• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN BUTIR SOAL MELALUI FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) SD NEGERI PEMATANGSIANTAR T.A.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN BUTIR SOAL MELALUI FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) SD NEGERI PEMATANGSIANTAR T.A."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN BUTIR SOAL MELALUI FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) SD NEGERI 122372

PEMATANGSIANTAR T.A. 2018/2019

Natalina Purba Juni Agus Simaremare

Email: simaremarejuniagus@gmail.com

ABSTRAK

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru menyusun butir soal melalui fokus group diskusi. Manfaat dari penelitian ini bagi sekolah dan guru adalah mempunyai guru yang terampil dalam menyusun butir soal. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan sekolah, yang terdiri dari dua siklus. Langkah-langkah dalam setiap siklus terdiri dari perencanaan (planning), tindakan (acting), obervasi (observing), dan refleksi (reflecting). Teknik pengumpulan data melalui observasi dengan menggunakan alat skala penilaian (check list) untuk mengamati proses diskusi tentang kemampuan guru menyusun butir soal. Validasi data menggunakan triangulasi teknik pengumpulan data. Triangulasi teknik pengumpulan data ini untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu melalui observasi dan dokumentasi. Cara menganalisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi. Hasil yang diperoleh membuktikan bahwa dengan fokus group diskusi dalam menyusun butir soal terjadi kenaikan kemampuan guru dinilai dari observasi aktivitas pada kegiatan diskusi dengan menggunakan 10 indikator pada kondisi awal sebesar 45.00 dalam kriteria Kurang, menjadi 69,32 dalam kriteria

Cukup serta pada siklus terakhir menjadi 88,64 dalam kriteria Baik. Hasil tersebut membuktikan telah memenuhi kriteria keberhasilan yaitu minimal mendapat nilai dalam rentang 70-89 dan masuk dalam kriteria Baik, dan observasi kemampuan menyusun butir soal dengan menggunakan 18 indikator dari kondisi awal sebesar 52,53 dalam kriteria

Cukup dengan penjelasan menjadi 69,19 dalam kriteria cukup serta pada siklus terakhir menjadi 86,67 dalam kriteria Baik. Hasil tersebut membuktikan telah memenuhi kriteria keberhasilan yaitu minimal mendapat nilai dalam rentang 70-89 dan masuk dalam kriteria

Baik. Kesimpulannya adalah pelaksanaan focus group discussion (FGD) terbukti mampu meningkatkan kemampuan guru-guru dalam menyusun butir soal.

(6)

JUKESDA

JURNAL KEGURUAN SEKOLAH DASAR

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar A. PENDAHULUAN

Kewajiban guru sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 74 tentang Guru Pasal 52 ayat (1) mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan tugas pokok. Selanjutnya Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor PER/16/M.PAN-RB/11/2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, pada bab VII pasal 13 ayat (2) memuat setidaknya empat belas butir kegiatan guru mata pelajaran yang dinilai angka kreditnya yang apabila disimpulkan tidak jauh berbeda dari kegiatan-kegiatan popok seperti termuat pada PP di atas.

Tugas pokok guru adalah (a) menyusun program pembelajaran, (b) melaksanakan proses pembelajaran, (c) melaksanakan evaluasi pembelajaran, (d) melaksanakan penilaian hasil belajar, dan (e) melaksanakan perbaikan / pengayaan dan tindak lanjut.

Untuk mengetahui kemampuan kognitif dan psikomotorik dari peserta didik, dapat digunakan instrumen penilaian dengan teknik tes. Sedangkan untuk mengetahui ranah afektif, dapat digunakan instrumen penilaian dengan teknik nontes. Guru yang bertugas sebagai evaluator dalam melaksanakan evaluasi terhadap hasil belajar dituntut untuk melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek afektif) dan pengamalannya (aspek psikomotor)

Kenyataan di lapangan masih banyak hambatan dan kendala, khususnya yang berkaitan dengan evaluasi, yaitu kemampuan guru menyusun butir soal. Berbagai faktor penyebabnya antara lain kurangnya guru mendapatkan pelatihan tentang cara menyusun butir soal yang baik setelah proses pembelajaran berlangsung.

Dalam pelaksanaan FGD, kunci utama agar proses diskusi berjalan baik adalah permulaan. Untuk membuat suasana akrab, cair, namun tetap terarah, tugas awal moderator terkait dengan permulaan diskusi harus membawa anggota diskusi fokus pada permasalahan yang dibicarakan. Irwanto (1998: 1) mendefiisikan FGD adalah suatu proses pengumpulan data dan informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifi melalui diskusi kelompok. Sesuai namanya, pengertian Focus Group Discussion mengandung tiga kata kunci: a) diskusi (bukan wawancara atau obrolan); b) kelompok (bukan individual); c) terfokus/terarah (bukan bebas). Bardasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana Kemampuan guru dalam

(7)

Menyusun Butir Soal di SD Negeri 122372 Pematangsiantar tahun pembelajaran 2018/209?” Yang Kedua “Apakah dengan Metode Focus Group Discussion dapat Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menyusun Butir Soal di SD Negeri 122372 Pematangsiantar tahun pembelajaran 2018/2019.” Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan untuk : Mengetahui Kemampuan guru dalam Menyusun Butir Soal di SD Negeri 122372 Pematangsiantar tahun pembelajaran 2018/209. Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menyusun Butir Soal dengan Metode Focus Group Discussion di SD Negeri 122372 Pematangsiantar tahun pembelajaran 2018/2019.

B. KAJIAN TEORI

Kemampuan berasal dari akar kata mampu. Mampu menurut Wojowasito (1995:251) adalah kesanggupan atau kecakapan, sedangkan kemampuan berarti seseorang yang memiliki kecakapan atau kesanggupan untuk menjalankan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya untuk meningkatkan produktivitas kerjanya. Menurut Robbins (2002) dalam Pertiwi (2008:73) kemampuan (ability) merupakan suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Menurut Mohammda Zain dalam Milman Yusdi (2010:10) mengartikan bahwa Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kakuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Sedangkan Anggiat M.Sinaga dan Sri Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan sebagai suatu dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil. Sementara itu, Robbin (2007:57) kemampuan berarti kapasitas seseorang individu unutk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. lebih lanjut Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan (Ability) adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerrjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang.

Kompetensi guru adalah kemampuan atau kesanggupan guru dalam mengelola pembelajaran dimana guru dituntut mampu menciptakan suasana belajar yang positif sehingga siswa mampu mengembangkan potensinya. Kompetensi dimaksud meliputi kemampuan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran, kemampuan dalam menganalisis, menyusun program perbaikan dan pengayaan, serta menyusun program bimbingan dan konseling, sedangkan Kompetensi Penguasaan Pengetahuan adalah penguasaan terhadap kemampuan yang berkaitan dengan keluasan dan kedalaman

(8)

JUKESDA

JURNAL KEGURUAN SEKOLAH DASAR

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar

pengetahuan. Kompetensi dimaksud meliputi pemahaman terhadap wawasan pendidikan, pengembangan diri dan profesi, pengembangan potensi peserta didik, dan penguasaan akademik (Rusmini, 2003:84).

Hakikat Menyusun Butir Soal

Agar soal yang dipersiapkan oleh guru menghasilkan bahan ulangan / ujian yang sahih dan handal, maka dalam mempersiapkannya harus dilakukan langkah-langkah berikut, yaitu :

1) Menentukan tujuan tes

2) Menentukan kompetensi yang akan diujikan 3) Menentukan materi yang diujikan

4) Menetapkan penyebaran butir soal berdasarkan kompetensi, materi dan bentuk penilaiannya (tes tertulis : bentuk pilihan ganda, uraian, dan tes praktek)

5) Menyusun kisi-kisinya 6) Menulis butir soalnya

7) Memvalidasi butir soal atau menelaah secara kualitatif 8) Merakit soal menjadi perangkat tes

9) Menyusun pedoman penskorannya 10) Ujicoba nutir soal

11) Analisis butir soal secara kuantitatif dari data empirik hasil ujicoba, dan 12) Perbaikan soal berdasarkan hasil analisis.

Penentuan materi penting dilakukan dengan memperhatikan kriteria :

1) Urgensi, yaitu materi secara teoritis mutlak harus dikuasai oleh warga belajar / siswa 2) Kontinuitas, yaitu lanjutan yang merupakan pendalaman dari salah satu atau lebih

materi yang sudah dipelajari sebelumnya

3) Relevansi, yaitu materi yang diperlukan untuk mempelajari atau memahami mata pelajaran lain.

4) Keterpakaian, yaitu materi yang memiliki nilai terapan tinggi dalam kehidupan sehari-hari.

Jenis Perilaku yang Dapat Diukur

Dalam memutuskan perilaku yang dapat diukur penulis soal dapat mengambil atau memperhatikan jenis perilaku yang dilambangkan oleh para tokoh pendidikan, diantaranya seperti Benyamin S. Bloom (1956), yaitu :

(9)

1) Ranah Kognitif : 1) Ingatan, diantaranya seperti : menyebutkan, menentukan, menunjukkan, mengingat kembali dan mendefinisikan, 2) Pemahaman, diantaranya seperti membedakan, mengubah, memberi contoh, memperkirakan, mengambil keputusan, 3) Penerapan, diantaranya seperti : menggunakan, menerapkan, 4) Analisis, diantaranya seperti : membandingkan, mengklasifikasikan, mengkatagorikan, menganalisis, 5) Sintesis, diantaranya seperti : menghubungkan, mengembangkan, mengorganisasikan, menyusun, 6) Evaluasi diantaranya seperti : menafsirkan, menilai, memutuskan.

2) Ranah Afektif yang dikembangkan David Krath W (2001), adalah : 1) menerima, 2) menjawab, 3) menilai.

3) Ranah Psikomotor yang dikembangkan oleh Norman E Gronlund dan R.W. De Maclay (1982) adalah : 1) Persepsi, 2). Kesiapan, 3) respon terpimpin, 4) mekanisme, 5) respon yang komplek, 6) organisasi, dan 7) karakterisasi dari nilai.

Penyusunan Butir Soal yang HOT

Pengertian Model Focus Groups Discussion

Sesuai namanya, pengertian Focus Group Discussion mengandung tiga kata kunci: a. Diskusi (bukan wawancara atau obrolan); b. Kelompok (bukan individual); c. Terfokus/Terarah (bukan bebas). Artinya, walaupun hakikatnya adalah sebuah diskusi, FGD tidak sama dengan wawancara, rapat, atau obrolan beberapa orang di kafe-kafe. FGD bukan pula sekadar kumpul-kumpul beberapa orang untuk membicarakan suatu hal. Banyak orang berpendapat bahwa FGD dilakukan untuk mencari solusi atau menyelesaikan masalah. Artinya, diskusi yang dilakukan ditujukan untuk mencapai kesepakatan tertentu mengenai suatu permasalahan yang dihadapi oleh para peserta, padahal aktivitas tersebut bukanlah FGD, melainkan rapat biasa. FGD berbeda dengan arena yang semata-mata digelar untuk mencari konsensus.

Proses Focus Groups Discussion

Proses pelaksanaan FGD menurut Prawitasari (2011:87-88) meliputi persiapan, pelaksanaan, dan penyajian data. Kelebihan dan Keterbatasan Focus Groups Discussion

FGD memiliki kelebihan dan keterbatasan dalam penggunaannya. Berikut ini adalah penjelasan mengenai kelebihan FGD yang dikemukakan oleh Prawitasari (2011:92).

1) Kelompok terarah memberikan data yang berasal dari sekelompok orang dengan lebih cepat dan murah.

(10)

JUKESDA

JURNAL KEGURUAN SEKOLAH DASAR

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar

3) Format terbuka dalam kelompok terarah memberikan kesempatan untuk memperoleh data yang banyak dan kaya dalam kalimat-kalimat responden sendiri..

4) Kelompok terarah memberikan kesempatan bagi responden untuk mengemukakan pendapatnya setelah mendengar pendapat orang lain dalam kelompok.

5) Hasil kelompok terarah mudah dimengerti. Peneliti dan pengambil keputusan dapat dengan cepat mengerti respon verbal responden.

6) Kedalaman respons yang diperoleh melalui metode ini yang tidak dapat diperoleh melalui metode kuantitatif.

C. Kerangka Pikir

Melalui focus group discussion, guru dapat secara optimal meningkatkan kemampuan menyusun butir soal. Untuk mempermudah pemahaman dalam kerangka berpikir, dapat digambarkan skema kerangka berpikir seperti gambar sebagai berikut :

Hipotesis Tindakan

Bardasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas, maka hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah melalui focus group discussion dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun butir soal SD Negeri 122372 Pematangsiantar.

D. METODE PENELITIAN Setting Penelitian

Kemampuan guru menyusun butir soal tidak optimal Belum menerapkan focus group discussion Kondisi Awal Siklus I Menerapkan focus group discussion (In I) Menerapkan focus group discussion Tindakan Siklus II Menerapkan focus group discussion

Diduga melalui focus group

discussion dapat

meningkatkan kemampuan guru menyusun butir soal Kondisi Akhir

(11)

Lokasi pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan di SD Negeri 122372 Pematangsiantar tahun pembelajaran 2018/2019. Penelitian pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan mulai bulan Mei 2019 sampai dengan Agustus 2019 selama 3 (tiga) bulan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang direncanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas 4 (empat) tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

Siklus I Siklus II a. Perencanaan b. Pelaksanaan Tindakan c. Observasi d. Refleksi a. Perencanaan b. Pelaksanaan Tindakan

Subyek Penelitian Adalah Guru SD Negeri 122372 Pematangsiantar Tahun Pembelajaran 2018/2019.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah untuk mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Pada penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperanserta (participan observation), dan dokumentasi. Ada dua macam validitas penelitian, yaitu validitas internal dan eksternal. Validitas internal berkenaan dengan derajad akurasi desain penelitian dengan derajad akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai, sedangkan validitas eksternal berkenaan dengan derajad akurasi apakah hasil penelitian dapat digeneralisikan atau diterapkan pada populasi dimana sampel tersebut diambil. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas interbal), transferbility (validitas eksternal), dependability (reabilitas), dan confirmability (obyektivitas). Dalam penelitian ini, peneliti ini menggunakan uji kredibilitas triangulasi.

Teknik Analisa Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif. Menurut Sugiyono (2013:78) statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa

(12)

JUKESDA

JURNAL KEGURUAN SEKOLAH DASAR

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar

membuat kesimpulan yang belaku secara umum atau generalisasi. Sehingga dalam penelitian tindakan dengan menggunakan statistik deskriptif tidak ada uji signifikansi, tidak ada taraf kesalahan, karena peneliti tidak bermaksud membuat generalisasi.

Prosedur Penelitian

Berikut adalah gambaran langkah-langkah siklus dalam penelitian ini terdiri dari beberapa langkah dengan ketentuan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Siklus dalam Penelitian Tindakan Sekolah (Suharsimi, 2010:137)

Dari gambar di atas dapat dijelaskan langkah-langkah dalam pelaksanaan penelitian tindakan sekolah sebagai berikut :

1. Perencanaan Tindakan 2. Pelaksanaan Tindakan 3. Tahap observasi 4. Tahap Refleksi

Selanjutnya hasil analisis data akan digunakan sebagai bahan refleksi. Deskripsikan bagaimana refleksi dilakukan, kapan, dan siapa saja yang terlibat dalam kegiatan refleksi, serta jelaskan mengapa refleksi dilakukan. Kriteria keberhasilan penelitian tindakan sekolah akan tercermin adanya peningkatkan yang berarti pada :

1) Peningkatan kemampuan guru menyusun butir soal sekurang-kurangnya 80%.

2) Sekurang-kurangnya 80% guru mampu menyusun butir soal melalui metode focus group discussion.

3) Terjadi peningkatan kemampuan guru secara indivual maupun klasikal dalam menyusun butir soal minimal masuk kriteria BAIK atau dalam rentang nilai 70-89. E. Hasil Penelitian

(13)

1. Kondisi Awal

Sejumlah 11 guru yang mengikuti pembinaan dengan pelaksanaan FGD menyusun butir soal. Hasil pengamatan awal terhadap kegiatan observasi kegiatan diskusi dengan menggunakan 10 indikator pada pelaksanaan FGD menyusun butir soal pada kondisi awal ini tersaji dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Observasi Kegiatan Diskusi pada Kondisi Awal Interval Kriteria Frekuensi Prosentase Ket

≥90 Sangat Baik 0 0 Tuntas

70-89 Baik 0 0 Tuntas

51-69 Cukup 3 27,27 Belum Tuntas ≤50 Kurang 8 72,73 Belum Tuntas

Gambar 4.1 Rekapitulasi Hasil Observasi Kegiatan Diskusi pada Kondisi Awal

Sedangkan pada observasi peningkatan kemampuan guru dalam menyusun butir soal menggunakan 18 indiaktor sebagaimana dijelaskan di bawah ini

Tabel 4.8 Hasil Kemampuan Awal Menyusun Butir Soal pada Kondisi Awal Interval Kriteria Frekuensi Prosentase Ket

≥90 Sangat Baik 0 0 Tuntas

70-89 Baik 0 0 Tuntas

51-69 Cukup 5 45,45 Belum Tuntas ≤50 Kurang 6 54,55 Belum Tuntas

0 0 5 6 0 0 45,45 54,55 0 10 20 30 40 50 60 Frekwensi Prosentase 0 0 3 8 0 0 27,27 72,73 0 10 20 30 40 50 60 70 80 >90 (SB) 70-89 (B) 51-69 (C) <50 (K) Frekwensi Prosentase

(14)

JUKESDA

JURNAL KEGURUAN SEKOLAH DASAR

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar

Gambar 4.2 Hasil Kemampuan Awal Menyusun Butir Soal pada Kondisi Awal 2. Siklus I

Sejumlah 11 guru yang mengikuti pembinaan dengan pelaksanaan FGD menyusun butir soal. Hasil analisis data pada siklus pertama terhadap kegiatan observasi kegiatan diskusi dengan menggunakan 10 indikator pada pelaksanaan FGD menyusun butir soal pada siklus pertama ini tersaji dalam tabel berikut ini

Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Observasi Kegiatan Diskusi pada Siklus Pertama Interval Kriteria Frekuensi Prosentase Ket

≥90 Sangat Baik 0 0 Tuntas

70-89 Baik 5 45,45 Tuntas

51-69 Cukup 6 54,55 Belum Tuntas

≤50 Kurang 0 0,00 Belum Tuntas

Gambar 4.3 Rekapitulasi Hasil Observasi Kegiatan Diskusi pada Siklus Pertama

Sedangkan pada observasi peningkatan kemampuan guru dalam menyusun butir soal menggunakan 18 indiaktor sebagaimana dijelaskan di bawah ini.

Tabel 4.10 Rekapitulasi Nilai Peningkatan Kemampuan Menyusun Butir Soal pada Siklus Pertama

Interval Kriteria Frekuensi Prosentase Ket

≥90 Sangat Baik 0 0 Blm Tuntas

70-89 Baik 5 45,45 Blm Tuntas 51-69 Cukup 6 54,55 Tuntas ≤50 Kurang 0 0,00 Tuntas 0 0 5 6 0 45,45 54,55 0 0 10 20 30 40 50 60 >90 (SB) 70-89 (B) 51-69 (C) <50 (K) Frekwensi Prosentase 0 5 6 0 0 45,45 54,55 0 0 10 20 30 40 50 60 >90 (SB) 70-89 (B) 51-69 (C) <50 (K) Frekwensi Prosentase

(15)

Gambar 4.4 Peningkatan Kemampuan Menyusun Butir Soal pada Siklus Pertama 3. Siklus II

Sejumlah 11 guru yang mengikuti pembinaan dengan pelaksanaan FGD menyusun butir soal. Hasil analisis data pada siklus pertama terhadap kegiatan observasi kegiatan diskusi dengan menggunakan 10 indikator pada pelaksanaan FGD menyusun butir soal pada siklus kedua ini tersaji tabel berikut ini :

Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Observasi Kegiatan Diskusi pada Siklus Kedua Interval Kriteria Frekuensi Prosentase Ket

≥90 Sangat Baik 5 45,45 Tuntas

70-89 Baik 6 54,55 Tuntas 51-69 Cukup 0 0,00 Belum Tuntas ≤50 Kurang 0 0,00 Belum Tuntas

Gambar 4.5 Rekapitulasi Hasil Observasi Kegiatan Diskusi pada Siklus Kedua

Sedangkan pada observasi peningkatan kemampuan guru dalam menyusun butir soal menggunakan 18 indiaktor sebagaimana dijelaskan di bawah ini.

Tabel 4.12 Rekapitulasi Nilai Peningkatan Kemampuan Menyusun Butir Soal pada Siklus Kedua

Interval Kriteria Frekuensi Prosentase Ket

≥90 Sangat Baik 3 27,27 Blm Tuntas

70-89 Baik 8 72,73 Blm Tuntas 5 6 0 0 45,45 54,55 0 0 0 10 20 30 40 50 60 >90 (SB) 70-89 (B) 51-69 (C) <50 (K) Frekwensi Prosentase

(16)

JUKESDA

JURNAL KEGURUAN SEKOLAH DASAR

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar

≤50 Kurang 0 0,00 Tuntas

Gambar 4.6 Peningkatan Kemampuan Menyusun Butir Soal pada Siklus Kedua 4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka kendala-kendala yang selama ini menjadi “musuh” utama pada guru khususnya guru di tempat penelitian diantaranya tidak membuat kisi-kisi dalam pengembangan butir soal; dalam membuat soal tidak mengikuti kaidah-kaidah penulisan soal yang baik dan benar, sehingga hasil belajar peserta didik belum menggambarkan kompetensi yang dituntut; belum membuat soal secara mandiri (hanya mencontoh, mencopy contoh-contoh soal dari guru lain atau dari buku Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dijual dipasaran); dan tidak melakukan analisis butir soal, sehingga tidak mengetahui indikator/KD mana yang belum mampu dicapai oleh peserta didik dapat dihilangkan karena guru- guru sudah memahami dan telah mengembangkan soal, dan menganalisis butir soal sesuai dengan prinsip, mekanisme, dan prosedur penilaian sebagaimana diuraikan di atas.

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa melalui focus group discussion (FGD) terbukti dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun butir soal Simpulan

Berdasarkan hasil tindakan yang telah dilakukan pada penelitian tindakan sekolah sebagai upaya peningkatan kemampuan guru dalam menyusun butir soal melalui focus group discussion (FGD) dapat disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan kemampuan guru dalam menyusun butir soal melalui focus group discussion, hal tersebut dibuktikan dengan :

a. Peningkatan hasil observasi aktivitas pada kegiatan diskusi dengan menggunakan 10 indikator dinilai dari rata-rata tiap siklusnya, di mana pada kondisi awal sebesar 45.00 dalam kriteria Kurang, menjadi 69,32 dalam kriteria Cukup serta pada siklus terakhir menjadi 88,64 dalam kriteria Baik. Hasil tersebut membuktikan telah memenuhi

3 8 0 0 27,27 72,73 0 0 0 10 20 30 40 50 60 70 80 >90 (SB) 70-89 (B) 51-69 (C) <50 (K) Frekwensi Prosentase

(17)

kriteria keberhasilan yaitu minimal mendapat nilai dalam rentang 70-89 dan masuk dalam kriteria Baik

b. Peningkatan hasil observasi terhadap observasi kemampuan menyusun butir soal dengan menggunakan 18 indikator membuktikan peningkatan pada setiap siklusnya dari kondisi awal sebesar 52,53 dalam kriteria Cukup dengan penjelasan , menjadi 69,19 dalam kriteria Cukup serta pada siklus terakhir menjadi 86,67 dalam kriteria

Baik. Hasil tersebut membuktikan telah memenuhi kriteria keberhasilan yaitu minimal mendapat nilai dalam rentang 70-89 dan masuk dalam kriteria Baik.

c. Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa melalui focus group discussion

(FGD) erbukti dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun butir soal.

DAFTAR PUSTAKA

Anastasia, A dan Urbina,S 1997 Tes Psikologi, Edisi Bahasa Indonesia Jakarta: PT.Prenhalindo.

Anderson, O.W. dan Krath Wohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching and Assessin. New York: Addison Wesley Logman, Inc.

Anggiat M,Sinaga dan sri Hadiati 2001. Konsep dan Makna Pembelajaran.

Bandung: Alfabeta

Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Edisi. Revisi. Jakarta : Rineka Cipta

Bloom, Benjamin S. 1956. Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational Goals. London: David McKay Company, Inc. Bourne

Depdiknas. 2008. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.74 tahun 2008 tentang Guru. Depdiknas: Jakarta.

Depdiknas. 2008. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.74 tahun 2008 tentang Guru. Depdiknas: Jakarta.

Depdiknas. 2008. Permendiknas No.16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru. Depdiknas: Jakarta

Depdiknas. 2008. Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah. Depdiknas: Jakarta

Djemari Mardapi. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen dan Nontes. Yogyakarta Mitra Cendikia Offset.

(18)

JUKESDA

JURNAL KEGURUAN SEKOLAH DASAR

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar

Eko Putro Widoyoko,S. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. H.A.R. Tilaar, 2002. Membenahi Pendidikan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta

Hadi, Sutrisno, 2010. Metodologi Research, Jilid 6, Yogyakarta: Andi Offset. Irwanto 2006. Focus Group Discussion: A simple manual : Jakarta: Yayasan Obor.

Moeheriono. 2009. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Bandung: Ghalia.

Moore, B & Stanley, T. 2010.Critical Thinking and Formative Assessment. Larchmont: Eye on Education.

Nitko, AJ. 1996. Educational Assessment omedents. New Jersey: Merrill

Norman E Gronlund dan R.W. De Maclay. 1982. Constructing Achievement Tests. Third Edition. London: Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs.

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor : PER/16/M.PAN-RB/11/2009 Tentang Jabatan fungsional guru dan Angka Kreditnya

Pertiwi, Selti W. 2008. Pengaruh Kemampuan terhadap Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil PNS pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lampung Utara. Tesis. Universitas lampung.

Prawitasari. 2011. Psikologi Klinis: Pengantar Terapan Mikro dan Mikro. Erlangga: Jakarta. Richard A. Krueger & Mary Anne Casey2000. Focus Groups. A Practical Guide for Applied

Research 3rd edition. Thousand Oaks, CA: Sage Publications Robbin, 2007. Perilaku Organisasi, Jakarta, Salemba

Rusmini, 2003. Kompetensi Guru Menyongsong Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta :

Grasindo.

S. Wojowasito, et.al, 1995. Kamus Lengkap Inggris Indonesia, Hasta Karya, Bandung

Sugiyono.2013.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan RD. Bandung : Alfabeta

Thomas, A. dan Thorne, G. 2007. How to Increase Higher Order Thinking:http://www.cdl.org/articles/how-to-increase- high-orderthinking/

Gambar

Gambar  3.1 Siklus dalam Penelitian Tindakan Sekolah (Suharsimi, 2010:137)
Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Observasi Kegiatan Diskusi pada Kondisi Awal   Interval  Kriteria  Frekuensi  Prosentase  Ket
Gambar 4.2 Hasil Kemampuan Awal Menyusun Butir Soal pada Kondisi Awal  2.  Siklus I
Gambar 4.4 Peningkatan Kemampuan Menyusun Butir Soal pada Siklus Pertama   3.  Siklus II
+2

Referensi

Dokumen terkait

karnaval, mengikuti lomba dan yang terahir dengan menggunakan media sosial. Pada saat awal di bangunya wisata Watu Angkrik, masyarakat sekitar secara tidak langsung

study. 3) Ada kontribusi pembelajaran matematika kontekstual yang dikembangkan terhadap hasil belajar matematika SD Selo Boyolali. 4) Ada kontribusi faktor-faktor

untuk dapat memahami hubungan antara pengembangan keterampilan memberi dan pengembangan bakat dengan memaksimalkan potensi. Hanya memfokuskan pada pengembangan bakat saja

Tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh pemberian probiotik Temban, Biovet dan Biolacta terhadap persentase bobot karkas, bobot lemak abdomen, dan bobot

Pembiasaan sholat berjamaah dengan tertib, peran orang tua yang selalu mengontrol anaknya dalam segala aktifitas.. 4 Revisi proposal yang sudah disidangkan dan melakukan

Pada kolom aerasi terjadi suplai oksigen untuk proses aerob, sedangkan pada kolom biofilter terjadi proses degradasi bahan pencemar organik oleh lapisan biofilm

dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi

Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan kegiatan pengajaran guru terlaksana dengan sangat baik karena penyampaian materi yang baik dan penerapan sintak-sintak