• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sampah

Berdasarkan (Damanhuri, 2010) seluruh buangan yg dihasilkan oleh aktivitas manusia serta binatang yang berbentuk padat, lumpur (sludge), cair juga gas yang dibuang sebab tidak diharapkan atau tak diinginkan lagi. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor : 18 tahun 2008 ihwal Pengelolaan Sampah, sampah artinya sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah bisa dari berasal aktivitas insan, hewan dan alam.

Definisi lain juga dikemukakan bahwasanya setiap kegiatan makhluk hidup pada akhirnya akan menimbulkan limbah. Peningkatan jumlah dan volum limbah yang meningkat terus sebanding dengan aktivitas makhluk hidup (Sejati,2009) di tahun tahun terakhir definisi sampah mengalami pergeseran hal ini sebab faktor pembuangan tidak dijelaskan dengan rinci, dimana zaman sekarang terdapat kecondongan untuk membuangan sampah sembarang dan begitu saja tanpa berfikir untuk melakukan system pengelolaan seperti daur ulang kembali.

2.2 Permasalahan Sampah di Indonesia

Limbah adalah masalah klasik di Indonesia. Pokok permasalahan limbah adalah paradigma, perilaku dan kesadaran mengenai sampah itu sendiri. Sedangkan teknologi pengolahan sampah dan TPS TPA adalah urutan kesekian setelah faktor perilaku manusia seperti banyaknya pembangunan kota, meningkatnya jumlah penduduk, padatnya aktifitas dan kegitan sosial ekonomi masyarakat yang memberikan efek terhadap penikatan pada volume timbunan sampah yang dihasilkan masyrakat dari setiap harinya. Dan ironinya hal tersebut terjadi pada setiap kota. Problematika limbah ini diperparah lagi dengan kondisi kuranya sarana dan prasarana pengelolaan yang kurang di sosialisi dan di canangkan hingga saat ini. Tabel 2.1 menjelaskan tentang tingkat pelayanan limbah pada setiap kota di Indonesia

(2)

Tabel 2.1 Tingkat Pelayanan Sampah Di Indonesia

2.3 Jenis Dan Sumber Sampah

Jenis limbah yang diklaim homogen, dikelompokkan sesuai Asalnya seperti (Damanhuri, 2010):

1. Pemukiman: umumnya seperti rumah. Jenis sampah yang disebabkan diantaranya sisa kuliner, kertas, kardus, plastik, tekstil, kulit, sampah kebun, kayu.

2. Pertokoan: yg meliputi toko, tempat tinggal, pasar, perkantoran, hotel, serta lain-lain. Jenis sampah yang ditimbulkan diantaranya kertas, kardus, plastik, sisa kuliner, logam, limbah berbahaya.

3. Institusi: yaitu sekolah, rumah sakit, penjara, sentra pemerintahan, serta lan- lain. Jenis sampah yang disebabkan sama menggunakan jenis sampah pada wilayah komersial

4. Konstruksi serta pembongkaran bangunan: mencakup pembuatan konstruksi baru, pemugaran jalan, serta lain-lain. Jenis sampah yg disebabkan antara lain kayu, baja, beton, debu, dan lain-lain

5. Fasilitas awam: mirip penyapuan jalan, taman, pantai, tempat rekreasi, dan lain-lain. Jenis sampah yang disebabkan antara lain, sampah taman, ranting dan sebagainya

(3)

6. Pengolah limbah setempat mirip instalasi pengelolaan air minum dan air bersih, serta insinerator. Jenis sampah yg disebabkan antara lain lumpur yang akan terjadi pengolahan, debu, serta sebagainya

7. kawasan Industri: jenis sampah yang disebabkan diantaranya residu proses produksi, buangan non industri, dan sebagainya

8. Pertanian: jenis sampah yang dihasilkan antara lain sisa makanan busuk, sisapertanian.

Sesuai sistem pengolahan pada umumnya (Damanhuri,2010) yaitu :

a. Sampah basah (garbage), merupakan komponen sampah yang memiliki kriteria yang mudah busuk. Bila didiamkan pada keadaan basah. misalnya ialah residu kuliner, sayuran, butir-buahan, denan.

b. Sampah kering (rubbish), merupakan sampah yang memiliki bahan yang sulit untuk membusuk.

c. Sampah lembut, ialah limbah yang yang memiliki bahan dasar yang kecil, ringan dan memiliki kemampuan untuk berterbangan serta memiliki kecenderungan untuk membahayakan saluran pernafasan serta mata.

2.4 Dampak Pencemaran Akibat Sampah

Banyak sekali potensi yg dapat disebabkan sang pencemaran akibat sampah yang dapat ditemui dalam pengelolaan kebersihan seperti yang telah disampaikan DIRJEN Cipta Karya PPLP tahun 2017, mencakup :

1. Perkembangan vektor penyakit 2. Pencemaran udara

3. Pencemaran air 4. Pencemaran tanah 5. Gangguan keindahan 6. kemacetan lalu lintas 7. Gangguan kebisingan 8. Akibat sosial

(4)

2.5 Pengolahan Sampah

Untuk mengurangi sampah dengan memikirkan nilai fungsi sampah itu sendiri merupakan salah satu tujuan dari pengelolaan sampah. Pengelolaan sendiri memiliki beragam jenis seperti misalnya membakar, mengompos, mendaur ulang dan masih banyak lagi. Kunci utama dalam pengelolaan sampah ini ada pada tenaga professional sehingga beliau memberi peran penting dalam teknis operasional pengelolaan hal ini telah dijelas oleh Direktur PPLP kementrian PU 2017 sebagai berikut :

 Komunikasi daerah antara birokrasi acapkali lemah.

 Pengelolaam lebih dititik beratkan di aspek aplikasi disisi lain aspek pengontrolan sangat kurang.

 Perencanaan operasional tak jarang untuk jangka pendek saja.

 Sulitnya menentukan metode operasional yang sinkron menggunakan kondisi wilayah.

 Kapasitas alat-alat kurang mendukung.

 Perawatan pada peralatan.

 Susahnya pendampingan energi pelaksanaan khususnya tenaga harian tanggal.

 siklus operasi persampahan tak lengkap terputus sebab berbedanya penanggungjawab.

2.5.1 Transformasi Fisik

Perubahan fisik sampah melalui beberapa langkah, yaitu :

a. Pengolahan bagian-bagian limbah yang dilakukan manual, sampah heterogen dibagi menjadi beberapa bagian, sehingga lebih homogen. Kegiatan ini bertujuan penggunaan kembali. Demikian pula, bahan yang tidak aman dan berbahaya (misalnya limbah hasil penelitian seperti zat yang berbahaya) sebisamungkin dijauhkan dari berbagai jenis limbah lain, dan kemudian dipindahkan ke tempat pembuangan sampah akhir.

(5)

b. Pengurangan volume limbahdengan pemadatan atau kompaksi dilengkapi dengan tekanan. Kompaksi yang ditujukan untuk mengurangi kebutuhan ruang untuk bekerja dengan kapasitas, transportasi, dan pemindahan.

c. Mengurangi ukuran dari limbah adalah sistem penghancuran memiliki alasan yang sama dengan siklus pemadatan dan berencana untuk memperluas permukaan kontak bagian limbah.

2.5.2 Transformasi Kimia

Perubahan limbah secara sintetis atau kimia dengan memanfaatkan pembakaran atau insenerasi. Interaksi pembakan limbah dicirikan perubahan jenis limbah padat menjadi gas, cairan, dan diubah melalui tahapan padat yang terkonvalensi, dengan melepas energi panas sistem pembakaran ini sangat dipengaruhi oleh kualitas dan komposisi limbah, khususnya :

a. Nilai kalor dari limbah, dimana semakin tinggi angka kalor sampah maka semakin cepat proses pembakaran berlangsung

b. Kandungan air limbah, Semakin rendah kadar air, semakin mudah sistem pembakaran akan terjadi.

c. Ukuran molekul partikel, semakin luas permukaan kontak partikel limbah, semakin efektif limbah akan terbakar.

2.5.3 Transformasi Biologi

Mengubah keadaan sampah dengan menggunakan mikroorganisme untuk pembusukan yang menjadi bahan yang bagus, khususnya pupuk. Proses biotransformasi yang biasa dikenal adalah:

a. pengomposan secara aerobic (item jenis pupuk)

b. Penguaraian anaerobik (itemnya gas metana , CO₂, serta berbagai gas, humus ataupun lumpur).

2.6 Timbulan Sampah

Timbulan sampah merupakan banyaknya sampah yang berasal dari sumber sampah hal ini dijelaskan pada SNI 19-2454-2002. Besarnya timbukan sampah sesuai komponennya dapat dicermati pada tabel 2.2 dan juga tentang penjabaran timbulan sampah pada setiap kota pada tabel 2.3

(6)

Tabel 2.2 Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Komponen Sumber Sampah

Tabel 2.3 Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Klasifikasi Kota

Buat memilih peralatan pengelolaan limbah dan kapasitasnya contohnya alat-alat, pengangkutan , rute angkut, alat daur ulang, luasan dan jenis TPS asal data timbunan limbah. Spesifikasi timbunan sampah pada kota kecil di Indonesia menurut SNI 1994 dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Perumahan

Sumber perumahan terdiri dari rumah permanen, rumah semi permanen dan rumah non permanen.

2. Non Hunian

Sumber non-perumahan terdiri dari perkantoran, toko atau ruko, pasar, sekolah, tempat ibadah, jalan, hotel, restoran, industri, rumah sakit, dan fasilitas umum lainnya.

(7)

2.6.1 Pengukuran Timbulan Sampah

Berdasarkant teori persampahan direktorat Pengembangan PLP (2011), Metode perhitungan timbulan sampah memiliki beberapa cara diantaranya yaitu:

1. Count analysis-load pemeriksaan perhitungan beban, khususnya ukuran setiap volume sampah yang masuk ke TPA ditentukan dengan catatan: volume, berat jenis, jenis pengangkutan dan sumber sampah kemudian, pada saat itu, dipastikan sumber sampah, kemudian, pada saat itu titik, menghitung ukuran usia limbah sipil selama periode tertentu.

2. Volume analysis-weight pemeriksaan berat volume, khususnya: volume mutlak setiap sampah yang masuk ke TPA ditentukan dengan mencatat volume dan berat sampah, kemudian, pada saat itu, menghitung ukuran pemborosan kota yang tercipta selama periode tertentu.

3. Balance analysis-material pemeriksaan keseimbangan material, penyelidikan keseimbangan material memberikan informasi yang lebih lengkap untuk limbah keluarga.Sesuai Damanhuri dan Padmi (2010), untuk memastikan ukuran kerangka dalam suatu usia, angka usia limbah yang menyertainya dapat digunakan:

 Satuan umur timbulan limbah kota besar = 2 – 2,5 l orang.hari atau 0,4 - 0,5 kg orang.hari.

 Satuan umur timbulan sampah kota sedang atau kecil = 1,5 – 2 l orang.hari atau 0,3 – 0,4 kg orang.hari.

Untuk memperkirkan secara langsung satuan umur sampah dari berbagai contoh (keluarga dan non-keluarga) yang masih mengudara relatif selama 8 hari berturut-turut. Hal ini telah dituangkan dalam SNI 19-3964-1994 tentang pemeriksaan serta perkiraan umur dan potongan sampah metropolitan. Menentukan jumlah permukiman atau jumlah rumah yang akan diperiksa selama 8 hari sebagai berikut:

1. Perhitungan jumlah model jiwa serta kepala famili (KK) yg dihitung sesuai rumus persamaan dibawah ini

(8)

Peralatan yang dipakai untuk pengujian umur limbar dilengkapi dengan memakai wadah sebesar 20 x 20 x 100 cm . Limbah ditempatkan pada suatu kompartemen dan diukur serta diselesaikan dengan menekan beberapa kali kemudian ditentukan volume sampahnya. Kemudian, pada saat itu, beberapa hal yang akan dicatat termasuk berat roda gigi, berat contoh limbah, tinggi kehilangan alat dan tingkat kehilangan setelah pemadatan.

2.6.2 Pertumbuhan Penduduk

Proyeksi penduduk dapat didapat dengan menggunakan dua analisa cakupan data seperti misalnya :

(9)

A. Pembangunan Jumlah Kependudukan

Teknik proyeksi penduduk yang biasa digunakan, seperti aritmatika, geometrik, dan kuadrat terkecil dimana penentuan strategi yang digunakan sangat bergantung pada pola perkembangan penduduk dan kualitas kota yang tertata.

Teknik-tekniknya adalah:

1. Metode Aritmatik

Teknik ini sebagian besar digunakan untuk memperluas populasi di ruang di mana perkembangan populasi terjadi secara langsung. Kondisi numerik yang digunakan adalah:

2. Metoda Geometrik

3. Metoda Least Square

Metode ini menganut asumsi konstanta y yaitu jumlah penduduk pada tahun ke- n sedangkan konstanta x memiliki nilai data pada tahun ke-n Perhitungan

(10)

peningkatan populasi dalam waktu dekat seharusnya dapat dilakukan dengan memanfaatkan kondisi resep yang digunakan adalah :

Timbulan sampah dikelompokkan menjadi tiga macam seperti yang dijelaskan pada SNI 19-3964-1994 adalah timbulan kecil, sedang dan juga besar. Kota kecil dengan populasi di bawah 100.000 individu sedangkan perkotaan daerah sedang dengan populasi lebih banyak dari 100.000 dan di bawah 500.000 dan daerah perkotaan besar adalah daerah perkotaan dengan populasi melebihi 500.000 individu. Oleh karena itu, kota Mulyoharjo yang berpenduduk 15.232 jiwa ini termasuk kedalam kota kecil yang mana

1. Satuan timbunan sampah kota besar = 2-2,5 l hari individu atau 0,4 - 0,5 kg hari individu

2. Satuan kota kecil menengah = 1,5 – 2 l hari individu atau 0,3 – 0,4 kg hari orang

(11)

Dalam memastikan perhitungan timbulan sampah sesuai SNI 19-3964-1994, yang sebenarnya diketahui terlebih dahulu adalah

1. Tingkat usia sampah (Ltr hari individu atau kg hari individu) 2. Tingkat usia sampah per sumber (Ltr satuan hari)

B. Analisa Tinjauan Sampling Sampah pada Sumber Limbah

Dalam menilai timbulan sampah dari sebuah sumber diperlukan kajian dalam pengambilan sampah itu sendiri seperti misalnya secara langsung atau tidak.

Hal ini biasa disebut dengan pemilhan sampah kagiatan ini memiliki tujuan untuk mengetahui hasil sampah dalam setiap orang setiap hari dan setiap beratnya.

2.7 Komposisi dan Densitas Sampah 2.7.1 Komposisi

Pengelompokan komponen yang terdapat pada sampah, biasanya dinyatakan dengan persentase berat. Bahan dan sifat-sifat limbah yang menggambarkan berbagai kegiatan manusia. Mengingat sifat alami dan kimiawi, limbah dapat didelegasikan sebagai berikut:

(12)

• Limbah yang mudah membusuk (misalnya sampah residu makanan, limbah kebun, sampah pasar, sampah, dan lain-lain

• Limbah yang tak dapat membusuk (dapat digunakan lagi), seperti plastik, kertas, karet, kaca, logam, kaca, dll

• Limbah sebagai residu serta puing

Berdasarkan Damanhuri dan Padmi (2010) memberi contoh sintesis biasa dari limbah pribadi atau limbah rumahan di masyarakat perkotaan negara berkembang, hal itu cenderung ditemukan pada Tabel 2.4

Sesuai dengan prinsip umum 3R Kementerian Pekerjaan Umum tahun 2017, secara umum sintesis sampah dapat dipisahkan menjadi beberapa bagian, yaitu:

 Limbah organik; yang mungkin terdiri residu makanan

 Limbah Kertas; yang bisa berupa karton, karton, kertas HVS, Koran, dan lain sebagainya

 Limbah plastik; baik sebagai karung plastik, bundling kendi plastik bekas, dan sebagainya

 Limbah Kayu; baik sebagai potongan kayu, perabot bekas, dan sebagainya

 Limbah Karet; baik sebagai ban bekas, lembaran elastis, dan sebagainya

 Sampah Kulit; yang bisa berupa lembaran, potongan kulit anak sapi dan sebagainya

(13)

 Limbah kaca; baik sebagai pecahan kaca, botol kaca, gelas kaca, dan lain sebagainya

 pemborosan kain perca; yang dapat berupa potongan-potongan kain, atau pakaian bekas yang rusak, dan sebagainya

 Sampah lain-lain; yang dapat berupa pecahan keramik, dan sisa limbah yang tidak termasuk golongan di atas

 pemborosan B3 keluarga; Bisa berupa baterai bekas, stoples bekas semprotan serangga, lampu neon, stoples cat bekas, hairsplash, obat bekas, dll.

Penataan sampah yang sering dilakukan tergantung pada sintesisnya. Cara penanganan yang tepat dan paling efektif tidak kaku jika diketahui struktur limbahnya, sehingga sistem penanganannya dapat diterapkan. sythesis pemborosan tergantung pada tingkat gaji dapat ditemukan pada Tabel 2.5

2.7.2 Densitas Sampah

Peningkatan jumlah penduduk akan berdampak di peningkatan jumlah sampah yg didapatkan. Densitas sampah ialah kepadatan sampah yg menyatakan berat sampah per satuan volume. Penilaian densitas sampah didasarkan pada SNI 19-3964-1994 perihal sistem pengambilan serta penilaian model Timbulan.

(ρ) = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ (𝑘𝑔)

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ(𝑚3)………..……….(2.11)

(14)

 Penentuan Kepadatan Sampah

Berat limbah yang diperkirakan dalam kilogram per meter kubik disebut densitas sampah. Ketebalan sampah ini berdasarkan SNI 19-3964-1994 Ketebalan ini sangat tergantung pada contoh limbah yang diperkirakan, terlepas dari apakah limbah tersebut didamkan dari sumber limbah, sampah yang mungkin telah melalui sedikit pemadatan di truk pemadat yang kemudian harus pastikan kembali untuk dipadatkan. (Kepala Bidang Pengembangan PLP, Kementerian Pekerjaan Umum 2011)

2.8 Karakteristik Sampah

Menurut Damanhuri dan Padmi (2010) meskipun potongan, ciri-ciri lain yang biasanya ditunjukkan dalam perawatan limbah adalah atribut fisik dan sintetis. Atribut-atribut ini sangat berfluktuasi, bergantung pada bagian-bagian limbah. Keanehan limbah dari berbagai tempat dan berbagai jenis memungkinkan berbagai sifat. Pemborosan kota di negara berkembang tidak sama dalam sintesis dengan sampah metropolitan di negara berkembang

Menurut Sulistyoweni (2002) kualitas limbah yang harus diketahui untuk kebutuhan perangkat, kerangka kerja dan papan proyek dan rencana, terutama pemanfaatan pemindahan dan jaminan aset dan energi. Squander dicirikan oleh kualitasnya sebagai berikut:

2.8.1 Karakteristik Fisik

Ciri ciri fisik dari limbah menggabungkan hal-hal berikut:

a. Berat jenis limbah

Dalam memperkirakan berat jenis dinyatakan di mana kondisi limbah itu diambil sebagai pemeriksaan untuk menilai beban limbah itu sendiri. Beban khusus limbah ditentukan oleh area geologis, musim, dan panjang kapasitas Sebagai gambaran beratnya masing-masing merek limbah, dapat dilihat pada Tabel 2.6.

(15)

b. Tingkat Kelembaban

Kadar air dicirikan sebagai massa air per satuan massa limbah basah atau sampah kering. Tabel 2.7. memiliki kelembaban dalam limbah perkotaan

(16)

c. Kadar Partikel

Pada tahapan terakhir pemilahan sangat penting memperhatikan sistem mekanisme dari ukuran filtrasi dan juga pelepasan mekanisme setiap partikelnya 2.8.2 Ciri ciri Kimia

Ciri-ciri kimia dari limbah yaitu memilki siklus alternatis dan pemulih energi.

a. Konten energi

Besar kecilnya energi yang diperkirakan akan menghabiskan seluruh sisa limbah kuat (penumpukan terakhir), Tabel 2.8 menggambarkan ukuran biasa dari puing-puing yang dibuat dan ukuran energi yang dibutuhkan untuk menyalin limbah kuat per bagian dari limbah.

(17)

a. Konten Kimia

Adapun sebuah limbah berbahaya yang mengandung zat yang mudah terbakar. Pada tabel 2.9 dipaparkan bahwasanya ada beberapa limbah sipil yang berbahaya.

(18)

2.9 Potensi Reduksi

Potensi penurunan limbah sipil tidak terlalu bergantung pada keseimbangan material, mengingat faktor pemulihan untuk setiap bagian limbah. Yang dimaksud dengan faktor recuperation adalah tingkat setiap bagian limbah yang dapat digunakan kembali, dipulihkan atau digunakan kembali. Sisanya adalah penumpukan yang membutuhkan penghapusan atau pemusnahan terakhir. Faktor pemulihan umumnya dijadikan alasan untuk menyusun Material Recuperation Office (MRF) berapa kapasitas untuk mengurangi takaran sampah yang akan dibebankan ke TPA. MRF adalah bagian prinsip dari kerangka kerja pengelolaan sampah. MRF adalah kantor yang mengakui bahan sebagai bahan buangan dari sumber pemborosan, baik dalam keadaan tercampur atau telah melalui interaksi pengaturan sebagai rangkaian pengelolaan sampah yang terus-menerus untuk digunakan kembali sebagai komponen yang tidak dimurnikan dalam sistem berikutnya (Tchobanoglous, 1993).

(19)

Variabel pemulihan akan bergantung pada jenis program UPS apakah sampah telah diatur dari sumbernya atau telah dicampur. Nilai faktor pemulihan bagian limbah untuk bahan yang baru diatur di UPS ada dalam tabel terlampir (Tchobanoglous, 2002):

2.9.1 Pengomposan

Pemupukan tanah adalah perombakan zat-zat alam menjadi zat sintetik yang terjadi secara organik melalui mikroorganisme menjadi humus dimana zat-zat tersebut berasosiasi dalam kotoran menjadi mineral. Pemupukan dalam interaksi tanah melewati 3 fase dan proses perubahan bahan alami biasanya menghabiskan sebagian besar hari (3-4 bulan), mikroorganisme pada umumnya cepat berlalu. Sel-sel mati akan membusuk oleh populasi entitas organik yang berbeda untuk berubah menjadi substrat yang lebih masuk akal daripada sisa tanaman yang sebenarnya. Secara umum, interaksi disintegrasi sebagian besar mencakup rentang luas mikroorganisme yang menggunakan substrat, yang dikenali dari jenis bahan kimia yang dihasilkannya (Saraswati, et al, 2006). Pengomposan sendiri memiliki fungsi dan keuntungan dapat

(20)

menggantikan pupuk pada tanaman dan membuat akar tanaman menjadi sehat bahkan memperbaiki struktur tanah itu sendiri

2.9.2 Daur Ulang

Penggunaan kembali merupakan penggunaan kembali barang dagangan yg tidak digunakan buat menghasilkan barang baru. waktu ini standar penggunaan balik tidak hanya terbatas di penggunaan pulang namun lebih dari itu. pada Indonesia saat ini, gagasan penggunaan balik untuk masyarakat umum adalah menjadi "3 R (mengurangi, memakai kembali, memakai kembali)". pada prinsipnya, penyelenggaraan kawasan Pengolahan Sampah dimana dilakukan upaya untuk mengurangi sampah semenjak berasal sumbernya. Didalam aplikasi pengelolaan sampah 3R berbasis warga ada 3 aktivitas yg wajib dilakukan secara sinergi serta berkesinambungan, yaitu (Departement. Pekerjaan awam, 2017):

1. Metode pengawasan sampah sejak awal diberikan masyarakat

2. Cara yang paling umum untuk memahami dalam memanfaatkan strategi 3R kepada masyarakat.

3. Cara paling umum untuk membantu daerah setempat dengan proses 3R.

2.10 Rancangan TPST

Pada Pengelolaan Sampah Terpadu atau Material Recovery Facility dicirikan menjadi daerah latihan detasemen pemborosan dan penanganan terjadi secara beserta- sama. Sebagai akibatnya kapasitas TPST ialah menjadi daerah terjadinya partisi, pembersihan, bundling, dan pengangkutan barang-barang siklus ulang sampah. Unsur- unsur yang memilih kapasitas TPST MRF artinya:

1. Tugas MRF dalam mengatur para eksekutif.

2. Jenis suku cadang yang ditangani.

3. Jenis limbah yang diserahkan ke TPST.

4. Paket serta kapasitas barang

(21)

2.10.1 Dasar perencanaan TPST

TPST menjadi tempat pemanfaatan kembali limbah, membutuhkan kantor yang bergantung pada bagian sampah yang mendekat dan akan diawasi. Secara keseluruhan dibagi menjadi:

1. Kantor pra-penanganan, yang merupakan fase yang mendasari pemisahan sampah, mengetahui jenis sampah yang mendekati, mencakup siklus-siklus berikut:

a. Mengukur, mengetahui ukuran pemborosan yang mendekati.

b. Pengumpulan dan kapasitas, memutuskan wilayah yang diharapkan

2. Menata kantor, baik secara fisik maupun tepatnya. Membutuhkan seperti: Alat untuk mengisolasi berdasarkan ukuran: layar respons, layar tambur, layar lingkaran.

Perangkat keras untuk mengisolasi gravitasi eksplisit: pengklasifikasi udara, partisi inersia, dan daya apung.

3. Kantor penanganan sampah yang sebenarnya, selanjutnya akan dilakukan penanganan sampah sesuai jenis dan ukuran materialnya. Menggunakan alat seperti:

hammer plant dan shear shredder.

4. Kantor penanganan lainnya, misalnya pengolahan tanah, atau RDF.

Sebagaimana ditunjukkan oleh (Kementerian Pekerjaan Umum 2011) Sebelum merencanakan TPST ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan TPST, khususnya:

1. Wilayah TPST

Area tersebut seharusnya jauh dari pemukiman pribadi dan modern, dengan pemikiran bahwa TPST akan mendapatkan wilayah dukungan yang layak dan memiliki opsi untuk mengamankan kantor yang ada. Padahal, mungkin saja kawasan tersebut dekat dengan pemukiman atau tempat usaha, hanya saja diperlukan pengamatan terhadap kegiatan TPST agar dapat dikenali iklimnya.

2. Emisi ke iklim.

TPS akan dikerjakan harus melihat kapasitas iklim untuk mengetahui pengaruh kantor MRF, misalnya: keributan, bau, pencemaran udara, rasa tidak berdaya dan lain-

(22)

lain. Pendekatan rencana terbaik adalah merancang kawasan TPST dengan tepat, melaksanakan kerangka kerja situs yang bersih dan tidak berbahaya bagi aktivitas ekosistem.

3. Kesejahteraan dan keamanan umum

Kesejahteraan dan keamanan umum secara keseluruhan sangat erat kaitannya dengan siklus di TPS. Bilamana interaksi di TPS diatur serta dilakukan dengan baik, maka akibat buruk juga akan kecil terjadi.

4. Kesejahteraan dan keamanan pekerja

Kegiatan TPST juga menimbulkan bahaya bagi buruh, misalnya kemungkinan terbukanya bahan berbahaya yang masuk ke dalam kawasan TPS jadi buruh harus dilengkapi dengan perlengkapan keamanan tersendiri.

Sarana perencanaan TPST MRF adalah:

1. Analisis Keseimbangan Material

Mengetahui ukuran sampah yang masuk ke tempat penanganan, termasuk organisasi dan kualitas sampah. Perkembangan ini diharapkan menyebabkan keseimbangan material untuk memutuskan sistem penanganan yang akan diselesaikan dan berapa banyak item yang dibuat dan penumpukan selanjutnya.

2. Kenali semua pekerjaan potensial dari materi

Ini berarti mengetahui kualitas limbah dan penggunaannya untuk memiliki pilihan untuk mengembangkan diagram aliran interaksi penggunaan dan keseimbangan material.

2. Perhitungan pengumpulan sampah

Memutuskan dan memastikan ukuran agregat limbah, berapa banyak limbah yang dapat diproses di TPST serta tingkat pengumpulan dengan menentukan musim fungsional TPST.

(23)

3. Estimasi tingkat penumpukan material

Perkiraan jumlah tenaga kerja dan perangkat yang dibutuhkan serta jam kerja dan musim kerja perangkat keras yang digunakan di TPST.

4. Format dan rencana

Format di area TPST untuk bekerja dengan pelaksanaan pekerjaan.

Ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan ketika merencanakan TPST, lebih spesifiknya:

1. Volume sampah dan tingkat administrasi TPST

Menurut Ditjen Cipta Karya tentang Petunjuk Teknis TPS3R, volume berat yang diperoleh dari takaran sampah yang mendekat, lihatlah jumlah normal dari jumlah agregat dan kemudian ukurlah komponen-komponen truk yang meliputi panjang gerobak, lebar gerobak dan tinggi gerobak sehingga volumenya truk didapat. Setelah mendapatkan volume

Model:

Volume pemborosan = Rata-rata jumlah truk x Volume truk… ….………. .(2.12) Tingkat pelayanan = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑑𝑖 𝑇𝑃𝑆𝑇

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑑𝑒𝑠𝑎 x 100%...(2.13) 2. Kompoisi Sampah

Sepotong sampah di wilayah provinsi dan metropolitan sampai tingkat tertentu unik. Sampah di daerah provinsi adalah hal yang mendasar dan mudah membusuk, sedangkan pemborosan di daerah metropolitan adalah hal yang rumit. Organisasi sampah yang ditetapkan dalam TPST. Dengan memilih kerugian pada masing-masing truk, maka pada titik tersebut akan ditemukan nilai tengah dan kemudian diperoleh tingkat bobot masing-masing susunan sampah. Persamaan yang digunakan (Dirjen Cipta Karya, Direktorat Pembinaan Iklim Swasta)

(24)

Presentase komposisi limbah= 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 x 100%...(2.14) 3. Desain TPST

Denah bangunan TPS terdapat bagian sebagai berikut:

1. Ruang pertemuan

2. Wilayah pengaturan partisi

3. Daftar wilayah dengan mesin pemotong 4. Mengobati wilayah tanah

5. Wilayah penuaan kotoran

6. Memiliki pusat pendistribusian pupuk kandang dan memperlambat hanya sebagai daerah penumpukan

7. Memiliki setidaknya kantor

8. Memiliki kantor air bersih dan desinfeksi

4. Ukuran sampah yang bisa dikurangi

Penurunan pemborosan yang diselesaikan di TPST menggunakan estimasi keseimbangan massa sesuai (Dirjen Cipta Karya, Direktorat Pembinaan Kesehatan dan Permukiman)

Muatan lengkap sampah TPST=Total berat truk sampah normal x jumlah truk a. Limbah basah alami

 Beban lengkap sampah basah = berat sampah habis x % berat basah

 Mengolah pemborosan tanah = muatan lengkap sampah normal x ukuran normal mengolah pemborosan tanah (truk)

 Mengolah sisa tanah = berat pemborosan pupuk x pemupukan normal penumpukan tanah

 Penumpukan = berat mutlak sampah basah – seluruh berat sampah tanah yang diolah

 Laju penggunaan kembali (%) pupuk kandang = (berat sampah yang diolah x 100%) (berat sampah habis )

(25)

b. Sampah kering (anorganik)

 Beban total sampah plastik = berat sampah habis x % berat plastik

 Pemborosan mutlak yang digunakan kembali = berat sampah plastik habis x jumlah truk yang disusun secara normal

 tingkat penggunaan kembali (%)= (berat sampah yang digunakan kembali x 100%) (berat mutlak sampah plastik)

 Residu = berat mutlak sampah plastik – beban penuh sampah yang digunakan kembali

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mugiati mengenai hubungan jenis informasi yang diterima dengan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja informasi dari

Pada tahap refleksi awal ini dilakukan deskripsi situasi. Deskripsi situasi ini dimaksudkan memudahkan peneliti untuk mengetahui masalah yang muncul, diantaranya

Hasil dari penelitian ini adalah materi pendidikan anak yang tertuang dalam Surat Luqman tersebut berisi tentang penanaman aqidah yang benar agar anak-anak menaati

Pertimbangan dalam keputusan diskresi tersebut adalah asas perlindungan maksimum dan asas tidak mengenal tanpa kewarganegaraan (apartride), dimana yang bersangkutan akan

Politik hukum tersebut harus tertuang dalam proses pembentukan undang-undnag yang dapat menampung semua hal yang erat hubungannya dengan permasalahan yang

Dalam penelitian ini tentunya memerlukan suatu konsep ataupun teori agar penelitian ini dapat dirumuskan secara sistematis dan terfokus pada pembahasan yang jelas antara

1) Daya saing, Jason Sattefield dan Martin Seligman dalam penelitiannya bahwa orang yang merespon kesulitan secara lebih optimis dapat diramalkan akan bersifat lebih

Pembagian DAU yang selama ini dilakukan pemerintah pusat salah satunya mempertimbangkan tingkat kemiskinan di daerah, untuk masa yang akan datang perlu