DEGRADASI BAHAN KERING, NILAI pH DAN PRODUKSI GAS SISTEM RUMEN IN VITRO TERHADAP KULIT BUAH KAKAO
(Theobroma cacao) YANG DIBERI PERLAKUAN BERBEDA
SKRIPSI Oleh MUH. ASSAKUR. S I 211 08 283 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013
DEGRADASI BAHAN KERING, NILAI pH DAN PRODUKSI GAS SISTEM RUMEN IN VITRO TERHADAP KULIT BUAH KAKAO
(Theobroma cacao) YANG DIBERI PERLAKUAN BERBEDA
Oleh
MUH. ASSAKUR. S I 211 08 283
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertanda tangan di bawah ini :Nama : Muh. Assakur. S
NIM : I 211 08 283
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa :
a. Karya Skripsi yang saya tulis adalah asli.
b. Apabila sebagaian atau seluruhnya dari karya skripsi ini, terutama dalam Bab Hasil dan Pembahasan, tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.
2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.
Makassar, November 2013
Muh. Assakur. S (I 211 08 283). Degradasi Bahan Kering, Nilai pH dan Produksi Gas Sistem Rumen In vitro terhadap Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao) yang diberi Perlakuan Berbeda. Di bawah Bimbingan Syahriani Syahrir (Pembimbing Utama) dan Ismartoyo (Pembimbing Anggota)
ABSTRAK
Hijauan merupakan sumber pakan utama untuk ternak ruminansia. Ketersediaan pakan ruminansia khususnya di musim penghujan merupakan kendala tersendiri bagi usaha peternakan. Kulit buah kakao dapat digunakan sebagai pakan ruminansia namun diperlukan pengolahan terlebih dahulu untuk memperbaiki kualitasnya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai perlakuan pada kulit buah kakao terhadap degradasi bahan kering, nilai pH dan produksi gas dalam sistem rumen in vitro. Pada penelitian ini digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 3 perlakuan dan 5 ulangan yaitu P0 (kulit buah kakao sebagai kontrol), P1 (kulit buah kakao teramoniasi) dan P2 (kulit buah kakao terfermentasi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pH pada P0=6,7, P1=6,87 dan P2=6,93. Nilai pH mengindikasikan proses fermentasi dalam rumen berjalan dengan baik. Degradasi bahan kering P0=33.8%, P1=41.8% dan P2=22.8%. Kulit buah kakao yang diberi perlakuan yang berbeda menunjukan pengaruh nyata terhadap degradasi bahan kering. Rata-rata nilai produksi gas yang dihasilkan selama 48 jam yaitu 22.17 ml pada P0, 19.38 ml pada P1 dan 14.04 ml pada P2. Produksi gas yang dihasilkan sejalan dengan nilai degradasi pakan yang rendah. Dapat disimpulkan bahwa perlakuan amoniasi adalah yang terbaik untuk memperbaiki kualitas kulit buah kakao.
Muh. Assakur. S (I 211 08 283). Degradation of Dry Mater, pH and Gas Production Rumen In vitro system with cocoa pods (Theobroma cacao) different treatment given. With Syahriani Syahrir Guidance (as major advicer) and Ismartoyo (as a member advicer)
ABSTRACT
Forage is the main source of feed for ruminants . Availability of feed ruminants especially in the rainy season an obstacle to farm. Cocoa pods can be used as ruminant feed , but needed treatment to improve its quality prior. The research aimed to determine the effect of various treatments on cocoa pods to degradation of dry matter, pH and gas production in rumen in vitro system. In this research used Completely Randomized Design ( CRD ) consisting of 3 treatments and 5 replicates which is P0 (cocoa pods as a control) , P1 (cocoa pods ammoniation) and P2 (cacao pods fermentation). The results showed that the pH value at P0 = 6.7 , P1 = 6.87 and P2 = 6.93 . Indicated pH values in the rumen fermentation process goes well. Degradation of dry matter = 33.8 % P0 , P1 and P2 = 41.8 % = 22.8 % . Cocoa pods given different treatments showed significant effect on dry matter degradation. The average value of the resulting gas production for 48 hours ie 22.17 ml at P0 , 19.38 ml at P1 and to 14.04 ml at P2 . The resulting gas production in line with the degradation of low feed value . It can be concluded that the treatment is the best ammoniation to improve the quality of cocoa pods.
Judul Skripsi : Degradasi Bahan Kering, Nilai pH dan Produksi Gas Sistem Rumen In vitro terhadap Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao) yang diberi Perlakuan Berbeda
Nama : Muh. Assakur. S
Nomor Induk Mahasiswa : I 211 08 283
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh :
Dr. Ir. Syahriani Syahrir, M.Si Pembimbing Utama
Prof. Dr. Ir. Ismartoyo, M. Agr. S Pembimbing Anggota
Mengetahui :
Prof. Dr. Ir. H. Syamsuddin Hasan, M.Sc Dekan Fakultas Peternakan
Prof. Dr. Ir. Jasmal A. Syamsu, M.Si Ketua Jurusan
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Taufiq, dan Hidayah-Nya, sehingga penulis mendapatkan kemudahan dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Salawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis menghadapi berbagai macam halangan dan rintangan, namun berkat bimbingan, arahan dan bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak maka segala rintangan dapat teratasi. Oleh karena ini melalui kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Syahriani Syahrir, M.Si sebagai pembimbing utama dan bapak Prof. Dr. Ir. Ismartoyo, M.Agr. S sebagai pembimbing anggota yang dengan ikhlas meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan dan bantuan selama masa penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT menjaga keduanya dan membalas dengan kebaikan yang banyak.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Syamsuddin Hasan, M.Sc selaku dekan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Jasmal A.Syamsu, M.Sc selaku ketua Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
4. Bapak dan Ibu dosen, yang telah membimbing dan mendidik penulis selama di bangku kuliah, serta ucapan terima kasih kepada seluruh staf pegawai Fakultas Peternakan yang telah banyak membantu
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ayahanda Muh. Sakir Kuddusa dan Ibunda Hj. Wahyu Idris yang dengan dan penuh perjuangan dalam membesarkan, mendidik serta memberikan dorongan moral dan materil hingga saat ini, Dan tak lupa juga ungkapan terima kasih buat kakak Muh. Arief. S dan adik Muh. Assir. S terima kasih atas segala perhatian dan kasih sayang dan semangat yang diberikan.
Ucapan terima kasih terkhusus untuk SPESIES 08 yang selama ini menjadi teman, sahabat bahkan seperti saudara yang senantiasa memberi warna setiap keseharian. Kepada rekan penelitian David Indrayanto untuk kebersamaan serta suka duka yang kita lalui selama penelitian. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan makan penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangung demi kesempurnaan penulisan berikutnya. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin
Makassar, November 2013 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGAJUAN ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iii
ABSTRAK ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Rumusan Masalah ... 2
Hipotesis ... 2
Tujuan dan Kegunaan ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Potensi kulit kakao sebagai pakan ternak ... 4
Prinsip pengolahan bahan pakan ... 7
Degradasi in vitro bahan kering ... 10
Nilai pH ... ……… 11
Produksi gas sistem rumen in vitro ... 12
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ... 13
Materi Penelitian ... 13
Metode Penelitian ... 13
Pelaksanaan Penelitian ……… 14
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai pH ... ... 16
Degradasi Bahan Kering ……….. 17
Produksi Gas ……… 19
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 21
Saran ... 21
DAFTAR PUSTAKA ... 22
LAMPIRAN ... 25 RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
No. Halaman
Teks
1. Persentase Bagian-Bagian dan Buah Kakao ... 4 2. Luas Areal dan Produksi Kakao di Provinsi Sulawesi Selatan ... 5 3. Komposisi Nutrisi Kulit Buah Kakao ... 6 4. Degradasi Bahan Kering Sistem Rumen in vitro terhadap Kulit
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
Teks
1. Nilai pH Sistem Rumen in vitro terhadap Kulit Buah Kakao yang
Diberi Perlakuan Berbeda ... 16 2. Produksi Gas Sistem Rumen in vitro terhadap Kulit Buah Kakao
Yang diberi Perlakuan Berbeda ... 19 3. Rata-rata Produksi Gas Rumen In Vitro Selama 48 Jam Kulit Buah
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
Teks
1. Analisis Sidik Ragam Degradasi Bahan Kering Sistem Rumen in vitro
Kulit Buah Kakao yang diberi Perlakuan Berbeda ... 25
2. Tabulasi Data Produksi Gas ……… 27
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hijauan merupakan sumber pakan utama untuk ternak ruminansia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak ruminansia perlu penyediaan hijauan pakan yang cukup baik kuantitas, kualitas maupun kontinyuitasnya. Hijauan pakan yang umum diberikan untuk ternak ruminansia adalah rumput yang berasal dari padang penggembalaan atau kebun rumput, tegalan, pematang serta pinggiran jalan.
Beberapa kendala dalam penyediaan hijauan adalah perubahan fungsi lahan yang sebelumnya sebagai sumber hijauan menjadi lahan pemukiman, lahan tanaman pangan, dan tanaman industri sehingga lahan padang penggembalaan sebagai sumber hijauan berkurang. Disamping itu ketersediaan hijauan juga dipengaruhi oleh musim, dimana saat musim hujan produksi hijuan tinggi dilain pihak saat musim kemarau produksi hijauan kurang.
Pemanfaatan sumber daya pertanian tanaman pangan dalam bentuk limbah sebagai sumber pakan ternak merupakan langkah efisien mengatasi kekurangan produksi rumput. Sebagian besar limbah pertanian dapat dimanfaatkan untuk bahan pakan ternak ruminansia. Limbah pertanian yang mempunyai potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai bahan pakan adalah kulit kakao.
Pemanfaatan kulit buah coklat sebagai pakan ternak belum dilakukan secara optimal, karena rendahnya kecernaan akibat tingginya lignin yang berikatan dengan selulosa dan hemiselulosa pada serat kasar dalam bentuk lignohemiselulosa yang sukar dicerna oleh mikroba rumen. Untuk meningkatkan pemanfaatan dan nilai gizi kulit buah kakao, perlu dilakukan pengolahan terhadap
2 kulit buah coklat sebelum diberikan pada ternak ruminansia. Ada beberapa cara pengolahan yang biasa dilakukan untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan kulit kakao diantaranya dengan cara fermentasi dan amoniasi. Setelah dilakukan perlakuan diharapan akan lebih efektif untuk meningkatkan degradasi bahan kering yang ditandai perubahan nilai pH dan produksi gas dalam sistem rumen.
Rumusan Masalah
Ketersediaan pakan ruminansia khususnya hijauan di musim kering merupakan kendala tersendiri bagi usaha peternakan. Limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ruminansia antara lain kulit buah kakao, namun dalam pemanfaatannya diperlukan pengolahan terlebih dahulu karena kualitasnya yang rendah.
Hipotesa
Diduga setelah mendapatkan perlakuan kulit buah kakao akan lebih baik kualitasnya dengan melihat indikasi degradasi bahan kering, nilai pH dan produksi gas dalam sistem rumen in vitro.
3 Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh berbagai perlakuan pada kulit kakao terhadap degradasi bahan kering, nilai pH dan produksi gas dalam sistem rumen in vitro.
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai sumber informasi bagi masyarakat tentang pengolahan kulit kakao untuk pakan ternak agar dapat diserap lebih baik oleh ternak.
4 TINJAUAN PUSTAKA
Potensi Kulit Kakao Sebagai Pakan Ternak
Tanaman coklat merupakan tanaman yang berasal dari Lembah Amazon dan Orinoco di Amerika Selatan. Kakao merupakan tanaman yang menumbuhkan bunga dari batang atau cabang, karena itu digolongkan kedalam tanaman caufloris
(Anonim, 2004). Adapun sistematika tanaman ini adalah sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Ordo : Malvales
Family : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Spesies : Theobroma cacao L
Buah coklat terbagi atas kulit buah, pulp, placenta, dan biji. Kulit buah adalah kulit bagian terluar yang menyelubungi buah kakao dengan tekstur kasar, tebal, dan agak keras. Sedangkan kulit biji adalah kulit yang tipis, lunak dan agak berlendir yang menyelubungi biji kakao.
Persentase bagian-bagian buah coklat dapat dilihat pada Tabel 1 berikut : Tabel 1. Persentase Bagian-Bagian dan Buah Kakao
Komponen Segar (%) Kering (%)
Kulit Buah Placenta Biji 68.5 2.5 29.0 47.2 2.0 50.8 Sumber: Siregar, dkk, 1992.
5 Kulit buah kakao (KBK) merupakan hasil dari proses pengolahan buah kakao yang telah dipisahkan dari buahnya dan merupakan salah satu limbah yang sangat potensial untuk dijadikan bahan makanan ternak ruminansia. Roesmanto (1991), menyatakan bahwa kulit buah kakao dapat menjadi salah satu bahan dalam sistem pakan ternak.
Indonesia menduduki peringkat ke dua dunia atau utama di wilayah Asia Oceania sebagai produsen kakao dengan produksi 425 ribu ton per tahun diikuti Papua New Guinea dan Malaysia. Sementara dari data Dirjen Perkebunan tahun 2007 menunjukkan bahwa luas penanaman kakao mencapai 1.191.742 ha. Proporsi kulit buah kakao (KBK) mencapai 75% dari total buah kakao, dengan kadar air sebesar 85% (Tequia et al., 2004). Berdasarkan komposisi tersebut maka dari produksi kakao sebesar 425 ribu ton setiap tahun akan tersedia minimal 2.287.000 ton KBK segar atau 350 ribu ton KBK kering.
Menurut Dinas Perkebunan Propinsi Sulawesi Selatan (2007), produksi kakao dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini berarti produksi limbahnya melimpah dan potensial digunakan sebagai bahan pakan ternak. Produksi kakao di Sulawesi Selatan dapat di lihat pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Luas Areal (Ha) dan Produksi Kakao (Ton) di Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2003-2007.
Tahun 2003 2004 2005 2006 2007
Luas Areal (Ha) Produksi (Ton) 964.223 689.816 1.090.960 691.704 1.167.046 748.828 1.320.820 769.386 1.442.045 779.186 Sumber: Dinas Perkebunan Propinsi Sulawesi Selatan, 2007
6 Roesmanto (1991) menyatakan bahwa kulit buah kakao dapat menjadi salah satu bahan dalam sistem pakan ternak. Komposisi nutrisi kulit buah kakao dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Komposisi nutrisi kulit buah kakao
Komponen Persentase (%) Bahan Kering Protein Kasar Lemak Serat Kasar Abu BETN TDN ADF NDF Hemiselulosa Selulosa Silika Lignin 91,33 9,71 0,90 40,33 14,80 34,26 40,00 65,12 66,26 1,14 37,17 0,7 27,15 Sumber : Amirroenas (1990)
Selain memiliki potensi produksi dan komposisi nutrien yang baik, KBK juga memiliki faktor pembatas diantaranya memiliki kandungan lignin yang tinggi yaitu 27,95 – 38,78% sehingga dapat mempengaruhi daya cerna. Kulit buah kakao juga mengandung alkaloid theobromin (3,7-dimethyl xanthine) sebanyak 0,17 – 0,22% (Wong dan Hasan, 1988), kafein (1,3,7- trimetilxanthine) sebanyak 1,8 – 2,1% dan mengandung tanin sebanyak 0,84% (Rinduwati dan Ismartoyo, 2002). Tingginya kandungan tanin dan lignin dapat menurunkan daya cerna, karena tanin dapat mengikat protein, selulosa, dan hemiselulosa sehingga aktivitas enzim protease dan selulase menjadi terhambat.
Kulit buah kakao merupakan bahan makanan ternak yang berserat tinggi dan mengandung bahan lignoselulotik (Jackson, 1978). Selanjutnya dinyatakan
7 bahwa buah kakao yang masak mempunyai kulit buah yang tebal dan di dalam setiap buah terdapat 30-50 biji, tergantung pada varietasnya. Bijinya dikelilingi oleh pulp yang berlendir seperti getah.
Penggunaan limbah kulit buah kakao sebaiknya diolah terlebih dahulu, terutama jika diberikan sebagai pakan tunggal. Hal ini disebabkan limbah kulit buah kakao mengandung theobromine yang menyebabkan keracunan pada ternak. Theobromine diduga dapat menghambat pertumbuhan mikroba rumen, sehingga dapat menurunkan kemampuan ternak untuk mencerna dan memanfaatkan nutrisi yang terkandung.
Meningkatkan kualitas kulit buah kakao sebagai alternatif pakan ternak yang memiliki nilai nutrisi tinggi dapat dilakukan dengan cara a) teknologi fisik, yaitu dilakukan dengan cara pencacahan, perendaman, pengeringan, penghalusan, dan pelleting; b) teknologi kimia, yaitu dilakukan dengan cara amoniasi. Selain kedua cara tersebut dapat juga dilakukan dengan teknologi fermentasi sebagai alternatif pakan ternak (Anonim, 2011).
Prinsip pengolahan Bahan Pakan
Upaya meningkatkan kecernaan pakan serat diperlukan teknologi seperti amoniasi dengan menggunakan urea (Van Soest, 2006). Proses amoniasi dengan menggunakan urea lebih mudah, murah dan lebih aman dibandingkan proses alkali lainnya dan dapat meningkatkan kadar N (nitrogen). Gransin dan Dryden (2003) melaporkan bahwa perlakuan amoniasi dengan urea pada pakan berserat selain mampu melonggarkan ikatan lignoselulosa sehingga lebih mudah dicerna
8 oleh bakteri rumen, juga mampu meningkatkan kandungan protein untuk memenuhi kebutuhan nitrogen bagi pertumbuhan bakteri rumen.
Amoniasi adalah cara pengolahan pakan secara kimia menggunakan amonia (NH3), dimana dosis amoniak yang biasa digunakan secara optimal adalah 4 – 6 % NH3 dari berat kering. Amoniasi bertujuan untuk meningkatkan daya cerna dari bahan pakan berserat sekaligus meningkatkan kadar N (nitrogennya) (Direktorat Jenderal Peternakan, 2011)
Amoniasi mampu meningkatkan nilai nutrisi pakan kasar melalui peningkatan daya cerna, konsumsi, kandungan protein kasar dan memungkinkan penyimpanan bahan pakan berkadar air tinggi dengan menghambat pertumbuhan jamur. Sumber amonia yang digunakan dapat berupa gas amonia, amonia cair, urea maupun urin. Daya kerja amonia dalam perlakuan amoniasi diantaranya sebagai bahan pengawet terhadap bakteri dan fungi yang berkembang pada bahan selama proses, sumber nitrogen yang berfiksasi dengan jaringan tanaman dan pemecahan ikatan lignin dan karbohidrat (Anonim, 2009). Selanjutnya bahwa selama proses amoniasi, 4 – 6% dari amonia yang digunakan akan terserap oleh bagian lembab jaringan pakan. Amonia terserap akan berikatan dengan gugusan asetat dan membentuk garam ammonium asetat yang mengandung nitrogen.
Fermentasi merupakan suatu cara untuk mengubah substrat menjadi produk tertentu yang dikehendaki dengan menggunakan bantuan mikroba. Teknologi fermentasi dengan memanfaatkan kemampuan mikroba berhasil merubah pakan berkualitas rendah menjadi suatu produk yang lebih berkualitas (Amalia, 2004)
9 Dalam memfermentasikan bahan pakan berserat tinggi biasa digunakan starbio. Proses fermentasi menggunakan starbio membutuhkan waktu selama 21 hari. Proses fermentasi tersebut menghasilkan bahan pakan yang memiliki tingkat palatabilitas yang lebih tinggi dibanding sebelum difermentasikan (Abidin, 2002). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Syamsu (2001) dengan menggunakan starbio 0.6% pada jerami padi menunjukkan bahwa komposisi nutrient jerami padi mengalami peningkatan kualitas dibanding jerami yang tidak difermentasi. Komposisi serat jerami padi tanpa fermentasi nyata lebih tinggi dibanding jerami yang difermentasi dengan menggunakan starbio. Jerami yang difermentasi dengan starbio juga mengalami peningkatan kandungan protein kasar.
Proses fermentasi bahan pakan oleh mikroorganisme menyebabkan perubahan-perubahan yang menguntungkan seperti memperbaiki mutu bahan pakan baik dari aspek gizi maupun daya cerna serta meningkatkan daya simpannya. Produk fermentasi biasanya mempunyai nilai nutrisi yang lebih tinggi daripada bahan aslinya karena adanya enzim yang dihasilkan dari mikroba itu sendiri (Winarno dan Fardiaz, 1980).
10 Degradasi in vitro Bahan Kering
Metode in vitro adalah suatu metode pendugaan kecernaan secara tidak langsung yang dilakukan di laboratorium dengan meniru proses yang terjadi di dalam saluran pencernaan ruminansia. Keuntungan metode in vitro adalah waktu lebih singkat dan biaya lebih murah apabila dibandingkan metode in vivo, pengaruh terhadap ternak sedikit serta dapat dikerjakan dengan menggunakan banyak sampel pakan sekaligus. Metode in vitro bersama dengan analisis kimia saling menunjang dalam membuat evaluasi pakan hijauan (Pell et al, 1993).
Kelebihan teknik in vitro di antaranya adalah degradasi dan fermentasi pakan terjadi di dalam rumen dapat diukur seara cepat dalam waktu relatif singkat, biaya ringan, jumlah sampel yang dievaluasi lebih banyak dan kondisi terkontrol. Salah satu kelemahan dari teknik in vitro diantaranya populasi bakteri dalam tabung fermentor selama masa pengukuran atau masa inkubasi sulit terjaga (Johnson, 1996).
Kecernaan in vitro dipengaruhi beberapa hal yaitu pencampuran pakan, cairan rumen dan inokulan, pH kondisi fermentasi, pengaturan suhu fermentasi, lamanya waktu inkubasi, ukuran partikel sampel dan buffer (Selly,1994).
Tingkat degradasi pakan dapat digunakan sebagai indikator kualitas pakan. Semakin tinggi degradasi bahan kering dan bahan organik pakan maka semakin tinggi nutrien yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak (Syahrir, 2012).
Degradasi bahan organik dipengaruhi adanya lignin dan silika yang terdapat pada dinding sel secara bersama-sama membentuk senyawa kompleks
11 dengan sellulosa dan hemisellulosa. Senyawa kompleks ini sulit ditembus oleh enzim mikroba sehingga akan menghambat kecernaan dinding sel dan selanjutnya menurunkan kecernaan isi sel termasuk bahan organik didalamnya. Lignin merupakan komponen yang tidak dicerna, sehingga mempengaruhi kecernaan serat kasar (Van Soest, 1976)
Nilai pH
Proses fermentasi di dalam rumen dipertahankan oleh karena adanya sekresi saliva yang berfungsi mempertahankan nilai pH pada kisaran 6,5 – 7,0 (Darwis, 1990). Selanjutnya dinyatakan bahwa kondisi rumen yang anaerob, suhu rumen yang konstan dan adanya kontraksi rumen dapat menyebabkan kontak antara enzim dan substrat menjadi meningkat dan laju pengosongan rumen diatur sedemikian rupa sehingga setiap saat selalu mempunyai isi. Perubahan pH yang besar dapat dicegah dengan penambahan larutan buffer bikarbonat dan fosfat (Johnson, 1996).
Nilai pH rumen terendah umumnya dicapai antara dua sampai enam jam setelah makan menurut Dehority dan Tirabasso (2001). Nilai pH media in vitro
yang diukur setelah 4 jam fermentasi dikategorikan ke dalam pH optimal yakni pada kisaran 6,9 sampai 7,0. Hal tersebut menjadi salah satu indikator terjadinya proses degradasi pakan yang baik, karena pada pH tersebut mikroba penghasil
enzim pencerna serat kasar dapat hidup secara optimum dalam
12 Produksi Gas Sistem rumen in vitro
Proses penguraian oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan organik terjadi secara anaerob. Pada prinsipnya proses anaerob adalah proses biologi yang berlangsung pada kondisi tanpa oksigen oleh mikroorganisme tertentu yang mampu mengubah senyawa organik menjadi gas. Semua jenis bahan organik yang mengandung senyawa karbohidrat, protein, lemak bisa diproses untuk menghasilkan gas (Bahrin dkk., 2011).
Produksi gas merupakan hasil proses fermentasi yang terjadi di dalam rumen yang dapat menunjukkan aktivitas mikrobia di dalam rumen serta menggambarkan banyaknya bahan organik yang tercerna. Selain itu produksi gas yang dihasilkan dari pakan yang difermentasi dapat mencerminkan kualitas pakan tersebut (Ella et al., 1997).
13 MATERI DAN METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2013 yang terbagi atas 2 tahap. Pelaksanaan penelitian dimulai dari proses perlakuan pakan dengan Fermentasi dan Amoniasi di Laboratorium Herbivora, dan dilanjutkan dengan proses analisis kualitas pakan secara in vitro di Laboratorium Herbivora Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar
Materi Penelitian
Penelitian ini menggunakan alat-alat seperti kantong plastik, baskom, parut, ember, oven, timbangan, shaker waterbath, sumbat karet, kertas saring whatman 41, syringe dan tabung fermentor.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu kulit buah kakao, starbio, urea, cairan rumen, aquades dan larutan buffer.
Metode Penelitian
Penelitian ini dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) (Gazperz, 1991) yang terdiri dari 3 perlakuan dan 5 ulangan, dimana 3 perlakuan terdiri dari :
P0 : Kulit Buah Kakao (kontrol) P1 : KBK Teramoniasi
14 Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini kulit buah kakao (KBK) disiapkan dengan melakukan pemarutan. Selanjutnya KBK yang telah diparut di tentukan kadar bahan keringnya, agar diperoleh kadar air yang optimum untuk fermentasi dan amoniasi. Proses fermentasi dilakukan dengan mencampurkan 1 Kg bahan kering KBK (+ 2,5 kg KBK segar yang sudah diparut dengan kadar air +60%) dengan starbio dan urea masing-masing 0,6%. Hasil pencampuran tersebut disimpan dalam wadah/nampan sambil dipadatkan kemudian ditutupi dengan kain kasa dan disimpan untuk proses fermentasi selama 20 hari. Proses amoniasi dilakukan dengan mencampurkan 2,5 Kg KBK yang sudah diparut dan memiliki kadar air 60% (=1 kg bahan kering KBK) dengan urea 6% dari bahan kering KBK yang sudah dilarutkan dalam air. Hasil pencampuran tersebut disimpan dalam kantong plastik sambil dipadatkan hingga kedap udara dan disimpan untuk proses amoniasi selama 21 hari menurut Afrijon (2011). Penyimpanan bahan di dalam plastic kedap udara dimaksudkan agar ammonia tidak lepas dari bahan. Setelah fermentasi dan amoniasi berakhir, masing-masing perlakuan kemudian di ambil sampel lalu dikeringkan dan digiling menjadi halus selanjutnya diambil sampel untuk kemudian di uji kualitasnya dengan sistem invitro.
Degradasi bahan kering dilakukan dengan metode in vitro (Tilley & Terry, 1963) yang dimodifikasi. Pelaksanaan fermentasi dilakukan hanya pada tahap I prosedur in vitro dengan cara, pertama-tama tabung fermentor masing-masing diisi dengan 0,5 g sampel dari masing-masing perlakuan dan ulangan, lalu ditambahkan dengan 40 ml larutan penyanggah dan 10 ml cairan rumen segar atau
15 perbandingan 4:1. Setelah itu tabung dialiri gas CO2 lalu ditutup dengan karet yang disambungkan ke syringe 50 ml (di gunakan untuk mengamati produksi gas selama fermentasi). Tabung fermentor kemudian dimasukkan ke dalam shaker waterbath pada suhu 39 0C dan diinkubasi selama 48. Setelah proses fermentasi berakhir syringe dilepas dari tabung fermentor dan segera diukur pH masing-masing tabung. Pada pengukuran tingkat degradasi dalam sistem rumen, supernatan dibuang setelah penyaringan dengan kertas whatman 41. Residu dikeringkan menggunakan oven pada suhu 105 0C selama 24 jam. Pengamatan produksi gas dilakukan pada 2, 4, 8, 12, 24 dan 48 jam fermentasi (Close dan Menke 1986).
Tingkat degradasi bahan kering dihitung sebagai berikut :
Degradasi BK = BK asal – (BK residu – BK blanko) x 100%
BK asal
Pengolahan Data
Data yang diperoleh di analisis dengan menggunakan analisis ragam sesuai dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) (Gazperz, 1991)
Adapun model matematikanya yaitu : Yij = µ + τί + εij Keterangan :
Yij = Hasil pengamatan dari perubah ke-i dengan ulangan ke-j.
µ = Rata-rata pengamatan
τί = Pengaruh perlakuan I (i = 1, 2, dan 3)
εij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j (j = 1, 2, 3, 4 dan 5)
16 HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Nilai pH
Nilai pH pada kulit buah kakao yang diberi perlakuan berbeda dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini,
Gambar 1. Nilai pH Sistem Rumen In vitro terhadap Kulit Buah Kakao yang diberi
Perlakuan Berbeda
Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa pada prinsipnya proses fermentasi yang terjadi dalam rumen dengan pemberian kulit buah kakao sudah berlangsung dengan baik dengan indikasi nilai pH pada semua perlakuan berada pada kisaran 6,5 sampai 7,0. Nilai pH pada kisaran 6,5-7,0 mempertahankan proses fermentasi dalam rumen tetap berjalan. Hal ini didukung oleh pendapat Darwis (1990) yang menyatakan bahwa proses fermentasi didalam rumen dipertahankan oleh karena adanya sekresi saliva yang berfungsi mempertahankan nilai pH pada kisaran 6,5-7,0.
6,5 6,6 6,7 6,8 6,9 7 P0 P1 P2
Nilai pH
17 Perlakuan pada kulit buah kakao yaitu dengan proses fermentasi dan amoniasi ternyata dapat meningkatkan nilai pH mencapai pH optimal yaitu 6,9-7,0. Pada kisaran nilai pH tersebut mikroba dapat hidup secara optimum sehingga proses pencernaan pakan dalam rumen menjadi lebih baik. Hal ini didukung oleh pendapat Dehority dan Tirabasso (2001), yang menyatakan bahwa nilai pH dikategorikan ke dalam pH optimal yakni pada kisaran 6,9 sampai 7,0. Hal tersebut menjadi salah satu indikator terjadinya proses degradasi pakan yang baik, karena pada pH tersebut mikroba penghasil enzim pencerna serat kasar dapat hidup secara optimum dalam rumen.
Nilai pH yang rendah pada P0 juga mengindikasikan proses fermentasi yang lebih baik, yang menghasilkan asam-asam organik yang lebih banyak.
B. Degradasi Bahan Kering
Degradasi bahan kering pada kulit buah kakao dapat dilihat pada tabel di bawah ini,
Tabel 4. Degradasi Bahan Kering (%) Sistem Rumen In vitro Kulit Buah Kakao yang diberi Perlakuan Berbeda
Ulangan P0 P1 P2 1 2 3 4 5 35 38 34 30 32 44 35 46 47 37 26 22 20 22 24 Rata-rata 33.8b 41.8c 22.8a
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 5% (P<0.05)
18 Berdasarkan Tabel 4 degradasi bahan kering pada kulit buah kakao yang diberi perlakuan berbeda menunjukkan pengaruh nyata pada taraf 5%. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan berbeda yang diberikan pada kulit buah kakao masing-masing menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap degradasi bahan kering.
Nilai degradasi bahan kering tertinggi berada pada P1, hal ini menunjukkan bahwa dengan pengolahan kulit buah kakao secara amoniasi lebih banyak nutrien yang dapat tercerna dalam rumen. Hal ini sesuai dengan pendapat Syahrir (2012), yang menyatakan bahwa semakin tinggi degradasi bahan kering dan bahan organik pakan maka semakin tinggi nutrien yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak.
Pada perlakuan secara fermentasi terlihat bahwa tingkat degradasi bahan keringnya paling rendah. Kemungkinan pada pemakaian starbio bahan-bahan yang mudah difermentasi sudah di degradasi oleh mikroba sehingga tertinggal bahan-bahan yang memang sudah tidak bisa terdegradasi dengan baik. Itu sebabnya kecernaan dalam sistem rumen in vitro menjadi rendah.
19 C. Produksi Gas
Produksi gas pada kulit buah kakao yang diberi perlakuan berbeda dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini,
Gambar 2. Produksi Gas (ml) Sistem Rumen In vitro terhadap Kulit Buah Kakao yang
diberi Perlakuan Berbeda
Pada gambar di atas terlihat bahwa laju produksi gas tertinggi selalu berada pada P0 tetapi bila dihubungkan dengan degradasi bahan kering maka kemungkinan produksi gas pada P1 dimanfaatkan kembali oleh mikroba dalam rumen sehingga produksi gas yang dihasilkan lebih kecil.
Produksi gas yang dihasilkan menunjukkan aktifitas mikroba dalam rumen. Hal ini sesuai dengan pendapat Ella et all (1997) yang menyatakan bahwa
produksi gas merupakan hasil proses fermentasi yang terjadi di dalam rumen yang dapat menunjukkan aktivitas mikroba didalam rumen serta menggambarkan banyaknya bahan organik yang tercerna.
6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 2 4 8 12 24 48
Produksi Gas
P0 P1 P220 Rata-rata produksi gas selama 48 jam setiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini,
Gambar 3. Rataan Produksi Gas (ml) Rumen In Vitro Selama 48 Jam Terhadap Kulit
Buah Kakao yang Mendapat Perlakuan Berbeda
Rataan nilai produksi gas yang dihasilkan selama 48 jam adalah 22.17 ml pada P0, 19.38 ml pada P1 dan 14.04 ml pada P2. Nilai ini masih dibawah dari nilai yang didapatkan Mulyadi (2013) yaitu produksi gas 59 ml dengan nilai degradasi 44.15% dari penambahan 30% daun murbei pada 70% jerami padi. Data di atas memperlihatkan rataan produksi gas yang dihasilkan pada setiap perlakuan relatif rendah. Hal ini sejalan dengan tingkat degradasinya yang juga rendah. Produksi gas yang dihasilkan menggambarkan aktivitas mikroba rumen dalam mencerna pakan. 0,0 10,0 20,0 Pr o d u ksi G as (m l) Perlakuan
21 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa perlakuan amoniasi adalah yang terbaik untuk memperbaiki kualitas kulit buah kakao yang diparut sebagai pakan ternak.
Saran
Diperlukan penelitian lanjutan dengan pemberian langsung pada ternak ruminansia sebagai perbandingan dan untuk melihat palatabilitasnya.
22 DAFTAR PUSTAKA
Abidin, S.A. 2002. Penggemukan Dengan Peomba. Agromedia Pustaka. Jakarta. Afrijon, 2011. Pengaruh Pemakaian Urea dalam Amoniasi Kulit Buah Coklat
terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik secara In Vitro. Jur. Embiro Akademi Pertanian Sumatera Barat.
Amalia, Y. 2004. Pemberian Tepung Isi Rumen Sapi pada Pakan dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan dan Metabolisme Burung Puyuh (Coturniz coturnix japonica) Umur 15 hingga 45 Hari. Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH), Institute Pertanian, Bogor.
Amirroenas, D. E. 1990. Mutu Ransum Berbentuk Pellet Dengan Bahan Serat Biomassa POD Coklat Untuk Pertumbuhan Sapi Perah Jantan. Tesis Fakultas Pascasarjana, Institute Pertanian, Bogor.
Anonim, 2004. Budidaya Kakao. Jember.
______, 2009. Fermentasi dengan Amonia. http://jajo66.wordpress.com/2009/ fermentasi-dengan-amonia. Akses 28 Februari 2013
______, 2011. Kajian Pemanfaatan Limbah Sebagai Pakan Sapi Potong. http://jakarta.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&vie w=article&id=146:kajian-pemanfaatan-limbah-pasar-sebagai-pakan-sapi-potong-di-dki jakarta&catid=21:peternakan&Itemid=25. Akses 28 Februari 2013
Bahrin, D., A.Destilia dan M.B.Pertiwi,. 2011. Pengaruh Jenis Sampah, Komposisi Masukan Dan Waktu Tinggal Terhadap Komposisi Biogas Dari Sampah Organik Pasar Di Kota Palembang. Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3. Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
Close W., Menke KH. 1986. Selected Topics in Animal Nutrition. A Manual Prepared for The Third Hohenheim Course on Animal Nutristion in The Tropics and Semi-Tropics. 2nd Ed. Stuttgart: The Insitute of Animal Nutrition, Hohenheim University.
Darwis, A. 1990. Produksi enzim sellulase dan biomasa untuk pakan ternak dan biokonversi coklat oleh Trichorderma viridae . Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi.
Direktorat Jenderal Peternakan, 2011. Pengolahan Bahan Pakan Ternak. http:www.ditjennak.deptan.go.id/berita-25-penolahan-bahan-pakan-ternak. html. Akses 28 Februari 2013
23 Dinas Perkebunan Propinsi Sulawesi Selatan, 2007. Luas Areal Dan Produksi
Kakao di Sulawesi Selatan. Makassar.
Dehority dan Tirabasso. 2001. Effect of feeding frequency on bacterial and fungalconcentrations, pH, and other parameters in the rumen dalam Syahrir S,Wiryawan. K.G, Parakkasi A. Winugroho M. Dan Sari O. N. P 2009. Efektivitas Daun Murbei Sebagai Pengganti Konsentrat dalam Sistem Rumen in Vitro.Media Peternakan. 32:2. 112-119.
Ella, A. S. Hardjosoewignya, T. R. Wiradaryadan dan M. Winugroho. 1997.
Pengukuran Produksi Gas dari Hasil Proses Fermentasi Beberapa Jenis Leguminosa Pakan. Dalam : Prosiding Sem. Nas II-INMT Ciawi, Bogor. Gasperz, V. 1991. Metode Rancangan Percobaan. CV. Armico, Bandung.
Granzin, B.C. and G. Dryden. 2003. Effect of alkali, oxidants and urea treatment on the nutritive value Rhodes grass (Chloris gayana). Anim. Feed Sci.Technol. 103: 113-122
Jackson, M.G. 1978. Rice Straw as Livestock Feed. World Animal Review, Foodd and Agriculture Organization of The United Nation, Rome.
Jeanblain, C. 1991. Rumen Disfunctions. In: Rumen Microbial Metabolism and Ruminant Digestion, Ed. J.P. Jouany dalam Syahrir S,Wiryawan. K.G, Parakkasi A. Winugroho M. Dan Sari O. N. P 2009. Efektivitas Daun Murbei Sebagai Pengganti Konsentrat dalam Sistem Rumen in Vitro.Media Peternakan. 32:2.
Johnson, ER. 1996. Anatomical Factors Influencing Butt Shape Of Steers Prepared For The Australian Domestic. Proc. Aust. Soc. Anim. Prod. Vol 21, Melbourne.
Mulyadi, E.Y. 2013. Degradasi Bahan Kering dan Produksi Gas Sistem Rumen In Vitro Kombinasi Jerami Padi dan Murbei yang Ditambahkan Urea Molases Mneral Liquid. Skripsi Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Pell, A.D,. J.R. Cherney and J.S. Jones. 1993. Technical note: Forage In Vitro Dry Matter Digestibility as influenced by Fibre Source in The Donor Cow Diet. J. Animal Sci 71
Rinduwati dan Ismartoyo, 2002. Karakteristik Degradasi Beberapa Jenis Pakan (in sacco) dalam Rumen Ternak Kambing. Bul.Nutrisi dan Makanan Ternak 31:1-14
24 Roesmanto, J. 1991. Kakao Kajian Sosial Ekonomi. Aditya Media, Yogyakarta. Syamsu, J. A. 2001. Kualitas Jerami Padi yang Difermentasi dengan Probiotik
sebagai Pakan Ruminasia. Jurnal Produksi Ternak, 3 (2) : 62-66 Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
Siregar, T.T.S., S. Riyadi dan L. Nuraeni. 1992. Budidaya Pengolahan Dan
Pemasaran Coklat. Penebar Swadaya, Jakarta.
Selly. 1994. Peningkatan Kualitas Pakan Serat Berkualitas Rendah dengan Amoniasi dan Inokulasi Digesta Rumen. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Syahrir, S., R, Islamiyati. 2010. Model Pemanfaatn Pemanfaatn Tanaman Murbei Sebagai Sumber Pakan Berkualitas Guna Meningkatkan Pendapatan Petani Serta Mendukung Produksi Ternak Berkelanjutan. Laporan akhir hibah kompetatif penelitian startegis nasional, lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyarakat universitas hasanuddin, Makassar.
Tequia, A., H.N.L. Endeley, A. Nishida and M. Ishiraha. 2004. Broiler performance upon dietary substitution of cocoa husks for maize. Int. J. Poult. Sci. 3: 779-782
Tilley, J. M.A.and R.A. Terry. 1963. A Two Stage Technique for The In Vitro Digestion of Forage Crops. J Brit. Grassland. Sci. 18: 104-144.
Van Soest P. J. 1976. New Chemical Methods for Analysis of Forages for The Purpose of Predicting Nutritive Value. Pref IX International Grassland Cong.
. 2006. Rice Straw The Role Of Silica and Treatment to Improve Quality. J. Anim. Feed Sci. Technol. 130: 137-171
Winarno, F.G. dan S, Fardiaz. 1980. Biofermentasi dan Biosintesa. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Wong, H.K,. and O.A. Hasan. 1988. Nutritive value and rumen fermentation profile of sheep fed of fresh or dried cocoa pod husk based diets. J. Mardi Res. 16: 147-154
24
LAMPIRAN
25 Lampiran 1. Analisis Sidik Ragam Degradasi Bahan Kering Sistem Rumen Invitro terhadap Kulit Buah Kakao yang diberi Perlakuan Berbeda
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Degradasi_Bahan_Kering
Source
TSum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .091a 2 .046 30.952 .000 Intercept 1.614 1 1.614 1097.796 .000 Perlakuan .091 2 .046 30.952 .000 Error .018 12 .001 Total 1.722 15 Corrected Total .109 14
a. R Squared = .838 (Adjusted R Squared = .811)
Dependent Variable:Degradasi_Bahan_Kering Perlak
uan Mean Std. Error
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
P0 .338 .017 .301 .375
P1 .418 .017 .381 .455
26 Multiple Comparisons Dependent Variable:Degradasi_Bahan_Kering (I) Perlak uan (J) Perlak uan Mean Difference (I-J) Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
LSD P0 P1 -.0800* .02425 .006 -.1328 -.0272 P2 .1100* .02425 .001 .0572 .1628 P1 P0 .0800* .02425 .006 .0272 .1328 P2 .1900* .02425 .000 .1372 .2428 P2 P0 -.1100* .02425 .001 -.1628 -.0572 P1 -.1900* .02425 .000 -.2428 -.1372
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .001.
*. The mean difference is significant at the .05 level.
Degradasi_Bahan_Kering Perlak uan N Subset 1 2 3 Duncana,,b P2 5 .2280 P0 5 .3380 P1 5 .4180 Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .001. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000. b. Alpha = .05.
27 Lampiran 2. Tabulasi Data Produksi Gas
Waktu Pengukuran P0 P1 P2 2 Jam 4 Jam 8 Jam 12 Jam 24 Jam 48 Jam Total Rata-rata 18.75 21.75 24.75 22.75 19.75 25.25 133 22.17 22 22.75 21.25 18 12.75 19.5 116.25 19.38 17 18.5 17.75 15.5 8 7.5 84.25 14.04
28 Lampiran 3. Dokumentasi
PEMARUTAN KULIT KAKAO
29 PENCAMPURAN KULIT KAKAO DENGAN STARBIO
30 PENGUKURAN PRODUKSI GAS
RIWAYAT HIDUP
MUH. ASSAKUR. S. Lahir pada tanggal 12 Agustus 1990 di Pinrang. Anak kedua dari tiga bersaudara. Putra dari pasangan Ayah Muh. Sakir Kuddusa dan Ibu Hj. Wahyu Idris. Penulis merupakan anak Kedua dari Tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan mulai dari TK Pertiwi kemudian melanjutkan Sekolah Dasar di SD Negeri 53 Langnga pada tahun 1997 dan lulus pada tahun 2002 kemudian melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Mat. Sompe tahun 2002 dan tamat pada tahun 2005. Penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 1 Mat. Sompe tahun 2005 dan lulus pada tahun 2008 dan ditahun yang sama Penulis diterima sebagai Mahasiswa di Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) sebagai mahasiswa program strata 1 (S-1). Penulis juga aktif di lembaga Internal dan Eksternal mahasiswa fakultas peternakan diantaranya, Wakil Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (HUMANIKA – UNHAS) periode 2010-2011 dan Kordinator Bidang Pendidikan di Kerukunan
Mahasiswa Pinrang (KMP UNHAS) periode 2009-2010 dan Anggota di KPMP Pusat cabang Mat. Sompe periode 2009 – Sekarang.