• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

TINJAUANPUSTAKA

II.1 Pengertian Sampah

Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak mambahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan (SNI 19-2454-2002). Menurut Undang-Undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Tchobanoglous (1993) mengatakan sampah adalah bahan buangan padat atau semi padat yang dihasilkan dari aktivitas manusia atau hewan yang dibuang karena tidak diinginkan atau digunakan lagi. Sampah, dihasilkan dari berbagai macam aktivitas dan merupakan produk samping yang sering menimbulkan masalah, apalagi bagi kota yang berpenduduk padat.

II.2 Jenis dan Sumber Sampah

Menurut UU No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, jenis dan sumber sampah adalah:

1. Sampah rumah tangga

Yaitu sampah yang berbentuk padat yang berasal dari sisa kegiatan sehari-hari di rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik dan dari proses alam yang berasal dari lingkungan rumah tangga. Sampah ini bersumber dari rumah atau dari komplek perumahan.

2. Sampah sejenis sampah rumah tangga

Yaitu sampah rumah tangga yang berasal bukan dari rumah tangga dan lingkungan rumah tangga melainkan berasal dari sumber lain seperti pasar, pusat perdagangan, kantor, sekolah, rumah sakit, rumah makan, hotel, terminal, pelabuhan, industri, taman kota, dan lainnya.

3. Sampah spesifik

Yaitu sampah rumah tangga atau sampah sejenis rumah tangga yang karena sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya memerlukan penanganan khusus, meliputi:

(2)

6

b. Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun. c. Sampah yang timbul akibat bencana.

d. Puing bongkaran bangunan.

e. Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah. f. Sampah yang timbul secara tidak periodik.

II.3 Timbulan Sampah

Menurut Damanhuri dan Padmi (2010), timbulan sampah adalah volume sampah atau berat sampah yang dihasilkan dari jenis sumber sampah di wilayah tertentu per satuan waktu atau besaran timbulan sampah dapat dilihat pada Tabel 2.1.Timbulan sampah biasanya dinyatakan dalam:

1. Satuan berat: kilogram per orang per hari (kg/o/h), kilogram per meter-persegi bangunan per hari (kg/m2/h) atau kilogram per tempat tidur per hari (kg/bed/h).

2. Satuan volume: liter per orang per hari (l/o/h), liter per meter-persegi bangunan per hari (l/m2/h) atau liter per tempat tidur per hari (l/bed/h).

Tabel 2.1. Besaran timbulan sampah berdasarkan komponen sumber sampah No. Komponen sumber

sampah Satuan

Volume (Liter)

Berat (kg)

1. Rumah permanen /orang/hari 2,25 - 2,50 0,350 - 0,400

2. Rumah semi permanen /orang/hari 2,00 - 2,25 0,300 - 0,350

3. Rumah non-permanen /orang/hari 1,75 - 2,00 0,250 - 0,300

4. Kantor /pegawai/hari 0,50 - 0,75 0,025 - 0,100

5. Toko/ruko /petugas/hari 2,50 - 3,00 0,150 - 0,350

6. Sekolah /murid/hari 0,10 - 0,15 0,010 - 0,020

7. Jalan arteri sekunder /m/hari 0,10 - 0,15 0,020 - 0,100

8. Jalan kolektor sekunder /m/hari 0,10 - 0,15 0,010 - 0,050

9. Jalan lokal /m/hari 0,05 - 0,10 0,005 - 0,025

10. Pasar /m2/hari 0,20 - 0,60 0,1 - 0,3

Sumber : SNI 19-3983-1995

Sedangkan untuk besaran timbulan sampah berdasarkan klasifikasi kota dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut:

(3)

7 Tabel 2.2 Besaran timbulan sampah berdasarkan klasifikasi kota

No Klasifikasi Kota Satuan Volume (L/org.hari) Berat (Kg/org.hari) 1 Kota Sedang 2,75 – 3,25 0,7 – 0,8 2 Kota Kecil 2,5 – 2,75 0,625 – 0,7 Sumber: SNI 19-3983-1995

Berikut cara menghitung volume sampah dan berat sampah menurut SNI 19-3964-1994:

 Volume sampah (

)

rata-rata (

)

rata2 = (

) (2.1)

 Berat sampah ( ) rata-rata ( ) rata2 = (

) (2.2)

Dimana : = volume timbulan sampah (liter/orang/hari)

= berat timbulan sampah (kg/orang/hari) u = jumlah unit penghasil sampah (5 jiwa) n = jumlah contoh

Dalam memprediksi timbulan sampah dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut (Damanhuri dan Padmi, 2010):

Qn = Qt (1+P)n (2.3)

Dimana:

Qn = timbulan sampah pada n tahun mendatang Qt = timbulan sampah pada tahun awal perhitungan P = laju pertumbuhan penduduk

(4)

8

Menurut SNI 19-3964-1994 tentang Spesifikasi Timbulan Sampah Untuk Kota Kecil dan Sedang di Indonesia, klasifikasi sumber timbulan sampah yang digunakan terbagi menjadi dua yaitu:

1. Perumahan

Sumber perumahan terdiri atas rumah permanen, rumah semi permanen, dan rumah non permanen.

Pengertian rumah permanen, rumah semi-permanen, dan rumah non-permanen adalah: (Badan Pusat Statistik, 2014)

a. Rumah Permanen adalah rumah yang dindingnya terbuat dari tembok/kayu (kualitas tinggi), lantainya terbuat dari ubin/ keramik/kayu berkualitas tinggi dan atapnya terbuat dari seng/genteng/sirap/asbes atau dapat diliat pada Gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1 Contoh rumah permanen Sumber: Dokumentasi Pribadi

b. Rumah semi-permanen adalah rumah yang dindingnya setengah tembok/bata tanpa plester/kayu (kualitas rendah), lantainya dari ubin/semen/kayu berkualitas rendah dan atapnya seng/genteng/asbes atau dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut:

(5)

9 Gambar 2.2 Contoh rumah semi-permanen

Sumber: Dokumentasi Pribadi

c. Rumah Non-permanen adalah adalah rumah yang dindingnya sangat sederhana (bambu/papan/daun), lantainya dari tanah, dan atapnya dari daun-daunan atau atap campuran genteng/seng bekas dan sejenisnya atau dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut:

Gambar 2.3 Contoh rumah non-permanen Sumber: Dokumentasi pribadi

2. Non perumahan

Sumber non perumahan terdiri atas kantor, toko atau ruko, pasar, sekolah, tempat ibadah, jalan, hotel, restoran, industri, rumah sakit, dan fasilitas umum lainnya.

(6)

10 II.4 Karakteristik Sampah

Menurut Damanhuri dan Padmi (2010), karakteristik sampah dapat dikelompokkan menurut sifat-sifatnya, seperti:

- Karakteristik fisika: yang paling penting adalah densitas, kadar air, kadar volatil, kadar abu, nilai kalor

- Karakteristik kimia: khususnya yang menggambarkan susunan kimia sampah tersebut yang terdiri dari unsur C, N, O, P, H, S, dsb.

Menurut Mardiana (2019), densitas adalah satuan berat dibagi volume (kg/m3). Maka densitas sampah adalah berat sampah yang diukur dalam satuan kilogram dibandingkan dengan volume sampah yang diukur. Densitas sampah diperlukan untuk menentukan jumlah timbulan sampah dan menentukan luas lahan TPS yang diperlukan.

Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk menghitung kadar air, kadar volatil, dan kadar abu :

% kadar air =

(2.4)

% volatil =

(2.5)

Kadar kering = 100% - % kadar air Kadar abu = 100% - % kadar volatil Keterangan:

a = berat cawan isi sebelum dioven b = berat cawan isi setelah dioven

c = berat cawan krus isi sebelum difurnace d = berat cawan krus isi setelah difurnace k = berat cawan kosong

l = berat cawan krus kosong

II.5 Komposisi Sampah

Menurut Tarigan (2016), komposisi sampah yaitu komponen fisik sampah pada umumnya dinyatakan dalam % berat atau % volume terhadap kelompok atau sejenisnya. Komposisi sampah berbeda-beda berdasarkan sumber sampah, tingkat ekonomi masyarakat, karakteristik perilaku masyarakat dan proses penanganan sampah di sumber sampah. Menurut SNI 19-3964-1994 tentang metode

(7)

11

pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah perkotaan, komponen komposisi sampah terdiri atas sisa-sisa makanan, kertas karton, kayu, kain-tekstil, karet-kulit, plastik, logam besi-non besi, kaca dan lain-lain (misalnya tanah, pasir, popok, pembalut).

Beberapa faktor yang mempengaruhi komposisi sampah yaitu (Damanhuri dan Padmi, 2010):

1. Cuaca, daerah dengan kandungan air tinggi maka sampah akan memiliki kelembaban yang tinggi.

2. Frekuensi pengumpulan, semakin sering sampah dikumpulkan maka semakin tinggi tumpukan sampah. Sampah organik akan terdekomposisi dan sampah anorganik akan terakumulasi karena sulit terdegradasi.

3. Musim, jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang sedang berlangsung.

4. Tingkat sosial ekonomi, daerah ekonomi tinggi umumnya akan menghasilkan sampah kaleng, kertas dan plastik.

5. Pendapatan per kapita, masyarakat ekonomi rendah akan menghasilkan sampah yang homogen dibandingkan tingkat ekonomi yang lebih tinggi. 6. Kemasan produk, negara berkembang banyak menggunakan plastik sebagai

pengemas sedangkan negara maju menggunakan kertas sebagai pengemas. Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk menghitung berat komponen sampah (SNI 19-3964-1994):

% =

(2.6)

II.6 Pengelolaan Sampah

Menurut UU No.18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Mekanisme pengelolaan sampah meliputi kegiatan-kegiatan berikut:

(8)

12

1. Pengurangan sampah

Yaitu kegiatan untuk mengatasi timbulnya sampah sejak dari produsen sampah (rumah tangga, pasar, dan lainnya), mengguna ulang sampah dari sumbernya dan/atau di tempat pengolahan, dan daur ulang sampah di sumbernya dan atau di tempat pengolahan. Kegiatan yang termasuk dalam pengurangan sampah ini adalah:

a. Menetapkan sasaran pengurangan sampah

b. Mengembangkan teknologi bersih dan label produk

c. Menggunakan bahan produksi yang dapat di daur ulang atau digunakan ulang

d. Fasilitas kegiatan guna atau daur ulang

e. Mengembangkan kesadaran program daur ulang 2. Penanganan sampah

Yaitu rangkaian kegiatan penanganan sampah yang mencakup pemilahan (pengelompokan dan pemisahan sampah menurut jenis dan sifatnya), pengumpulan (memindahkan sampah dari sumber sampah ke TPS), pengangkutan (kegiatan memindahkan sampah dari sumber dan TPS), pengolahan hasil akhir (mengubah bentuk, komposisi, karateristik dan jumlah sampah agar diproses lebih lanjut, dimanfaatkan atau dikembalikan alam dan pemprosesan aktif kegiatan pengolahan sampah atau residu hasil pengolahan sebelumnya agar dapat dikembalikan ke media lingkungan.

Pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga merupakan bagian dari sistem pengelolaan sampah. Sistem yang dilakukan dalam pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga meliputi penanganan limbah dan pemisahan, penyimpanan, dan pengolahan di sumber. Pengolahan pada sumbernya dapat dilakukan setiap saat sebelum pengumpulan ke tempat pembuangan sementara.

a. Penanganan dan pemisahan sampah pada sumbernya (on-site handling and separation), yang meliputi kegiatan pemisahan sampah rumah tangga yang dihasilkan. Kegiatan khusus yang terkait dengan penanganan sampah disumber timbulan sampah akan bervariasi tergantung pada jenis limbah

(9)

13

yang terpisah untuk pemakaian ulang dan daur ulang dan sejauh mana bahan-bahan tersebut dipisahkan dari timbulan sampah.

b. Penyimpanan sampah pada sumbernya (on-site storage), yang meliputi kegiatan penyimpanan sampah dalam wadah yang telah disediakan. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penyimpanan sampah meliputi :

- Efek dari penyimpanan pada komponen sampah. - Jenis wadah yang akan digunakan.

- Lokasi wadah.

- Kesehatan masyarakat dan estetika.

c. Pengolahan sampah pada sumbernya (on-site processing), bertujuan untuk mengurangi volume dengan jalan memanfaatkan kembali sampah yang dihasilkan. Pengolahan sampah rumah tangga yang biasa dilakukan antara lain mengubah sampah menjadi kompos, pakan ternak, atau dibakar. Pengelolaan sampah yang baik dan layak bukan saja dapat meninggalkan kebersihan maupun estetika lingkungan, akan tetapi juga dapat meniadakan atau menghambat berkembang biaknya vektor berbagai penyakit menular yang dapat merugikan kesehatan masyarakat. Hal tersebut dikarenakan sampah dapat sebagai sumber makanan, sarang/tempat tinggal serta media yang baik untuk perkembangan kehidupan makhluk hidup.

II.7 Pengolahan Sampah

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013, pengolahan sampah bertujuan untuk mengurangi volume sampah dan/atau mengurangi daya cemar yang akan disebabkan sampah. Proses pengolahan sampah dapat diklasifikasikan menjadi empat macam proses, yaitu:

1. Proses pengolahan sampah secara fisik merupakan proses awal dari proses pengolahan sampah. Berbagai jenis proses untuk pengolahan sampah secara fisik adalah:

a. Proses pencacahan, untuk memperkecil ukuran partikel sampah dan memperluas bidang permukaan sentuh sampah. Pencacahan wajib dilakukan sebelum sampah diolah lebih lanjut dengan proses kimia,

(10)

14

termal, atau biologi, karena dengan berkurangnya ukuran partikel akan selalu meningkatkan kinerja proses lanjut yang akan dipilih.

b. Proses pemilahan berdasarkan nilai massa jenis/densitas (secara gravitasi) untuk sampah plastik.

c. Proses pemilahan berdasarkan nilai magnetik untuk sampah logam, dengan mengikat logam pada magnet berukuran besar, yang dapat berupa magnet permanen atau magnet tidak permanen (elektromagnetik). Dengan proses ini maka sampah logam yang bersifat ferromagnetic dan non-ferromagnetic dapat dipisahkan.

2. Proses pengolahan sampah secara biologi, memanfaatkan mikroorganisme/ bioproses untuk mengurangi sampah volume dan daya pencemar sampah. Pengolahan ini memiliki khas sistem kontrol yang lebih rumit dan waktu detensi yang panjang. Proses ini banyak dipilih karena dianggap lebih berwawasan lingkungan dan menimbulkan dampak lingkungan yang relatif lebih kecil. Proses pengolahan secara biologis terdiri dari:

a. Proses aerobik, merupakan proses mengurangi volume dan daya pencemar sampah dengan bantuan mikroorganisme aerobik dalam kondisi keberadaan oksigen.

b. Proses anaerobik, merupakan proses mengurangi volume dan daya pencemar sampah dengan bantuan mikroorganisme aerobik dalam kondisi tanpa oksigen.

3. Proses pengolahan sampah secara kimia termal, memiliki tujuan untuk mengurangi volume sampah dan daya pencemar sampah dengan tingkat oksidasi yang lebih tinggi ketimbang proses fisika dan proses biologi. Umumnya dilakukan proses pencacahan untuk meningkatkan proses pengolahan secara kimia termal. Berdasarkan tingkat oksidasinya, pengolahan secara termal terdiri dari:

a. Proses pengeringan, untuk mengurangi volume dan daya cemar sampah melalui penguapan air yang terkandung dalam sampah. Proses ini berlangsung pada suhu 105-120 ºC dan waktu tinggal 1-2 jam. Proses ini akan menghasilkan sampah dengan volume yang telah menyusut (hingga 80%). Sampah yang telah mengalami pengurangan volume tersebut,

(11)

15

mengalami peningkatan nilai kalor sampah dan penurunan kadar air serta dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif berbentuk padat seperti briket.

b. Proses pirolisis, untuk mengurangi volume (hingga 70%) dan daya cemar sampah melalui penguapan air dan senyawa volatil yang terkandung dalam sampah, tanpa kehadiran oksigen sebagai oksidator. Proses ini berlangsung pada suhu 200-550ºC dan waktu tinggal 0,5-2 jam.

c. Proses gasifikasi, untuk mengurani volume (hingga mencapai 80%) dan daya cemar sampah melalui penguapan air dan senyawa volatil yang terkandung dalam sampah, dengan kehadiran oksigen terbatas sebagai oksidator. Proses ini berlangsung pada suhu 700-1.000 ºC dan waktu tinggal 0,5-1 jam. Sebagai suatu proses oksidasi parsial (namun memiliki tingkat oksidasi lebih tinggi ketimbang proses pirolisis), maka proses ini akan menghasilkan senyawa berwujud gas yang memiliki nilai kalor/syngas (karbon dioksida, karbon monoksida, dan hidrogen).

d. Proses insinerasi, untuk mengurangi volume (hingga 90%) dan daya pencemar sampah melalui penguapan air dan senyawa volatil yang terkandung dalam sampah, dengan kehadiran oksigen berlebih sebagai oksidator. Proses ini berlangsung pada suhu 700-1.200 ºC dan waktu tinggal 0,51 jam.

II.7.1 Sampah Organik

Sampah organik atau sampah basah atau sampah hayati adalah jenis sampah yang berasal dari jasad hidup sehingga mudah membusuk dan dapat hancur secara alami. Contohnya adalah sampah sisa dapur, daun-daunan, sayur-sayuran, buah-buahan, daging, ikan, nasi, dan potongan rumput/ daun/ ranting dari kebun. Salah satu teknologi pengolahan sampah organik adalah diolah menjadi pupuk kompos. Menurut Sundari (2009), Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah.

Spesifikasi kualitas kompos yang berasal dari sampah organik berdasarkan SNI 19-7030-2004 adalah sebagai berikut:

(12)

16 Tabel 2.3 Standar Kualitas Kompos

No Parameter Satuan Minimum Maksimum

1 Kadar Air % 50

2 Temperatur Suhu air tanah

3 Warna Kehitaman

4 Bau Berbau tanah

5 Ukuran Partikel Mm 0,55 25

6 Kemampuan ikat air % 58

7 pH 6,80 7,49

8 Bahan Organik % 27 58

9 Nitrogen % 0,40

10 C/N rasio 10 20

Sumber: SNI 19-7030-2004

Menurut Petunjuk Teknis TPS 3R 2019, beberapa teknologi pengomposan yang umum dilakukan di lapangan adalah:

1. Sistem Bata Berongga

Teknik komposting ini dilakukan dengan menimbun sampah organik di dalam struktur boks bata berongga. Bata berongga berfungsi mengalirkan udara didalam timbunan sampah tersebut melalui pipa-pipa berpori. Konstruksi ini mengalirkan udara pada kompos melalui :

 Lubang-lubang di dinding

 Pipa-pipa vertikal dalam tumpukan.

Sementara lubang antar pipa pada bagian dasar adalah sebagai saluran dari air dalam tumpukan sampah di dalam boks.

2. Teknik Takakura Susun

Metode komposting ini dilakukan dengan menimbun sampah organik kedalam keranjang berongga, (dapat terbuat dari plastik atau bambu). Ukuran keranjang takakura fleksibel. Bagian dasar keranjang berlubang sebagai cara untuk mengalirkan kelebihan air dari komposting

3. Komposter Drum

Teknik komposter menggunakan drum adalah composting yang dilakukan secara tertutup untuk mendapatkan kompos dan pupuk cair yang berasal dari lindi kompos. Berikut ini alur penggunaan komposter:

(13)

17

1. Rajang/cincang sampah organik hingga ukuran kecil 1 sampai 2 cm. 2. Kemudian semprotkan cairan Biokaktifator (BOISCA) atau EM4 tepat

mengenai sampahnya sambil diaduk agar tercampur merata.

3. Masukkan rajangan sampah-sampah organik tersebut ke dalam tong/ drum komposter.

4. Pengisian sampah pada komposter ini bisa setiap saat dan berulang-ulang dalam sehari.

5. Tutup komposter dengan rapat.

Pada proses pertama kali, pupuk cair (lindi) yang keluar melalui kran plastik baru dapat dihasilkan setelah kurang lebih 2 minggu, kemudian setelah itu bisa diambil setiap hari. Lindi atau pupuk cair yang dihasilkan dari komposter dapat langsung dipergunakan caranya dengan menambah air biasa dengan perbandingan 1:5. Lindi dapat dipakai untuk semua jenis tanaman dan akan sangat efektif untuk menggemburkan tanah karena akan mengundang cacing

II.7.2 Sampah Non-Organik

Menurut Petunjuk Teknis TPS 3R (2019), sampah non-organik adalah sampah yang sulit dan tidak bisa terurai secara alami, meliputi plastik, kaca, besi, sebagian jenis kertas dan lainnya. Berikut beberapa sampah non-organik yang dapat di daur ulang antara lain:

1. Plastik

Plastik yang dikumpulkan oleh pelaku usaha daur ulang dapat berupa alat-alat rumah tangga yang berbahan plastik seperti ember pecah, gayung, tempat makanan yang sudah tidak dipakai, kemasan dan lain sebagainya. Sampah plastik dapat dilelehkan menjadi biji plastik sebagai bahan dasar produk baru. 2. Logam

Logam yang dapat didaur ulang bisa berupa kaleng, potongan besi, alumunium, kuningan, tembaga, seng, dll. Sampah logam ini dapat dilelehkan menjadi bahan dasar produk baru.

3. Kertas/kardus

Sampah kertas atau kardus yang dapat didaur ulang ada bermacam-macam. Mulai kertas/kardus yang kecil dan tipis seperti kardus susu bubuk, kardus

(14)

18

tebal seperti duplex, hingga kertas HVS dan tetrapack. Sampah kertas dapat dihancurkan dan dibuat bubur kertas sebagai bahan dasar produk baru.

4. Kaca

Sampah kaca yang dapat dikumpulkan untuk didaur ulang dapat berupa botol kaca, gelas kaca atau pun potongan-potongan kaca. Sampah kaca di tangan pendaur ulang dapat dihancurkan dan dilebur menjadi bahan bauk untuk produk baru.

II.8 Proyeksi Penduduk

Dalam memproyeksikan timbulan sampah, maka perlu mengetahui jumlah penduduk saat ini, memproyeksikan jumlah penduduk untuk masa yang akan datang dan timbulan sampah saat ini. Adapun metode pendekatan yang digunakan untuk proyeksi penduduk terdiri dari metode aritmatik, geometrik, dan least square (Pedoman Perhitungan Proyeksi Penduduk dan Angkatan Kerja).

a. Metode Aritmatik

Metode ini digunakan apabila pertambahan penduduk relatif konstan tiap tahunnya.

Pn = Po + Ka (Tn-To) (2.7)

Dengan Ka =

Dimana:

Pn = jumlah penduduk pada tahun ke-n Po = jumlah penduduk awal

Tn = tahun ke-n T0 = tahun dasar

Ka = konstanta aritmatik

P1 = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun ke-1 P2 = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun terakhir T1 = tahun ke-1 yang diketahui

T2 = tahun ke-2 yang diketahui

(15)

19

b. Metode Geometrik

Metode ini digunakan apabila tingkat pertambahan penduduk naik secara berganda atau berubah secara ekuivalen dari tahun sebelumnya.

Pn = Po (1 + r)n (2.8)

Dimana :

Pn = jumalah penduduk pada tahun ke- n Po = jumlah penduduk awal

n = periode perhitungan

r = angka pertambahan penduduk/ tahun

c. Metode Least Square

Metode ini digunakan untuk garis regresi linier yaitu pertambahan penduduk masa lalu menggambarkan kecenderungan garis linier, meskipunpertambahan penduduk tidak selalu bertambah. Perhitungan proyeksi penduduk dengan metode least square dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Y = a + bx (2.9)

Dimana :

Y = nilai variabel berdasarkan garis regresi a = konstanta

b = koefisien arah regresi linier x = variabel independen

a = ( )( ) ( )( )

( ( ) )

b = ( ) ( )( )

( ( ) )

Untuk menentukan metode proyeksi penduduk yang akan digunakan, diperlukan perhitungan standar deviasi tiap metode proyeksi. Persamaan standar deviasi adalah sebagai berikut:

SD = √ ( ) (2.9)

Dimana:

SD = Standar deviasi

Xi = Variabel independen (jumlah penduduk) X = Rata-rata

(16)

20

n = Jumlah data

II.9 Perencanaan TPS 3R

Menurut Petunjuk Teknis TPS 3R (2019), Keberhasilan penyelenggaraan TPS 3R berbasis masyarakat tergantung kepada hal pemilihan lokasi yang harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:

a. Kriteria utama:

 Lahan TPS berada dalam batas administrasi yang sama dengan area pelayanan TPS 3R berbasis masyarakat.

 Status pemilikan lahan milik pemerintahan dibuktikan dengan akte/surat pernyataan hibah untuk pembangunan prasarana dan sarana TPS 3R berbasis masyarakat.

 Ukuran minimal lahan yang disediakan 200 m2.

 Penempatan lokasi TPS 3R sedekat mungkin dengan daerah pelayanan. b. Kriteria pendukung:

 Berada dalam wilayah pemukiman penduduk, bebas banjir, ada akses jalan masuk, dan sebaiknya tidak terlalu jauh dengan jalan raya.

 Cakupan pelayanan minimal 200 KK atau minimal mengolah sampai 3 m3/hari.

 Masyarakat bersedia membayar iuran pengolahan sampah.

 Sudah memiliki kelompok aktif di masyarakat seperti PKK, kelompok atau forum kepedulian terhadap lingkungan, karang taruna, remaja masjid, klub jantung sehat, klub manula, pengelola kebersihan/sampah, atau KSM yang sudah terbentuk.

II.9.1 Karakteristik TPS 3R

Menurut Petunjuk Teknis TPS 3R (2019) karakteristik TPS 3R berkapasitas minimal 200 KK, dengan luas lahan 200 m2 terdiri dari:

1. Gapura/prasasti yang memuat logo Pemerintah Kabupaten/Kota dan Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

2. Bangunan (hangar) beratap 3. Kantor.

(17)

21

5. Unit pemilahan sampah tercampur. 6. Unit pengolahan sampah organik.

7. Unit pengolahan/penampungan sampah anorganik/daur ulang. 8. Unit pengolahan/penampungan sampah residu.

9. Gudang/container penyimpanan kompos padat/cair.

10.Sampah masuk dalam TPS 3R dapat tercampur atau lebih baik sudah dipilah. Menurut Petunjuk Teknis TPS 3R (2017), tahapan yang dilakukan untuk perencanaan desain bangunan TPS 3R, yaitu :

1. Hasil perhitungan luasan masing-masing area (pemilahan, pengomposan, mesin, gudang, dll);

2. Hasil dari kesepakatan masyarakat tentang rencana pilihan teknologi yang akan diterapkan (menyangkut luasan area komposting, tempat residu, lapak, dll);

3. Hasil kesepakatan untuk posisi masing-masing ruangan dalam bangunan TPS 3R (pemilahan, penggilingan, mesin, komposting, dll);

4. Desain arsitektural bangunan TPS3R disesuaikan dengan desain arsitektur tradisional setempat;

5. Menentukan spesifikasi mesin pencacah, pengayak dan motor angkut. Berikut ini cara menghitung Luas Area di setiap area:

Luas area = (

)

( )

(2.10)

Adapun contoh denah TPS 3R dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut:

Gambar 2.4 Contoh denah TPS 3R Sumber : Petunjuk Teknis TPS 3R (2017)

(18)

22 II.9.2 Fasilitas TPS 3R

Petunjuk Teknis TPS 3R (2017), selain bangunan TPS 3R, dalam pengolahan sampah 3R skala kawasan diperlukan juga peralatan pengolah sampah 3R yang digunakan untuk membantu proses pengolahan sampah. Berikut peralatan pengolah sampah 3R antara lain :

1. Wadah atau tempat untuk sampah terpilah di rumah tangga, berupa plastik sampah, tong/bin sampah yang merupakan tanggung jawab dari warga;

2. Peralatan untuk pengumpulan dan pengangkutan sampah, berupa gerobak sampah, becak sampah, becak motor, kendaraan roda 3 (baik yang menggunakan bahan bakar minyak ataupun yang menggunakan listrik) dilengkapi bak sampah yang sudah disekat untuk memilah sampah;

3. Peralatan pengomposan sampah, berupa mesin pencacah sampah organik (bertenaga listrik), mesin pengayak/penyaring sampah, starter mikroba, dan sebagainya;

4. Peralatan untuk mengolah sampah anorganik (merupakan tahap pengembangan);

5. Peralatan peraga untuk kampanye/sosialisasi berupa stiker, poster, leaflet, dan sebagainya;

6. Peralatan pendukung untuk petugas di TPS 3R, seperti cangkul, sapu lidi, seragam, sarung tangan, masker, sepatu boot dan sebagainya.

Gambar

Tabel 2.1. Besaran timbulan sampah berdasarkan komponen sumber sampah  No.  Komponen sumber
Gambar 2.1 Contoh rumah permanen  Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 2.3 Contoh rumah non-permanen  Sumber: Dokumentasi pribadi  2.  Non perumahan
Gambar 2.4 Contoh denah TPS 3R  Sumber : Petunjuk Teknis TPS 3R (2017)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian lapangan berupa pengambilan sampel sampah dari masing-masing sumber sampah non domestik untuk mendapatkan data timbulan sampah dalam satuan berat dan satuan

Kebutuhan penyediaan TPA tidak terlepas dari jumlah sampah yang akan ditimbulkan. Semakin besar jumlah penduduknya maka timbulan sampah akan semakin besar.

Untuk menghitung waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan perlu diketahui volume atau jumlah dan satuan dari jenis pekerjaan tersebut, baik yang

Satuan timbulan sampah yang masuk ke bank sampah diperoleh dari rata-rata timbulan sampah yang dihasilkan dari jenis-jenis sampah recycle dan sampah reuse dari rata-rata

Output dari metode sampling ini meliputi berat sampah dan volume sampah yang akan diolah untuk mendapatkan hasil berupa timbulan sampah. Timbulan sampah ini dinyatakan

Alat Pembuka Tutup Kotak Sampah Otomatis dan Pendeteksi Volume Sampah adalah sebuah kotak sampah pintar yang mampu membuka dan menutup penutup kotak sampah secara

Penelitian lapangan berupa pengambilan sampel sampah dari masing-masing sumber sampah non domestik untuk mendapatkan data timbulan sampah dalam satuan berat dan satuan

5 Pusat Standardisasi Lingkungan dan Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia 2020 Pengurangan Sampah a Pembatasan Jumlah Timbulan Sampah b