• Tidak ada hasil yang ditemukan

: Semen portland komposit, kuat tekan, slag, fly ash

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan ": Semen portland komposit, kuat tekan, slag, fly ash"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

S

ST

TU

UD

DI

I

P

PE

EN

NG

GA

AR

RU

UH

H

PE

P

EN

NA

AM

MB

BA

AH

HA

AN

N

SL

S

LA

AG

G

DA

D

AN

N

FL

F

LY

Y

AS

A

SH

H

SE

S

EB

BA

AG

GA

AI

I

BA

B

AH

HA

AN

N

A

AD

DI

IT

TI

IF

F

D

DI

I

FI

F

IN

NI

IS

SH

H

MI

M

IL

LL

L

PA

P

AB

BR

RI

IK

K

S

SE

EM

ME

EN

N

KO

K

OM

MP

PO

OS

SI

IT

T

Eka Partana, Aries Purijatmiko, Prof. Dr. Ir. Mahfud , DEA, Ir. Pantjawarni Prihatini

Jurusan Teknik Kimia, Facultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

ABSTRAK

Portland Composite Cement (PCC) – Semen Portland Komposit adalah bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama terak semen Portland dan gipsum dengan satu atau lebih bahan anorganik. Bahan anorganik tersebut antara lain terak tanur tinggi (blast furnace slag), pozolan, senyawa silikat, dengan kadar total bahan anorganik 6 % – 35 %. Semen Portland komposit dapat digunakan untuk konstruksi umum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dari adanya pengaruh penambahan fly ash dan slag terhadap kuat tekan semen komposit yang dihasilkan.

Proses penelitian semen komposit ini didahului dengan menggiling klinker, fly ash, slag, dan gipsum di mini ball mill untuk membentuk semen komposit, Dimana konsentrasi slag dan fly ash divariasikan. Kemudian, semen komposit tesebut dibuat menjadi adonan mortar yaitu dengan cara dicampur dengan agregat, pasir dan air. Setelah menjadi adonan mortar, kemudian adonan tersebut dicetak dalam cetakan. Kemudian dilakukan uji kuat tekan pada umur mortar 3, 7, dan 28 hari. Proses penelitian ini diakhiri dengan melakukan analisa XRF terhadap produk semen komposit yang dihasilkan untuk mengetahui komposisi kimia yang terkandung di dalamnya.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pada penambahan fly ash, kuat tekan yang dihasilkan lebih besar dari pada kuat tekan OPC (penambahan 0%) pada 3, 7, dan 28 hari. Pada hari ke-3 terjadi penurunan kuat tekan sebesar 7,83% dari variabel penambahan fly ash 12% hingga 36 %.Pada hari ke-7 terjadi penurunan kuat tekan sebesar 3% dari variabel penambahan fly ash 6% hingga 36 %.Pada hari ke-28 antara variabel penambahan fly ash 6% hingga 24 % kuat tekannya hampir sama. Lalu kemudian terjadi kenaikan kuat tekan lagi sebesar 4% dari variabel penambahan fly ash 24% hingga 30 % yang kemudian kuat tekan hampir sama hingga variabel 36%. Pada penambahan Slag. Pada hari ke-3, titik puncak maksimum dari kuat tekan dicapai pada variabel 6% dan kemudian mengalami penurunan kuat tekan sebesar 5,59% seiring bertambahnya variabel slag dimulai dari 12% hingga 36%. Pada hari ke-7, titik puncak maksimum dari kuat tekan dicapai pada variabel 12% dan kemudian mengalami penurunan kuat tekan sebesar 7,81% seiring bertambahnya variabel slag dimulai dari 12% hingga 36%. Pada hari ke-28, titik puncak maksimum dari kuat tekan dicapai pada variabel 12% dan kemudian mengalami penurunan kuat tekan sebesar 8,1% seiring bertambahnya variabel slag dimulai dari 12% hingga 36%. Pada kombinasi antara slag dan fly ash, kuat tekan optimum dicapai pada prosentase penambahan aditif sebesar 6% dari jumlah semen dengan komposisi 70% fly ash dan 30% slag. Penambahan aditif sebesar 6

– 36% di finish mill dalam proses pembuatan semen komposit, akan menurunkan emisi CO2 pabrik

semen sebesar 6 – 36%.

Kata Kunci : Semen portland komposit, kuat tekan, slag, fly ash ABSTRACT

Portland Composite Cement is one of hydraulically material that made from clinker and gypsum with one or more inorganic material. The following materials are blast furnace slag, pozzolan, silicate material, with total concentration 6% - 35%. Portland composite cement can be used for general construction. The purpose of this research is observing the influence of adding fly ash and slag in order to obtain the compressive strength of Portland composite cement.

First step of this research is mixing and grinding clinker, slag, fly ash, and gypsum in a mini cement mill to form Portland composite cement. The operating variables are concentration of fly ash and slag. Then make mortar slurry by mixing Portland composite cement with Ottawa sand and water. After that, the slurry of mortar is formed in a molding. Then the molding is tested by compressive strength test is tested in 3, 7, and 28 day. This research is ended with XRF analysis of Portland composite cement to observe the chemical composition.

The result of this research show that by adding fly ash, compressive strength is bigger than

OPC’s compressive strength at 3rd, 7th, and 28thday. At 3rdday, the compressive strength will decreasing 7.83% at adding 12% - 36% of fly ash. At 7thday, the compressive strength will decreasing 3% at adding 6% - 36% of fly ash. At 28thday, the compressive strength is slightly similar at adding 6% - 24% of fly

(2)

ash, the compressive strength will increasing 4% at adding 24% - 30% of fly ash, the compressive strength is slightly similar at adding of 30% - 36% of fly ash. At the adding of slag, at 3rd day, the maximum compressive strength is reached at adding 6% of slag, the compressive strength will decreasing 5.59% at adding 12% - 36% of slag. At 7th day, the maximum compressive strength is reached at adding 12% of slag, the compressive strength will decreasing 7.81% at adding 12% - 36% of slag. At 28thday, the maximum compressive strength is reached at adding 12% of slag, the compressive strength will decreasing 8.1% at adding 12% - 36% of slag. At the combination of fly ash and slag, the optimum strength is reached in 6% additive.

Keywords: Portland composite cement, compressive strength, slag, fly ash PENDAHULUAN

Perkembangan industri yang pesat membawa kemajuan yang berarti bagi pembangunan perekonomian Indonesia. Tetapi dampak yang timbul dari adanya kegiatan-kegiatan industri tersebut adalah masalah limbah. Masalah yang pada akhir akhir ini mendapat perhatian pemerintah atau badan-badan lingkungan hidup nasional dan internasional. Oleh karena itu, pemerintah berusaha mengembangkan industri yang bersih lingkungan dan mengembangkan penelitian dalam penggunaan dan peningkatan daya guna limbah industri. Salah satunya yaitu pemanfaatan slag dan fly ash di industri semen.

Slag adalah hasil sampingan dari proses industri yaitu proses peleburan bijih logam dan masih

mengandung material yang penting seperti silika dan alumina. Fly ash adalah hasil samping dari pembakaran batubara di boiler Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Kecenderungan dewasa ini banyak pembangkit listrik yang beralih menggunakan batubara sebagai bahan bakar dalam menghasilkan steam (uap). Sisa hasil pembakaran dengan batubara menghasilkan abu yang disebut dengan fly ash.

Fly ash dan slag juga mengandung silika yang bisa dimanfaatkan melalui waste co-processing

dengan pihak industri semen. Dimana silika sangat dibutuhkan di industri semen sebagai material tambahan (aditif) di mesin penggilingan akhir (finish mill) pabrik semen komposit. Sehingga akan terjalin suatu hubungan yang saling menguntungkan antara pihak PLTU batubara dan pabrik peleburan logam selaku produsen dengan industri semen selaku konsumen.

Penambahan bahan aditif di finish mill memiliki tujuan untuk mengurangi penggunaan terak dalam

proses pembuatan semen. Sehingga akan menurunkan emisi CO2 pabrik semen komposit. Penurunan

emisi CO2 dalam proses produksi semen komposit dimungkinkan dengan mengurangi penggunaan

klinker yang diganti dengan material alternatif seperti batu kapur, slag dan material pozzolanic. Semen komposit dapat dipergunakan untuk keperluan konstruksi umum seperti rumah, gedung bertingkat, jembatan, jalan beton, beton pre-cast dan beton pre-stress.

Seiring dengan adanya proyek CDM (Clean Development Mechanism) dan dalam rangka

menurunkan emisi CO2untuk mengurangi dampak pemanasan global (global warming), maka industri

semen banyak yang beralih untuk memproduksi semen komposit. Berdasarkan penjelasan diatas maka tujuan penelitian ini yaitu untuk meneliti pengaruh dari penambahan slag dan fly ash di finish mill dalam proses pembuatan semen komposit terhadap kuat tekan produk dan emisi pabrik semen komposit.

Berdasarkan SNI 15-7064-2004 tentang spesifikasi semen portland komposit, didefenisikan sebagai bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama terak semen portland dan gipsum dengan satu atau lebih bahan anorganik, atau hasil pencampuran antara bubuk semen portland dengan bubuk bahan anorganik lain. Bahan anorganik tersebut antara lain terak tanur tinggi (blast furnace slag), kapur, pozzolan, dan senyawa silikat dengan kadar total bahan anorganik 6 - 35 % dari massa semen portland komposit.

Kuat tekan adalah salah satu tolok ukur penting sesuai yang disyaratkan di dalam SNI (Standar Nasional Indonesia), ASTM (American Standard for Testing Materials), dan BS (British Standard).

Menurut Lea (1998) kuat tekan merupakan salah satu tolok ukur untuk melihat kemampuan mortar atau beton yang terbuat dari semen yang diuji terhadap beban yang diterimanya. Kuat tekan semen dipengaruhi oleh proses hidrasi semen.

Semen terdiri dari beberapa senyawa yaitu C3S (3CaO.SiO2), C2S (2CaO.SiO2), C3A

(3CaO.Al2O3), dan C4AF (4CaO.Al2O3. Fe2O3). Apabila semen dicampur dengan air maka akan terjadi

(3)

plastis dan dapat dibentuk, dan beberapa waktu kemudian pada pasta tersebut mulai terjadi pengerasan dan tidak dapat dibentuk lagi, sehingga pasta yang telah mengeras tersebut mulai memiliki kekuatan tekan.

Dengan demikian maka proses hidrasi semen terdiri dari beberapa reaksi kimia yang berjalan secara bersama-sama yaitu :

2(3CaO.SiO2) + 6H2O  3CaO.SiO2.3 H2O + 3Ca(OH)2……….(1)

2(2CaO.SiO2) + 4H2O  3CaO.SiO2.3 H2O + Ca(OH)2………...(2)

3CaO.Al2O3+ 6H2O  3CaO.Al2O3.6H2O + Panas………..(3)

4CaO.Al2O3. Fe2O3+ 17H2O  3CaO.Al2O3.12H2O +3CaO.Fe2O3.5H2O (CaOH)2..(4)

Faktor yang mempengaruhi proses hidrasi semen yaitu :

 Komposisi Semen

Proses hidrasi semen dipengaruhi oleh komposisinya. Salah satunya yaitu silika (SiO2)

yang ada di dalam semen. SiO2akan mengeliminir Ca(OH)2dan bereaksi membentuk CSH

pada proses hidrasi semen, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kuat tekan semen. Hal

ini disebabkan Ca(OH)2 di dalam mortar / beton akan bersifat merugikan dan menurunkan

kuat tekan semen. Reaksinya yaitu :

2(3CaO.SiO2) + 6H2O  3CaO.SiO2.3 H2O + 3Ca(OH)2……….(1)

2(2CaO.SiO2) + 4H2O  3CaO.SiO2.3 H2O + Ca(OH)2………...(2)

3Ca(OH)2+ SiO2+ H2O  3CaO.SiO2.3 H2O………...…………..….(3)

Umur curing (perendaman)

Umur curing (perendaman) akan berpengaruh terhadap kuat tekan dan proses hidrasi semen. Semakin lama umurnya maka proses hidrasinya semakin sempurna sehingga kekuatan tekannya semakin naik.

 Kehalusan semen

Tingkat kehalusan akan berpengaruh terhadap kekuatan semen dan proses hidrasi semen. Kehalusan menentukan luas permukaan partikel semen sehingga sangat berpengaruh pada proses hidrasi semen yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kuat tekan semen.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini pembuatan semen portland komposit dilakukan dengan menggiling secara bersama-sama klinker, fly ash, slag, dan gipsum di mini ball mill untuk membentuk semen komposit bedasarkan variabel. Kemudian semen komposit dicetak untuk membentuk mortar yang kemudian diuji kuat tekannya.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Klinker / terak semen Portland; Klinker yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari PT. Semen Gresik (Persero) Tbk – Indonesia. Slag; Slag yang digunakan dalam penelitian ini adalah cooper slag yang berasal dari PT. Smelting – Indonesia. Fly Ash; Fly Ash yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Jawa Power Unit Pembangkitan (UP) Paiton – Indonesia. Gipsum; Gipsum yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari PT. Petrokimia Gresik (Persero) – Indonesia. Pasir Ottawa; Pasir Standard Ottawa (CAS: 14808-60-7) merupakan pasir yang digunakan dalam uji semen. Dimana pasir ini dapat melalui 850-μ (US Standard No. 20) sieve dan tertahan pada 600-μ (US Standard No. 30) sieve. Pasir standard Ottawa berasal dari Middle Ordovician St. Peter Sandstone dekat Ottawa, Illinois dan digunakan secara luas dalam eksperimen oleh ahli geologi dan insinyur selama beberapa dekade. Alasan utama digunakan pasir Ottawa adalah karena ukuran butiran yang seragam dan dianggap tidak terkontaminasi oleh tanah liat (clay), lempung (loam), senyawa-senyawa besi, atau substansi asing lainnya (Revi, 2009). Air; Air yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk campuran mortar, maka harus bersih dan bebas dari bahan-bahan merusak yang mengandung oli, asam, garam, bahan organik, atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap mortar.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas tiga bagian : peralatan pada tahap pembuatan semen komposit (mini ball mill, botol Le Chatellier, dan Blaine Test Apparatus), pada tahap

(4)

pembuatan mortar (mixer, meja flow table, molding, dan bak rendaman), pada tahap analisa produk (mesin uji kuat tekan, ayakan 325 mesh, XRF, dan XRD).

Pada tahap pembuatan semen komposit digunakan mini ball mill untuk menggiling klinker, gipsum, slag, dan fly ash sesuai dengan variabel, untuk membentuk semen komposit. Sedangkan botol Le Chatellier digunakan untuk mengukur densitas semen yang dihasilkan, dimana densitas tersebut digunakan untuk uji kehalusan. Blaine test apparatus digunakan untuk uji kehalusan semen, dimana pada

penelitian ini, kehalusan semen ditetapkan minimal sebesar 290 m2/kg.

Pada tahap pembuatan mortar digunakan mixer untuk mencampur semen komposit, air dan pasir Ottawa, untuk membentuk mortar. Sedangkan meja flow table digunakan untuk mengukur slump dari adonan mortar, dimana pada penelitian ini slump mortar ditetapkan 20,8 – 21,8 cm (ASTM, 2006). Bak rendaman digunakan untuk proses curing (perendaman) mortar. Sedangkan molding digunakan sebagai tempat cetakan adonan mortar.

Pada tahap analisa produk digunakan mesin kuat tekan untuk menguji kuat tekan mortar pada hari ke – 3, 7, dan 28 hari. Sedangkan ayakan 325 mesh digunakan untuk menguji kehalusan semen komposit yang dihasilkan sesuai dengan ASTM (2006). XRF, dan XRD digunakan untuk menganalisa komposisi kimia dan komposisi kristal yang terdapat di dalam semen komposit pada penelitian ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Pengaruh Fly Ash Terhadap Kuat Tekan Gambar 2. Pengaruh Slag Terhadap Kuat Tekan

Dari kedua Gambar 1 dan 2 dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa fly ash memberi kuat tekan yang lebih baik daripada slag pada umur 3, 7, dan 28 hari. Namun secara umum kuat tekannya keduanya masih di atas kuat tekan SNI Semen Portland Komposit. Hal ini disebabkan oleh hidrasi semen (Lea, 1998).

Tabel 1. Hasil Uji Kehalusan Semen Komposit dengan Ayakan No.325

Variabel Prosentase Semen yang Berhasil Lolos

Ayakan 325 mesh 6% - 12% Fly Ash

6% - 12% Slag

87,7 % 81,6 %

Dari Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa semen komposit dengan aditif fly ash memiliki kehalusan partikel yang lebih tinggi daripada semen komposit dengan aditif slag. Tingkat kehalusan partikel akan

100 150 200 250 300 350 400 450 500 0 6 12 18 24 30 36 Kuat tekan (kgf/cm2) Fly Ash (%)

Hari ke-3 Hari ke-7

Hari ke-28 SNI hari ke-3

100 150 200 250 300 350 400 450 0 6 12 18 24 30 36 Slag (%) K u a t te k a n ( k g f/ cm 2 )

Hari ke-3 Hari ke-7 Hari ke-28

(5)

berpengaruh terhadap kekuatan semen dan proses hidrasi semen. Semakin halus partikelnya maka luas permukaannya semakin besar sehingga reaksi hidrasinya semakin cepat yang pada akhirnya akan menaikkan kuat tekan.

Tabel 2. Hasil Slump PCC dengan Aditif Fly Ash

variabel Air (ml) Slump (cm)

0% Fly Ash 359 18 6% Fly Ash 359 21.5 12% Fly Ash 344 21.5 18% Fly Ash 344 21 24% Fly Ash 319 21 30% Fly Ash 319 21.5 36% Fly Ash 310 21

Tabel 3. Hasil Slump PCC dengan Aditif Slag

variabel air (ml) Slump (cm)

0% Slag 359 18 6% Slag 365 21 12% Slag 359 21 18% Slag 410 21 24% Slag 349 21 30% Slag 335 21 36% Slag 390 21

Menurut ASTM, Semen Portland Komposit dikategorikan sebagai semen campuran (special

blended cement). Oleh karena itu maka slumpnya mengikuti standar ASTM C 595-05. Sesuai dengan

ASTM C 595-05, slumpnya antara 20,8 – 21,8 cm. Ketika pada pembuatan mortar semen komposit menggunakan proporsi rasio air semen 0,485 (standar OPC), maka mortar akan mengalami pemadatan yang tidak sempurna (incomplete compaction), secara fisik campuran tersebut akan terlihat kering / kekurangan atau encer / kelebihan air. Hal ini menyebabkan kuat tekan dari mortar yang dihasilkan tidak bisa diketahui kecenderungannya apakah semakin naik atau semakin turun.

Gambar 3. Pengaruh Curing Terhadap Kuat Tekan Gambar 4. Pengaruh Curing Terhadap Kuat Tekan

200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 310 320 330 340 350 360 370 380 390 400 410 420 430 440 450 460 470 480 3 7 28 hari K ua t t ek an (K gf /c m 2)

OPC 6% Fly Ash 12% Fly Ash 18% Fly Ash

24% Fly Ash 30% Fly Ash 36% Fly Ash

160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 310 320 330 340 350 360 370 380 390 400 410 420 3 7 28 hari K ua t t ek an (K gf /c m 2)

OPC 6% slag 12% slag 18% slag 24% slag

(6)

Pada Gambar 3 dan 4 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu curing maka kuat tekan mortar yang dihasilkan juga semakin tinggi hingga pada hari ke-28 yang diamati pada penelitian ini. Hal ini dikarenakan semakin sempurnanya reaksi hidrasi semen (Neville, 2000).

Tabel 4. Hasil Analisa XRF Semen Komposit dengan Penambahan Fly Ash

Fly Ash (%) SiO2 Al2O3 Fe2O3 CaO MgO SO3

0 20,58 8,88 4,57 61,78 1,93 2,28 6 20,93 9,33 4,97 59,7 1,74 2,30 12 22,26 9,78 5,37 57,62 2,02 2,38 18 22,87 10,23 5,77 55,54 2,17 2,43 24 23,52 10,68 6,17 53,46 2,31 2,48 30 24,17 12,14 6,42 51,68 2,45 2,52 36 25,47 13,01 6,73 48,58 2,55 2,49

Tabel 5. Hasil Analisa XRF Semen Komposit dengan Penambahan Slag

Slag (%) SiO2 Al2O3 Fe2O3 CaO MgO SO3

0 20,58 8,88 4,57 61,78 1,93 2,28 6 20,64 7,72 8,21 58,19 1,43 2,23 12 20,69 7,43 9,93 55,04 1,32 2,45 18 20,75 7,17 11,74 52,00 1,31 2,38 24 20,96 6,99 13,76 48,90 1,30 2,31 30 21,20 6,79 15,96 45,70 1,30 2,26 36 21,44 6,59 19,16 42,50 1,28 2,21

Tampak dari hasil analisa XRF pada Tabel 4.5 dan 4.6, bahwa pada penambahan fly ash akan menambah kandungan silika di semen. Hal ini disebabkan karena fly ash lebih banyak mengandung silika. Sedangkan pada penambahan slag akan menambah kandungan besi dan silika. Hal ini disebabkan karena slag lebih banyak mengandung besi, namun juga mengandung silika.

Proses hidrasi semen dipengaruhi oleh komposisinya. Salah satunya yaitu silika (SiO2) yang ada di

dalam semen. SiO2 akan mengeliminir Ca(OH)2. Keberadaan Ca(OH)2 di dalam mortar / beton akan

bersifat merugikan dan menurunkan kuat tekan. SiO2 bereaksi dengan Ca(OH)2 membentuk CSH

(3CaO.SiO2.3H2O) pada proses hidrasi semen, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kuat tekan.

Reaksinya yaitu :

2(3CaO.SiO2) + 6H2O  3CaO.SiO2.3 H2O + 3Ca(OH)2……….(1)

2(2CaO.SiO2) + 4H2O  3CaO.SiO2.3 H2O + Ca(OH)2………...(2)

(7)

Gambar 5. Kombinasi Fly Ash & Slag Sebesar 6% Gambar 6. Kombinasi Fly Ash & Slag Sebesar 12%

Dari Gambar 4.5 dan 4.6 dapat disimpulkan bahwa pada variasi penambahan fly ash dan slag, Secara umum kuat tekan dari seluruh variabel kombinasi antara fly ash dan slag tersebut masih di atas kuat tekan SNI Semen Portland Komposit. Prosentase penambahan fly ash dan slag sebesar 6% memberi kuat tekan yang lebih baik dari pada penambahan fly ash dan slag sebesar 12% tetapi perbedaannya tidak begitu signifikan.

Dan dari gambar tersebut, ada kecenderungan yang sama yaitu adanya peningkatan kuat tekan dengan adanya persentase penambahan fly ash. Hal ini diperlihatkan pada kuat tekan variabel 70% fly Ash + 30% slag lebih besar dari pada variabel 30% fly ash + 70% slag.

Berdasarkan hasil penelitian (Anonim, 2007) adanya penambahan aditif sebesar 6 – 36% di finish

mill dalam proses pembuatan semen komposit, akan menurunkan emisi CO2pabrik semen sebesar 6 –

36%. Sehingga penambahan aditif di finish mill dalam proses pembuatan semen komposit, akan

menurunkan emisi CO2yang dihasilkan oleh pabrik semen.

KESIMPULAN

Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa, Pertama, penambahan fly ash dan slag pada semen komposit berpengaruh terhadap kuat tekan, namun sampai penambahan sebesar 36% kuat tekannya masih di atas kuat tekan SNI Semen Portland Komposit Kedua, pada kombinasi fly ash dan slag sebesar 6% memberi kuat tekan yang lebih baik dari pada penambahan fly ash dan slag sebesar 12%, dan kuat tekan semakin meningkat seiring dengan adanya persentase penambahan fly ash pada kombinasi tersebut. 110 130 150 170 190 210 230 250 270 290 310 330 350 370 390 410 30% FA + 70% S 50% FA + 50% S 70% FA + 30% S Kuat tekan (kgf/cm2)

Komposisi Fly Ash dan Slag

Hari ke-3 Hari ke-7 Hari ke-28

SNI hari ke-3 SNI hari ke-7 SNI hari ke-28

110,0 130,0 150,0 170,0 190,0 210,0 230,0 250,0 270,0 290,0 310,0 330,0 350,0 370,0 390,0 410,0 30% FA + 70% S 50% FA + 50% S 70% FA + 30% S Kuat tekan (kgf/cm2)

Komposisi Fly Ash dan Slag

Hari ke-3 Hari ke-7 Hari ke-28

(8)

DAFTAR PUSTAKA

1. Aldensinai. 2009. Gipsum.

[aldensinai.blogspot.com]

2. Anonim. 2007. Kajian Potensi Batuan

Ultrabasa di Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Untuk Menanggulangi Emisi Karbon Dioksida. [www.dim.esdm.go.id]

3. Anonim. 2008. CO2Emission in the World

Cement Sector. [www. wcsbdcement.com]

4. ASTM International. 2006. Annual Book of

ASTM Standards. Baltimore : ASTM Publisher.

5. Austin, George T. 1984. Shreve’s Chemical

Process Industries. Singapore : Mc Graw

Hill.

6. Badan Standarisasi Nasional. 1994. Standar

Nasional Indonesia (SNI) OPC.

[www.bsn.go.id]

7. Badan Standarisasi Nasional. 2004. Standar

Nasional Indonesia (SNI) PCC.

[www.bsn.go.id]

8. Duda, Walter H. 1976. Cement Data Book.

London : Macdonald & Evans.

9. Fu, Xinghua, et al. 2000. Studies on high

strength slag and fly ash compound cement.

[www.sciencedirect.com]

10. Lea, F.M. 1998. Chemistry of Cement. London: Arnold Publisher

11. Mahmudah, Etty Ariani. 1993. Pengaruh

Kadar Fly Ash Pada Blended Cement

Laporan Akhir, Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Malang.

12. Maslikhah, Binti. dan Santoso, Puji. 1994.

Pengaruh Kadar Slag Terhadap Karateristik Blended Cement. Laporan Akhir, Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Malang.

13. Mei Arisandi, Revi., Sahkundiyar. 2009.

Pengaruh Surfaktan Pada Pembuatan Beton. Skripsi Jurusan Teknik Kimia,

FTI-ITS.

14. Neville, A.M. 2000. Properties of Cement

and Concrete. Edinburgh : Pearson Ltd

15. Peray, Kurt E. dan Waddell, Joseph J. 1972. The Rotary Cement Kiln. New York : Chemical Publishing Co.

16. Peray, Kurt E. 1979. Cement

Manufacturer's Handbook. New York :

Chemical Publishing Co.

17. Taylor, W.H. 1977. Segmental Paving. New York : E and FN Spon.

Gambar

Tabel 1. Hasil Uji Kehalusan Semen Komposit dengan Ayakan No.325 Variabel Prosentase Semen yang Berhasil Lolos
Tabel 2. Hasil Slump PCC dengan Aditif Fly Ash
Tabel 4. Hasil Analisa XRF Semen Komposit dengan Penambahan Fly Ash
Gambar 5. Kombinasi Fly Ash & Slag Sebesar 6% Gambar 6. Kombinasi Fly Ash & Slag Sebesar 12%

Referensi

Dokumen terkait

Kemampuan guru bahasa Arab membangun pembelajaran yang efektif di kelas diperoleh rerata 18,8 dari lima indikator yang dikembangkan, antara lain; (1) Penampilan penyampaian

Vuonna 1997 tutki- musjakso oli ainoastaan viisi päivää, mutta vuosina 1998 ja 2000 pyynti aloitettiin vä- littömästi jäiden lähdön jälkeen ja lopetettiin vasta, kun

Lama responden bekerja lebih dari 5 tahun sebesar 54.5% sesuai dengan penelitian Su- darsono (2010) yang menyimpulkan bahwa kader telah bekerja 5-10 tahun memiliki pen- galaman

hinterland Kota Wates dengan Kota Yogyakarta juga mengakibatkan penduduk wilayah hinterland lebih banyak memilih Kota Yogyakarta dalam mencukupi kebutuhannya. Dewasa ini,

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Taufik (2012) bahwa implementasi model pembelajaran learning cycle 5e mampu menurunkan proporsi

Dari hasil uji secara simultan diperoleh kesimpulan bahwa keseluruhan variabel indipenden yaitu pertumbuhan ekonommi, upah minimum, inflasi, periode krisis ekonomi Indonesia

Pola interaksi yang terjadi di lingkungan keluarga merupakan sistem yang mempunyai keterkaitan secara timbal balik antara beberapa komponen yang ada, (1) pola interaksi

Pertanyaan pada bagian ini berisi mengenai identitas responden yang menggunakan pelayanan publik pada Bagian Administrasi Penerbitan Akta Nikah pada Kantor Urusan Agama