dalam Indrawijaya (2014:189) merupakan kemampuan organisasi untuk mengadakan sosialisasi dan menjalin komunikasi dengan organisasi lainnya. Kemampuan organisasi pelaksana program dalam melakukan sosialisasi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Namun sosialisasi yang dilakukan oleh Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) di Kelurahan Sukarame dilaksanakan melalui sosialisasi secara langsung

Komunitas Keamanan Terpadu (K2) terus melakukan sosialisasi baik itu secara langsung dengan cara melakukan silaturahmi ke setiap Rukun Tetangga (RT) yang ada di wilayah lingkungan Kelurahan Sukarame. Silaturahmi dilakukan oleh pihak-pihak yang memiliki kharisma dalam mengajak masyarakat untuk bersama-sama bergabung di dalam Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) dan ikut terlibat

(10)

24

Copyright® 2020. Owned by Author(s), published by Administrativa. This is an open-acces article under CC-BY- SA License

dalam berbagai kegiatan dan tindakan dalam mencegah dan menindaklanjuti berbagai macam kegiatan yang mengganggu Keamanan dan Ketertiban (KAMTIBMAS) di lingkungan Kelurahan Sukarame.

Partisipasi yang dilakukan oleh setiap stakeholders yang terlibat dalam Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) karena menawarkan bebrapa janji yang bisa mengurangi biaya diantara satu sama lain. Seperti halnya kelurahan, Babinkatibmas, Babinsa, RAPI Kec. Sukarame, swasta dan masyarakat ketika mereka melakukan kolaborasi tentunya akan menutupi kekurangan diantara satu sama lain dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing stakeholders. Kemampuan kelurahan, Babinkatibmas dan Babinsa dalam menciptakan Keamanan dan Ketertiban (Kamtibmas) yang tidak bisa begitu maksimal tentu perlu adanya bantuan dari stakeholders yang lain baik itu dari RAPI Kec. Sukarame, swasta dan masyarakat. Oleh karena itu kolaborasi merupakan salah satu cara yang terbaik untuk menciptakan sinergisitas diantara satu sama lain dengan memberikan kepercayaan penuh kepada setiap masing-masing stakeholders yang terlibat.

Gambar 4. Sosialisasi Komunitas Keamanan Terpadu (K2T)

(Dokumentasi Komunitas Keamanan Terpadu (K2T), Tahun 2019)

Gambar diatas menjelaskan bahwasannya Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) melalui para pimpinan-pimpinanya turun secara langsung melakukan sosialisasi dengan cara silatuhrahmi ke Rukun Tetangga (RT) yang ada lingkungan Kelurahan Sukarame. Tujuannya adalah mengenalkan Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) kepada warga bahwasannya Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) dibentuk untuk dijadikan sebagai wadah bagi berbagai stakehlders yang mau ikut terlibat dalam menciptakan Keamanan

dan Ketrertiban (KAMTIBMAS) di Kelurahan Sukarame.

Selain dengan melakukan sosialisasi secara langsung, Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) juga mengadakan sebuah acara yang dapat terus mempererat integrasi para anggota yang berasal dari berbagai latar belakang mulai dari pihak kelurahan, Babinkatibmas, Babinsa, swasta, RAPI Kec. Sukarame, dan masyarakat.

Gambar 5. Malam Silahtuhrami Anggota Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) (Dokumentasi Komunitas Keamanan Terpadu

(K2T), Tahun 2019)

Gambar diatas menjelaskan bahwasannya Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) mengadakan acara “Malam Silatuhrahmi Anggota Komunitas Keamanan Terpadu (K2T)” merupakan sebuah acara yang dilakukan setahun satu atau dua kali guna mempererat integrasi bagi seluruh anggota Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) di Kelurahan Sukarame baik itu pihak kelurahan, Babinkatibmas, Babinsa, RAPI. Kec. Sukarame, swasta, dan masyarakat.

Selain silaturahmi dengan mengadakan acara dan secara langsung ke Rukun Tetangga (RT) yang ada di lingkungan Kelurahan Sukarame, salah satu acara yang juga dijadikan sebagai ajang memperkenalkan dan mempererat Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) adalah perayaan berdirinya Komunitas Kemanan Terpadu seperti yang dijelaskan pada gambar diatas. Pelaksanaan sosialisasi oleh Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) dinilai cukup efektif, untuk mengintegrasikan setiap anggota yang tergabung di dalam Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) di Kelurahan Sukarame. Hal ini ditinjau dengan teori efektivitas menurut Pasolong dalam Rahman (2017:40) yang dikatakan efektif bahwa tujuan yang telah dirumuskan

(11)

sebelumnya dapat tercapai dengan tepat sasaran karena suatu kegiatan yang di jalankan.

c. Adaptasi

Adaptasi menurut Duncan dalam Indrawijaya (2014:189) merupakan proses penyesuaian diri yang dilakukan organisasi terhadap perubahan lingkungan yaitu adanya peningkatan Kemampuan sarana dan prasana, dalam hal ini penyesuaian yang dilakukan oleh Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) dengan memperlengkapkan sarana dan prasarana baik itu yang bergerak amupun tidak bergerak atau dengan memanfaatkan teknologi dalam menunjang dan mempermudah segala aktivitas Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) dalam mencegah dan meminimalisir berbagai tindak kejahatan yang akan dan telah terjadi di lingkungan Kelurahan Sukarame. Adapun sarana dan prasarana yang bergerak maupun tidak bergerak dan sarana penggunaan teknologi di dalam Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) adalah sebagai berikut :

1. POS Keamanan Terpadu

Sarana merupakan segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat dalam membantu pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan organisasi. POS Keamanan Terpadu merupakan salah satu sarana tidak bergerak

yang di miliki oleh Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) dalam membantu pelaksanaan kegiatan dalam hal ini kegiatan piket rutin yang dilakukan oleh anggota Komunitas Keamanan Terpadu (K2T).

Gambar 6. POS Keamanan Terpadu (Dokumentasi dan Observasi Komunitas Keamanan Terpadu (K2T), Tahun 2019)

Gambar di atas menjelaskan bahwasannya Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) di Kelurahan Sukarame

memilki fasilitas sendiri berupa POS penjagaan yang digunakan oleh anggota untuk berjaga di malam hari. Pembangunan POS ini telah memalui dua tahapan, yakin pembangunan pertama dan kedua. Dimana pembangunan ini menggunakan dana swadaya dari para anggota namun ketidakcukupan dana akhirnya dibantu oleh Bapak H. Akhmada dari swasta pengusaha lokal di Kelurahan Sukarame tekait membantu finansial dalam pembangunan POS Keamanan Terpadu.

2. Mobil Patroli Terpadu

Sarana merupakan segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat dalam membantu pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan organisasi. Mobil Patroli Terpadu merupakan salah satu sarana bergerak yang di miliki oleh Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) dalam membantu pelaksanaan kegiatan dalam hal ini kegiatan Patroli Terpadu dan Operasi Giat Terpadu yang dilakukan oleh anggota Komunitas Keamanan Terpadu (K2T).

Gambar. 7 Mobil Patroli Terpadu (Observasi Komunitas Keamanan

Terpadu (K2T), Tahun 2019) Gambar di atas menunjukkan bahwasannya Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) memilki alat operasional kegiatan dalam hal patroli terpadu yang dilakukan oleh para anggota dan digunakan untuk kegiatan yang berkaitan dengan Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) seperti pertemuan di Polsek Sukarame dan lain sebaginya. Kendaraan ini difasilitasi oleh Bapak Rudi Hartono sebagai pihak swasta dari pengusaha lokal di Kelurahan Sukarame dengan tujuan agar kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) ini bisa dipermudah apabila

(12)

26

Copyright® 2020. Owned by Author(s), published by Administrativa. This is an open-acces article under CC-BY- SA License

komunitas ini memilki alat operasional sendiri.

3. Handy Talkie (HT)

Sarana merupakan segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat dalam membantu pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan organisasi. Salah satu sarana yang dimiliki oleh Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) ini berbeda dari pada dua sarana sebelumnya, sarana yang dimiliki disini berupa alat yang memanfaatkan penggunaan teknologi. Handy Talkie (HT) merupakan salah satu sarana yang dimiliki oleh Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) dalam kegiatan pengontrolan secara efesien dan efektif dalam hal penyebaran informasi yang berkaiatn dengan situasi dan keadaan yang dapat mengganggu Keamanan dan Ketertiban (KAMTIBMAS) yang dilakukan oleh anggota Komunitas Keamanan Terpadu (K2T).

Gambar 8. HT Seabagai Alat Penunjang Komunikasi antar Anggota Komunitas Keamanan Terpadu (K2T)

(Observasi Komunitas Keamanan Terpadu (K2T), Tahun 2019)

Gambar di atas menjelaskan bahwa salah satu alat operasional untuk anggota Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) untuk mempermudah penyebaran informasi diantara para anggota terkait dengan Keamanan dan Ketertiban (Kamtibmas) di wilayah Kelurahan Sukarame. Terkait penyedian alat ini, para anggota Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) menggunakan uang pribadi masing-masing setiap anggota. Terkait dengan pesawat HT tersebut atau repiter pihak RAPI Kec. Sukarme yang membantu dalam segi hal bantuan pembinaan dan teknis.

Gambar 9. Antena Repeater Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) Gambar di atas merupakan hasil observasi pada tanggal 19 Desember 2019 yang menjelaskan bahwa salah satu alat operasional untuk anggota Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) yakni antena repeater sebagai antena penghubung setiap HT (Halky Tlkie) yang dimiliki oleh anggota Komunitas Keamanan Terpadu.

Secara peningkatan Kemampuan sarana dan prasana di dalam Komunitas Kemanan Terpadu (K2T) terlihat cukup baik walaupun tiiak begitu sempurna. Namun, melihat Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) yang berkembang secra swadaya saja dengan melibatkan berbagai stakeholders mulai dari kelurahan, Babinkatibmas, Babinsa, RAPI. Kec. Sukarame, swasta, dan masyarakat yang ikut serta membantu dalam peningkatan kemampuan sarana dan prasarana guna mempermudah dalam kegiatan yang dilakukan oleh Komunitas Keamanan Terpadu (K2T).

Tabel 1. Peralatan Operasional Yang di Miliki Komunitas Keamanan Terpadu (K2T)

No Alat Operasional K2T Jumlah 1 Mobil Patroli Terpadu 2 2 POS Keamanan Terpadu 1 3 HT 100 (kurang lebih)

(Sumber diolah Oleh Peneliti, Tahun 2019).

Berdasarkan tabel di atas bahwasannya Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) memiliki beberapa alat operasional dalam memudahkan kegiatan yang dilakukan para

(13)

anggota Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) seperti patroli keamanan terpadu, peneyebaran informasi, penjagaan POS keamanan terpadu, dan lain sebagainya dengan tujuan mempersempit ruang gerak pelaku tindak kejahatan dan lain sebagainya guna menciptakan Keamanan dan Ketertiban (Kamtibmas) di Kelurahan Sukarame. Tercatat berdarsarkan pemaparan tabel diatas Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) Kelurahan Sukarame memiliki beberapa sarana dan prasarana pendukung seperti 2 Mobil Patroli Terpdu, 1 POS Keamanan Terpadu, dan kurang lebih 100 Handy Talkie (HT).

KENDALA-KENDALA DALAM KOMUNITAS KEAMANAN TERPADU (K2T) DI KELURAHAN SUKARAME

Pelaksanaan program atau kegiatan merupakan realisasi dari pelaksanaan suatu kebijakan. Suatu kebijakan ketika di implementasikan maka akan menemui hambatan atau kendala, hal ini disampaikan Federich dalam Agustino (2017:16) yang mendefinisikan kebijakan sebagai rangkaian tindakan atau kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatau lingkungan tertentu, dimana terdapat hambatan-hambatan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu, maka kebijakan percepatan pembangunan desa atau program prukades apabila diimplimentasikan tentu akan mengalami beberapa kendala saat pelaksanaannya.

Kendala-kendala tersebut akan menghambat proses pencapaian tujuan program. Sehingga dalam pencapaian tujuan program secara efektif akan sulit tercapai jika faktor penghambat tersebut tidak segera di perbaiki. Seperti halnya pelaksanaan Program Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) mengalami kendala yakni dimana konsitensi masyarakat.

Dalam Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) masih terdapat sebagian masyarakat yang tidak sadar bahwasannya menjaga Keamanan dan Ketertiban (Kamtibmas) merupakan tanggung jawab dari mereka juga, sehingga membuat sebagian masyarakat menjadi tidak konsisten untuk ikut bergabung

dalam kegiatan Komunitas Keamanan Terpadu (K2T). Belum dipahaminya makna partisipasi oleh pihak pelaksana pembangunan salah satunya masyarakat yang masih bersifat pasif dalam melakukan pengaktualisasian secara maksimal di dalam Komunitas Keamanan Terpadu (K2T).

V. P

ENUTUP

Simpulan

Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) dibentuk oleh Kelurahan Sukarame sebagai area berkolaborasi bagi siapa saja stakeholders yang ingin ikut terlibat berpartisipasi dalam menciptakan Keamanan dan Ketrtiban (Kamtibmas) di Kelurahan Sukarame. Partisipasi yang di lakukan oleh berbagai stkeholders di dalam Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) terdiri dari berbagai bentuk mulai dari partisipasi yang nyata minsalnya seperti uang, harta benda, tenaga, dan keterampilan serta partisipasi yang tidak nyata seperti buah pikiran dan sosial.Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Efektivitas Program Komunitas Kemanan Terpadu (K2T) di Kelurahan Sukarame cukup efektif. Hal ini ditinjau dari beberapa indikator efektivitas yaitu pencapaian tujuan program yang sudah bisa dikatakan terlaksana secara keseluruhan.

a. Program Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) sudah sepenuhnya mencapai tujuan program yang telah ditetapkan sebelumnya. Program Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) di Kelurahan Sukarame cukup memberikan dampak postif dalam mengurangi dan mencegah tindak kejahatan yang terjadi di lingkungan Kelurahan Sukarame.

b. Pada aspek integrasi pelaksana Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) yakni lurah, Babinkatibmas, Babinsa sudah berusaha menambah kuantitas sumberdaya baik itu manusia dengan mensosialisasikan tentang tujuan Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) dibentuk di Kelurahan sehinggao terjadinya partisipasi dari masyarakatnya.

c. Pada aspek adaptasi ada perubahan kualitas sumberdaya manusia yang tergabung

(14)

28

Copyright® 2020. Owned by Author(s), published by Administrativa. This is an open-acces article under CC-BY- SA License

di dalam Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) karena para anggota cukup baik beradaptasi dengan memanfaatkan teknologi dalam hal penyebaran informasi dengan menggunakan Handy Talkie (HT), serta sarana alat lain yang tersedia dalam mempermudah berbagai kegiatan Komintas Keamanan Terpadu (K2T) di Kelurahan Sukarame seperti Mobil Patroli Terpadu dan POS Keamanan Terpadu.

2. Adapun yang menjadi kendala dalam pelaksanaan Program Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) di Kelurahan Sukarame yaitu masih terdapat sebagian masyarakat yang tidak sadar bahwasannya menjaga Keamanan dan Ketertiban (Kamtibmas) merupakan tanggung jawab dari mereka juga, sehingga membuat sebagian masyarakat menjadi tidak konsisten untuk ikut bergabung dalam kegiatan Komunitas Keamanan Terpadu (K2T). Belum dipahaminya makna partisipasi oleh pihak pelaksana pembangunan salah satunya masyarakat yang masih bersifat pasif dalam melakukan pengaktualisasian secara maksimal di dalam Komunitas Keamanan Terpadu (K2T).

Saran

Berdasarkan simpulan diatas, saran yang dapat penulis berikan sebagai berikut:

1. Perlu adanya MOU atau kesepakatan tertulis di antara masyarakat dengan tiga dominan stakeholders yakni Lurah Sukarame, Bhabinkatibmas dan Babinsa Kelurahan Sukarame tentang keberlanjutan Komunitas Keamanan Terpadu (K2T) kedepannya. Mengingat jabatan lurah, Bhabinkatibmas, dan Babinsa yang tidak menentu masa jabatannya. 2. Pemberian rewerd atau penghargaan baik itu berupa uang dan benda bagi masyarakat yang ikut serta berperan aktif di dalam Komunitas Keamanan Terpadu (K2T). Dengan tujuan kedepannya dapat memotivasi masyarakat yang lain agar ikut berperan secara aktif di dalam Komunitas Keamanan Terpadu (K2T).

VI. D

AFTAR

P

USTAKA

Buku

Duajdi, N., Tresiana, N., Faedlulloh, D. (2019). Ilmu Administrasi Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu

Koton, Y. P. (2019). Restrukturisasi Organisasi. Yogyakarta: Deepublish.

Kusdi. (2011). Teori Oragnisasi Dan Administrasi. Jakarta: Salemba Humanika

Nurcholis, H. (2009). Perencanaan Partisipatif Pemerintah Daerah. Jakarta: Gresindo

Sore, U. B., & Sobirin. (2017). Kebijakan Publik. Makassar: CV Sah Media.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta

Tangkilisin, H. N. (2005). Manajemen Publik. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Torang,S. (2014). Organisasi dan

Manajemen(Prilaku, Struktur, Budaya & Perubahan organisasi. Bandung: Alfabeta

Jurnal

Budiani, Ni Wayan.(2007). Efektivitas Program Penanggulangan Pengangguran Karang Taruna “Eka Taruna Bhakti” Desa Sumerta Kulod Kecamatan Denpasar Timur Kota Denpasar. Jurnal Ekonomi dan Sosial, 53.

Zumaroh, Z. (2019). Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat Melalui Dana Desa di Kabupaten Lampung Barat. Fokus Jurnal Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan, 4(1), 25-46.

Peraturan Perundang-undangan

Undang – Undang Dasar 1945 pasal 30 BAB XII tetang Kewjiban setiap warga negara mengamankan wilayahnya

Surat Menteri Dalam Negri Nomor 331.1/135/Cj, tanggal 18 Januari 2016 tentang Peningkatan Kesiapsiagaan Perlindungan Masyarakat.

Surat Edaran Walikota Bandar Lampung Nomor; 300/329/III.19/2016, tanggal 22 Maret 2016 tentang Peningkatan Kesiapsiagaan Perlindungan Masyarakat.

(15)

Surat Edaran Kapolres Kota Bandar Lampung Nomor ; SE/417/II/2 Sumber Internet : https://www.saibumi.com/artikel-94378- operasi-sikat-krakatau-2019-polda- lampung-ungkap-14-kasus-c3-9-tersangka-diringkus.html https://lampung.tribunnews.com/2018/12/2 8/selama-2018-kasus-curat-masih- dominasi-kejahatan-di-bandar-lampung https://www.saibumi.com/artikel-75836- masuk-zona-merah-tindak- kejahatan-kelurahan-sukarame- bandar-lampung-giatkan-patroli.htmli

Gambar

Gambar  di  atas  merupakan  salah  satu   kegiatan  yang  dilakukan  oleh  Komunitas  Keamanan  Terpadu  (K2T)  yakni  patroli  terpadu  yang  dilakukan  oleh  anggota  Komunitas  Keamanan  Terpadu  (K2T)  dan  masyarakat  dengan  berkelling  ke   daerah-
Gambar  di  atas  menjelaskan  bahwasannya  Komunitas  Keamanan  Terpadu  (K2T)  memiliki salah satu kegiatan yakni piket rutin  yang  dilakukan  oleh  anggota  Komunitas  Keamanan  Terpadu  (K2T)  dan  masayarakat  yang rutin dilakukan setiap malam dari p
Gambar  di  atas  menjelaskan  bahwasannya  Komunitas  Keamanan  Terpadu  (K2T)  di  Kelurahan  Sukarame
Gambar  8.  HT  Seabagai  Alat  Penunjang  Komunikasi  antar  Anggota  Komunitas Keamanan Terpadu (K2T)

Referensi

Dokumen terkait

besarnya biaya produksi, penerimaan, pendapatan dan B/C Ratio usahatani jagung di Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah serta mengetahui kombinasi dan pengaruh

Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pola aliran sedimen dari arus pasang surut terhadap penyebaran konsentrasi sedimen

Roihan Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, Jakarta: Rajawali, 1991, hlm 137.. 7 Sedangkan saksi adalah orang yang memberikan keterangan di muka sidang pengadilan dengan

Pengujian alat rancangan terhadap variasi kadar gula darah menunjukkan bahwa nilai intensitas cahaya yang diterima sensor fotodioda yang direpresentasikan oleh nilai tegangan

Pemerintahan Desa Ketapanrame berupaya untuk melaksanakan kebijakan administrasi pertanahan dalam rangka terciptanya kepastian hukum bagi pemegang hak atas tanah yang

Daripada beberapa isu yang telah di kenal pasti daripada hasil kajian-kajian lepas dan berdasarkan hasil temu bual dengan Penolong Pengarah (Pemilihan) dan kesemua

Dalam penelitian ini peneliti akan mengamati perilaku siswa yang menunjukkan indikator kenakalanremaja/siswa di sekolah dengan mengikuti kegiatan siswa disekolah baik

Hasil penelitian ini menunjukan sebagai berikut: (1) Latar belakang terbentuknya Paroki Kristus Raja Tugumulyo dan perjuangan umat Katolik dalam membangun dan membina iman